Pada penulisan skripsi ini, penisilis menbagan talamanan Persamaan Sengketa Harta Bersama Yang Dijaminkan Dan Diperjualbelikan Tanpa Sepengetahuan Mantan Suami (Study Case Di Desa Durensewu Kecamatan Pandaan). In writing this thesis, the author raises the issue of settling joint property disputes that are guaranteed and traded without the knowledge of the ex-husband (case study in Durensewu Village, Pandaan District). The choice of the theme was motivated by the problems that occurred in the village of Durensewu, there was a husband and wife who had been separated for a long time, but their joint assets were guaranteed and traded by the ex-wife without the knowledge of the ex-wife man.
Because the dispute did not end, one of the parties asked the village chief to mediate the dispute. Based on the above background, the author formulates the problem as follows: 1. How to resolve disputes about joint assets that are pledged and traded without the knowledge of the ex-husband.
This dispute resolution process uses a mediation route where the village headman acts as a mediator and the head of the neighborhood association acts as a witness. The results of the mediation are as follows, since the object of dispute has already been sold by the ex-wife, the money from the sale of the object of dispute is divided by 70% given to the ex-husband because the construction of the house was done without the intervention of the ex-wife and the ex-husband also receives proper custody of the child, while the ex-wife receives 30% from the sale of the object in dispute. Berangkat melalui masalah yang berada di Desa Durensewu dimana dapatan pasangan suami istri yang bercerai lama namun harta bersama mereka telah damiankan serta dijual tanpa sepengetahuan mantan suami oleh pitak mantan istri.
Dari penjelasan di atas, penulis terdorong untuk memasukkan penelitian dengan judul “Penyelesaian Sengketa Harta yang Diagunkan dan Diperdagangkan Tanpa Sepengetahuan Mantan Suami Istri (Studi Kasus di Desa Durensewu Kecamatan Pandaan)”.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Manfaat Praktis
Orisinalitas Penelitian
ILHAM AKBAR HARAHAP
TANPA PERSETUJUAN SALAH SATU PIHAK, MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (STUDI KASUS. Menurut Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU-XIII/2015, bahwa perjanjian pranikah dapat dilakukan sebelum perkawinan, pada saat perkawinan dan dalam hubungan perkawinan, sepanjang tidak merugikan pihak ketiga 62/Pdt.G /2013/PN.Tk yang menjauhkan gugatan dari penggugat karena tanah yang disengketakan bukan merupakan milik bersama atau yang disebut dengan harta bersama antara penggugat dan tergugat II.
KONTRIBUSI Bermanfaat untuk memberikan wawasan tentang cara jual beli harta bersama salah satu pihak. Penyelesaian Sengketa Harta Bersama dalam Perceraian (Analisis Putusan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta, Nomor Perkara: 42/Pdt.G/2015/PTAJK). Mengapa pengadilan menetapkan 1/3 (sepertiga) dari harta bersama untuk laki-laki dan 2/3 (dua pertiga) untuk perempuan dalam putusan nomor: 42/Pdt.G/2015/PTAJK.
Dasar pertimbangan majelis hakim Pengadilan Agama Tinggi Jakarta dalam pembagian harta bersama adalah berdasarkan rasa keadilan, sehingga sikap hakim dalam memutus perkara lebih berdasarkan pada hukum yang muncul dalam masyarakat. (menurut Kompendium Hukum Islam (Pasal 229), yaitu berdasarkan norma adat, suamilah yang harus mencukupi segala kebutuhan rumah tangga, seperti sandang, papan, pangan, dan lain-lain. PERBEDAAN Penelitian ini lebih pada perhatian dengan praktek penyelesaian sengketa harta bersama di peradilan agama, yang subjek kajiannya adalah penyelesaian sengketa harta bersama yang dipasarkan tanpa sepengetahuan mantan suami, sehingga terjamin keamanan hukum harta bersama.
Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan sosiologis-hukum, yaitu metode yang memberikan kerangka pembuktian atau kerangka pengujian untuk menjamin adanya kebenaran di masyarakat.9 Menurut pernyataan Prof. Peter Mahmud Marzuki Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan kaidah hukum, asas hukum, dan doktrin hukum untuk menjawab permasalahan tersebut. 10 Metode penelitian hukum adalah suatu cara yang sistematis dalam melakukan penelitian. 11 3. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (langsung) berkaitan dengan masalah yang akan dibahas oleh peneliti.12 Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, atau juga wawancara langsung dengan narasumber dengan peneliti.
