• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYUSUNAN DED PENATAAN DESTINASI AGROWISATA TALAGA BODAS (GUNUNG PIRAMID) DESA SINDANGGALIH KEC KARANGTENGAH

N/A
N/A
Gena Rizqi

Academic year: 2024

Membagikan "PENYUSUNAN DED PENATAAN DESTINASI AGROWISATA TALAGA BODAS (GUNUNG PIRAMID) DESA SINDANGGALIH KEC KARANGTENGAH "

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

1 LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN DED

PENATAAN DESTINASI AGROWISATA TALAGA BODAS (GUNUNG PIRAMID)

DESA SINDANGGALIH KEC KAR ANGTENGAH

DIN AS PARI WIS ATA K ABUPATEN GARUT

TA 2021

(2)

i LAPORAN AKHIR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, Laporan Akhir kegiatan Penyusunan DED Penataan Destinasi Agrowisata Talaga Bodas (Gunung Piramid) Desa Sindanggalih Kec Karangtengah ini dapat diselesaikan.

Kegiatan DED Penataan Destinasi Agrowisata Talaga Bodas (Gunung Piramid) ini diharapkan dapat menghasilkan perencanaan teknis terkait dengan rencana pengembangan wisata pendukung potensi Gunung Piramid di sekitar DTW Talagabodas.

Perencanaan teknis ini diharapkan juga dapat bersifat holistik dan terintegrasi terkait dengan nilai budaya lokal serta segmen pasar yang akan difasilitasi di Gunung Piramid..

Kajian kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan kajian ini lebih baik ke depannya. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga kajian ini dapat bermanfaat. Kami ucapkan terima kasih sebesar- besarnya kepada semua pihak yang membantu pelaksanaan kegiatan ini.

Garut, Mei 2021

Tim Penyusun

(3)

ii LAPORAN AKHIR

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.2.1 Maksud ... 2

1.2.2 Tujuan ... 2

1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan ... 2

1.3.1 Lokasi Perencanaan ... 2

1.3.2 Lingkup Materi Pekerjaan ... 3

1.3.3 Keluaran ... 4

1.4 Sistematika Pembahasan ... 5

BAB 2. GAMBARAN UMUM ... 6

2.1. Gambaran Umum Kabupaten Garut ... 6

2.2. Tentang Gunung Piramid ... 9

2.3. Gambaran Umum Lokasi Prioritas Perencanaan ... 10

2.4. Aturan tentang Area Hutan Lindung dan Wisata di Area Pegunungan ... 11

BAB 3. TINJAUAN LITERATUR ... 15

3.1 Dasar Teori ... 15

(4)

iii LAPORAN AKHIR

3.1.1 Definisi Pariwisata ... 15

3.1.2 Konsep Perencanaan ... 15

3.1.3 Konsep Pengembangan ... 18

3.1.4 Pengertian Obyek Wisata. ... 20

3.2 Inovasi Pendekatan Pengembangan High and Best Use in Property Development 21 BAB 4. PENDEKATAN DAN METODOLOGI ... 25

di Teluk Palangpang ... 25

4.1 Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan ... 25

4.2 Tahapan Persiapan ... 31

4.3 Tahap Pengumpulan Data Primer Dan Sekunder (Survey Dan Observasi) ... 32

4.3.1 Survey Pengumpulan data (Survey Sekunder) ... 33

4.3.2 Survei Primer ... 34

4.4 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 49

4.4.1 Analisis Supply and Demand ... 49

4.4.2 Metode Analisis Tapak ... 56

4.4.3 Perumusan dan Pengembangan Perancangan ... 71

4.5 Perencanaan Kawasan Gunung Piramid ... 84

4.5.1 Tahap Studi Interpretasi Data sebagai Kajian Awal Perencanaan / Perancangan ... 84

4.5.2 Tahap Inisiasi dan Transformasi Konsep Rancangan / Penyusunan Dokumen Pra Rancangan ... 86

4.5.3 Tahap Analisis Tapak ... 87

4.5.4 Rencana Anggaran Biaya ... 90

4.5.5 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ... 91

(5)

iv LAPORAN AKHIR

4.6 Program kerja ... 91

BAB 5. ANALISIS LOKASI PERENCANAAN ... 102

5.1. Delineasi Perencanaan ... 102

5.2. Analisis Aksesibilitas dan Radius Penginapan ... 103

5.3. Analisis Tata Guna Lahan ... 105

5.4. Analisis Pariwisata Dan Segmen Di Kabupaten Garut Dan Talaga Bodas ... 106

5.4.1. Analisis Wisata Sekitar Lokasi ... 106

5.5. Aspek Program Ruang dan Aktivitas ... 108

4.6.1. Analisis Tren Wisata dan Agro Techno Park ... 108

4.6.2. Analisis Target Pengunjung ... 109

5.6. Analisis Tapak Pada Lokasi Prioritas ... 111

5.6.1. Analisis Kontur Dan Tanah ... 111

5.6.2. Analisis Eksisting di Lokasi Prioritas ... 112

5.6.3. Analisis Cahaya Matahari ... 112

5.6.4. Analisis View Sekitar ... 113

BAB 6. KONSEP MASTERPLAN ... 115

6.1 Konsep Masterplan ... 115

6.2 Skema Kerja Sama ... 116

6.3 Program Aktivitas ... 116

6.4 Peta Masterplan ... 117

6.5 Pentahapan Masterplan ... 118

BAB 7. DESAIN PADA LOKASI PRIORITAS ... 122

7.1. Rencana Tapak ... 122

7.1.1 Rencana Aksesibilitas ... 124

7.1.2 Rencana Spot Selfie ... 125

(6)

v LAPORAN AKHIR

7.1.3 Rencana Softscape ... 126

7.1.4 Rencana Hardscape ... 127

7.2. Desain Viewing Deck ... 128

7.3. Desain Instalasi Seni dan Spot Selfie ... 128

7.4. Desain Ruang Parkir ... 130

7.5. Desain Bangunan Utama ... 130

7.6. Desain Bangunan Penerima ... 131

7.7. Desain Bangunan Gazebo ... 132

7.8. Rencana Anggaran Pembangunan ... 132

(7)

vi LAPORAN AKHIR

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Luas Lahan Berdasarkan Kemiringan Lahan di Kecamatan Karang Tengah

... 6

Tabel 2. 2 Luas Lahan Berdasarkan Ketinggian Lahan ... 6

Tabel 2. 3 Perbandingan Antara Penduduk Pria dan Perempuan ... 7

Tabel 2. 4 Data wisatawan dan Akomodasi di Kabupaten Garut ... 7

Tabel 2. 5 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan Menurut Kecamatan dan Jenis Jenis Tanaman ... 8

Tabel 4. 1 Kilasan metodologi pengambilan data ... 32

Tabel 4. 2 Kebutuhan Data Sekunder ... 33

Tabel 4. 3 Uraian serta keluaran pada tahap identifikasi karakteristik kawasan .... 34

Tabel 4. 4 4 Kebutuhan Fasilitas Kepariwisataan... 50

Tabel 4. 5 Skala Penilaian Untuk Pernyataan Positif dan Negatif ... 52

Tabel 4. 6 Pedoman Menentukan Tinggi Bangunan ... 66

Tabel 4. 7 Rencana pelaksanaan pekerjaan ... 92

Tabel 4. 8 Identifikasi kebutuhan data untuk tiap kegiatan pekerjaan ... 95

Tabel 7. 1 Estimasi Perkiraan Pembangunan... 132

(8)

vii LAPORAN AKHIR

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 2 Kawasan wisata Spot Pandang Pyramid View dan sekitarnya (sumber:

GoogleEarth) ... 3

Gambar 2. 1 Gunung Piramid Adalah Nama Lain Dari Gunung Sadahurip ... 9

Gambar 2. 2 Kondisi Eksisting di Lokasi ... 10

Gambar 2. 3 Peta Udara Lokasi Prioritas ... 10

Gambar 2. 4 Bentuk Kontur Lokasi Prioritas ... 11

Gambar 2. 5 Contoh peta rawan bencana Gunung Merapi (BPPT Kegunungapian) ... 13

Gambar 2. 6 Contoh ilustrasi struktur tak kaku pada arsitektur tradisional di pegunungan. ... 13

