• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyerapan Ion Logam Merkuri Hg(II) oleh Biosorben dari Daun Lidah Mertua (Sansivieria sp.)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Penyerapan Ion Logam Merkuri Hg(II) oleh Biosorben dari Daun Lidah Mertua (Sansivieria sp.) "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Penyerapan Ion Logam Merkuri Hg(II) oleh Biosorben dari Daun Lidah Mertua (Sansivieria sp.)

Elvitriana1*, Kasturi2, H. Murni3, Suhendrayatna4

1,2,3Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Serambi Mekkah, Batoh, Banda Aceh, 23246, Indonesia

4Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, 23111, Indonesia

*Koresponden email : elvitriana@serambimekkah.ac.id

Diterima: 16 Juli 2022 Disetujui: 9 September 2022

Abstract

The aim of this study was to apply a biosorbent from the leaves of Lidah Mertua (Sansivieria sp.) which were activated by 4M HCl to remove mercury metal ions Hg(II). The leaves of Sansivieria sp. were cleaned, dried in an oven, and carbonized in a furnace at a temperature of 450 oC for 1.5 hours. After grinding to a size of 50 mesh, the resulting carbon was activated using 4 M HCl for 24 hours and dried at 110 oC for 2 hours. The absorption ability test of biosorbents was carried out by mixing 2, 3, and 4 grams activated biosorbent in 200 ml of water containing 0.15 mg-Hg/L metal ions Hg(II). The mixture was stirred using an incubator shaker with variated contact times of 0, 4, and 6 days. Mercury metal ions concentration were analyzed using AAS, Shimadzu AA-6300. The results showed that activation using 4 M HCl can open the pores of the biosorbent. Compared to the inactivated biosorbent, the characteristics of this activated biosorbent were better with lower water content (2%), higher ash content (9.9%), greater iodine absorption (1259.14 mg/g), and higher carbon content (89%). Based on SNI.06-3730-1995 Standard, the resulting biosorbent was close to qualified as activated carbon. The highest absorption efficiency of ion Hg(II) was 99.6% which was achieved for 6 days with a 4 grams of biosorbent. The results of this study concluded that the leaves of (Sansivieria sp.) activated by 4M HCl could absorb metal ions Hg(II) well.

Keywords: adsorption, mercury, biosorbent, Lidah Mertua, Sansivieria sp.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengaplikasikan biosorben dari daun Lidah Mertua (Sansivieria sp.) yang teraktivasi HCl 4M untuk menyisihkan ion logam merkuri Hg(II). Daun Lidah Mertua dibersihkan, dikeringkan, dan dikarbonisasikan dalam furnace pada suhu 450 oC selama 1,5 jam. Setelah dihaluskan hingga ukuran 50 mesh, karbon yang dihasilkan diaktivasi menggunakan HCl 4 M selama 24 jam dan dikeringkan pada suhu 110 oC selama 2 jam. Pengujian penyerapan biosorben dilakukan dengan mencampurkan 2, 3, dan 4 gram massa biosorben pada 200 ml air mengandung ion logam Hg(II). Campuran diaduk menggunakan shaker selama 0, 4, dan 6 hari. Ion logam merkuri dalam air dianalisa menggunakan AAS (Shimadzu AA-6300). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivasi yang dilakukan menggunakan HCl 4 M dapat membuka pori-pori biosorben. Dibandingkan dengan biosorben yang tidak diaktifkan, karakteristik biosorben ini lebih baik dengan kadar air lebih rendah (2%), kadar abu yang lebih tinggi (9,9%), daya serap iodin lebih besar (1259,14 mg/g), dan kadar karbon yang lebih tinggi (89%).

Berdasarkan Standar SNI-06-3730-1995, biosorben yang dihasilkan mendekati kualifikasi sebagai karbon aktif. Efisiensi penyerapan Hg(II) oleh biosorben tertinggi diperoleh 99,6% yang dicapai selama 6 hari dengan berat 4 gram. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa daun Lidah Mertua yang teraktivasi HCl 4M dapat menyerap Hg(II) dengan baik.

