ANALISIS PERAN COALITION ANTI-DRUG COALITIONS OF AMERICA (CADCA) DALAM MENGATASI MASALAH
PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI INDONESIA
Charles Johan P. Sitompul1
Abstrak
Penelitian ini membahas tentang masalah penyalahgunaan narkoba yang terjadi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Berbagai metode telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba untuk mencegah maupun memberantas sampai tuntas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di Indonesia. Salah satu metode yang dilakukan adalah dengan pola pemberdayaan seluruh lapisan masyarakat yang bermanfaat untuk menggerakkan dan memberdayakan secara mandiri masyarakat dalam upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Salah satu International Non Government Organization (INGO) yang menaruh perhatian terhadap masalah penyalahgunaan Narkoba yang terjadi di berbagai negara adalah Community Anti-Drug Coalitions of America (CADCA), dimana mereka juga hadir di Indonesia untuk membentuk koalisi dari seluruh lapisan masyarakat untuk mengatasi permasalahan Narkoba melalui berbagai metode yang dilakukan.
Kata Kunci: Narkoba, Pemberdayaan Masyarakat, CADCA, Koalisi Masyarakat
Abstract
This research discusses the problem of drug abuse that occurs in various countries, including in Indonesia. Various methods have been carried out by the government to tackle the problem of drug abuse to prevent or eradicate to the full extent of drug abuse and illicit trafficking in Indonesia. One method used is the pattern of empowerment of all walks of life that is useful for mobilizing and empowering the community independently in efforts to Prevent and Eradicate Abuse and Illicit Traficking of Drugs (P4GN). One of the International Non Government Organization (INGO) that pay attention to the problem of drug abuse that occurs in various countries is the Community Anti-Drug Coalitions of America (CADCA), where they are also present in Indonesia to form a coalition from all walks of life to address drug problems through various methods carried out.
Keywords: Drugs, Community Empowerment, CADCA, Community Coalition
1 Universitas Indonesia, Depok. Email: [email protected]
PENDAHULUAN
Dewasa ini negara-negara di dunia menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks, mengikuti dinamika hubungan internasional yang terus berubah. Masalah tersebut tidak hanya terjadi di ranah domestik (nasional) saja akan tetapi terjadi melintasi batas-batas negara (transnasional). Salah satu masalah yang dialami oleh banyak negara di dunia kemudian dikenal dengan istilah yang cukup populer yaitu kejahatan transnasional (transnational crime). Kejahatan transnasional secara sederhana dapat dipahami sebagai bentuk kejahatan yang terjadi melintasi batas-batas dari dua negara atau lebih. Menurut pakar politik dan pemerintahan Richard J. Payne, sebagaimana masyarakat dan individu menjadi terhubung satu sama lainnya, bentuk globalisasi ini memungkinkan jaringan kriminal untuk bekerja melalui berbagai aktivitas global yang legal dan menciptakan koneksi dengan berbagai negara yang berbeda (Payne, 2013: 256).
Ada berbagai jenis kejahatan transnasional yang terjadi dalam sisten internasional saat ini. Diantaranya adalah perdagangan gelap Narkoba, penculikan, perdagangan manusia, praktek perbudakan, peredaran barang-barang palsu, penyelundupan, pembajakan, serangan siber, perdagangan barang-barang curian, perdagangan hewan eksotis yang dilindungi, dan berbagai aktifitas kriminal lainnya. United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) dalam laporannya tahun 2019 menyebutkan ada empat area pasar kejahatan transnasional terorganisir yang paling aktif di wilayah Asia Tenggara yaitu:
1. Narkoba dan bahan-bahan kimia prekursor (methamphetamin dan heroin dengan mengacu kepada tantangan narkoba yang terjadi)
2. Perdagangan manusia dan penyelundupan kaum migran
3. Kejahatan lingkungan (satwa liar dan perdagangan kayu ilegal) 4. Barang-barang palsu dan obat-obatan palsu
Sementara itu Kementerian Luar Negeri RI menyebutkan bahwa dalam perkembangan kejahatan transnasional yang terus adaptif dengan perubahan zaman, Indonesia menaruh perhatian khusus terhadap beberapa kejahatan transnasional yaitu:
perdagangan orang dan penyelundupan manusia, korupsi dan pencucian uang, kejahatan
kehutanan dan satwa liar, kejahatan perikanan, perdagangan ilegal benda-benda cagar budaya serta yang tidak kalah seriusnya yaitu kejahatan narkoba dan prekursornya.
Khusus kejahatan Narkoba, pemerintah Indonesia menggolongkannya sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crime) bersama-sama dengan kejahatan Korupsi dan Terorisme.
Hal tersebut dikarenakan besar dan luasnya skala kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh ketiga extraordinary crime tersebut tidak hanya terhadap individu yang terkait langsung dengannya, namun juga beban/kerugian negara yang tidak sedikit jumlahnya.
