• Tidak ada hasil yang ditemukan

peran aparat pengawasan intern - Journal Unpak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "peran aparat pengawasan intern - Journal Unpak"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Pemanfaatan anggaran kementerian/lembaga pada semester pertama setiap tahun anggaran sebaiknya berkisar 50%, agar belanja anggaran tidak bertambah di akhir tahun sehingga dapat menurunkan kualitas hasil keseluruhan rencana kegiatan. . Dalam upaya peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara pada kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang sampai saat ini masih jauh dari harapan, maka pemerintah dalam hal ini presiden merupakan pemimpin tertinggi. Untuk itu Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden No. 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Pemerintah berupaya mengatasi rendahnya kualitas akuntabilitas keuangan negara kementerian/lembaga/pemerintah daerah dengan mengeluarkan kebijakan di bidang pengawasan, yaitu dengan menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara. . Artikel ini akan membahas tentang peran Aparatur Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdiri atas Irjen Kementerian, Inspektur Kepala/Inspektur Lembaga Negara Non Kementerian, dan Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota dalam meningkatkan akuntabilitas keuangan pemerintah. Selain itu, mengidentifikasi langkah-langkah strategis yang akan diambil APIP untuk memantau kualitas akuntabilitas keuangan negara di kementerian/lembaga/pemerintah daerah.

Kami berharap hasil pembahasan dalam dokumen ini dapat memberikan kontribusi bagi APIP dalam menjalankan peran pentingnya sesuai dengan Instruksi Presiden No. 4 Tahun 2011 untuk memberikan usulan peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara pada kementerian/lembaga/pemerintah daerah. Oleh karena itu pemerintah berupaya untuk memperkuat dan mempercepat penyelenggaraan negara antara lain dengan menerbitkan peraturan di bidang pengendalian untuk memperkuat sistem pengendalian intern pemerintah, melaksanakan reformasi birokrasi, mempercepat peningkatan kualitas keuangan negara. tanggung jawab dan meningkatkan upaya. untuk pencegahan dan pemberantasan korupsi.

Akuntabilitas (accountability)

Namun, banyak negara berkembang yang kekurangan kapasitas meskipun ada keinginan untuk mencapai dan mempertahankan iklim tata pemerintahan yang baik. Kini diakui dalam literatur bahwa tata pemerintahan yang baik dapat dicapai dan dipertahankan dengan baik dalam lingkungan yang telah mengembangkan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan. Kim (2009) berpendapat bahwa di negara-negara berkembang, makna mendasar dari akuntabilitas pejabat publik adalah ketaatan terhadap hukum dan peraturan, namun kewajiban hukum tersebut hanya sebagai dasar untuk melangkah lebih jauh.

Dengan kata lain, legalitas dan tanggung jawab menjadi dasar makna akuntabilitas di negara-negara tersebut dan dalam masyarakat ekonomi tradisional. Pejabat publik harus mematuhi semua persyaratan pelaporan serta kebijakan dan prosedur terkait, meskipun tindakan mereka melanggar hukum. Dengan kata lain, pejabat publik harus melampaui apa yang diwajibkan oleh peraturan hukum dan etika.

Oleh karena itu, PNS harus mengembangkan kebijakan dan prosedur yang lebih luas dan lebih maju terkait akuntabilitas publik. Sebagaimana diketahui berdasarkan fakta bahwa lembaga keuangan ternama di Amerika yang menerapkan sistem pengendalian internal yang baik dan mempraktikkan tata kelola perusahaan yang baik, mengalami kebangkrutan dan menyebabkan krisis keuangan global pada tahun 2008-2009. Banyak ahli yang meragukan efektivitas sistem pengendalian internal, yang ternyata tidak dapat mencegah kebangkrutan pada lembaga yang menerapkan sistem tersebut dengan baik.

Basic Principle: The Board understands and exercises oversight responsibilities related to financial reporting, applicable laws and regulations, operating efficiency and effectiveness, and related internal controls. Management's philosophy and operating style Basic principle: Management's philosophy and operating style support the achievement of effective internal control. Basic Principle: Management and employees are assigned appropriate levels of authority and responsibility to facilitate effective internal control.

Basic Principle: HR policies and practices are designed and implemented to facilitate effective internal control.