Kata Kunci: penyerapan, merkuri, biosorben, Lidah Mertua, Sansivieria sp.

1. Pendahuluan

Biosorpsi merupakan salah satu metode konvensional terbaik dari proses pengolahan limbah organik dan anorganik dengan rekonstruksi yang sangat mudah, biaya operasi dan pemeliharaan yang relatif murah.

Penggunaan karbon aktif sebagai biosorben dinilai lebih efektif dengan kapasitas penyerapan yang tinggi dan maksimal. Penyerapan ini merupakan proses pengikatan suatu molekul dari fasa cair atau gas ke dalam suatu lapisan terkondensasi dari permukaan padatan atau cairan. Proses penyerapan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sifat fisik kimia biosorben seperti ukuran partikel, luas permukaan, dan komposisi kimia.

Semakin kecil ukuran partikel akan menyebabkan semakin besar luas permukaan padatan per satuan volume tertentu, sehingga zat yang terserap semakin besar [1]–[3].

(2)

Beberapa peneliti telah menggunakan biosorben untuk menyerap logam berat, salah satu biosorben yang dapat digunakan untuk menyerap logam berat adalah daun Lidah Mertua (Sansivieria sp.). Lidah Mertua (Sansivieria sp) merupakan tanaman hias bertekstur rata dan halus dengan ujung daun meruncing, memiliki ukuran lebar 4-9 cm dan panjang 15-150 cm dengan warna hijau bernoda kuning atau putih.

Sansevieria sp. memiliki kandungan serat yang kuat, sehingga oleh masyarakat tradisional di Afrika dimanfaatkan sebagai bahan pembuat benang, kertas, dan senar pancing. Selain itu, Sansevieria sp. Juga dapat digunakan sebagai bahan obat untuk kanker, bisul, luka, gigitan ular berbisa, dan antiseptik [4].

Tanaman ini memiliki banyak kelebihan yaitu mampu bertahan hidup pada rentang waktu suhu dan cahaya yang sangat luas, sehingga mudah untuk dibudidayakan, sangat resisten terhadap polutan, dan mampu menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh asap rokok. Di dalam tiap helai daun Sansevieria sp. terdapat kandungan pregnane glycoside yang memiliki kemampuan untuk mengurai zat beracun menjadi senyawa organik, gula, dan asam amino [5]. Serat daun Sansevieria sp.

mengandung selulosa yang memiliki gugus fungsi yang dapat melakukan pengikatan dengan ion logam.

Gugus fungsi tersebut adalah hidroksil (-OH) dan gugus karboksil (COOH) yang mempunyai afinitas tinggi untuk dapat berikatan dengan logam [6].

Secara alamiah, logam merkuri dapat ditemukan di alam terutama di perairan dengan konsentrasi yang masih dapat ditolerir oleh organisme yang hidup di perairan. Kandungan logam ini dapat meningkat di perairan bila limbah yang mengandung merkuri masuk ke perairan pada waktu yang cukup lama, sehingga dapat mencemarkan dan membahayakan perairan tersebut [7]. Kegiatan industri yang menggunakan merkuri seperti pengolahan emas secara amalgamasi, instrumentasi, fungisida, bakterisida, dan lainnya yang dapat berupa racun sistemik yang dapat terakumulasi di dalam ginjal, hati (lever), limpa, atau tulang. Dampak tersebut dapat menimbulkan gejala gangguan susunan saraf pusat seperti tremor, kelainan kepribadian pikun, convulsi, insomnia, kehilangan kepercayaan diri, iritasi, depresi, dan rasa ketakutan [8]. Keberadaan mikroorganisme di lingkungan dapat merubah komponen merkuri yang terdapat dalam limbah di perairan umum dimana merkuri dapat diubah menjadi komponen methyl merkuri (CH3- Hg) yang memiliki sifat racun yang lebih tinggi.

Hal tersebut mengakibatkan merkuri terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam jaringan tubuh hewan air melalui proses rantai makanan, sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang berbahaya baik bagi kehidupan hewan air maupun kesehatan manusia yang mengonsumsinya.