Begitu seriusnya masalah Narkoba tersebut, sehingga Presiden RI Joko Widodo mengeluarkan pernyataan bahwa Indonesia berada dalam situasi “Darurat Narkoba”.
Pernyataan itu ia sampaikan berulang kali dalam berbagai kesempatan baik dalam forum resmi seperti rapat kabinet maupun dalam kapasitasnya sebagai kepala negara yang menghadiri berbagai forum nasional di berbagai tempat. Hal tersebut menunjukkan bahwa masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba telah menjadi salah satu permasalahan serius yang juga di hadapi oleh Indonesia, sebagaimana negara-negara lain yang ada di kawasan maupun secara global. Bila dilihat dari statusnya sebagai suatu masalah yang “darurat”, hal tersebut dapat juga diartikan bahwa negara beserta seluruh aparatur negara dan masyarakat harus bersiap siaga untuk menghadapi musuh bersama yaitu Narkoba sebagaimana negara menghadapi musuh berbahaya lainnya dan siap berperang untuk menjaga kedaulatan negara agar tidak jatuh ke tangan musuh.
Menurut data yang dimiliki oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah korban jiwa yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan Narkoba mencapai 30-50 orang per hari. Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian antara BNN dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kerugian negara akibat kasus Narkoba mencapai Rp 86,4 triliun. Dari total jumlah tersebut, Rp 64 triliun diantaranya digunakan oleh para sindikat narkoba untuk belanja narkoba. Fakta-fakta lainnya yang terjadi yang menyebabkan Indonesia berada dalam situasi darurat Narkoba adalah:
1. Daya rusak Narkoba yang dipandang lebih serius jika dibandingkan dengan kejahatan Korupsi dan Terorisme karena merusak otak dan tidak ada jaminan untuk sembuh
2. Disinyalir terdapat pula keterlibatan aparat atau pihak berwenang dalam kasus narkoba
3. Wilayah sebaran Narkoba di tanah air yang telah menyebar ke seluruh pelosok wilayah dan menyasar kalangan anak-anak (regenerasi pansa pasar)
4. Potensi pasar Narkoba yang besar (dengan prevelansi penyalahguna Narkoba di Indonesia sebesar 1,77 % atau setara dengan jumlah kurang lebih 3,3 juta orang) 5. Adanya sejumlah temuan Narkoba jenis baru (terdapat 76 jenis Narkoba baru
yang teridentifikasi di Indonesia dengan 71 jenis diantaranya sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.44 Tahun 2019 sedangkan 5 jenis sisanya belum diatur di dalam Undang-undang tersebut)
6. Kerugian jiwa dan material akibat penyalahgunaan Narkoba yang sangat besar jumlahnya
7. Dukungan modal yang sangat besar yang dimiliki oleh jaringan Narkoba yang beroperasi di Indonesia dengan skala internasional
8. Adanya jaringan internasional yang beroperasi di Indonesia yaitu jaringan Afrika Barat, Iran, Tiongkok, Pakistan, Malaysia dan juga Eropa)
9. Jalur masuk Narkoba ke Indonesia terutama melalui jalur laut dan pelabuhan tidak resmi
10. Adanya aksi para narapidana kasus Narkoba yang masih mengendalikan peredaran gelap narkoba dari dalam penjara.
11. Disinyalir ada 60 jaringan Narkoba yang dikendalikan oleh Narapidana di 22 lapas
12. Adanya indikasi proxy war yang digunakan oleh negara-negara asing dalam peredaran gelap markoba di Indonesia.
Menghadapi situasi negara yang berada dalam status darurat Narkoba, pemerintah yang dalam hal ini melalui Badan Narkotika Nasional mengeluarkan sejumlah strategi dan kebijakan yang komprehensif untuk mengatasi masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang semakin hari semakin meningkat intensitasnya.
Sebagaimana halnya hukum permintaan dan penawaran yang kita kenal dalam dunia ekonomi dan bisnis, maka dalam permasalahan Narkoba juga terdapat dua bidang utama yang menjadi perhatian serius pemerintah yaitu dari aspek “supply & demand”. Aspek
supply (persediaan) dapat diartikan sebagai upaya untuk megurangi pasokan peredaran gelap Narkoba yang ada di pasaran. Sedangkan aspek demand (permintaan) dipahami sebagai upaya untuk mengurangi permintaan akan Narkoba tersebut.