Gambar 2. 7 Contoh Ilustrasi bangunan skybridge di TNGGP ... 14

Gambar 3. 5 Pengamatan Azimuth Astronomis ... 44

Gambar 4. 1 Bagan Kerangka Berpikir... 26

Gambar 4. 2 Konsep umum pendekatan pekerjaan ... 29

Gambar 4. 3 Contoh pemetaan sirkulasi kawasan ... 41

Gambar 4. 4 Proses FGD dengan menggunakan metoda CAP ... 42

Gambar 4. 5 Gambar 3. 6 Bench Mark yang dibuat Untuk Titik Referensi ... 45

Gambar 4. 6 Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring ... 45

Gambar 4. 7 Pengukuran Sudut Antar Dua Patok ... 47

Gambar 4. 8 Pengukuran Waterpass ... 48

(9)

viii LAPORAN AKHIR

Gambar 4. 9 Pedoman Menentukan Jarak Antar Bangunan ... 66

Gambar 4. 10 Pedoman Menentukan Kerenggangan Bangunan ... 67

Gambar 4. 11 Pedoman kemunduran bangunan ... 69

Gambar 4. 12 Visual desain struktur peruntukan lahan ... 73

Gambar 4. 13 Desain penampang pedestrian Kawasan Pasar Gede ... 79

Gambar 4. 14 Contoh desain kota berdasarkan zonasi ... 81

Gambar 4. 15 Contoh gambar ilustrasi site plan ... 90

Gambar 4. 16 Contoh gambar desain teknis site plan ... 90

Gambar 4. 17 Lokasi Obyek Wisata Piramid View Sebagai Bagian dari Travel Pattern Talaga Bodas ... 107

Gambar 4. 18 Persebaran Obyek Wisata di Kabupaten Garut ... 108

Gambar 5. 8 Hasil Analisis Potensi dan Permasalahan pada Area Delineasi Perencanaan ... 103

Gambar 5. 9 Aksesibilitas Menuju Lokasi Perencanaan ... 103

Gambar 5. 10 Jalan Menuju Lokasi Perencanaan di Desa Sindang Mekar ... 104

Gambar 5. 11 Jalan Menuju Lokasi di Area Pertanian ... 104

Gambar 5. 12 Jarak Dari Pertigaan Menuju Lokasi Berkisar 1,5 KM ... 105

Gambar 5. 13 Kualitas Jalan Menuju Lokasi dari Pertigaan Menuju Talaga Bodas ... 105

Gambar 5. 14 Lokasi Perencanaan Berada di Zona Hutan Lindung ... 106

Gambar 5. 15 Program Kegiatan di Obyek WIsata Piramid View ... 109

Gambar 5. 16 Diagram Kaitan Bentuk dan Segmen Wisata ... 110

Gambar 5. 17 Diagram Kaitan Segmen dan Atraksi yang di Fasilitasi ... 110

Gambar 5. 18 Area yang Relatif Datar ... 111

(10)

ix LAPORAN AKHIR

Gambar 5. 19 Kondisi Kontur Area Perencanaan ... 111

Gambar 5. 20 Kondisi Eksisting di Lokasi Perencanaan ... 112

Gambar 5. 21 Jalur Matahari Terhadap Lahan ... 112

Gambar 5. 22 Sudut Pandang Menuju Obyek Pemandangan di Lokasi ... 113

Gambar 5. 23 Beberapa Jenis Flora yang ada di Talaga Bodas dan Kabupaten Garut ... 114

Gambar 6. 1 Konsep Masterplan Obyek Wisata sekitar Gunung Piramid ... 115

Gambar 6. 2 DIagram Skema Kerja Sama ... 116

Gambar 6. 3 Aktivitas yang Ditunjangi di Lokasi Prioritas ... 117

Gambar 6. 4 Aktivitas Lainnya di Kawasan Wisata ... 117

Gambar 6. 5 Peta Masterplan ... 118

Gambar 6. 6 Pentahapan pada zona wisata sekitar Gunung. Piramid ... 119

Gambar 6. 7 Penjelasan Pembangunan pada Tahap 1 ... 119

Gambar 6. 8 Penjelasan Pembangunan pada Tahap 2 ... 120

Gambar 6. 9 Penjelasan Pembangunan pada Tahap 3 ... 121

Gambar 6. 10 Penjelasan Pembangunan pada Tahap 3 ... 121

Gambar 7. 1 Gambar Rencana Tapak Obyek Wisata Piramid View... 123

Gambar 7. 2 Aerial View Lokasi Perencanaan ... 123

Gambar 7. 3 Diagram Jalur Pergerakan Kendaraan dan Pejalan Kaki ... 124

Gambar 7. 4 Rencana Spot Selfie di Area Prioritas ... 125

Gambar 7. 5 Persebaran Area Softscape ... 126

Gambar 7. 6 Persebaran Hardscape Pada Area Prioritas ... 127

Gambar 7. 7 Desain Viewing Deck di Lokasi Prioritas ... 128

(11)

x LAPORAN AKHIR

Gambar 7. 8 Beberapa Instalasi Seni dan Signange di Lokasi Perencanaan ... 129

Gambar 7. 9 Area Parkir di Lokasi Prioritas ... 130

Gambar 7. 10 Bangunan Utama dan Fungsi di Dalamnya ... 131

Gambar 7. 11 Desain Bangunan Penerima ... 131

Gambar 7. 12 Desain Bangunan Gazebo ... 132

(12)

LAPORAN AKHIR 1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Garut yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki kawasan destinasi wisata unggulan yang cukup tersebar di berbagai wilayah, dari wilayah utara sampai dengan wilayah selatan Kabupaten Garut.

Destinasi wisata Garut terdiri dari Wisata Alam, Wisata Budaya, Wisata Kerajinan, dan Wisata Kuliner, dalam hal ini Pariwisata Alam, Garut memiliki berbagai unggulan, yaitu Wisata Gunung, yang terdiri dari gunung Papandayan, gunung Guntur, gunung Kamojang, gunung Talaga Bodas dan lain-lain, Wisata Air terjun terdiri dari dari curug Orok, curug Citiis, dll, Wisata Danau terdiri dari danau Bagendit, danau Cangkuang, dll, Wisata Purbakala terdiri dari Candi cangkuang, dll, Wisata Adat, terdiri dari wisata Kampung Pulo, dll, Wisata Pantai terdiri dari wisata Pantai Sayang Heulang, Pantai Santolo, Pantai Cijeruk, Pantai Cicalobak, Pantai Rancabuaya, dan maih banyak wisata lainya

Akan tetapi di tiap tempat Pariwisata tersebut terkendala akan terpenuhinya Sarana dan Prasarana penunjang Objek Pariwisata, Untuk itu pemerintah Garut dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut, melihat akan perlunya pembangunan sarana prasarana penunjang agar Pariwisata Garut menjadi Unggulan Wisata Di Indonesia.

Objek wisata Gunung Sadahurip atau yang dikenal sebagai Piramid, merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Garut yang sedang dikembangkan. Objek wisata ini berada pada kawasan sekitar DTW Talagabodas. Secara nilai ekonomis dan historis objek ini memiliki nilai potensi wisata yang cukup tinggi, dan ditinjau dari sisi lokasi dan keruangan, Gunung Piramid sebagai salah satu objek wisata di Kabupaten Garut memiliki nilai lokasi yang cukup strategis. Akan tetapi disamping memiliki potensi yang cukup tinggi sebagai salah satu objek wisata andalan Kabupaten Garut, Gunung Piramid juga memerlukan sebuah perencanaan untuk meningkatkan dan memaksimalkan potensi wisata tersebut.

Kegiatan penyusunan DED ini bermaksud untuk mendapatkan perencanaan teknis terkait dengan rencana pengembangan wisata Gunung Piramid. Perencanaan teknis ini diharapkan juga dapat bersifat holistik dan terintegrasi terkait dengan nilai budaya local serta segmen pasar yang akan difasilitasi di Gunung Piramid.

(13)

LAPORAN AKHIR 2

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Adapun maksud pekerjaan ini seperti telah disinggung pada pemahaman latar belakang diatas adalah untuk menghasilkan perencanaan teknis yang holistik dan terintegrasi.

Dimana produk yang diharapkan adalah perencanaan teknis dan penganggaran untuk pelaksanaan pengembangan objek wisata Gunung Piramid, Kabupaten Garut.

1.2.2 Tujuan

Adapun tujuan pelaksanaan pekerjaan seperti yang tercantum dalam KAK adalah untuk mendapatkan informasi teknis terkait desain objek unsur dan sub-unsur yang direncanakan di Gunung Piramid termasuk jenis konstruksi, penganggaran, serta arsitektur yang sesuai dengan lokasi ini secara khusus dan budaya Kabupaten Garut secara umum.

