• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM CREDIT UNION(KSP-CU) PELITA HATI SANTA MARIA A FATIMA PEKANBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM CREDIT UNION(KSP-CU) PELITA HATI SANTA MARIA A FATIMA PEKANBARU"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning, Jalan Yos Sudarso KM 8 Rumbai Pekanbaru, Riau, Kode Pos 28266. Telp: (+62761)-51877

E-mail:semnashum@ac.id

Website:https://journal.unilak.ac.id/index.php/semnashum/index

PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM CREDIT UNION(KSP-CU) PELITA HATI SANTA MARIA A FATIMA PEKANBARU

Indah Grace Br Marbuna, Iriansyah,b, Rezmia Febrina c

a Fakultas Hukum, Universitas Lancang Kuning, Indonesia, Email: Indahgrace@gmail.com

b Fakultas Hukum, Universitas Lancang Kuning, Indonesia, Email: iriansyah@unilak.ac.id

c Fakultas Hukum, Universitas Lancang Kuning, Indonesia, Email: febrinarezmia@gmail.com

Abstract

Settlement of defaults of payment and credit of the cooperative Pelita Hati Santa Maria In Fatima is a very important thing to know about the cooperative.Settlement of defaults is a means of ensuring the cooperative remains in a stable state and can meet the needs of its members.Default settlement at KSP-CU Pelita Hati Santa A Fatima Pekanbaru requires an organized and efficient system.The purpose of this study is to find out how default resolution process at KSP-CU Pelita Hati Maria A Fatima Pekanbaru, how default resolution process is conducted by manager, and what factors default settlement.This study used a qualitative approach by collecting data through interviews.The results showed that the failure resolution process at KSP-CU Pelita Hati Santa Maria A Fatima passed through several stages, namely data collection, analysis, tracking and monitoring. Factors that influence fault resolution include policies and regulations, human resources and management systems. The conclusion of this study is that the default resolution process at KSP-CU Pelita Hati Santa Maria Fatima Pekanbaru is performed correctly and systematically, and the factors that influence default resolution should be taken into account and improved to ensure the stability and the cooperative

Abstrak

Penyelesaian wanprestasi pada Koperasi Simpan Pinjam Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui dalam pengelolaan koperasi. Penyelesaian wanprestasi merupakan sarana untuk memastikan koperasi tetap dalam keadaan stabil dan dapat memenuhi kebutuhan anggotanya.Penyelesaian wanprestasi di KSP-CU Pelita Hati Santa A Fatima Pekanbaru membutuhkan sistem yang terorganisir dan efisien.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian default di KSP-CU Pelita Hati Maria A Fatima Pekanbaru, bagaimana proses penyelesaian default dilakukan oleh pengelola , dan apa saja faktor penyelesaian default. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam mengumpulkan data melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penyelesaian wanprestasi di KSP-CU Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru melalui beberapa tahapan yaitu pengumpulan data, analisis, penindakan, dan pemantauan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyelesaian wanprestasi antara lain kebijakan dan peraturan, sumber daya manusia, dan sistem manajemen. Kesimpulan dari penelitian ini adalah proses penyelesaian wanprestasi di KSP-CU Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru dilakukan dengan baik dan sistematis, serta faktor-faktor yang mempengaruhi penyelesaian wanprestasi harus diperhatikan dan ditingkatkan untuk menjamin stabilitas dan keberlanjutan dari koperasi.

(2)

PENDAHULUAN

Credit union adalah salah satu lembaga keuangan dalam simpan pinjam. Dana yang dikumpulkan, dikelola dan digunakan oleh anggota sendiri. Dewasa ini peran masyarakat dalam pembiayaan yang semakin meningkat. Dalam hal ini lembaga keuangan yang bergerak dibidang Ekonomi memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung dukungan untuk kegiatan perekonomian masyarakat. Lembaaga keuangan melakukan peran serta dalam membantu perekonomian yang dihadapi masyarakat , salah satunya lembaga keuuangan credit union.