Ref. [9] mengemukakan bahwa terjadinya proses akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air, disebabkan kecepatan pengambilan merkuri (up take rate) oleh organisme air lebih cepat dibandingkan dengan proses ekskresinya. Berdasarkan latar belakang ini, maka penelitian ini didesain untuk menguji kemampuan biosorben dari daun Lidah Mertua (sansivieria) yang diaktivasi dengan HCl dalam menyisihkan ion logam merkuri Hg(II) yang terkontaminasi dalam air.

2. Metode Penelitian 2.1 Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan daun Lidah Mertua (Sansevieria sp.) yang diperoleh dari pekarang masyarakat di Kota Banda Aceh, aquades, kertas saring (Whatman), aluminium foil, dan bahan-bahan kimia berupa larutan iodine 0,1 N, natrium thiosulfate 0,1N, indikator amilum 1%, HCl, HgCl2 yang diperoleh secara komersial dari Wako, LTD. Peralatan pendukung yang dipakai adalah pisau (stainless steel), gunting (Stainless Steel), pipet tetes, gelas ukur (Pyrex), erlemeyer (Pyrex), buret (Pyrex), statif, porselin, ayakan mesh, pH meter (Oreon), shaker incubator (ES-20), oven (Memmert), furnace (Line Thermolyne FB1410M-33), timbangan (Ohaus), Fourier Transform-Infra Red (FT-IR, Shimadzu IR Prestige 21), dan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry, Shimadzu AA-6300).

2.2 Preparasi Biosorben dan Pengujian Karakteristik

Daun Lidah Mertua (Sansivieria sp.) yang mengandung selulosa dibersihkan dan dipotong dengan ukuran berkisar 3 cm serta dipanaskan pada suhu 60 oC dalam oven hingga kering. Proses karbonisasi dilakukan pada suhu 450 oC selama 1,5 jam. Setelah dihaluskan hingga ukuran 50 mesh, karbon yang dihasilkan diaktivasi menggunakan HCl 4 M selama 24 jam dan dikeringkan pada suhu 110 oC selama 2 jam. Biosorben yang dihasilkan dianalisis untuk mengetahui karakteristiknya yang meliputi daya serap iodin, kadar air, kadar abu, dan Kadar zat yang menguap. Hasil analisis karakteristik ini dibandingkan dengan Standar Kualitas Arang Aktif (SNI No. 06-3730-1995). Pengujian gugus fungsi biosorben menggunakan alat Fourier Transform-Infra Red (FT-IR. Shimadzu IR Prestige 21), sedangkan pengujian SEM (Scanning Electron Microscopy) dilakukan untuk melihat pori-pori biosorben.

(3)

2.3 Proses Penyerapan Ion Logam Hg(II)

Sejumlah 2 g, 3 g, dan 4 g biosorben dimasukkan ke dalam 200 mL air yang mengandung 0,15 mg/L Hg(II) pada erlemeyer berukuran 500 ml. Sampel diaduk dan dihomogenkan menggunakan shaker inkubator dengan waktu kontak selama 4 hari dan 6 hari. Selanjutnya ion logam Hg(II) dalam sampel di analisa menggunakan AAS untuk mengetahui jumlah Hg(II) yang terserap oleh biosorben. Setelah proses penyerapan selesai, biosorben dipisahkan untuk pengujian gugus fungsi dan bentuk porinya dengan menggunakan FT-IR dan SEM.

3. Hasil Dan Pembahasan 3.1 Karakterisasi biosorben

Hasil pengujian karakterisasi biosorben yang dihasilkan setelah dilakukan aktivasi ditabulasikan pada Tabel 1. Apabila dibandingkan dengan Standar SNI-06-3730-1995, biosorben yang dihasilkan mendekati kualifikasi sebagai karbon aktif, seperti bilangan iod 1193,14 – 1259,14 mg/g (>750 mg/g), kadar air 2,0 – 7,8 % (<15%), kadar abu 6,0 – 9,9% (<10%), kecuali kadar zat yang menguap 78,1 – 89%

(<25%). Hasil aktivasi daun Lidah Mertua (sansivieria) dengan menggunakan HCl 4M terlihat lebih baik dibandingkan dengan aktivasi kulit kakao (Theobroma cacao L) dengan menggunakan HNO3 0,6 M.