Inpres Nomor 4 tahun 2011

Mempercepat penerapan sistem pengendalian intern negara (SPIP) untuk mewujudkan terselenggaranya kegiatan otoritas publik secara efektif dan efisien, pelaporan keuangan yang andal, pengelolaan kekayaan negara yang tertib dan bertanggung jawab serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Mengintensifkan peran aparat pengawasan internal pemerintah di lingkungan masing-masing dalam hal memberikan keyakinan yang cukup terhadap pelaksanaan SPIP, memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, serta meningkatkan kualitas manajemen dalam pelaksanaan SPIP. tugas dan fungsi instansi pemerintah (Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2011). Secara umum hasil yang diharapkan dari pengawasan APIP berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Pemerintah adalah terselenggaranya pengawasan tata kelola pemerintahan yang baik sebagaimana dimaksud pada diktum keempat huruf a.

PP Nomor 60 tahun 2008

Tahun 2008 dalam kaitannya dengan SPIP, merupakan perwujudan pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel oleh Menteri/Pimpinan Lembaga, Gubernur, dan Bupati/Walikota. Dalam arah dan kebijakan reformasi birokrasi sesuai dengan peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor: Per/15/M.Pan/7/2008 tentang pedoman umum reformasi birokrasi disebutkan bahwa visi birokrasi reformasi adalah terwujudnya tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025 (MenegPAN, 2008). Peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara (sesuai Inpres No. 4 Tahun 2011) dan upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi (sesuai Inpres No. 9 Tahun 2011) yang dilaksanakan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah di lingkungan masing-masing , akan bermuara pada terbentuknya birokrasi yang berkualitas, yang dibangun/dibentuk melalui reformasi birokrasi.

Selain itu, terdapat 9 (sembilan) program dalam reformasi birokrasi yang harus dilaksanakan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah, yaitu: orientasi strategis; Secara umum keberhasilan pengendalian APIP terhadap kualitas tanggung jawab keuangan negara adalah dengan memberikan rekomendasi peningkatan kualitas tanggung jawab keuangan negara oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah. Kualitas pengelolaan keuangan negara Selama ini pengelolaan keuangan negara oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah dinilai masih rendah.

Kurang optimalnya transparansi akuntabilitas keuangan negara dibuktikan dengan berdasarkan laporan BPK (BPK, I, 2010), masih banyak laporan keuangan kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang mendapat pernyataan audit disclaimer. atau tidak memberikan Pendapat (TMP). Dalam melakukan pengujian, ruang lingkup auditor dibatasi oleh pihak yang diaudit, sehingga ia tidak dapat melakukan tindakan audit terhadap satu atau lebih akun dalam akun-akun tersebut. Rendahnya tingkat tanggung jawab akuntabilitas keuangan negara dibuktikan dengan berdasarkan laporan BPK (BPK, I, 2010), masih banyak laporan keuangan kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang mendapat opini audit wajar (Wajar). dengan Pengecualian/WDP) dan pernyataan negatif (Tidak Adil/TW ).

Opini WDP diberikan BPK karena berdasarkan pengujian yang dilakukan terhadap auditee, terdapat satu atau lebih laporan keuangan yang tidak memenuhi standar akuntansi sektor publik, namun tidak mempengaruhi kewajaran rekening auditee secara keseluruhan. Opini TW dikeluarkan BPK karena berdasarkan pengujian yang dilakukan terhadap laporan keuangan auditee, terdapat satu, lebih atau seluruh akun laporan keuangan yang tidak memenuhi standar akuntansi sektor publik. Berdasarkan hal di atas dapat dikatakan bahwa pengelolaan keuangan publik pada kementerian/lembaga/pemerintah daerah belum sesuai dengan aturan yang berlaku saat ini yaitu standar akuntansi publik, sehingga aspek tanggung jawab kementerian/lembaga/pemerintah belum maksimal.

Selain itu, hasil pemeriksaan BPK Kementerian/Lembaga tahun anggaran 2009 menemukan 650 kasus penyimpangan peraturan perundang-undangan yang berlaku senilai Rp 4,98 triliun. dan 4.708 kasus penyimpangan peraturan perundang-undangan yang berlaku senilai Rp 3,55 triliun. pemerintah (BPK, I, 2010). Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa aspek tanggung jawab yaitu kepatuhan terhadap peraturan hukum di kementerian/lembaga/pemerintah masih rendah karena masih banyak penyimpangan yang terjadi. Keberhasilan kementerian/lembaga/pemerintah daerah dalam mencapai tujuan program strategis nasional yang mendapat perhatian masyarakat dan menjadi topik hangat masih rendah.