Bagaimana strategi pemerintah dalam aspek supply? Aspek supply ini dilakukan dengan berbagai strategi yang terencana dan bersinergis dengan berbagai pihak lainnya, yaitu: dengan memperkuat sistem interdiksi di wilayah jalur-jalur masuk yang ada (pelabuhan laut, bandara, dan perbatasan lintas darat), mengungkap jaringan tindak kejahatan Narkoba sampai tuntas, menyita aset para sindikat Narkoba yang berasal dari kejahatan Narkoba, menigkatkan koordinasi dan kerjasama antara institusi dan lintas batas negara untuk mengungkap jaringan sindikat Narkoba serta mendorong tindakan hukum yang tegas (hingga hukuman mati) terhadap para bandar atau sindikat yang telah mendapat vonis pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Upaya-upaya ini dilakukan untuk dapat memutus rantai peredaran gelap Narkoba dari bandar atau sindikat Narkoba dan cenderung bersifat represif namun harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Untuk mengimbangi upaya memutus rantai peredaran gelap Narkoba, maka harus dilakukan penanganan dari aspek demand dengan berbagai langkah yaitu: dengan mengembangkan sistem pertahanan diri masyarakat secara intensif melalui upaya pencegahan sejak dini, mengembangkan sisten deteksi dini penyalahgunaan Narkoba di lingkungan keluarga, pendidikan dan lingkungan kerja, optimalisasi peran serta seluruh lapisan masyarakat baik dari instansi pemerintah, lingkungan swasta, dan organisasi kemasyarakatan dalam upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), serta dengan mengembangkan layanan rehabilitasi bagi para pecandu Narkoba yang berkelanjutan.
Jika di masa lalu pendekatan yang bersifat represif (penegakan hukum) untuk penanganan masalah Narkoba dianggap lebih baik karena dapat melakukan tindakan tegas secara langsung terhadap para bandar dan sindikat Narkoba, namun seiring dengan pergeseran waktu pendekatan tersebut tidak lagi menjadi prioritas utama banyak negara di dunia, termasuk di Indonesia. Dalam hal ini pendekatan yang bersifat preventif menjadi pilihan negara-negara di dunia untuk mengatasi permasalahan Narkoba di wilayahnya masing-masing. Hal ini dapat dilihat di lihat dalam pelaksanaan Sidang Sesi ke-62 Commission on Narcotics Drugs (CND) di Vienna, Austria yang memperlihatkan sikap
sebagian besar negara maju dan Amerika Latin yang berpandangan bahwa penegakan hukum yang keras tidak selalu efektif untuk menyelesaikan masalah Narkoba.
Pendekatan melalui upaya pencegahan dan rehabilitasi yang berdasarkan pada prinsip- prinsip kesehatan publik dan hak asasi manusia dipandang lebih sesuai untuk mengatasi permasalahan Narkoba dewasa ini.
Pemerintah melalui BNN juga turut merespon perubahan zaman ini dengan melakukan upaya pencegahan melalui berbagai metode namun tetap melakukan upaya penegakan hukum sehingga penanganannya bersifat komprehensif dan berimbang. Salah satu metode yang dilakukan adalah dengan melakukan pemberdayaan masyarakat dalam upaya P4GN. Menurut Daigo Makihara, dkk dalam tulisan mereka “Concept and Process of Community Empowerment and Networking Program”, pemberdayaan masyarakat dan program jejaring adalah sebuah pendekatan inovatif untuk pembangunan masyarakat dengan cara optimalisasi penggunaan berbagai sumberdaya lokal dan kesempatan, tanpa adanya pembatasan terhadap sektor tertentu (Daigo Makihara, et.al, 2013: 1). Sebagai perwakilan pemerintah, BNN dalam hal ini melakukan koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak baik dalam dan luar negeri untuk dalam rangka upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba. Salah satunya adalah dengan Community Anti-Drug Coalitions of America (CADCA) yang merupakan bentuk koalisi anti narkoba dari Amerika Serikat.
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa pola pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu metode yang dilakukan pemerintah, sehingga kerjasama yang dilakukan dengan CADCA menjadi penting karena CADCA memiliki tujuan untuk membangun dan memperkuat kapasitas koalisi komunitas masyarakat melalui pelatihan, edukasi dan advokasi kebijakan public, strategi media, konferensi internasional dan kegiatan lainnya untuk memberdayakan masyarakat dalam hal penyelesaian masalah narkoba dan alkohol.
METODE
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitis melalui studi literatur yang diperoleh dari berbagai bahan bacaan seperti buku, jurnal, bahan laporan, artikel dan berita dari sumber online untuk kemudian diolah sesuai kebutuhan dalam penelitian ini. Selain itu sumber
data juga diperoleh dengan melakukan metode wawancara melalui media komunikasi (handphone) dengan program officer CADCA yang ada di Indonesia dan perwakilan dari LSM Granat untuk memperoleh data-data lainnya yang diperlukan untuk melengkapi tulisan ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
CADCA sebagai bentuk koalisi masyarakat dan Advokasi permasalahan Narkoba
CADCA adalah sebuah organisasi internasional yang pertama kali didirikan pada tahun 1992 sebagai rekomendasi dari Dewan Penasehat Presiden di bidang Narkoba. Hal tersebut di dasarkan pada permasalahan penyalahgunaan Narkoba di Amerika Serikat khususnya dan merespon situasi yang berkembang pada umumnya di dunia internasional.