Koperasi simpan pinjam dituntut untuk membiayai secara profesional sesuai dengan kegiatan pengembangan yang telah dilakukan sehingga dapat berperan

secara komersial yang kokoh dan mandiri. Serikat kredit, melalui upaya pinjaman mereka, dapat membuat sistem pinjaman menjadi efisien dan melakukan yang terbaik untuk mengurangi risiko kegagalan kredit. Peminjaman adalah kegiatan

utama Credit Union Pelita Maria a Fatima yang terjadi secara rutin dan berkala dan juga faktor utama yang mempengaruhi Credit Union Pelita Hati st Maria a Fatima Jika kegiatan simpan pinjam tidak didukung oleh sistem perkreditan internal yang baik, maka akan terjadi lebih banyak kredit macet dan mengakibatkan kerugian bagi Perkumpulan Pelita Hati..1

Koperrasi Simpan Piinjam atau Koperasi Kredit adalah Kegiatan simnpan pinjam ini dilakukan dengan cara menghimpun dana dari para anggota, kemudian dengan cara menghimpun dana yang terhimpun tersebut kepada anggota koperasi yang bersangkutan, atau dengan menghimpun dana dari koperasi lain.

1 Manuldus, Yuspita Karlena, Herlina, Kiat Mengelola Credit Union, (Jakarta; PT Elex Media Komputindo, 2014).

(3)

Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan bahwa perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Hukum perjanjian di Indonesia terbuka, yaitu kebebasan yang sebesar-besarnya bagi setiap orang untuk membuat perjanjian dengan alam dan sifat menurut apa yang mereka inginkan, sepanjang tidak melanggar hukum publik ketertiban dan moral.

Adanya perjanjian memiliki hubungan hukum antara hak dan kewajiban para pihak yang bersepakat. Dalam pasal 1759 KUH Perdata, kewajiban kreditur untuk tidak dapat menuntut pengembalian dari apa yang telah dipinjamkan sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditentukan dalam kontrak, sedangkan kewajiban debitur ada dalam pasal-pasal KUH Perdata. 1763 untuk mengembalikan barang dalam jumlah yang sama dalam keadaan yang sama pada waktu yang ditentukan.

Dengan perkembangan jaman yang semakin maju , di dalamnya banyak bermunculan organisasi-organisasi untuk mendirikan koperasi. Dengan bertambahnya koperasi di Indonesia, sangat diperlukan bagi mereka. Perlindungan hukum yang mengatur kegiatan koperasi.

Meskipun koperasi sendiri memiliki undang-undangnya sendiri, koperasi masih memiliki masalah.

Jika salah satu anggotanya tidak memenuhi yang harus dipenuhi, ini dapat disebut Wanprestasi adalah istilah yang merujuk pada debitur.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, tidak terpenuhinya kewajiban yang harus dilakukan oleh debitur dapat disebabkan karena kesengajaan atau karena kelalaian debitur. Pada bagian dari kreditur itu sendiri, hak-haknya harus dihormati dengan perlindungan hukum. Dengan demikian, apabila terjadi hal-hal yang merugikan ,

seperti gagal bayar, dapat diselesaikan secara hukum dan berkekuatan hukum tetap. Namun dalam kenyataan , ada kemungkinan peminjam atau yang dikenal dengan debitur tidak memenuhi kewajiban sesuai waktu yang telah disepakati, baik terlambat membayar atau tidak melunasi pinjaman yang dipinjam dengan minat. telah ditentukan atau yang sering disebut

Kopperasi Simpan Pinjamm Credit Union (CU) Peliita Hati Santa Marria A Fatiima Pekanbaru merupakan salah satu koperasi yang bergerak dalam bidang simpan pinjam yang menyediakan dana untuk pinjaman kepada publik dan terlibat dalam penyediaan jasa keuangan.

(4)

Dalam praktek di Koperasi Simpan Piinjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru, terdapat debitur yang yang lalai dalam memenuhi perjanjian pinjaman. Yang menjadi penyebab dari kelalaian tersebut terjadi adalah kerena keadaan debitur yang mengalami penurunan pendapatan dan meningkatnya biaya pengeluaran sehari-hari.

Selain itu ada juga debitur yang dikatakan melakukan wanprestasi karena tidak mempunyai waktu (kerja), sehingga membuat debitur tidak dapat melakukan pembayaran angsuran yang dimana dalam pembayaran angsuran dilakukan pencatatan secara langsung pada buku pinjaman sehingga harus dilakukan secara langsung. Ada beberapa debitur yang melakukan wanprestasi dikarenakan kehilangan pekerjaan sehingga tidak dapat melanjutkan pembayaran.