Pencapaian yang diharapkan menjadi outcome dengan adanya perencanaan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut:

 Membangun daerah wisata baru;

 Meningkatkan pengalaman wisata pengunjung;

 Meningkatkan akses menuju lokasi;

 Meningkatkan daya Tarik di DTW Talaga Bodas dsk;

 Meningkatkan perekonomian melalui penyelenggaraan Wisata.

Berdasarkan penjelasan tersebut, tujuan dari pekerjaan ini akan terfokus dengan pemenuhan unsur utama tersebut diatas

1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan

Pada bagian ini akan dibahas mengenai lingkup pekerjaan yang meliputi lokasi, tahapan pekerjaan, pelaporan, dan hal terkait lingkup pekerjaan lainnya..

1.3.1 Lokasi Perencanaan

Lokasi perencanaan yang akan dilakukan adalah di Lokasi spot pandang Kawasan Wisata Gunung Piramid yang terletak di Desa Sindanggalih, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Garut. Adapun untuk lebih jelas mengenai lokasi rencana dan sekitarnya dapat dilihat pada gambar dibawah.

(14)

LAPORAN AKHIR 3

Gambar 1. 1 Kawasan wisata Spot Pandang Pyramid View dan sekitarnya (sumber: GoogleEarth)

1.3.2 Lingkup Materi Pekerjaan

Pada dasarnya gambaran umum mengenai lingkup pelaksanaan kegiatan secara garis besar mendasari dalam melakukan penyusunan pendekatan pelaksanaan pekerjaan serta pemilihan metodologi teknis untuk masing-masing pentahapan pelaksanaan pekerjaan.

Pendekatan pekerjaan serta pemilihan metodologi teknis tersebut kemudian menjadi dasar dalam menyusun program pelaksanaan pekerjaan.

Adapun lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut:

 Tahapan persiapan

 Tahap pengumpulan data dan informasi lapangan

 Tahap pengukuran

 Tahap pra rancangan

 Tahap rancangan

Berdasarkan lingkup pekerjaan diatas secara sepintas dapat dilihat bahwa pelaksanaan pekerjaan ini meliputi penyusunan masterplan dengan output nya berupa siteplan, dimana penyusunan masterplan ini harus diketahui dulu proyeksi segmen market yang akan difasilitasi serta proyeksi volume wisatawanya, sehingga diperlukan kajian perencanaan wilayah serta kajian wisata pada awal pelaksanaan pekerjaan. Setelah tergambar karakteristik dan jumlah wisatawan yang akan difasilitasi kemudian disusun desain siteplan yang mencakup tata letak, sirkulasi pergerakan dan lain-lain dengan didasari oleh pembagian zonan pemamfaatan ruang yang telah dijelaskan pada bagian latarbelakang diatas. Hal akhir yang akan dilakukan adalah mendesain dari masing-masing objek dalam siteplan yang mencaku sub-unsur Kawasan seperti telah disebutkan diatas

(15)

LAPORAN AKHIR 4 baik dari sisi arsitekturalnya dan juga struktur bangunannya yang sesuai dengan kondisi di lokasi perencanaan.

1.3.3 Keluaran

Keluaran yang menjadi bagian dari hasil yang dikerjakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini diuraikan sebagai berikut:

1. Laporan Pendahuluan

Laporan pendahuluan berisi rencana kerja yang akan dilakukan, baik itu berupa metodologi teknis ataupun pendekatan pentahapan pelaksanaan pekerjaan. Selain itu, pada pelaporan pendahuluan ini juga harus mencakup uraian mengenai organisasi pelaksanaan pekerjaan yang meliputi rencana kerja, jadwal keterlibatan tenaga ahli, serta manajemen organisasi tim teknis.

2. Laporan Antara

Laporan antara berisi mengenai kemajuan pekerjaan, terutama hasil pelaksanaan tahapan pengumulan dan pengambilan data di lokasi pekerjaan. Pelaporan ini mencakup metode pelaksanaan pekerjaan, hasil dari pelaksanaan survey, serta pengolahan data survey untuk siap analisis.

3. Laporan Akhir

Laporan akhir merupakan laporan penyempurnaan dari konsep laporan akhir yang telah dilaporkan pada tahap sebelumnya. Laporan akhir ini gambaran mengenai gambaran siteplan berdasarkan kajian kepariwisataan serta kriteria dasar desain Kawasan, kriteria teknis perencanaan objek penyusun Kawasan yang ditinjau secara arsitektural serta civil work.

4. RAB

Laporan Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan perhitungan biaya untuk program kegiatan konstruksi yang disusun gambar rancangan DED nya.

5. RKS

Laporan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) merupakan laporan mengenai rencana kerja dan syarat untuk pengadaan dari konstruksi yang diprogramkan akan segera dibangun.

6. Gambar Rencana Kerja dan 3D

Gambar Rencana Kerja dan 3D terdiri dari gambar rencana kerja DED dan gambar ilustrasi 3D.

(16)

LAPORAN AKHIR 5

1.4 Sistematika Pembahasan

Pembahasan dari laporan akhir ini terdiri dari:

 BAB 1 PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi tentang latar belakang kegiatan, maksud dan tujuan, ruang lingkup kegiatan, serta keluaran

 BAB 2 GAMBARAN UMUM

Menjelaskan tentang lokasi perencanaan baik dari skala makro yaitu Kabupaten Garut hingga skala prioritas serta aturan terkait pada lokasi.

 BAB 3 TINJAUAN LITERATUR

Tinjauan Literatur terdiri dari tinjauan mengenai teori-teori dan literatur pustaka yang menjadi rujukan dalam perencanaan

 BAB 4 PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Pendekatan dan Metodologi menjabarkan pendekatan dan metoodologi teknis yang akan dilaksanakan untuk menghasilkan keluaran yang diharapkan

 BAB 5 ANALISIS LOKASI PERENCANAAN

Mengkaji lokasi perencanaan berdasarkan metodologi yang digunakan untuk mendapatkan konsep desain dan menjawab permasalahan yang ada.

 BAB 6 KONSEP MASTERPLAN

Rencana induk pada kawasan perencanaan di dalam delineasi yang menjelaskan tentang konsep, program, dan pentahapannya.

 BAB 6 DESAIN PADA LOKASI PRIORITAS

Konsep desain pada lokasi prioritas sebagai bagian dari tahap awal pada masterplan.

Menjelaskan konsep desain tapaknya dan bangunannya.

(17)

LAPORAN AKHIR 6

BAB 2. GAMBARAN UMUM

2.1. Gambaran Umum Kabupaten Garut

a. Geografis

Lokasi perencanaan yang berada di Desa Wanasari termasuk dalam Kecamatan Karang Tengah. Kecamatan Karang Tengah memiliki luas lahan 3526 Ha atau 1,15 % dari total luas Kabupaten Garut. Berdasarkan BPS Kabupaten Garut, maka kondisi fisik Kecamatan Karang Tengah adalah sebagai berikut :

Tabel 2. 1 Luas Lahan Berdasarkan Kemiringan Lahan di Kecamatan Karang Tengah

Kecamatan Luas (Ha)

0-2% 3-14% 15-40% 40%

Karang Tengah 1816 649 655 1196

Sumber : BPS Kabupaten Garut

Berdasarkan data di atas, maka hampir 30% luas lahan tidak dapat dibangun karena memiliki kemiringan mencapai 40% sedangkan hamper 50% lahan datar. Dengan tingkat kemiringan cukup tinggi, maka sesuai dengan Peta RTRW 2011-2031 termasuk area bencana rawan tanah bergerak tinggi.

Tabel 2. 2 Luas Lahan Berdasarkan Ketinggian Lahan

Kecamatan Luas (Ha)

0-25 25-100 100-500 500 - 1000 >1000

Karang Tengah 0 0 0 2611 915

Sumber : BPS Kabupaten Garut

Kecamatan Karang Tengah memiliki ketinggian topografi di atas 500 MPDL. Mengetahui ketinggian lahan untuk dapat mengetahui kondisi cuaca di lokasi dan komoditas apa saja yang dapat dikembangkan di lokasi tersebut.

b. Demografi

Jumlah penduduk di Kecamatan Karang Tengah berjumlah 48000 jiwa. Dengan luas lahan Kecamatan Karang Tengah adalah 3526 Ha, maka dalam kepadatan rata-rata adalah 2,3 Jiwa/Ha. Sehingga bisa dikatakan Kecamatan Karang Tengah memiliki kepadatan yang sangat rendah. Selain itu area terbangun yang terkluster juga menjadi salah satu akibatnya. Lokasi perencanaan berada di Desa Wanasari yang memiliki jumlahpenduduk berkisar 3700 jiwa.