Pandia, dkk (2017) [10] melaporkan bahwa karakterisasi kulit kakao (Theobroma cacao L) dengan menggunakan HNO3 0,6 M memiliki bilangan iod 596.684 mg/g, kadar air 9,89%, kadar abu 0,52%, dan kadar zat yang menguap 84%.

Tabel 1. Karakterisasi biosorben yang dihasilkan dibandingkan dengan SNI. 06-3730-1995

Komponen Karakteristik

Aktivasi Non Aktivasi SNI. 06-3730-1995

Kadar Air 2,0 % 7,8 % <15%

Kadar abu 6,0 % 9,90% <10%

Kadar zat yang menguap 89% 78,1% <25%

Daya Serap Iodin 1259,14 mg/g 1193,14 mg/g >750 mg/g Sumber: Data penelitian (2022)

Hasil pengujian (Tabel 1) menunjukkan bahwa kadar air pada biosorben Lidah Mertua (Sansivieria sp.) yang tidak teraktivasi lebih tinggi (7,8%) dibandingkan dengan biosorben yang teraktivasi HCl (2%), hal ini dikarenakan HCl bersifat higroskopis sehingga H2O yang terdapat pada biosorben bereaksi dengannya. Bahan pengaktif yang bersifat higroskopis dapat menurunkan kadar air. Semakin rendah kadar air, maka semakin sedikit air yang menutupi pori-pori biosorben. Oleh karenanya, biosorben yang teraktivasi memiliki luas permukaan yang besar sehingga dapat mengadsorpsi ion logam lebih baik dibandingkan yang tidak diaktivasi. Kadar abu biosorben tidak teraktivasi lebih tinggi (9,90%) dibandingkan kadar abu yang teraktivasi (6,0%), sehingga biosorben yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik karena pori-pori tidak tertutup abu sehingga penyerapan ion logam Hg(II) yang terjadi lebih maksimal.

Kadar volatile matter biosorben Lidah Mertua (Sansivieria sp.) menurun disebabkan karena kandungan air masih tinggi dan perlu pemanasan lanjutan. Waktu dan kenaikan temperatur karbonisasi mempengaruhi kandungan zat yang menguap, dimana semakin tinggi temperatur maka kandungan zat yang menguap akan semakin rendah. Hal ini berpengaruh terhadap kualitas penyerapan biosorben, karena zat yang menguap masih menempel di permukaan sehingga menutupi pori-pori dan permukaan biosorben.

Kadar zat yang menguap yang rendah memiliki kemampuan penyerapan yang lebih baik. Kadar karbon biosorben Lidah Mertua (Sansivieria sp.) berkisar 89%, sedangkan yang tidak teraktivasi berkisar 78,1%.

Semakin rendah kadar karbon biosorben, maka semakin banyak atom karbon yang bereaksi dengan uap air untuk menghasilkan gas CO dan CO2.

Nilai daya serap iodin dari biosorben teraktivasi HCl ditemukan sebesar 1259,14 mg/g, sedangkan biosorben yang tidak teraktivasi sebesar 1193,14 mg/g. Daya serap iodin semakin tinggi menyebabkan semakin luas pembentukan pori-pori biosorben sehingga mengindikasikan biosorben memiliki daya serap yang lebih tinggi. Penggunaan aktivator dapat mempengaruhi terhadap kemampuan karbon aktif. Jenis aktivator lain yang telah diteliti antara lain KOH, ZnCl2, dan H2SO4, tergantung jenis polutan yang akan diserap [11]. Aktivator asam sitrat juga telah diuji dalam aktivasi untuk penyerapan ion Mn(II) dan Hg(II) [8], [12], [13]. Ref. [14] juga mempersiapkan biosorben Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata prain) yang teraktivasi HCl 5 M dengan nilai iodin sebesar 1104.291 mg/g. Biosorben ini dapat menyerap banyak mineral dan menghilangkan endapan hidrokarbon yang dihasilkan dari proses karbonisasi, sehingga angka

(4)

iodin akan cenderung lebih tinggi dikarenakan pori-pori karbon aktif semakin besar dan kemampuan adsorpsi yang semakin tinggi [15].