Teori Perjanjian

Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan yang dengannya dilakukan oleh satu orang atau lebih terhadap orang atau lebih. 1313 KUHPerdata menentukan bahwa perjanjian adalah perbuatan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih terhadap orang lain. Artikel ini menjelaskan secara sederhana arti dari a yang menggambarkan keberadaan dua bagian terikat oleh pihak lain.2

Dalam perjanjian juga dilandasi oleh beberapa asas, yaitu:

a. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)

Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang berbunyi : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

b. Asas Konsensualisme (consensualism)

Asas ini dapat disimpulkan pada pasal 1320 alinea KUH Perdata, yang menentukan bahwa salah satu syarat suatu perjanjian adalah adanya suatu perjanjian antara dua orang yang melakukan perikatan. Asas ini mengatur bahwa perjanjian pada umumnya tidak dibuat secara formal, tetapi hanya dengan persetujuan kedua belah pihak.

2 Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan (Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456 BW), (Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2011) hlm. 63

(5)

c. Asas Kepastiian Hukum (facta sunt servanda)

Asas facta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang telah dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Oleh karena itu, tidak tidak boleh mengintervensi kontrak yang dibuat oleh para pihak yang terlibat.

d. Asas Itikad Baik (good faith)

Asas ini tertuang dalam Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata yang berbunyi sebagai berikut:

"Perjanjian itu harus dilaksanakan dengan itikad baik." prinsip menjelaskan bahwa para pihak, yaitu kreditur debitur, terikat untuk melakukan substansi kontrak atas dasar kepercayaan atau keyakinan yang kuat serta itikad baik para pihak..

e. Asas Kepribadian (personality)

Adalah suatu asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan atau membuat suatu perjanjian adalah semata-mata untuk kepentingan pribadi. Hal ini terlihat pada pasal 1315 dan pasal KUH Perdata.

Teori Koperasi

Secara umum, koperasi adalah dipahami sebagai perkumpulan orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk berjuang demi peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan perusahaan yang dijalankan secara demokratis. Berikut beberapa pengertian koperasi sebagai pedoman untuk koperasi yang lebih baik.

Koperasi adalah perkumpulan orang-orang , biasanya dengan sarana ekonomi terbatas, yang, melalui melalui bentuk sosial yang dikendalikan secara demokratis, masing-masing memberikan kontribusi bagian yang sama dari apa yang dibutuhkan, dan siap untuk menanggung risiko dan menerima imbalan yang sepadan dengan usaha mereka. menyisipkan.

Dari beberapa di antaranya pengertian koperasi, dapat dikatakan bahwa setiap jenis koperasi yang didirikan di Indonesia mempunyai tujuan yang sama yaitu kemakmuran anggotanya pada umumnya dan masyarakat pada khususnya yang mengandung unsur

(6)

masyarakat demokratis. dan tidak semata-mata untuk mencari keuntungan. Menurut UU No.

25 Tahun 1992 tentang koperasi yang menyatakan bahwa koperasi adalah badan niaga yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi berdasarkan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, serta sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan, Pancasila, dan UUD 1945.

Teori Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah rangkaian kegiatan sebagai bagian dari upaya pelaksanaan hukum baik dalam sifat dan pencegahan yang meliputi semua kegiatan baik teknis maupun administratif yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam rangka menciptakan suasana keamanan, ketentraman, dan ketertiban. memperoleh kepastian hukum dalam masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto, penerapan hukum tersebut merupakan kegiatan penyelarasan hubungan nilai yang digambarkan dalam sikap yang kokoh dan sebagai rangkaian nilai akhir terjemahan untuk menciptakan, menjaga dan memelihara perdamaian kehidupan sosial.Satjipto Rahardjo berpendapat bahwa penerapan hukum tidak hanya untuk memperoleh kepastian hukum tetapi juga untuk kemanfaatan dan keadilan sosial.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1

Penyelesaian Wanprestasi Pada Koperasi Siimpan Pinjam Credit Union (CU) Peliita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru

Perjanjian adalah peristiwa di mana satu orang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang saling berjanji untuk melakukan sesuatu. Dari peristiwa ini lahirlah hubungan antar manusia yang disebut dengan perikatan. Kesepakatan tersebut melahirkan kesepakatan antara orang yang membuatnya. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa rangkaian kata yang mengandung janji atau perikatan atau tulisan. Jadi, hubungan antara komitmen dan kesepakatan adalah yang mengeluarkan komitmen. Perjanjian adalah sumber komitmen, di samping yang lain

Secara umum, hak dan kewajiban yang timbul dari suatu perjanjian dipenuhi oleh debitur dan kreditur. Namun dalam praktiknya, terkadang tidak memenuhi kewajibannya dan inilah yang disebut cacat. Menyelesaikan pencapaian tetapi tidak tepat waktu, terlambat mencapai pencapaian yang meskipun pencapaian tersebut dicapai atau diberikan, tidak

(7)

memenuhi tenggat waktu penyerahan akad, kinerja tersebut adalah disebut juga kelalaian. Jika Anda tidak menyelesaikan realisasinya, berarti realisasinya bukan hanya terlambat, tetapi tidak lagi terwujud.