(18)

LAPORAN AKHIR 7

Tabel 2. 3 Perbandingan Antara Penduduk Pria dan Perempuan

Laki-laki Perempuan

2018 2019 2020 2018 2019 2020

Total 23 541 23 610 23 662 23 984 24 053 24 144

Sukamenak 3 853 3 865 3 873 3 875 3 887 3 896

Sindangmekar 1 403 1 407 1 410 1 422 1 458 1 443 Sindangratu 3 497 3 507 3 515 3 580 3 596 3 607

Cinunuk 2 780 2 788 2 794 2 845 2 867 2 838

Wanamekar 3 358 3 368 3 375 3 335 3 353 3 367

Karang Tengah 2 752 2 759 2 766 2 747 2 769 2 790

Wanasari 1 828 1 834 1 839 1 962 1 944 1 970

Wanajaya 2 722 2 731 2 736 2 845 2 818 2 838

Sindangprabu 1 348 1 351 1 354 1 373 1 361 1 395

Sumber : BPS Kabupaten Garut

c. Pariwisata

Tingkat pariwisata di Kabupaten Garut lebih banyak di dominasi oleh pengunjung domestic. Berdasarkan data table di bawah ini maka rata-rata lama menginap di hotel adalah 1 hari, ini berarti bahwa wisatawan hanya berkunjung ke 1 lokasi saja, beberapa obyek wisata namun dalam 1 area yang berdekatan. Selain itu juga, ada kemungkinan wisatawan adalah orang yang berpergian namun tidak ada rencana untuk menginap atau pulang-pergi (PP). Jenis wisatawan ini adalah wisatawan lokal atau wisatawan yang berdekatan denan Kabupaten Garut seperti Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Bandung, dan lain-lain.

Tabel 2. 4 Data wisatawan dan Akomodasi di Kabupaten Garut

No Indikator Bintang Akomodasi Lain

2014 2015 2014 2015

1 Hotel 6 6 112 122

2 Kamar 292 292 1.538 1684

3 Tempat Tidur 465 482 2.377 2492

4 Tamu Mancanegara 1.043 842 138 29

5 Tamu Nusantara 87.266 87.456 671.436 215.178

6 Rata-rata Lama Menginap

Tamu Mancanegara 1,2 hari 1,28 1,19 hari 1,00 hari

7 Rata-rata Lama Menginap

Tamu Nusantara 1.12 hari 1,09 1,04 hari 1,05 hari 8 Tingkat Penghunian Kamar 27,81 % 32,74 % 32,17 % 33,63 %

Sumber : BPS Kabupaten Garut

(19)

LAPORAN AKHIR 8 d. Pertanian

Lokasi perencanaan memiliki arahan untuk dijadikan obyek wisata Piramid View dengan konsep ecowisata sehingga perlu diketahui komoditas apa yang perlu diakomodasi untuk diteliti dan ditingkatkan teknologinya. Berdasarkan table dibawah ini :

Tabel 2. 5 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan Menurut Kecamatan dan Jenis Jenis Tanaman

Sumber : BPS Kabupaten Garut

Padi Sawah

Padi

Ladang Jagung Kedelai Kacang

Tanah

Kacang Hijau

Ubi Kayu/

Ketela Pohon

Ubi Jalar/

Ketela Rambat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (17)

[010] CISEWU 7.894 157 7.938 216 191 188 21 597 47 1.032

[011] CARINGIN 5.307 1.551 6.350 1.433 11 1.581 201 1.167 100 2.776

[020] TALEGONG 6.841 142 6.892 204 118 302 19 1.097 83 1.580

[030] BUNGBULANG 11.037 748 11.193 889 54 403 142 1.509 275 2.464

[031] MEKARMUKTI 3.267 612 3.508 257 4 1.245 237 420 30 1.713

[040] PAMULIHAN 1.525 182 1.600 24 11 12 1 76 5 120

[050] PAKENJENG 10.022 247 10.199 862 37 727 361 1.168 418 2.234

[060] CIKELET 5.368 582 5.607 1.070 25 952 390 541 34 1.949

[070] PAMEUNGPEUK 3.903 59 3.940 267 3 339 27 80 16 558

[080] CIBALONG 4.416 1.691 5.330 420 113 169 152 148 16 771

[090] CISOMPET 7.852 838 8.185 268 6 103 22 474 100 809

[100] PEUNDEUY 4.219 6 4.222 213 13 139 10 624 79 835

[110] SINGAJAYA 8.329 4 8.331 94 5 110 12 1.524 616 1.745

[111] CIHURIP 3.425 42 3.433 14 1 8 0 51 6 72

[120] CIKAJANG 982 235 1.139 345 8 95 7 1.091 890 1.639

[130] BANJARWANGI 6.514 375 6.610 446 39 283 30 2.720 463 2.993

[140] CILAWU 6.549 391 6.860 1.803 288 439 34 1.201 1.202 3.265

[150] BAYONGBONG 5.070 41 5.086 2.437 853 421 6 555 278 3.206

[151] CIGEDUG 705 16 717 916 10 34 14 468 383 1.364

[160] CISURUPAN 3.427 316 3.688 465 13 51 9 257 364 1.026

[161] SUKARESMI 3.142 879 3.804 802 5 68 4 317 185 1.074

[170] SAMARANG 2.652 450 3.090 636 5 104 4 130 147 912

[171] PASIRWANGI 2.124 481 2.565 776 6 82 24 164 190 1.100

[181] TAROGONG KIDUL 2.240 4 2.240 71 5 46 2 48 13 125

[182] TAROGONG KALER 2.871 81 2.948 1.284 357 285 11 273 206 1.671

[190] GARUT KOTA 3.264 4 3.265 214 108 50 9 366 152 698

[200] KARANGPAWITAN 3.043 8 3.049 1.924 307 156 13 194 86 2.059

[210] WANARAJA 1.409 164 1.569 2.551 285 111 6 344 128 2.731

[211] SUCINARAJA 1.116 247 1.361 2.615 186 186 12 101 35 2.748

[212] PANGATIKAN 1.447 433 1.872 1.251 82 27 0 56 12 1.289

[220] SUKAWENING 4.076 49 4.099 1.810 54 51 0 139 39 1.938

[221] KARANGTENGAH 1.464 185 1.609 2.117 149 15 0 2 1 2.137

[230] BANYURESMI 4.667 13 4.677 5.716 67 159 6 439 50 5.807

[240] LELES 4.206 657 4.709 2.408 43 229 7 384 181 2.832

[250] LEUWIGOONG 3.848 27 3.858 1.558 71 160 5 355 58 1.748

[260] CIBATU 4.934 7 4.937 1.090 362 690 36 554 134 1.957

[261] KERSAMANAH 3.071 25 3.081 568 26 546 11 780 155 1.268

[270] CIBIUK 2.413 107 2.496 1.870 304 245 11 1.304 72 2.013

[280] KADUNGORA 4.816 44 4.851 1.621 115 213 6 924 57 1.732

[290] BLUBUR LIMBANGAN 6.331 15 6.336 4.827 41 1.529 21 1.812 83 5.017

[300] SELAAWI 5.033 28 5.048 2.940 9 252 6 1.951 59 3.078

[310] MALANGBONG 9.488 97 9.531 5.227 40 2.536 46 4.931 585 6.984

[05] GARUT 184.307 12.240 191.823 56.519 4.430 15.341 1.935 31.336 8.033 83.069 Propinsi

Komoditas Padi Padi

Komoditas Palawija

Palawija

(20)

LAPORAN AKHIR 9 Berdasarkan table diatas, maka Karang Tengah lebih banyak didominasi dengan komoditas jagung lalu padi. Sesuai dengan kondisi eksisting saat ini bahwa lokasi sedang mengembangkan jagung hibrida yang nantinya bisa diterapkan oleh petani lainnya.

2.2. Tentang Gunung Piramid

Gunung Piramid memilki nama lain yaitu GUNUNG Sadahurip yang namanya tidak terlalu populer dan jarang disebut oleh para pendaki atau pencinta alam. Padahal, gunung yang berada di Garut ini memiliki keistimewaan yang unik dan tidak dimiliki oleh gunung- gunung lainnya di Indonesia.

