• Tidak ada hasil yang ditemukan

penyelesaian sengketa tapal batas desa oleh

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "penyelesaian sengketa tapal batas desa oleh"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan masalah

Bagaimana peran pemerintah daerah Kabupaten Bengkulu Tengah dalam penyelesaian sengketa perbatasan di Desa Kancing dan Desa Taba Mutung. Apa kendala penyelesaian sengketa perbatasan di Desa Kancing dan Desa Taba Mutung. Untuk mengetahui kendala dalam penyelesaian sengketa perbatasan di Desa Kancing dan Desa Taba Mutung.

Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkulu Tengah dalam penyelesaian sengketa perbatasan di desa Kancing dan Taba Mutung. Penyelesaian sengketa perbatasan di desa Kancing dan Taba Mutung berdasarkan konsep Al-Sulhu.

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran dalam pengembangan hukum tata negara (siyasah) terkait penyelesaian sengketa perbatasan oleh pemerintah daerah Bengkulu pusat. Sosialisasi kepada masyarakat dan civitas akademika khususnya mahasiswa fakultas Syari'ah tentang penyelesaian sengketa perbatasan oleh Pemerintah Daerah Bengkulu Tengah.

Penelitian terdahulu

Dalam penelitian ini data primer yang diperoleh peneliti berasal dari pemerintah daerah Kabupaten Bengkulu mengenai penyelesaian sengketa perbatasan antara Desa Kancing dan Desa Taba Mutung. Salah satu permasalahan perbatasan yang terjadi adalah sengketa perbatasan antara Desa Kancing dengan Desa Taba Mutung. Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkulu Tengah dalam penanganan konflik perbatasan di Desa Kancing dan Desa Taba Mutung berupa.

Penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat Kabupaten Bengkulu mengenai sengketa perbatasan antara Desa Kancing dan Desa Taba Mutung melalui mediasi berdasarkan konsep Al-Ṣulḥu dalam hukum Islam yang dipimpin oleh seorang mediator. Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkulu Tengah dalam penyelesaian sengketa perbatasan di Desa Kancing dan Desa Taba Mutung ditempuh melalui jalur mediasi yang telah ditempuh.

Metode penelitian

  • Jenis dan Pendekatan Penelitian
  • Waktu Dan Lokasi Penelitian
  • Instrumen Penelitian
  • Sumber Data

Teknik Pengumpulan Data

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki. Observasi berguna untuk menjelaskan, mengamati dan merinci gejala-gejala yang terjadi, selanjutnya mengamati secara langsung objek yang diteliti guna memperoleh dan mengetahui seakurat mungkin data-data yang diperlukan terkait dengan “Penyelesaian Sengketa Perbatasan oleh Pemerintah Daerah Pusat Bengkulu (Kasus kajian desa Kancing dan dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan menggunakan arsip atau dokumen sebagai sumber data yang dapat dirinci dengan melihat, merekam dan mengabadikan dalam bentuk foto.

Teknik Analisis Data

  • Rencana Outline

KAJIAN TEORI

Teori Otonomi Desa

Widjaja menyatakan otonomi desa adalah otonomi yang murni, bulat dan utuh dan bukan merupakan pemberian dari pemerintah. Dengan kemandirian tersebut diharapkan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan sosial dan politik. Otonomi desa mencakup asas keluwesan dan kemampuan untuk mewujudkan kemandirian desa, yaitu kemandirian dalam mengelola sumber daya lokalnya sendiri sesuai dengan preferensi masyarakat setempat.

Kemandirian merupakan kekuatan atau prasyarat yang memungkinkan terjadinya proses peningkatan kualitas pemerintahan desa, pembangunan desa, pengembangan prakarsa dan potensi daerah, pelayanan publik dan kualitas hidup masyarakat desa secara berkelanjutan. Otonomi desa digolongkan, diakui, dipenuhi, dipercaya dan dilindungi oleh pemerintah guna mengurangi ketergantungan masyarakat desa terhadap “kemurahan hati” pemerintah. Otonomi desa adalah hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul dan nilai sosial budaya yang ada dalam masyarakat untuk tumbuh dan berkembang setelah desa berkembang.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi desa, nilai-nilai tanggung jawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia harus didukung dengan menekankan bahwa desa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa dan negara. Indonesia. Pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan otonomi desa menuntut tanggung jawab untuk memelihara keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Otonomi desa atau disebut dengan nama lain berdasarkan amanat Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 sekurang-kurangnya harus mencakup tiga tingkatan hak asal usul, yaitu: pengakuan atas kesepakatan asal; pengetahuan tentang sistem norma/lembaga sosial yang dimiliki dan dilaksanakan; serta pengetahuan dasar materiil yaitu harta kekayaan dan desa (hak milik).