Dalam pelaksanaan perjanjian Siimpan Pinjam Pada Kooperasi Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru belum berjalan dengan saharusnya. Dimana seharusnya debitur harus melaksanakan isi perjanjian (prestasi) dalam perjanjian siimpan pinjam, namun yang terjadi pada KSP Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru sebaliknya,. Masih banyak debitur yang tidak melaksanakan Prestasi atau yang sering disebut Wanprestasi. Wanprestasi adalah tindakan dimana seseorang tidak memenuhi prestasi atau kewajiban yang telah ditetapkan dalam perjanjian yang telah disepakati.

Wanprestasi sebagimana diterangkan pada Pasal 1238 KUH Perdata adalah kondisi dimana debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan itu sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Pirtatua Matias Silaban selaku ketua Panitia Kredit KSP Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru beliau mengatakan bahwa ada beberapa tahapan penyelesaian wanprestasi yang dilakukan diantaranya: Koperasi Simpan ,Pinjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru Memberikan surat peringatan kepada debitur untuk membayar utangnya dalam waktu yang telah ditentukan oleh kreditur. Surat peringatan ini diberikan maksimal hingga tiga kali. Dan jika debitur lalai menanggapi teguran yang diberikan kepadanya , credit union Pelita Hati Santa Maria A Pekanbaru di selaku kreditur berdiri akan segera melapor kepada debitur untuk melakukan dialog antara kredit dan kredit. Koperasi Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru dengan debitur sehingga demikian tercipta solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah. 3

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Sanggam Mauli selaku Debitur Koperasi Simpan. Pinjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru, beliau mengatakan bahwa penyelesaian Wanprestasi pada perjanjian pinjaman Koperasi

(8)

Simpan Pinnjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru terlalu rumit dan tidak efesien untuk pengurusan nya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Ronna Sagala selaku Debitur Koperasi Simpan PiInjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru, beliau mengatakan bahwa penyelesaian wanprestasi pada Kooperasi Simpaan Pinjam Credit Union (CU) Pelita Hatii Santa Mariia A Fatima Pekanbaru cukup baik untuk penyelesaiannya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Herman Simon Harefa selaku Debitur (CU) Pelita Hatii Santa Maria A Fatiima Pekanbaru,mengenai penyelesaian kredit macet pada operasi Simpan Pinjm Credit Union (CU) Pelita Htati beliau mengatakan bahwa penyelesaian tersebut cukup baik dan mengutamakan prinsip kekeluargaan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 2

Hambatan dalam Menghadapi Penyelesaian Wanprestasi Pada Koperasi Simpan Pinjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Pirtatua Matias Silaban selaku Ketua Panitia Kredit dalam melaksanakan tahapan penyelesaian wanprestasi pada Kopeerasi Simpan Pinjjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima

Pekanbaru terdapat hambatan-hambatan dalam penyelesainnya. Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam penyelesaian wanprestasi pada Koperasii Simpaan Pinjam

Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru. Hambatan yang timbul dalam penyelesaian wanprestasi perjanjian simpan piinjam yaitu debitur tidak memiliki itikad baik untuk membayar angsuran pinjaman tersebut bahkan setelah dilakukan nya pengurangan bunga dan denda sidebitur.4

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sanggam Mauli selaku Debitur Kooperasi Simpan Pinjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru, Mengenai Hambatan Penyelesaian wanprestasi, beliau mengatakan bahwa Hambatan Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian simpan pinjaam yaitu tidak mempunyai waktu (kerja), sehingga membuat debitur tidak dapat melakukan pembayaran angsuran yang dimana

(9)

dalam pembayaran angsuran dilakukan pencatatan secara langsung pada buku pinjaman sehingga harus dilakukan secara langsung.5