Gambar 2. 1 Gunung Piramid Adalah Nama Lain Dari Gunung Sadahurip

Gunung Sadahurip memiliki bentuk bukan kerucut atau strato, maar, atau perisai seperti bentuk umum gunung lainnya. Namun, gunung tersebut berbentuk piramida, sehingga oleh warga sekitar disebut pula gunung piramid, sesuai dengan bentuk kenampakan alamnya yang memiliki empat sisi dan sudut yang cukup lancip meski tidak terlalu jelas.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, Jawa Barat mendukung program pemerintah desa dalam pengembangan destinasi wisata baru Piramid View di Desa Sindanggalih, Kecamatan Karangtengah. Objek wisata ini menyuguhkan pemandangan alam Gunung Sadahurip yang bentuknya mirip piramid. "Kami akan mengembangkan destinasi wisata ini karena sektor pariwisata sangat membantu perekonomian daerah dan desa," kata Wakil Bupati Garut Helmi Budiman seusai meninjau kawasan wisata Piramid View di Desa Sindanggalih, Kecamatan Karangtengah, Garut, Minggu (24/1/2021).

Dia mengemukakan, Kabupaten Garut memiliki banyak potensi pariwisata yang perlu dikembangkan seperti wisata alam pegunungan, pantai, air terjun, danau, maupun wisata budaya. Salah satunya objek wisata baru di Garut, ujarnya, yaitu Piramid View yang memiliki daya tarik tersendiri. Bahkan, Piramid View tidak kalah dengan wisata dataran tinggi Gunung Dieng di Jawa Tengah.

(21)

LAPORAN AKHIR 10

2.3. Gambaran Umum Lokasi Prioritas Perencanaan

Lokasi prioritas berada dekat dengan akses menuju Talaga Bodas. Saat ini lokasi prioritas sudah memiliki beberapa bangunan eksisting yang dibangun oleh masyarakat setempat.

Lokasi prioritas sudah dikembangkan untuk kegiatan rekreasi walau hanya dimanfaatkan warga setempat dan beberapa komunitas motor yang sedang beekegiatan touring.

Gambar 2. 2 Kondisi Eksisting di Lokasi

Gambar 2. 3 Peta Udara Lokasi Prioritas

(22)

LAPORAN AKHIR 11 Lokasi prioritas memiliki topografi dengan kecuraman tinggi. Hal ini karena lokasi bearada di pinggir bukit dan bagian dari perbukitan Talaga Bodas. Hal ini dapat diliahat dari gambar dibawah ini :

Gambar 2. 4 Bentuk Kontur Lokasi Prioritas

2.4. Aturan tentang Area Hutan Lindung dan Wisata di Area Pegunungan

Salah satu aturan yang terkait hutan lindung adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan Pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf b dilakukan, antara lain, melalui kegiatan usaha:

a. pemanfaatan aliran air;

b. pemanfaatan air;

c. wisata alam;

d. perlindungan keanekaragaman hayati;

e. penyelamatan dan perlindungan lingkungan; atau f. penyerapan dan/atau penyimpan karbon.

Jangka waktu IUPJL pada hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf b, diberikan sesuai dengan kegiatan usahanya, yaitu untuk izin usaha:

a. pemanfaatan aliran air diberikan untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun;

b. pemanfaatan air diberikan untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun;

c. wisata alam diberikan untuk jangka waktu paling lama 35 (tiga puluh lima) tahun dengan luas paling banyak 10% (sepuluh perseratus) dari luas blok pemanfaatan;

(23)

LAPORAN AKHIR 12 Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.13/Menlhk/Setjen/Kum.1/5/2020 Tentang Pembangunan Sarana Dan Prasarana Wisata Alam Di Kawasan Hutan Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia. Rekomendasi area wisata di Dataran Tinggi, Termasuk Pegunungan Dan Gunung Berapi

1. Umum

a. Yang dimaksud dengan hutan pegunungan adalah hutan yang tumbuh dan berkembang pada elevasi 1200 – 3000 meter di atas permukaan laut.

b. Yang dimaksud dengan hutan gunung berapi adalah hutan yang tumbuh dan berkembang pada gunung berapi. Hutan tersebut akan berubah dan berkembang seiring jenis erupsi dan rentang waktu antar erupsi. Ekosistem hutan gunung berapi memiliki kemampuan untuk memperbaiki sendiri (self- repair) setelah mengalami gangguan erupsi, yaitu melalui proses suksesi (primer dan sekunder).

c. Peta rawan bencana gunung berapi menjadi acuan utama perencanaan pembangunan sarana dan prasarana. Dengan demikian dapat diperkirakan area yang aman untuk peletakan sarana dan prasarana wisata alam.

d. Fasilitas toilet, kios makanan dan minuman, tempat berlindung (bunker), titik evakuasi, dan pos jaga, ditempatkan pada area aman sesuai peta rawan bencana gunung berapi.

e. Kondisi tanah di sekitar kawah umumnya tidak stabil dan mengandung asam yang lebih tinggi dibanding tanah di sekitar kaki gunung. Pembangunan sarana dan prasarana di sekitar kawah dibatasi hanya pada penyediaan tangga, pagar pengaman dan papan interpretasi, kecuali ada perubahan peraturan yang mengijinkan pembangunan fasilitas lainnya. Material tangga - 35 - dapat terbuat dari batu alam atau beton, sementara pagar terbuat dari beton/kayu/material logam yang telah mendapatkan perlakuan agar tahan asam.

f. Struktur arsitektur di dataran tinggi dapat mengadopsi struktur arsitektur tradisional yang umumnya tahan gempa karena menggunakan sistem ikatan struktur yang tidak kaku.

g. Pondasi di kawasan gunung berapi dapat menggunakan sistem cerucuk atau sistem strauss pile/bor pile.

h. Kondisi tanah dataran tinggi yang relatif stabil, memungkinkan penggunaan pondasi bagi bangunan sarana dan prasarana wisata.

i. Pada bentangan lahan dengan tingkat kemiringan lereng > 30 derajat tidak diperkenankan untuk diolah dan dipakai mendirikan bangunan. Pengecualian pada bangunan untuk keperluan menikmati pemandangan alam atau pengamatan satwa (look-out post/watch tower) dan pembuatan jalan setapak.

(24)

LAPORAN AKHIR 13

Gambar 2. 5 Contoh peta rawan bencana Gunung Merapi (BPPT Kegunungapian)

Gambar 2. 6 Contoh ilustrasi struktur tak kaku pada arsitektur tradisional di pegunungan.

2. Jalur evakuasi merupakan jalur alternatif dalam keadaan darurat, bukan jalur utama untuk pendakian, maupun jalur sirkulasi wisata alam.

3. Jalur Pendakian/Tracking

a. Jalur pendakian/tracking memanfaatkan kondisi alami, tidak perlu pengerasan dengan semen/beton cukup dengan penataan/penyusunan batu- batuan untuk pijakan.

(25)

LAPORAN AKHIR 14 b. Agar jalur pendakian tidak menjadi jalan air, perlu dibuat saluran air/drainase

untuk mengalihkan aliran air.

c. Penempatan jalur tracking untuk menuju Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam tetap memperhatikan topografi.

d. Untuk jalan setapak pada track utama yang tanjakannya curam dibuat tangga natural (disusun dengan batu ditata sedemikian rupa agar tidak licin dan kuat) serta dilengkapi dengan guardrail.

e. Guardrail dapat menggunakan bahan-bahan alami yang ada di lokasi seperti kayu dan bambu maupun bahan logam yang tidak mudah berkarat. pagar 4. Camping Ground

7. Lokasi untuk area berkemah (camping ground) berada pada lahan datar.

8. Memiliki tata letak (layout) penempatan tenda serta dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti dapur umum, mushola, toilet dan tempat sampah organik maupun non organik.

5. Skybridge dan Canopy Trail Pembangunan Skybridge dan canopy trail selain berfungsi sebagai mempermudah akses untuk melalui lereng/tebing yang curam, juga dapat menjadi obyek wisata. Di sisi lain tersedianya skybridge dan canopy trail adalah sebagai bangunan mitigasi gangguan terhadap tumbuhan dan satwa liar.

Gambar 2. 7 Contoh Ilustrasi bangunan skybridge di TNGGP

6. Sarana Transportasi Pemanfaatan transportasi modern untuk wisata di pegunungan, seperti kereta gantung/skylift dapat dilakukan jika memenuhi kaidah konservasi dan melalui perencanaan yang matang.

(26)

LAPORAN AKHIR 15

BAB 3. TINJAUAN LITERATUR

3.1 Dasar Teori

3.1.1 Definisi Pariwisata

Pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan dengan maksud bukan berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekresi atau untuk memenuhi keingian yang beraneka ragam.