Jika menilik dari perjalanan waktu, masalah penyalahgunaan obat-obatan terlarang di Amerika disebutkan telah menjadi masalah jangka panjang di dalam kehidupan masyarakat di Amerika sehingga mendapat perhatian khusus selama kurun waktu lebih dari 30 tahun yang lalu. Bahkan pada tahun 1971, Presiden Amerika Serikat di masa itu yaitu Richard Nixon mendeklarasikan perang terhadap narkoba, dan menyebutkan Narkoba khususnya heroin sebagai public enemy nomor satu (Gerstein and Green, 1993).
CADCA sendiri adalah sebuah organisasi internasional non-pemerintah yang saat ini mewakili 5.000 koalisi anti narkoba yang ada di Amerika Serikat dan di seluruh dunia yang terdiri dari sektor-sektor penting seperti lingkungan sekolah, kalangan penegak hukum, pemuda, orang tua, tenaga kesehatan, media dan kalangan lainya (CADCA, 2018). Visi dari CADCA adalah dunia yang aman, dan komunitas yang sehat dan bebas dari narkoba. Sedangkan misi CADCA adalah untuk memperkuat kapasitas dari koalisi masyarakat untuk menciptakan dan menjaga komunitas global yang sehat dan bebas narkoba. Visi dan misi ini dilakukan CADCA melalui pembentukan koalisi masyarakat yang menekankan pada kekuatan koalisi untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba melalui upaya kolaborasi komunitas.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan koalisi masyarakat dalam untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba? Sebuah koalisi yang dimaksud di sini adalah persetujuan formal untuk kerjasama dan kolaborasi antara berbagai kelompok atau sektor
di masyarakat dimana setiap kelompok tetap menjaga identitasnya tetapi semua setuju untuk bekerjasama menuju satu tujuan bersama yaitu untuk membangun masyarakat yang aman, sehat, dan bebas dari penyalahgunaan Narkoba. Konsep dasarnya adalah koalisi dapat menggabungkan seluruh potensi yang ada di masyarakat untuk bersama-sama mengembangkan dan melaksanakan strategi yang sudah teruji untuk mengurangi penggunaan dan penyalahgunaan Narkoba di tingkat populasi.
Dapat dikatakan bahwa metode koalisi komunitas yang dilakukan CADCA adalah sebagai bentuk metode pemberdayaan masyarakat. Metode ini bermula dari tren permasalahan penyalahgunaan Narkoba yang terus meningkat dan bertambah rumit dalam penanganannya dimana cara-cara atau metode sebelumnya yang cenderung mengabaikan karakteristik lokal dan potensi masyarakat setempat tidak memberikan hasil yang diinginkan dalam jangka panjang. Sehingga dihasilkan suatu bentuk metode yang tidak hanya menuntut para pimpinan koalisi yang paham akan tren nasional dan internasional tentang penyalahgunaan Narkoba serta mendapat manfaat dari berbagai riset terkini yang dilakukan oleh para ahli, namun mereka juga tidak boleh mengabaikan potensi lokal sehingga dapat mengidentifikasi dan mengatasi resiko dan faktor protektif.
Penelitian yang dilakukan telah membuktikan bahwa di seluruh Amerika Serikat dan negara-negara lainnya di seluruh dunia, koalisi masyarakat ini dapat membuat perbedaan yang signifikan. Koalisi di tingkat lokal terbukti dapat merubah pemahaman dan tindakan masyarakat terhadap berbagai masalah sosial yang terjadi di sekeliling masyarakat antara lain penyalahgunaan alkohol, penggunaan tembakau serta ancaman Narkoba itu sendiri. Dengan memobilisasi seluruh anggota masyarakat seperti orang tua, para guru, pemuda, polisi, petugas kesehatan, dan lain-lain membuat masyarakat dapat melakukan perubahan diri mereka sendiri. Orang-orang yang berada dan bersentuhan secara langsung dengan masyarakat memiliki kemampuan dan syarat yang diperlukan untuk mencari solusi yang tepat sasaran dari berbagai masalah yang dihadapi.
Dalam mengadvokasi isu-isu sosial khususnya permasalahan Narkoba yang bersifat lintas batas (transnasional), CADCA melakukan strategi yang efektif yaitu salah satunya dalam bentuk kampanye untuk membangkitkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya hidup sehat dan bahaya penyalahgunaan Narkoba. Kampanye untuk meningkatkan kesadaran publik dapat didefinisikan sebagai aktivitas komunikasi yang terorganisir yang bertujuan untuk menciptakan kesadaran dan merubah kebiasaan
diantara populasi pada umumnya. Kampanye tersebut sering juga dikarakteristikkan sebagai kampanye media massa (Hawkes, 2013). Kampanye dilakukan untuk mempengaruhi pengambilan kebijakan yang berpengaruh terhadap kehidupan banyak orang. Dalam hal ini, berbagai komunitas lokal yang digandeng oleh CADCA memiliki tujuan dan perhatian yang sama yaitu sinergitas melalui kampanye untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba.