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Ronna Sagala selaku Debitur Koperasi Simpan Pinjaam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru, Mengenai Hambatan Penyelesaian wanprestasi, beliau mengatakan bahwa Hambatan Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian simpan pinjam yaitu faktor ekonomi dimana debitur di PHK (Pemberhentian Hak Kerja) dari Perusahaan tempat debitur bekerja sehingga tidak dapat melanjutkan pembayaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Herman Simon Harefa selaku Debitur Koperaasi Simpaan Pinjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru, Mengenai Hambatan Penyelesaian wanprestasi, beliau mengatakan bahwa Hambatan Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian simpan pinjam yaitu usaha debitur yang tidak berjalan dengan baik sejak pandemic Covid-19 sehingga debitur mengalami kesulitan membayar angsuran dan juga biaya kebutuhan sehari, tagihan listrik dan biaya pendidikan anak debitur yang harus dibayarkan.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3

Upaya Mengatasi Hambatan Penyelesaian Wanprestasi Pada Koperasi Simpan Pinjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru

Di dalam perjanjian pinjaman yang dilakukan debitur dengan Koperasi Simpan Pinjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru salah satu yang wajib di cantumkan adalah jaminan agunan. Dalam perjanjian pinjaman, agunan di berlakukan bagi debitur yang simpanan nya lebih sedikit dari pinjaman sidebitur.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Pirtatua Matias Silaban selaku Ketua Panitia Kredit KSP Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru, Mengenai Upaya mengatasi Hambatan Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian pinjaman, beliau mengatakan bahwa upaya mengatasi hambatan penyelesaian wanprestasi adalah dengan cara penjualan agunan yang menjadi syarat peminjaman sesuai didalam Pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan (UUHT) Bahwa ”Apabila debitor cidera janji, pemegang Hak

(10)

Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut”. Penjualan agunan dilakukan akan oleh kreditur yang dimana hasil dari penjualan agunan tersebut digunakan untuk pelunasan utang debitur. Dan apabila hasil dari penjualan agunan memiliki sisa maka akan di kembalikan kepada debitur.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sanggam Mauli selaku Debitur Koperasi Simpan Pinjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru Mengenai Upaya mengatasi Hambatan Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian pinjaman, beliau mengatakan bahwa upaya yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru setelah melakukan dialog bersama dengan cara pihak keditur mendatangi langsung tempat debitur bekerja untuk melakukan pembayaran angsuran pinjaman.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Ronna Sagala selaku Debitur Koperasi Simpan Pinjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru, Mengenai upaya Hambatan Penyelesaian wanprestasi, beliau mengatakan bahwa upaya mengatasi Hambatan Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian pinjaman, adalah dengan cara persyatan kembali ulang angsuran, yang dimana dilakukan dengan cara tanpa mengurangi hutang pokok debitur namun diberikan pengurangan bunga pinjaman yang seharus nya 2 persen menjadi 1 persen dan perubahan jadwal pinjaman yang dimana dengan tenor 36 bulan, maka akan dijadwalkan kembali dengan tenor 48 bulan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Herman Simon Harefa selaku Debitur Koperasi Simpan Pinjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru, Mengenai upaya Hambatan Penyelesaian wanprestasi, beliau mengatakan bahwa upaya mengatasi Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian pinjaman, adalah penjadwalan ulang angsuran, dimana debitur awalnya melakukan pinjaman dengan tenor 36 bulan, maka akan dijadwalkan kembali dengan tenor 60 bulan. melakukan pembayaran angsuran sehingga dapat meringankan angsuran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Koperasi Simpan Pinjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru memiliki berbagai upaya dalam menyelesaikan wanprestasi yang dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor penyebab wanprestasi tersebut. Berikut adalah upaya-upaya penyelesaian wanprestasi dalam Koperasi Simpan Pinjam Credit Union (CU) Peliita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru:

(11)

1. Penjadwalan Kembali (Rescheduling)

Adalah perubahan jangka waktu pinjaman yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan/atau jangka waktu, termasuk tenggang waktu dan perubahan besaran angsuran. Penjadwalan ulang hanya diberikan kepada debitur yang menunjukkan itikad baik dan jujur mempunyai kemauan untuk membayar atau melunasi pinjamannya.

2. Penataan Ulang (Restructuring)

Perubahan kebutuhan pembiayaan sebagian atau seluruhnya , termasuk perubahan jadwal pembayaran , jumlah jangka waktu dan/atau pemberian diskon sepanjang tidak menambah sisa kewajiban debitur yang harus dibayar sebesar.