Menurut Marpaung dan Bahar (2000:46-47) menjelaskan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk bersenang-senang. Syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud tujuan bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah di tempat yang Ia kunjungi, tapi semata-mata sebagai konsumen menikmati perjalan tersebut untuk memenuhi keinginan yang bermacam-macam; (Yoeti:

2006).

Sedangkan Spillance (1987:21) menyatakan bahwa Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan per orangan atau kelompok, sebagai usaha untuk mencari keseimbangan dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan lingkungan.

Spillane (2001) mengatakan bahwa pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, dan lain- lain. Lain halnya, Dengan Donald E. Lundberg et al (1995) yang menyatakan bahwa pariwisata adalah konsep yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Pariwisata adalah kegiatan dimana orang terlibat dalam perjalanan jauh dari tempat tinggal terutama untuk bisnis atau kesenangan. Pariwisata adalah bisnis dimana menyediakan barang dan jasa untuk wisatawan dan melibatkan setiap pengeluaran yang dikeluarkan oleh atau untuk pengunjung untuk perjalanannya.

3.1.2 Konsep Perencanaan

Perencaanaan merupakan sala satu proses cara untuk mengevaluasi atau membandinkan dengan kenyataan yang ada yang harus di identifikasi. Menurut Paturusi

(27)

LAPORAN AKHIR 16 (2008:10) mengungkapkan bahwa syarat-syarat perencanaan antara lain sebagai berikut :

1. Logis, bisa dimengerti dan sesuai dengan kenyataan yang berlaku.

2. Luwes (Fleksibel) dan tanggap mengikuti dinamika perkembangan.

3. Objektif, didasari tujuan dan sasaran yang dilandasi pertimbangan yang bersistem dan ilmiah.

Hal senada juga disampaikan oleh Siagian (1994:108) perencanaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Inskeep (1991) menjelaskan bahwa perencanaan pariwisata pada dasarnya mengaplikasikan konsep dan pendekatan yang sama dengan perencanaan lainnya, tetapi perencanaan pariwisata menyesuaikan dan beradaptasi dengan karakteristik sistem pariwisata

2.5.Menpertahangkan kelestarian lingkungannya

2.6. Meningkatkan kesejateraan masyarakat di kawasan tersebut 2.7. Menjamin kepuasan pengunjung

2.8.Meningkatkan keterpaduan dan unit pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zone pengembangannya.

Pendekatan Perencanaan Pariwisata Melihat begitu kompleksnya aktivitas pariwisata, maka pengembangan pariwisata perlu direncanakan secara komprehensif, holistik dan integratif. Inskeep (1991) menyatakan bahwa dalam melakukan perencanaan pariwisata harus menggunakan suatu pendekatan berikut ini:

1. Pendekatan yang berkesinambungan, incremental, dan fleksibel (Continuous, incremental, andflexible approach). Perencanaan pariwisata dipandang sebagai suatu proses yang berlangsung terus-menerus dengan dimungkinkan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan berdasarkan hasil monitoring dan umpan balik (feedback) dalam kerangka pemeliharaan tujuan dasar dan kebijakan pengembangan pariwisata.

2. Pendekatan sistem (Systems approach).Pariwisata dipandang sebagai suatusistem yang saling terkaitdan harus direncanakan menggunakan teknik analisis sistem.

3. Pendekatan komprehensif (Comprehensive approach). Berkaitan dengan pendekatan sistem, seluruh aspek pengembangan pariwisata, termasuk unsur-unsur institusional, implikasi sosio-ekonomi dan lingkungan dianalisis dan direncanakan secara komprehensif.

Karena itu pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan holistik.

4. Pendekatan yang terintegrasi (Integrated approach). Berkaitan dengan pendekatan sistem dan komprehensif, pariwisata direncanakan dan dikembangkan sebagai suatu sistem terintegrasi, baik antar unsur di dalam sistem itu sendiri maupun dengan rencana dan pola- pola pembangunan secara keseluruhan.

(28)

LAPORAN AKHIR 17 5. Pendekatan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (Environmental

andsustainable development approach). Pariwisata direncanakan, dikembangkan, dan dikelola sedemikian rupa sehingga sumber daya alam (natural resources) dan budaya tidak habis atau menurun, tetapi terpelihara sebagai sumber daya yang hidup terus menjadi dasar permanen untuk penggunaan terus-menerus di masa depan. Analisis daya angkut/muat (carrying capacity analysis) merupakan suatu teknik yang penting digunakan dalam pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan ini.

6. Pendekatan komunitas (Community approach). Terdapat keterkaitan maksimum komunitas lokal dalam perencanaan dan pengambilan keputusan kepariwisataandan, lebih jauh lagi, terdapat partisipasi maksimum komunitas dalam pengembangan dan anajemen pariwisata, serta keuntungan - keuntungan sosio ekonominya.

7. Pendekatan implementable (Implementable approach). Kebijakan, rencana dan rekomendasi pengembangan pariwisata diformulasikan menjadi realistik dan dapat di implementasikan. Formulasi kebijakan dan rencana itu menggunakan teknik-teknik implementasi, yang mencakup estrategi atau program aksi dan pengembangan.

8. Aplikasi proses perencanaan sistematik. Proses perencanaan sistematik diterapkan dalam perencanaan pariwisata berdasarkan pada urutan logik aktivitas-aktivitas (Inskeep, 1991:29). Pendekatan tersebut di atas diaplikasikan secara konseptual pada semua tingkat dan jenis perencanaan pariwisata. Tetapi bentuk spesifik aplikasinya, tentu saja, bervariasi tergantung pada jenis perencanaan yang diambil.Perencanaan pariwisata dipersiapkan pada berbagai tingkatan.Setiap tingkatan memfokuskan diri pada derajat kekhususan yang berbeda. Perencanaan tersebut hendaknya dipersiapkan dalam urutan dari yang umum ke yang spesifik, sebab tingkatan yang umum memberikan kerangka dan arahan untuk mempersiapkan rencana-rencana spesifik. Urutan tingkatan itu dimulai dari tingkat perencanaan internasional, perencanaan nasional, perencanaan regional/provinsial, perencanaan subregional / provinsial, perencanaan daerah wisata, perencanaan fasilitas pariwisata, dan design fasilitas pariwisata.

Menurut (Paturusi,2001) mengatakan bahwa Proses perencanaan adalah menggambarkan lingkungan yang meliputi elemen-elemen : politik, fisik, sosial, budaya dan ekonomi, sebagai komponen atau elemen yang saling berhubungan dan saling tergantung, yang memerlukan berbagai pertimbangan

Perencanaan adalah sesuatu proses penyusunan tindakan-tindakan yang mana tindakan tersebut digambarkan dalam suatu tujuan (jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang) yang didasarkan kemampuan-kemampuan fisik, ekonomi, social budaya,dan tenaga yang terbatas.Perencanaan sebagai suatu alat atau cara harus memiliki 3 (tiga) kemampuan (the three brains) yaitu:

 Kemampuan melihat ke depan.

 Kemampuan menganalisis.

 Kemampuan melihat interaksi-interaksi, antara permasalahan.

(29)

LAPORAN AKHIR 18 Dengan demikian hakikat perencanaan (planning) adalah decision making. Pengertian perencanaan tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini ; Proses Perencanaan Tindakan/ Sasaran-sasaran PhisikKegiatan Sistem Input Kemampuan Ekonomi Sosial Budaya.

Perencanaan menurut Tjokroaminoto dalam Husaini Usman (2008:60) adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Prajudi Atmosudirjo dalam Husaini Usman (2008:60) juga berpendapat bahwa perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang melakukan, bilamana, di mana, dan bagaimana cara melakukannya.

3.1.3 Konsep Pengembangan

Dalam pengembangan pariwisata harus dilihat dari sistem keterkaitan komponen permintaan dan ketersediaan. Komponen permintaan terdiri dari wisatawan lokal, domestik, dan wisatawan mancanegara, sedangkan komponen ketersediaan terdiri dari aksessibilitas, objek dan daya tarik wisata, fasilitas dan utilitas, dan elemen lain seperti sikap penduduk terhadap periwisata, keramahan, friendly, dan welcomingattitude.

Kecenderungan wisatawan untuk menikmati wisata di wilayah pesisir telah mendororng pertumbuhan di wilayah tersebut, mengakibatkan semakin banyaknya masyarakat terlibat dalam kegiatan pariwisata seperti peningkatan fasilitas dan aksessibilitas.