Hasil analisa gugus fungsi biosorben Lidah Mertua (Sansivieria sp.) setelah teraktivasi HCl 4 M selama 24 jam menunjukkan bahwa biosorben memiliki vibrasi renggangan campuran gugus fungsi O-H di daerah 3421 cm-1 dan gugus alkil C-H di sekitar 2380 cm-1 serta juga memiliki puncak tajam di bilangan 2223,06 cm-1 berkaitan dengan renggangan C=O dari gugus karboksilat. Hasil ini juga menunjukkan bahwa biosorben Lidah Mertua (Sansivieria sp.) memiliki ion COO- karboksilat yang terlihat pada puncak 1919,75 cm-1. Kandungan H2O mempengaruhi intensitas pada nilai gugus fungsi C-H, dimana kandungan H2O yang semakin tinggi maka intensitas gugus C-H semakin rendah. Spektrum FTIR biosorben Lidah Mertua (Sansivieria sp.) diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Sprektrum FTIR biosorben Lidah Mertua (Sansivieria sp.) Sumber: Data penelitian (2022)

3.2 Hasil Pengujian SEM

Hasil uji luas pori-pori dengan SEM biosorben Lidah Mertua (Sansivieria sp.) sebelum dan setelah aktivasi diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Hasil uji SEM (A) sebelum aktivasi dan (B) setelah aktivasi Sumber: Data penelitian (2022)

Pengujian yang dilakukan dengan SEM pada pembesaran 500x. Pori-pori biosorben terlihat lebih terbuka dan luas setelah dilakukan aktivasi dengan menggunakan HCl 4 M dibandingkan sebelum aktivasi.

Hal ini disebabkan sebelum dilakukan aktivasi, sebagian besar pori-pori biosorben masih tertutup oleh hydrogen dan senyawa organik lain yang komponennya terdiri dari air, abu, nitrogen, dan sulfur [8], [16].

Salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyerapan adalah luas permukaan biosorben, dimana semakin luas permukaan biosorben maka semakin banyak adsorbat yang diserap.

3.3 Pengukuran Kadar Hg(II)

Biosorben Lidah Mertua (Sansivieria sp.) teraktivasi diaplikasikan untuk menyisihkan ion logam merkuri Hg(II) yang terkontaminasi dalam air. Proses penyisihan ini dilakukan dengan mencampurkan 2g, 3g, dan 4g massa biosorben Lidah Mertua (Sansivieria sp.) yang teraktivasi HCl 4 M berukuran 50 mesh ke dalam 200 mL air mengandung ion logam merkuri Hg(II) 0,15 mg/L. Sampel diaduk menggunakan

A B

(5)

shaker incubator dengan waktu kontak 0, 4, dan 6 hari. Ion logam merkuri dalam air dianalisa menggunakan AAS, Shimadzu AA-6300 dan hasilnya ditabulasikan pada Tabel 2. Penyerapan ion logam merkuri Hg(II) tertinggi diperoleh sebesar 0,0006 mg/L yang terjadi pada perlakuan massa biosorben 4g dan waktu kontak selama 6 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biosorben daun Lidah Mertua (Sansivieria sp.) memiliki kemampuan dalam menurunkan konsentrasi logam merkuri Hg(II) selama 6 hari yang mencapai 99.6%.