Wujud advokasi CADCA terhadap isu Narkoba saat ini tidak hanya dalam skala lokal namun juga skala internasional yang diwujudkan dalam program internasional CADCA. Program internasional CADCA dimulai sejak tahun 2004 yang bekerjasama dengan U.S. Department of State, Bureau of International Narcotics and Law Enforcement Affairs (INL) dan organisasi internasional lainnya. Saat ini program Internasional CADCA sudah ada di berbagai benua dan negara di dunia. Di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia, program CADCA terdapat di negara Argentina, Brazil, Costa Rica, Republik Dominika, Paraguay, Peru & Uruguay. Di benua Afrika, program CADCA terdapat di Ghana, Kenya, Senegal, Afrika Selatan, Mauritius, Togo, Uganda.
Di wilayah Asia Tengah terdapat di Kyrgyzstan dan Tajikistan. Di wilayah Asia Pasifik terdapat di negara Filipina dan Indonesia, dan di Eropa program CADCA ada di Albania.
Bentuk-bentuk kegiatan utama yang dilakukan dalam program internasional CADCA adalah advokasi terhadap kebijakan publik, menyelenggarakan konferensi, kegiatan pengembangan kapasitas (capacity building) dan berbagai pelatihan (trainings), program kepemimpinan pemuda, dan bantuan teknis.
CADCA sebagai aktor non negara transnasional berusaha untuk memperluas jejaring atau networks melalui program internasional karena mereka melihat jejaring memegang peranan penting dalam dinamika politik internasional. Jejaring luas yang mereka miliki yang melintasi batas negara inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor keberhasilan program internasional mereka di berbagai negara. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Betsill bahwa jejaring transnasional mengarah pada jejaring yang menyatukan berbagai badan, kelompok, atau organisasi dibandingkan anggota individual (Betsill, 2006: 176). Kekuatan individu yang sangat terbatas untuk mengatasi sebuah permasalahan yang kompleks tentu tidak akan memberikan hasil yang optimal. Jejaring transnasional yang bersifat cair dan terbuka di antara aktor-aktor yang memiliki tujuan
yang sama dapat memberikan solusi dan jawaban untuk masalah penyalahgunaan Narkoba yang terjadi di suatu komunitas.
Beberapa contoh keberhasilan Koalisi Masyarakat CADCA dapat dilihat di Mexico tepatnya Koalisi Masyarakat Altavista, Ciudad Juarez Mexico yang telah berhasil menutup adanya pasar narkoba yang beroperasi secara bebas di taman. Komunitas di sana secara aktif bermitra dengan penegak hukum lokal dalam pelaksanaan operasi bebas Narkoba di taman dengan menjamin keamanan relawan dan masyarakat. Koalisi menggunakan strategi dengan tujuan menutup pasar narkoba yang ada di taman kemudian mengembalikan fungsi taman untuk kepentingan masyarakat umum. Tidak selesai di situ, koalisi juga bekerjasama dengan pemerintah lokal dan pengusaha untuk merenovasi dan merestorasi taman yang sebelumnya di gunakan dalam transaksi Narkoba. Untuk upaya preventif di kemudian hari, sejumlah peraturan dan jam operasi penggunaan taman serta pemasangan rambu-rambu yang ada di taman dilakukan yang diikuti dengan peran aktif anggota koalisi, pemuda dan warga sekitar untuk ikut merehabilitasi taman dan memasang pagar pembatas di taman untuk menjaga keamanan taman khususnya di malam hari.
Selain Mexico, keberhasilan program juga dapat dilihat dari koalisi masyarakat di Peru. Pengamatan dari tahun 2006-2011 koalisi masyarakat di Lima, Peru sukses menyasar penyalahgunaan Narkoba dan kriminal. Pengurangan tersebut terjadi khususnya pada masalah gang dan kriminalitas di masyarakat, pengurangan dalam akses dan penggunaan alkohol pada pengguna di bawah umur serta pengurangan dalam akses dan penggunaan Narkoba (yang meliputi pembelian dan penjualan Narkoba dan penggunaan Narkoba).
Peran CADCA dalam mengatasi permasalahan Narkoba di Indonesia Permasalahan Narkoba di Indonesia yang tidak bisa di selesaikan oleh instansi pemerintah saja mengharuskan sinergitas dengan berbagai pihak baik di dalam maupun luar negeri. CADCA adalah salah satu organisasi internasional yang telah menjalin kerjasama dengan pemerintah dalam hal ini dengan BNN untuk mengatasi penyalahgunaan Narkoba di Indonesia yang jumlahnya terus menunjukkan peningkatan.