Menurut Poerwa (2002:474) pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju,baik, sempurna, dan berguna. Pengembangan dalam penelitian ini diartikan sebagai proses atau perbuatan pengembangan dari belum ada, dari yang sudah ada menjadi lebih baik dan dari yang sudah baik menjadi lebih baik, demikian seterusnya.

Tahapan pengembangan merupakan tahapan siklus evolusi yang terjadi dalam pengembangan pariwisata, sejak suatu daerah tujuan wisata baru ditemukan (discovery), kemudian berkembang dan pada akhirnya terjadi penurunan (decline).

Juga menurut Yoeti (2004: 2-3) mengatakan bahwa, pengembangan pariwisata perlu memperhatikan beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Wisatawan (Tourist)

Harus diketahui karakteristik dari wisatawan, dari negara mana mereka datang, usia, hobi, dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan.

2. Transportasi

Harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata yang dituju.

3. Atraksi/obyek wisata

(30)

LAPORAN AKHIR 19 Atraksi dan objek wisata yang akan dijual, apakah memenuhi tiga syarat seperti: a) Apa yang dapat dilihat (something to see), b) Apa yang dapat dilakukan (something to do), c) Apa yang dapat dibeli (something to buy)

4. Fasilitas pelayanan

Fasilitas apa saja yang tersedia di DTW tersebut, bagaimana akomodasi perhotelan yang ada, restaurant, pelayanan umum seperti Bank/moneychangers, kantor pos, telepon/telek yang ada di DTW tersebut.

5. Informasi dan promosi

Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana leaflets/ brosur disebarkan sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata dan wisatawan cepat mengambil keputusan pariwisata di wilayahnya dan harus menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan bagi daerah dan ilayahnya, karena fungsi dan tugas dari organisasi pariwisata pada umumnya

 Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan kedaerahannya dengan segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya.

 Melakukan koordinasi di antara bermacam-macam usaha, lembaga, instansi dan jawatan yang ada dan bertujuan untuk mengembangkan industri pariwisata.

 Mengusahakan memasyarakatkan pengertian pariwisata pada orang banyak, sehingga mereka mengetahui untung dan ruginya bila pariwisata dikembangkan sebagai suatu industri.

 Mengadakan program riset yang bertujuan untuk memperbaiki produk wisata dan pengembangan produk-produk baru guna dapat menguasai pasaran di waktu yang akan datang.

6. Merumuskan kebijakan tentang pengembangan kepariwisataan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara teratur dan berencana. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan merupakan salah satu hal utama dalam pengembangan pariwisata di suatu daerah. Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan strategi pengembangan daya tarik wisata dalam penelitian ini adalah usaha-usaha terencana yang disusun secara sistimatis yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam usaha meningkatkan dan memperbaiki daya tarik wisata sehingga keberadaan daya tarik wisata itu lebih diminati oleh wisatawan.

Di sampaikan juga oleh Suwantoro (1977) bahwa, ada(4) empat faktor yang mempengaruhi penetuan daerah tujuan wisata

 Yang pertama adalah fasilitas yaitu akomodasi, atraksi, jalan, dan tanda-tanda penunjuk arah.

 Kedua adalah nilai estetis seperti pemandangan (panorama), iklim santa/terpencil, dan cuaca.

(31)

LAPORAN AKHIR 20

 Ketiga adalah waktu dan biaya seperti jarak, waktu dan biaya perjalanan, dan tarif pelayanan.

 Keempat adalah kualitas hidup (quality of life) seperti keramah-tamahan penduduk, bebas dari pencemaran, dan penampilan dari kota tersebut.

3.1.4 Pengertian Obyek Wisata.

Norwal dalam buku munadi,1953:39 dalam skripsi Alianca2012 mengatakan bahwa obyek wisata adalah suatu tempat yang memiliki daya tarik baik itu keindahannya ataupun nilai historis yang terkandung di dalamnya.

Menurut Cooper 1995:81 dalam skripsi Alianca mengemukakan bahwa ada empat komponen yang harus dimiliki oleh obyek wisata yaitu:

 Atraksi (atraction) seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang menawan, dan seni pertunjukan.

 Aksesibilitas (accessibilities) seperti transportasi lokal dan adanya terminal.

 Amenitas atau fasilitas (amenities) seperti tersedianya akomodasi, rumah makan, dan agen perjalanan.

 Ancilliary services yaitu organisasi kepariwisataan yang tang dibutuhkan untuk pelayanan wisata. Dari definisi diatas disimpulkan bahwa obyek wisata adalah suatu tempat yang memiliki keindahan dan keunikan yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat tersebut.

Menurut Spillane (: 63-72) dalam skripsi alianca suatu obyek wisata atau destination, harus meliputi lima unsur yang penting agar wisatawan dapat merasa puas dalam menikmati perjalanannya, maka obyek wisata harus meliputi:

 Keindahan alam

 Iklim dan cuaca

 Kebudayaan

 Sejarah

 Ethnicity-sifat kesukuan

Fandeli (2000: 58) dalam skripsi Alianca 2012 menjelaskan bahwa obyek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan tuhan, tata hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang menpunyai daya tarik untuk di kunjungi wisatawan.

Sedankan obyek wisata alam merupakan obyek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan sumber daya alam dan tata lingkungannya. Sementara itu Suwantaro (1997:19) menyebutkan obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tertentu.

Selanjutnya obyek wisata dapat di kelompokkan menjadi tiga golongan yaitu:

1. obyek wisata dan daya tarik wisata alam obyek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan dan kekayan alam.

(32)

LAPORAN AKHIR 21 2. Obyek wisata dan daya tarik budaya dan daya tarik bersumber pada kebudayaan, seperti

peningalan sejarah, museum, atraksi kesenian, dan obyek lain yang berkaitan dengan budaya.

3. Obyek wisata dan daya tarik pada minat khusus obyek wisata daya tariknya bersumber pada minat khusus wisatawan itu sendiri, misalnya olaraga, memancin dan lainnya.

Menurut Marpaung (2002) dalam skripsi Cecilia (2014) mengatakan bahwa obyek wisata dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dari fasilitas yang behubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk dating kesuatau daerah atau tempat tertentu. Sementara menurut Spilanne (2002) dalam skripsi Alianca mengatakan bahwa daya tarik obyek wisata adalah hal-hal yang menarik perhatian wisatawan yang dimiliki oleh suatu daerah tujuan wisata. Jadi yang dimaksud dengan potensi wisata adalah sesuatu yang dapat di kembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata.

Menurut Darmadjati (2010:1987) dalam skripsi alianca (2012) member batasan tentang pengertian obyek wisata yaitu pada garis besarnya berwujud obyek baik yang di ciptakan oleh manusia sebagai hasil seni budaya, atau yang berupa gejalah-gejalah alam yang di miliki daya tarik kepada para wisatawan untuk mengunjunginya agar dapat menyaksikan, mengagumi, menikmati sehingan terpenuhi rasa kepuasaan wisatawan sesuai dengan motif kunjungannya.

Menurut Spillane (2001) dalam skripsi Alianca 2012 mengatakan bahwa obyek wisata merupakan suatu potensi yang pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Kemudian Ahli ini juga mengatakan bahwa obyek wisata umumnya berdasarkan:

 Adanya sumber daya alam yang menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih.

 Adanya aksebilitas yang baik untuk dapat mengunjunginya

 Adanya cirri khusus atau spesifikasi yang langkah

 obyek wisata memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam, pegununggan, sungai, pantai, pasir, dan sebagainya.

3.2 Inovasi Pendekatan Pengembangan High and Best Use in Property Development

A. Definisi

Defnisi High And Best Use adalah “The reasonably probable and legal use of vacant land or an improved property, that is physically possible, appropriately supported, financially feasible, and that results in the highest value” . Penggunaan pada lahan kosong ataupun terbangun, yang paling menguntungkan sesuai ijin dan karakter tapak, menghasilkan perhitungan tertinggi nilai fungsi. Definsi lain High And Best Use adalah sebuah konsep yang berasal ekonom awal seperti Irving Fisher (1867-1947 ) , yang dikonseptualisasikan ide produktivitas mak simum, dimana konsep dalam penilaian real estate yang menunjukkan bagaimana nilai tertinggi untuk sebuah properti.