Data sekunder merupakan data yang berkaitan erat dengan data primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami data primer, antara lain buku, jurnal, dan temuan penelitian. Sumber tertulis atau gambar dapat berupa dokumen resmi, arsip, majalah, buku, dokumen pribadi, dan foto-foto yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini, setelah seluruh data terkumpul, maka data yang telah terkumpul dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan atau kesimpulan.
Jenis analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menjelaskan atau mendeskripsikan peraturan-peraturan yang ada kemudian dikaitkan dengan keadaan yang terjadi di masyarakat, sehingga pada akhirnya dapat diambil kesimpulan.
Sistematika Penulisan
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Pokok bahasan pada subbab berikut ini adalah pengertian, dasar hukum, ruang lingkup, peredaran dan jual beli harta bersama. Subbab ketiga membahas tentang jenis dan mekanisme penyelesaian sengketa yang melibatkan litigasi dan penyelesaian non-prosedural.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
PENUTUP
KESIMPULAN
Sedangkan dalam Pasal 35 Undang-Undang Perkawinan dan Pasal 85 KHI, harta benda suami istri yang sedang dalam masa perkawinan diberi nama Harta Bersama. Sejak awal perkawinan otomatis terjadi percampuran harta dan harta pihak perempuan, hal ini merupakan ketentuan yang umum apabila tidak tercapai kesepakatan. Apabila harta bersama dibagikan dengan baik dan adil, hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan rasa hak yang tidak adil antara mantan suami dan mantan istri.
Jika suatu saat terjadi perselisihan, ia harus mengacu pada ketentuan Pasal 88 Kumpulan Hukum Islam yang mengatur tentang penanganan perselisihan antara suami dan istri di pengadilan agama. Hukum Islam memberikan kemudahan bagi masing-masing pihak untuk mengadakan akad nikah sesuai dengan keinginannya, dan akad yang dibuatnya akan mengikat secara hukum masing-masing pihak. Pandangan hukum Islam yang memisahkan harta pribadi sebenarnya untuk memudahkan pemisahan bagian mana yang menjadi milik suami dan bagian mana yang menjadi milik istri, bagian mana yang menjadi milik suami dan istri sebelum menikah, bagian mana yang menjadi harta perolehan suami. dan apa yang menjadi milik suami istri.
Perpisahan yang dikehendaki menurut hukum Islam sangat berguna dalam perpisahan antara suami dan istri ketika terjadi perceraian di antara mereka. Sebelum mempertemukan pihak-pihak yang bersengketa, tetua desa sebagai mediator melakukan musyawarah dengan perangkat desa dan ketua RT sebagai saksi. Hasil kesepakatan mediasi adalah seluruh hasil penjualan tanah dan rumah sengketa akan dibagi dengan mantan suami mendapat 70% dan mantan istri mendapat 30%. .
Mantan suami mendapat bagian lebih banyak karena mengingat pembangunan rumah itu berlangsung tanpa campur tangan istri, dan mantan suami mendapat hak asuh atas anak, yang nantinya akan diberikan sebagian uangnya kepada anak tersebut. Ada tiga faktor yang menghambat penyelesaian sengketa dalam perkara ini, yaitu kurangnya alat bukti, pihak-pihak yang bersengketa tidak dapat ikut serta, dan tidak adanya saksi.
SARAN
Wahyono Darmabrata, 1997, Review UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Perundang-undangan Pelaksanaannya, Cetakan 1, Jakarta: Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Wahyono Darmabrata, 2009, Ketentuan Perkawinan tentang Perkawinan Sipil, Hak dan Kewajiban Harta Suami Istri, Jakarta, Penerbit: Rizkita. Wahyoo Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, 2004, Hukum Perkawinan dan Keluarga di Indonesia, Jakarta, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Ramulyo Idris, 1999, Hukum Perkawinan Islam Analisis Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, Cet. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa, dalam Gatot Soemartono, 2006, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, Cet. Ahmad Bastomi dan Pinastika Prajna Paramita, 2021, Penyelesaian Sengketa Cerai Melalui Mediasi Program PUSAKA SAKINAH, Jurnal Hukum dan Kenotariatan Vol.