Pertemuan dan pembahasan kerjasama yang intensif antara BNN dan CADCA dilakukan dalam pertemuan secara bilateral yang dilakukan di sela-sela sidang Commission on
Narcotic Drugs (CND) ke-62 di Vienna, Austria. CND dibentuk berdasarkan Resolusi 9 (1) Economic and Social Council (ECOSOC) tahun 1946 untuk membantu ECOSOC dalam hal supervisi penerapan perjanjian internasional untuk pengendalian Narkoba.
Sinergi yang dilakukan CADCA tidak hanya dengan menggandeng pemerintah yang diwakilkan oleh BNN namun juga dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) anti narkoba terkemuka yang ada di Jakarta yaitu Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) dan juga PLATO Foundation untuk membentuk koalisi yang terdiri dari tokoh agama, tokoh masyarakat, penegak hukum, dunia usaha, komponen masyarakat, jasa kesehatan dan stake holder lainnya untuk mengatasi masalah penyalagunaan Narkoba di wilayah tersebut. Pendekatan awal yang dilakukan dengan BNN sebagai perwakilan pemerintah adalah strategi yang tepat karena selain BNN adalah institusi resmi negara yang mengurus permasalahan Narkoba di Indonesia, BNN juga memiliki pola atau metode pemberdayaan masyarakat untuk penanganan masalah Narkoba di Indonesia.
Setelah berhasil menjalin sinergi dengan BNN sebagai awal, CADCA kemudian memperkuat kerjasama tersebut dengan menjalin kerjasama dengan LSM Granat di Jakarta dan Plato Foundation di Surabaya sebagai perwakilan dari lingkungan masyarakat. Dua kawasan yang dipilih oleh CADCA yaitu Jakarta dan Surabaya juga bukanlah wilayah yang dipilih secara acak atau tanpa alasan. Wilayah Jakarta dan Surabaya dipilih setelah CADCA berdiskusi dan memperoleh masukan dari BNN terkait wilayah atau kawasan rawan Narkoba di Indonesia. Dari masukan tersebut, kemudian dipilihlah Jakarta dan Surabaya sebagai pilot project untuk mengatasi permasalahan Narkoba di Indonesia.
Jika diteliti lebih lanjut, Jakarta adalah sebagai kota terbesar di Indonesia dan memiliki populasi penduduk yang sangat padat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik per tahun 2018 penduduk di provinsi DKI Jakarta adalah sebanyak 10.467.629 orang.
Dari jumlah tersebut, jumlah terbanyak penduduk di Jakarta terdapat pada kelompok umur 25-39 tahun yang mencapai jumlah 2.969.332 jiwa (BPS, 2018). Dengan mayoritas dari kelompok umur yang tergolong usia muda, wilayah Jakarta adalah wilayah yang sangat rawan dengan peredaran dan penyalahgunaan Narkoba yang terutama menyasar kepada anak-anak muda. Sebagai ibukota negara dengan berbagai karakteristik penduduk dan permasalahan sosial yang sangat kompleks di dalamnya, maka tidak mengherankan Jakarta menjadi sasaran empuk para bandar dan sindikat Narkoba dari dalam maupun luar
negeri. Hal tersebut terbukti dengan data yang dimiliki oleh BNN bahwa provinsi DKI Jakarta menempati posisi pertama dari seluruh provinsi di Indonesia dengan prevalensi penyalahguna Narkoba tertinggi yang mencapai 3,34 % (kurang lebih berjumlah 260.656 orang).
Setelah Jakarta, kota Surabaya juga dijadikan proyek percontohan untuk mengatasi permasalahan Narkoba. Kota Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia pasti memiliki berbagai permasalahan sosial di dalamnya termasuk penyalahgunaan Narkoba. Provinsi Jawa Timur dimana kota Surabaya berada memiliki prevalensi penyalahguna Narkoba yang cukup tinggi yaitu 1,72 % (setara dengan kurang lebih 492.157 orang). Kota Surabaya adalah salah satu sentra dari perkembangan zaman yang terus menerus akan mengalami perubahan yang sangat dinamis dan menghadapi masalah sosial yang kompleks. Data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penyalahguna Narkoba berdasarkan usia pertama kali memakai Narkoba pada kelompok umur di bawah 15 tahun. Selain itu, penyalahguna Narkoba dari kalangan pelajar (setingkat SLTA) juga sangat tinggi.