Tabel 2. Hasil pengukuran kadar Hg(II)

Massa Biosorben Waktu Adsorpsi Hasil Pengukuran (mg/L) Max. 0.001 mg/L 2 gram

0 hari 0,1500

4 hari 0,0763

6 hari 0,0415

3 gram

0 hari 0,1500

4 hari 0,0240

6 hari 0,0132

4 gram

0 hari 0,1500

4 hari 0,0017

6 hari 0,0006

Sumber: Data penelitian (2022)

Gambar 3. Penyerapan ion logam Hg(II) oleh biosorben daun Lidah Mertua (konsentrasi awal 0,15 mg/L)

Sumber: Data penelitian (2022)

Gambar 3 menunjukkan bahwa penyerapan Hg(II) oleh 2 gram biosorben selama waktu kontak 4 hari sebesar 0,0763 mg/L dengan efisiensi penyerapan 50,16%. Pada hari ke enam penyerapan terjadi sebesar 0,0415 mg/L dengan efisiensi penyerapan menjadi 72.89%. Untuk massa biosorben 3 gram selama 4 hari, penyerapan yang terjadi sebesar 0,024 mg/L dengan efisiensi penyerapan sebesar 84,32%. Pada hari ke enam, daya penyerapannya menurun sebesar 0,00132 mg/L dengan efisiensi penyerapan sebesar 91,38%. Daya penyerapan untuk massa biosorben 4 gram dengan waktu adsorpsi 4 hari ditemukan sebesar 0,0017 mg/L dengan efisiensi penyerapan sebesar 98,89%.

Pada hari ke enam daya penyerapannya sebesar 0,0006 mg/L dengan efisiensi penyerapan sebesar 99,6%. Hasil ini menunjukkan bahwa massa biosorben yang digunakan mempengaruhi daya serap dan efisiensinya, dimana semakin besar massa biosorben dan waktu adsorpsi maka semakin cepat proses penyisihan ion logam merkuri Hg(II). Efisiensi penyerapannya mencapai 99,6% yang dicapai selama 6 hari.

Pada penelitian sebelumnya, ref. [17] melaporkan bahwa karbon aktif dari kulit durian dapat digunakan untuk mengurangi kandungan ion logam dalam air limbah dengan efisiensi penyerapan hingga 99,98%.

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16

0 4 6

2 gram

Waktu (hari)

Konsentrasi Hg(II) pada air (mg/L)

(6)

4. Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daun Lidah Mertua (Sansivieria sp.) yang teraktivasi HCl 4M dapat menyerap ion logam Hg(II) dengan baik. Aktivasi yang dilakukan dengan menggunakan HCl 4 M dapat membuka pori-pori biosorben dengan kadar air rendah (2%), kadar abu yang lebih tinggi (9,9%), daya serap iodin sebesar 1259,14 mg/g, dan kadar karbon yang lebih tinggi (89%) dari biosorben yang tidak teraktivasi. Berdasarkan Standar SNI. 06-3730-1995, biosorben yang dihasilkan mendekati kualifikasi sebagai karbon aktif. Efisiensi penyerapan ion logam Hg(II) oleh biosorben tertinggi diperoleh 99,6% yang dicapai selama 6 hari dengan berat biosorben 4 gram.

5. Daftar Pustaka

[1] M. Azamia, “Pengolahan limbah cair laboratorium kimia dalam penurunan kadar organik serta logam berat Fe, Mn, Cr dengan metode koagulasi dan adsorpsi= Waste water liquid treatment of chemistry laboratory to decrease organic content and heavy metal Fe, Mn, Cr by coagu,” 2012.

[2] F. A. Thaharah Ramadhani, I. Indra, A. Muslim, S. Suhendrayatna, H. Meilina, and S. Saiful,

“Adsorption of Cd (II) Ions From Aqueous Solution By A Low-Cost Biosorbent Prepared From Ipomea Pes-Caprae Stem,” Aceh Int. J. Sci. Technol, vol. 9, pp. 197–206, 2020.

[3] A. Husna, F. Abdullah, A. Muslim, S. Suhendrayatna, and H. Meilina, “Biosorbent Prepared from Calotropis Gigantean Stems for Adsorption of Cu (II) Ions from Aqueous Solution,” J. Rekayasa Kim. Lingkung., vol. 16, no. 1, pp. 1–10, 2021.