3. Reconditioning

Reconditioning pada penyelesaian wanprestasi pada koperasi simpan pinjam dapat dilakukan untuk memulihkan kondisi atau status keanggotaan debitur yang mengalami wanprestasi. Hal dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada debitur untuk membayar kewajiban yang belum terpenuhi dalam jangka waktu yang ditentukan. Proses reconditioning pada penyelesaian wanprestasi di koperasi simpan pinjam biasanya melibatkan tiga tahapan, yaitu:

a. Pemeriksaan dan evaluasi: Koperasi akan melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap kondisi keuangan debitur yang mengalami wanprestasi. Evaluasi ini dilakukan untuk menentukan apakah debitur masih memungkinkan untuk melakukan pembayaran dan membayar kewajiban yang belum terpenuhi.

b. Kesepakatan dan negosiasi: Setelah evaluasi dilakukan, koperasi akan melakukan negosiasi dengan debitur untuk mencapai kesepakatan terkait cara pembayaran kewajiban yang belum terpenuhi. Pada tahap ini, koperasi dapat

(12)

memberikan opsi untuk membayar secara bertahap atau melakukan restrukturisasi kewajiban.

c. Pelaksanaan reconditioning: Setelah kesepakatan tercapai, debitur akan melakukan pembayaran sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan.

Setelah kewajiban terpenuhi, debitur akan kembali menjadi anggota koperasi dengan hak dan kewajiban yang sama seperti anggota koperasi lainnya.Proses reconditioning pada penyelesaian wanprestasi pada koperasi simpan pinjam dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, yaitu koperasi dan debitur.

Koperasi dapat meminimalkan risiko kerugian dan mempertahankan kepercayaan dari para anggota dan kreditur. Sementara itu, debitur dapat memulihkan status keanggotaannya dan memperbaiki catatan kreditnya yang terganggu akibat wanprestasi.

4. Liqudation

Yaitu jual beli barang yang digunakan dalam pelunasan suatu utang. Pelaksanaan likuidasi ini dilakukan untuk kategori anggota yang benar-benar tidak dapat kami bantu atau perusahaan klien yang tidak lagi memiliki prospek pengembangan.

KESIMPULAN

Penyelesaian Wanprestasi pada Koperarsi Siimpan Pinjam Credit Union (CU) Peliita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru belum berjalan dengan semestinya, karena debitur tidak melaksanakan isi perjanjian dengan kreditur. Prestasi itu penting agar tidak terjadi ingkar janji (wanprestasi) dalam perjanjian. Hal ini diatur dalam pasal 1238 KUH Perdata suatu syarat dimana debitur dinyatakan lalai karena amanat, atau karena suatu perbuatan yang sejenis, atau atas kekuatan perjanjian itu sendiri, yaitu apakah debitur ini dianggap lalai dengan jangka waktu yang ditentukan.

Hambatan Penyelesaian Wanprestasi pada Kopeerasi Simpan Pinjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru yaitu tidak adanya itukad baik dari debitur

(13)

untuk melakukan pembayaran angsuran bahkan setelah pengurangan bunga dan denda untuk meringankan beban debitur tersebut.

Upaya Penyelesaian Wanprestasi Pada Kopeerasi Simpan Pinjam Credit Union (CU) Pelita Hati Santa Maria A Fatima Pekanbaru yaitu Pelelangan Agunan melalui Eksekusi sesuai dengan Pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan (UUHT) kendala dalam proses penyelamatan dengan cara penjualan agunan dengan cara kreditur yang akan menjual dengan sepengetahuan debitur.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Jimly Assiddhiqie, Penegakan Hukum di Indonesia. (Mappi : Jakarta, 2000) Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan Ke-4, (Jakarta : Citra Aditya Bhakti, 1987),

Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (UI Pres, Jakarta, 1983)

Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan (Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456 BW), (Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2011)

Manuldus, Yuspita Karlena, Herlina, Kiat Mengelola Credit Union, (Jakarta; PT Elex Media Komputindo, 2014).

Jurnal/Artikel

Tonny Rompis, Kajian Sosiologi hukum tentang Menurunnya Kepercayaan Masyarakat terhadap hukum dan Aparat Penegak Hukum di Sulawesi Utara, Lex Crimen Vol. IV/

No.8/Okt/2015,http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/view/10302/98 88,

Skripsi/Tesis/Disertasi

Bima Anggarasena, Strategi Penegakan Hukum dalam Rangka meningkatkan Keselamatan Lalu Lintas dan Mewujudkan Masyarakat Patuh Hukum, Tesis, Semarang: Universitas Diponegoro, 2010.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar 1945

(14)

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

Kitab Undang-undang Hukum perdata (KUHPerdata)

Referensi

Dokumen terkait