Penunjukkan LSM Granat dan Plato Foundation sebagai mitra juga merupakan pilihan yang tepat karena latar belakang kedua LSM tersebut yang sudah dikenal baik oleh berbagai lapisan masyarakat. Granat yang didirikan pada tanggal 28 Oktober 1999 yang lalu memiliki visi dan misi yang berangkat dari keprihatian dan keresahan melihat kondisi anak bangsa yang menjadi korban penyalahgunaan Narkoba sehingga bersama- sama membentuk wadah untuk mengatasi masalah tersebut sekaligus juga menunjukkan rasa nasionalisme terhadap bangsa dan negara Indonesia. Granat juga memiliki track record yang cukup baik di dalam pandangan masyarakat karena telah berkiprah sejak lama dan aktif terhadap isu-isu Narkotika yang berkembang di masyarakat. Jaringan yang dimiliki oleh Granat kini sudah menjangkau di provinsi, Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, Kelompok Kerja pada Perusahaan Swasta, Cabang-cabang khusus pada pemukiman, Kecamatan-kecamatan, bahkan di setiap desa/kelurahan di seluruh Indonesia.
PLATO (emPowering and Learning through Assistance, Training, Organizing) atau (Pemberdayaan dan Pembelajaran melalui Pendampingan, Pelatihan dan Pengorganisasian) adalah sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pengembangan diri dan pemberdayaan masyarakat. Didirikan pada Mei 2012 di Surabaya oleh
sekelompok orang yang memiliki komitmen dan kepedulian terhadap berbagai masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Plato bertujuan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas masyarakat agar mandiri dan mampu menghadapi tantangan global.
Yang tidak kalah pentingnya adalah Plato telah membangun jejaring, kerjasama dan sinergi baik dengan pemerintah dan berbagai stakeholder di tingkat lokal, nasional dan internasional. Visi dan misi yang dimiliki oleh lembaga ini sangat sesuai untuk mendukung misi CADCA membangun koalisi masyarakat anti Narkoba di Surabaya.
Kolaborasi CADCA dan Granat berhasil membentuk sebuah koalisi yang diberi nama Koalisi Pegangsaan, yang diambil dari nama sebuah kawasan rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di Jakarta. Koalisi ini terdiri dari 32 orang yang terdiri dari berbagai latar belakang seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, biro pemerintahan dan sektor lainnya yang berkomitmen untuk mengatasi masalah Narkoba di wilayah mereka. Saat ini koalisi ini sudah berjalan selama lebih kurang 2 tahun dan telah mendapatkan pelatihan dan peningkatan kemampuan masing-masing personel agar siap menghadapi berbagai kondisi di lapangan nantinya. Dari Koalisi Pegangsaan yang dibentuk, kemudian melahirkan lagi koalisi-koalisi lainnya untuk mendukung visi dan misi lingkungan yang bersih dari penyalahgunaan Narkoba seperti Koalisi Masyarakat Anti Narkoba Cikini-Gondang Dia, Koalisi Masyarakat Anti Narkoba Kebon Sirih dan Koalisi Masyarakat Anti Narkoba Menteng. Sejauh ini Koalisi yang dibentuk telah menunjukkan tren yang positif akan kepedulian dan partisipasi masyarakat untuk sama- sama merubah lingkungan mereka agar menjadi semakin aman dan bersih dari penyalahgunaan Narkoba.
Koalisi lainnya yang berhasil dibentuk adalah Koalisi Putat Jaya yang ada di Surabaya. Sama halnya seperti di Jakarta, nama Koalisi Putat Jaya di ambil dari nama salah satu kelurahan yang rawan peredaran gelap dan penyalahgunaan Narkoba di Surabaya. Koalisi ini secara resmi di launching sekaligus pengukuhan anggotanya pada tanggal 11 Oktober 2019. Para anggota Koalisi tersebut telah menjalani serangkaian pelatihan yang dimulai sejak tahun 2017 hingga 2018 yang difasilitasi oleh Plato Foundation bekerjasama dengan BNN Provinsi Jawa Timur dan CADCA. Koalisi dan peran serta masyarakat serta elemen lainnya tidak bisa dipisahkan agar kawasan Putat Jaya bersih dari Narkoba. Contoh nyata rencana aksi yang dilakukan adalah membuat gebrakan yang melibatkan masyarakat, dari dan untuk masyarakat dengan “Gerakan
Rp.1000,-“ per-keluarga di Putat Jaya per bulannya. Dana yang terkumpul tersebut nantinya akan digunakan untuk kepentingan pelaksanaan strategi yang telah disusun untuk pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan Narkoba di lingkungan Putat Jaya. Gerakan ini adalah sebuah langkah sederhana yang sangat bermanfaat untuk menyelamatkan generasi muda yang ada di wilayah Putat Jaya.