[4] R. Mahardika, “Ekstraksi Antioksidan Dari Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain) Menggunakan Metode Microwave Assisted Extraction Dan Pulsed Electric Field.” Universitas Brawijaya, 2014.

[5] R. R. Wicaksono and E. Sulistiono, “Combination Extract of Lidah Mertua (Sansevieria verticilata) And Sereh (Cymbopogon nardus L.) Indifferent Drying as Anti-Microbial,” Nusant. Sci. Technol.

Proc., pp. 1–4, 2021.

[6] I. Safrianti, N. Wahyuni, and T. A. Zaharah, “Adsorpsi timbal (II) oleh selulosa limbah jerami padi teraktivasi asam nitrat: pengaruh pH dan waktu kontak,” J. Kim. Khatulistiwa, vol. 1, no. 1, 2012.

[7] S. Tilaar, “Analisis pencemaran logam berat di muara sungai Tondano dan muara sungai Sario Manado Sulawesi Utara,” J. Ilm. Platax, vol. 2, no. 1, 2014.

[8] S. Suhendrayatna, A. Abdurrahman, and E. Elvitriana, “Study on the optimization of mercury ion (II) adsorption with activated carbon from a biomass combination of palm bunches and rice husk,”

Aceh Int. J. Sci. Technol., vol. 8, no. 3, pp. 161–168, 2019.

[9] I. R. C. Tarumingkeng and I. J. Haluan, “Pengaruh Pencemaran Merkuri Terhadap Biota Air”.

[10] S. Pandia, A. T. Hutagalung, and A. D. Siahaan, “Utilization of cocoa peel as biosorbent for oil and color removal in Palm Oil Mill Effluent (POME),” in IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 2018, vol. 300, no. 1, p. 12066.

[11] N. Yalcın and V. Sevinc, “Studies of the surface area and porosity of activated carbons prepared from rice husks,” Carbon N. Y., vol. 38, no. 14, pp. 1943–1945, 2000.

[12] S. Suhendrayatna, Z. Muhammad, A. D. H. Harahap, and F. Verantika, “Adsorption of Manganese (II) Ion in the Water Phase by Citric Acid Activated Carbon of Rice Husk,” in Proceedings of MICoMS 2017, Emerald Publishing Limited, 2018.

[13] E. M. Mistar, I. Hasmita, T. Alfatah, A. Muslim, and M. D. Supardan, “Adsorption of mercury (II) using activated carbon produced from Bambusa vulgaris var. striata in a fixed-bed column,” Sains Malaysiana, vol. 48, no. 4, pp. 719–725, 2019.

[14] L. M. Yuningsih, D. I. Anwar, and N. Wahyuni, “Penghilangan Ion Pb2+ Oleh Arang Aktif Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain),” Santika J. Ilm. Sains dan Teknol., vol. 6, no. 1, pp.

495–499, 2016.

[15] M. H. Dahlan, H. P. Siregar, and M. Yusra, “Penggunaan karbon aktif dari biji kelor dapat memurnikan minyak jelantah,” J. Tek. Kim., vol. 19, no. 3, 2013.

[16] S. Suhendrayatna, M. Aprianti, Elvitriana, and Abdurrahman, “Optimization of Lead Ion Adsorption Capacity by Biomass Mixture of Palm Bunches and Rice Husks after Activated with Citric Acid,”

IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng., vol. 536, p. 012081, Jun. 2019, doi: 10.1088/1757- 899X/536/1/012081.

[17] N. Herlina, “Studi Adsorpsi Merkuri Menggunakan Karbon Aktif Berbahan Baku Kulit Durian (Aplikasi pada Limbah Pertambangan Emas Rakyat dari Kab. Mandailing Natal),” 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Assets dan

The issuance of industrial designs and trademarks, in this case Geprek, which is owned by Benny Sudjono and Ruben Onsu which is registered with the Directorate General of Intellectual