Dengan demikian, otonomi desa ini sebenarnya dapat dilaksanakan dengan baik dalam kerangka desa adat, bukan desa administratif. Budaya pada masyarakat desa tergolong masih terbelakang dan masih sederhana. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa masyarakat desa khususnya masyarakat petani pada umumnya masih dianggap dimana mereka dianggap seragam atau sama antara masyarakat petani yang satu dengan yang lainnya.

Teori Kewenangan

Menurut Said Zainal Secara umum “pembangunan dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang lebih baik di masa depan daripada kondisi yang ada saat ini”. Agar kekuasaan dapat dilaksanakan, diperlukan penguasa atau organ sehingga negara dikonseptualisasikan sebagai seperangkat jabatan (one office complex) dimana jabatan tersebut diisi oleh sejumlah pejabat yang mendukung hak dan kewajiban tertentu berdasarkan subyektifitas. konstruksi kewajiban. Artinya kekuasaan dapat timbul dari konstitusi, dapat pula berasal dari sumber inkonstitusional, misalnya melalui kudeta atau perang.

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian wewenang sebagai hak dan kekuasaan yang dimiliki oleh sesuatu.34 Wewenang berarti hak dan kekuasaan untuk bertindak atau kekuasaan untuk mengambil keputusan, memerintah dan melimpahkan kepada orang lain. 32 Abdul Rasyid Thalib, Kewenangan Mahkamah Konstitusi dan Penerapannya dalam Sistem Tata Negara Republik Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hlm.209 Kewenangan adalah apa yang disebut “kekuasaan formal”, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh hukum atau legislatif dengan kekuasaan eksekutif atau administratif.

Oleh karena itu, itu adalah kekuasaan atau wewenang sekelompok orang tertentu atas suatu wilayah pemerintahan atau urusan pemerintahan tertentu. Kewenangan dalam bidang kehakiman atau kekuasaan kehakiman harus disebut kompetensi atau yurisdiksi, meskipun dalam praktiknya pembedaan itu tidak selalu dianggap perlu 37. Berdasarkan beberapa definisi di atas, untuk membatasi pengertian kewenangan dalam tulisan ini , penulis menyimpulkan, bahwa wewenang pada hakekatnya adalah kekuasaan untuk melakukan kewajiban atau tugas yang dibebankan kepada seseorang atau badan negara.

Otoritas pribadi adalah otoritas yang berasal dari kecerdasan, pengalaman, nilai atau norma, dan kemampuan memimpin. Dalam revisi undang-undang dasar, atribut ini tampak pada kewenangan yang dimiliki oleh organ-organ Pemerintahan dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan kewenangan yang dibentuk oleh pembuat undang-undang. Pendelegasian wewenang adalah penyerahan sebagian wewenang pejabat atasan kepada bawahan untuk membantu pelaksanaan tugas dan kewajibannya bertindak secara mandiri.

Konsep Al-Sulhu

Sengketa perbatasan adalah konflik yang disebabkan oleh ketidakjelasan batas wilayah otonom antara dua wilayah. Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu yang berpotensi menimbulkan konflik perbatasan di dalam wilayahnya. Dalam praktek di lapangan, ternyata kewenangan pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah sangat lama atau terkesan enggan menyelesaikan masalah saat memutus sengketa batas desa antara desa Kancing dengan desa Taba Mutung. , hal ini didasarkan pada lamanya perselisihan dari tahun 2011 hingga saat ini, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 45 Tahun 2016, Pasal 18 Ayat 4 yang menjelaskan bahwa penyelesaian sengketa batas desa tidak boleh lebih dari 6 (enam) bulan. antara Desa Kancing dan Desa Taba Mutung, menunjukkan bahwa hal ini merugikan masyarakat hampir di setiap wilayah.