KESIMPULAN
Dalam situasi politik internasional yang kini seolah-olah tanpa batas akibat fenomena globalisasi, berbagai aktor kini muncul dalam menghadapi berbagai isu yang muncul dalam hubungan negara-negara di dunia. Jika di masa lalu negara adalah sebagai aktor dominan dengan isu keamanan menjadi isu yang mendapat perhatian utama, di masa kini aktor non negara telah memainkan peranan yang tidak kalah pentingnya dalam menghadapi berbagai isu hubungan internasional lain yang tidak hanya berfokus pada isu-isu keamanan negara namun juga meluas ke bidang lainnya seperti lingkungan hidup, keamanan pangan, ekonomi, energi, kejahatan lintas batas serta isu-isu lainnya.
Kapasitas negara yang terbatas yang belum tentu bisa menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di wilayahnya, apalagi jika menyangkut isu yang bersifat lintas batas negara. Kerjasama dan sinergitas harus dilakukan baik dengan pemerintah negara lain maupun dengan aktor non negara baik dalam skala lokal maupun internasional.
Permasalahan penyalahgunaan Narkoba sebagai masalah yang dihadapi oleh banyak negara telah mendapat perhatian salah satu INGO dari Amerika Serikat yaitu CADCA untuk mengatasi masalah tersebut. CADCA sebagai salah satu aktor strategis transnasional kemudian bergerak tidak hanya di negara asalnya saja namun juga memperluas jangkauannya dengan program internasional yang menyasar berbagai negara lain di dunia.
Konsep yang ditawarkan adalah dengan pembentukan Koalisi Masyarakat Anti Narkoba di banyak negara yang telah dimulai sejak tahun 2005. Koalisi dilakukan dengan melibatkan berbagai sektor baik dari pemerintah, swasta dan masyarakat dengan tujuan akhir perubahan populasi atau masyarakat yang bersih dari penyalahgunaan Narkoba dalam jangka panjang. Koalisi yang telah dibentuk tidak berhenti sampai di situ saja.
Namun mereka yang telah mendapatkan pelatihan dan pengembangan kapasitas harus mampu untuk melahirkan koalisi-koalisi lainnya demi memperluas jaringannya sehingga
bersama-sama dapat menyelesaikan masalah penyalahgunaan Narkoba sebagai musuh bersama.
Konsep komunitas koalisi ini dipilih oleh CADCA karena koalisi dipandang telah berhasil dalam memilih dan menerapkan kombinasi yang tepat dari berbagai strategi untuk mengatasi kondisi lokal yang menyumbang pada penyalahgunaan Narkoba dalam komunitas mereka. Karya nyata dari koalisi yang efektif adalah upaya mereka untuk mengubah sikap, perilaku, sistem dan lingkungan yang tidak sesuai menjadi sikap, perilaku, sistem dan lingkungan yang mendukung masyarakat sehat, aman dan bebas dari penyalahgunan Narkoba dalam jangka panjang. Pelibatan seluruh masyarakat adalah faktor yang sangat penting dilakukan karena selain untuk mendapatkan hasil yang maksimal, masyarakat yang aman dan sehat pada tataran lokal akan membawa dampak signifikan terhadap stabilitas negara secara nasional yang pada akhirnya membawa dampak positif terhadap negara tersebut di mata rakyatnya sendiri maupun dalam pandangan dunia internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Betsill, Michelle M., Kathryn Hochstetler dan Dimitris Stevis.(2006). Palgraves Advances in International Environmental Politics. New York: Palgrave MacMillan.
Gerstein, Dean R. dan Lauren W. Green. (1993). Preventing Drug Abuse: What do We Know?. Washington DC: National Academic Press.
Hawkes, Corinna. (2013). Promoting healthy diets through nutrition education and changes in the food environment; an International Review of Actions and Their Effectiveness. Background paper for The International Conference on Nutrition (ICN2). The Food and agricultural Organization of The United Nations (FAO).
Makihara, Daigo, et.al. (2013). Concept and Process of “Community Empowerment Networking Program”. Retrieved from researchgate. net/ publication/
237249587_Concept_and_Process_of_Community_Empowerment_and_Networki ng_Program
Payne, Richard J. (2013). Global Issues (4th Edition). London: Pearson Publisher.
United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). 2019. Transnational Organized Crime in Southeast Asia: Evolution, Growth and Impact.
United Nations. 2019. World Drug Report. Global Overview of Drug Demand and Supply. Internationalrelations.org/transnational-crime/. Diakses 18 November 2019.
Kemlu.go.id/portal/id/read/89/halaman-list-lainnya/kejahatan-lintas-negara. Diakses 18 November 2019.
Suara.com/bisnis/2019/04/16/191309/bnn-penyedia-jasa-keuangan-diminta-ikut- berantas-kejahatan-narkoba. Diakses 18 November 2019.
UNODC.org/unodc/en/commissions/CND/. Diakses 18 November 2019.
Jakarta.bps.go.id/statictable-html. Diakses 20 November 2019.
Granat.or.id/about/history. Diakses 20 November 2019.
Platofoundation.com/about/html. Diakses 20 November 2019.