(33)

LAPORAN AKHIR 22 Agar dianggap sebagai penggunaan tertinggi dan terbaik dari properti, penggunaan potensial harus melewati serangkaian tes . Definisi yang tepat penggunaantertinggi dan terbaik bervariasi , tetapi umumnya digunakan harus berikut :

a.Tapak secara hukum diijinkan (legally allowable)

Tapak dikembangkan pada area yang diperbolehkan secara hukum dan peraturan pemerintah dalam hal ini adalah peraturan zonasi penggunaan lahan, dan sesuai dengan akta atau perjanjian pada Badan Pertanahan Nasional, serta sesuai dengan arahan dan visi pembangunan kota.

b.Tapak secara fisik mungkin (physically possible)

Penggunaan potensial harus secara fisik mungkin mengingat ukuran rencana pengembangan fungsi, pengembangan sesuai dengan bentuk area tanah, pengembangan dilakukan pada lahan dengan topografi yang sesuai, dan karakteristik lain dari tapak.

c. Tapak layak secara finansial(financially feasible)

Penggunaan tertinggi dan terbaik dari properti harus layak secara finansial, dimana usulan penggunaan properti harus menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi biaya konstruksi ditambah keuntungan bagi pengembang.

d.Tapak memenuhi angka produktif maksimal (maximally productive)

Penggunaan harus menghasilkan pengembalian bersih tertinggi (keuntungan) untuk pengembang. Sebuah properti yang bisa hipotetis dikembangkan dengan perumahan, komersial atau industri pengembangan mungkin hanya memiliki salah satu dari mereka menggunakan sebagai penggunaan tertinggi dan terbaik. Ketiga skenario pengembangan hipotetis ikuti untuk menggambarkan tes penggunaan maksimal produktif.

Dalam mengembangkan Fungsi, kita dapat mendiskripsikannya secara singkat melalui HBU BEP Conclusion, dengan Cakupan:

 Use (level atau kelas fungsi yang ditetapkan)

 Timing for Use (batasan waktu untuk

(34)

LAPORAN AKHIR 23

 Market Participant (investor, radius atau kategori pasar) B. Dasar Pengembangan Konsep High And Best Use

Alasan pengengunaan pendekatan High and Base Uses

 Pemilik lahan sering dihadapi pada saat untuk memutuskan bagaimana nilai terbaik dalam mengembangkan lahan atau properti mereka.

 Disinilah harus mempertimbangkan potensi lahan sesuai dengan konsep dasar Highest and Best Use.

 Secara singkat HBU diperkenalkan sebagai salah satu interactive model agar efektif digunakan para praktisi. Issue pendekatan High and Base Uses

 Geographic perspective, Mempertimbangkan kecocokan kondisi fisik lahan terhadap kepastian hukum yang ada pada site (mikro).

 Time Period, Memperhitungkan dalam tahap pendek dan ataupun tahap Panjang kemungkinan-kemungkinan fungsi yang maksimal mampu meng-influence. Akan menghasilkan keputusan renovation, redevelopment, demolished, dsb.

 Participant perspective, Melihat kebutuhan dari pasar yang paling menguntungkan sebagai dasar pengembangan.

Ada empat ciri khas yang berbeda dari HBU

 Peningkatan lingkungan: menggambarkan HBU sebagai pengembangan lahan, skenario terbaik pada properti sesuai sekitar.

 Pengembangan eksisting: menunjukan bagian yang akan dihancurkan atau dibangun ulang dengan fungsi yang sama atau berbeda. Mempertimbangkan perkembangan ekonomi.

 Pengembangan lahan: menunjukan kualitas yang kurang pada lahan, yang tidak perlu dihancurkan karena masih dapat berkontribusi pada nilai lahan.

 Pengembangan lahan: menunjukan peningkatan berlebihan pada lahan yang susah dikontrol.

Dalam HBU satu hal terhadap lainnya dapat saling mempengaruhi, setiap pemilik Lahan memiliki perbedaan ekspetasi akan resiko dan keuntungan.

C. Tahap Pengembangan Konsep High And Best Use

Terdapat beberapa tahapan pengembangan konsep high and best use antara lain :

(35)

LAPORAN AKHIR 24 1. Analyze property productivity adalah analisis menunjukan apa yang pasar butuhkan

untuk dilayan, analisis berdasarkan: Site and Improvements, Legal, Location

2. Delineatethe market, dilakukan membuat batasan tegas terhadap pangsa pasar utama yang diharapkan. Serta membuat batasan akan menunjukan spesifik pasar dan kompetitor utama

3. Forecast demand, dilakukan untuk memproyeksikan kebutuhan sebagai permintaan terhadap fungsi tertentu.

4. Survey and forecast competitive supply, dilakukan untuk membatasi persaingan sesuai model permintaan dan pikirkan daerah batasan lingkup untuk analisis kebocoran 5.

6. Analyze market conditions, dilakukan menyesuaikan kualitas properti sesuai pasar, sehingga dapat menentukan kapan disewa, kapan dijual, pendapatan paling tinggi.

7. Forecast subject capture, dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan pasar terhadap potensi subjek properti (sistim peringkat).

(36)

LAPORAN AKHIR 25

BAB 4. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Bagian ini akan membahas secara detail mengenai pendekatan tahapan rencana kerja serta metodologi teknis terpilih yang sesuai dengan lingkup pekerjaan yang telah ditanggapi pada bagian sebelumnya. Terkait dengan arahan pekerjaan yang tercantum dalam KAK, seperti telah dijelaskan pada bagian apresiasi dan inovasi pekerjaan yang telah disampaikan sebelumnya, pendekatan tahapan rencana kerja dan metodologi mengacu pada uraian tersebut, dimana pada uraian apresiasi dan inovasi telah disampaikan secara umum hal-hal teknis yang akan dilakukan serta keterkaitan antar aspek yang diuraikan dalam lingkup pekerjaan.

4.1 Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan

Seperti telah dijelaskan sebelumnya mengenai lingkup pekerjaan Penyusunan DED Gunung Piramid, Kabupaten Garut, di yang tercantum dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK). Dari kegiatan penyelengaraan alur tersebut nantinya diperoleh perencanaan jangka pendek, menengah dan Panjang disertai dengan perencanaan teknis untuk masing- masing unsur pembentuk Kawasan wisata Gunung Piramid beserta skema penganggara berdasarkan perencanaan teknis untuk masing-masing tahapan pelaksanaan.

Dokumen perencanaan DED Gunung Piramid, Kabupaten Garut sekurang-kurangnya mencakup:

 hasil identifikasi dan inventarisasi dan analisis jenis wisatawan serta proyeksi wisatawan dalam kurun waktu perencanaan

 Siteplan Kawasan Wisata Gunung Piramid.

 Perencanaan teknis unsur-unsur pembentuk kawasan

 Penganggaran pembangunan fisik untuk masing-masing tahapan per unsur yang direncanakan

Secara skematis kerangka pikir pelaksanaan pekerjaan “Penyusunan DED Gunung Piramid, Kabupaten Garut” tampak pada gambar berikut :

(37)

LAPORAN AKHIR 26

KAJIAN KEBIJAKAN DAN DATA SEKUNDER

TERKAIT

DELINIASI LOKUS PERENCANAAN

IDENTIFIKASI KELOMPOK WISATAWAN (SEGMEN MARKET) DAN

PROYEKSI VOLUME WISATAWAN

ANALISIS KEBUTUHAN SARANA PRASARANA BERDASARKAN KONSEP ZONASI DAN PENENTUAN UNSUR DAN SUB-UNSUR

KAWASAN WISATA

SITEPLAN

PERENCANAAN TEKNIS DAN PENGANGGARAN

Gambar 4. 1 Bagan Kerangka Berpikir

Pada diagram pikir diatas dapat dilihat bahwa pelaksanaan pekerjaan ini akan didekati dengan beberapa tahapan besar pelaksanaan pekerjaan. Lebih jelas mengenai pendekatan pelaksanaan pekerjaan yang digambarkan dalam diagram diatas akan dijelaskan berikut ini dibawah.

Kajian Kebijakan dan data sekunder terkait. Tahap awal dari pendeka

Gambar

Gambar 1. 1 Kawasan wisata Spot Pandang Pyramid View dan sekitarnya (sumber: GoogleEarth)
Tabel 2. 1 Luas Lahan Berdasarkan Kemiringan Lahan di Kecamatan Karang Tengah
Tabel 2. 5 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan Menurut Kecamatan dan Jenis Jenis Tanaman
Gambar 2. 1 Gunung Piramid Adalah Nama Lain Dari Gunung Sadahurip
+7

Referensi

Dokumen terkait