Padahal, pendekatan konsultasi dan mediasi dalam penyelesaian sengketa perbatasan antara Desa Kancing dan Desa Taba Mutung seharusnya dilakukan melalui konsultasi dan mediasi agar dapat memberikan ruang bagi kedua belah pihak untuk berargumen dan meningkatkan kemampuan desa dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di wilayahnya untuk diselesaikan. secara bijak dan hati-hati tanpa ada pihak yang merasa tersinggung. Idealnya perbedaan pandangan tentang sengketa/konflik perbatasan ini akan melahirkan kedewasaan dalam mengatasi permasalahan desa tersebut. Dalam menangani sengketa perbatasan tersebut, Pemerintah Daerah Bengkulu Tengah telah melakukan mediasi dengan dua desa bermasalah tersebut, dalam hal ini Desa Kancing dan Desa Taba Mutung, yang telah beberapa kali dilakukan sejak terjadinya sengketa perbatasan tersebut. mediasi berlangsung di Kantor Kecamatan Karang Tinggi.

Pemerintah harus menempuh berbagai cara untuk menyelesaikan konflik perbatasan yang terjadi antara Desa Kancing dan Desa Taba Mutung Upaya yang dilakukan pemerintah adalah negosiasi, fasilitasi, mediasi. Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah melakukan upaya negosiasi dan fasilitasi, Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah melakukan upaya mediasi yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten terkait konflik yang terjadi di Desa Kancing dan Desa Taba Mutung, sengketa perbatasan. Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menemukan bahwa proses yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah dalam upaya menangani persoalan sengketa batas antara Desa Kancing dan Desa Taba Mutung yaitu berupa proses penyelesaian di luar proses peradilan dikenal sebagai penyelesaian non litigasi, yaitu dalam bentuk negosiasi dan mediasi.

Mengenai penyelesaian sengketa perbatasan antara desa Kancing dengan desa Taba Mutung dalam bentuk mediasi sudah dilakukan namun belum menghasilkan kesepakatan yang merupakan jalan keluar penyelesaian sengketa perbatasan tersebut, hal ini didasarkan pada Pusat. Pemerintah Bengkulu lamban menangani masalah ini. Langkah tersebut dinilai efektif mengingat persoalan sengketa batas wilayah antara desa Kancing dan desa Taba Mutung yang berlarut-larut yang penyelesaiannya berkaitan dengan persoalan tuntutan masyarakat yang ingin merasakan pelayanan yang baik. serta pertanyaan tentang lokasi tanah yang akan digunakan sebagai batasan yang jelas di lapangan. Hal ini terkait erat dengan sengketa batas antara desa Kancing dan desa Taba Mutung yang muncul akibat adanya tata batas yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten.

Praktik al-Ṣulḥu dalam menyelesaikan sengketa perbatasan diharapkan dapat menyelesaikan sengketa tersebut. Al-Ṣulḥu dapat dilakukan jika kedua belah pihak sepakat untuk melanggar batas pembagian. Hambatan dalam penyelesaian sengketa batas di Desa Kancing dan Desa Taba Mutung yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Benteng banyak masyarakat dari kedua desa tersebut yang tidak menyepakati masalah batas yang telah ditetapkan sebelumnya.

Penyelesaian sengketa perbatasan antara Desa Kancing dan Desa Taba Mutung yang dilakukan oleh para pihak yang bersengketa dilakukan secara musyawarah sesuai dengan konsep Al-Ṣulḥu, dimana para pihak mengutamakan pertimbangan dalam mewujudkan kesepakatan yang adil bagi para pihak dengan bantuan pihak ketiga sebagai mediator, dalam hal ini Kabupaten dan Adat.

Tabel 3.1  Struktur Desa Kancing 52
Tabel 3.1 Struktur Desa Kancing 52

Gambar

Tabel 3.1  Struktur Desa Kancing 52

Referensi

Dokumen terkait

Adapun perbedaanya adalah aspek yang diteliti Tria Kusumawardani yaitu membahas tentang bagi hasil dalam kerjasama pengembangbiakan ternak sapi sedangkan dengan