Upaya peningkatan peran pengawasan oleh APIP Sebagaimana diuraikan sebelumnya, bahwa

Misalnya: dalam rangka pelaporan keuangan yang baik, APIP melakukan review terhadap sistem informasi daerah (SIMDA), review penerapan SPI (lima unsur pengendalian) mengenai akuntabilitas keuangan pada kegiatan/fungsi yang berkaitan dengan pelaporan keuangan, dan memberikan saran perbaikan dalam pelaporan keuangan. segi penataan, sistem, organisasi, manajemen dalam rangka reformasi birokrasi. Pada contoh di atas, kegiatan review SIMDA juga bertujuan untuk melaporkan pengawasan pelaksanaan SPIP dan sekaligus memantau pelaksanaan reformasi birokrasi. Karena sifatnya yang fundamental, maka peninjauan terhadap pelaksanaan SPIP mempunyai posisi strategis yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan tugas pengawasan lainnya dalam meningkatkan kualitas akuntabilitas keuangan publik dan pada akhirnya dapat meningkatkan terwujudnya good governance.

Keberhasilan implementasi SPIP oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah akan berdampak pada keberhasilan peningkatan akuntabilitas keuangan pemerintah dan keberhasilan reformasi birokrasi. Hal ini harus menjadi prioritas bagi seluruh penugasan pengawasan oleh APIP untuk menciptakan kemenangan cepat bagi peran APIP dalam mewujudkan tata kelola yang baik. Kegiatan pengawasan yang dapat memenuhi berbagai tujuan pengawasan lainnya, dalam hal ini peninjauan terhadap pelaksanaan SPIP.

Jika peninjauan implementasi SPIP APIP dilakukan secara optimal, maka akan tercipta implementasi SPIP yang memadai, sehingga menghasilkan Oleh karena itu, fokus utama tugas pengawasan dalam kaitannya dengan pelaksanaan SPIP haruslah pada pemantauan unsur-unsur lingkungan pengendalian. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara pada hakekatnya merupakan penegasan atau pemberdayaan (dapat dijadikan landasan yang sah) terhadap tugas APIP selama ini dalam rangka pemeriksaan, penelaahan, evaluasi, dan pemeriksaan dengan kekhususan. bertujuan untuk memberikan rekomendasi mengenai peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara pada kementerian/lembaga/pemerintah daerah.

Penugasan berdasarkan ketiga peraturan hukum tersebut dan penugasan APIP lainnya harus dilaksanakan seluruhnya oleh APIP dengan sumber daya dan waktu yang tersedia. Penerapan peran pengawasan APIP dalam meningkatkan kualitas akuntabilitas keuangan negara masih tumpang tindih sehingga membebani penggunaan sumber daya APIP secara berlebihan. Keberhasilan evaluasi pelaksanaan SPIP berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2011 menjadi dasar keberhasilan tugas pengawasan lainnya sesuai Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 dan Peraturan Menteri PAN Nomor: Per/15/M.Pan /7/2008.

Kualitas akuntabilitas keuangan negara dan reformasi birokrasi dapat efektif jika tercipta implementasi SPIP yang efektif di kementerian/lembaga/pemerintah daerah.

SARAN

Sebab kegiatan pengawasan ini dapat memenuhi beberapa tujuan pengawasan lainnya yaitu mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas dan mencapai tujuan reformasi birokrasi. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam revisi SPIP, sebaiknya APIP menggunakan pedoman penilaian SPIP khususnya yang berkaitan dengan unsur lingkungan pengendalian dengan mengadopsi “Auditing Lingkungan Pengendalian” yang dikeluarkan oleh IIA pada bulan April 2011 dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan. Kim, Pan Suk (2009), “Meningkatkan Akuntabilitas Publik untuk Negara Berkembang: Kendala dan Strategi Utama”, The Australian Journal of Public Administration, vol.

Menteri Negara Penguatan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (2011), Peraturan Menteri Negara Penguatan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2011. OECD [Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan], 2002, " Transparansi Sektor Publik dan Akuntabilitas: Mewujudkannya', Paris: OECD.

Referensi

Dokumen terkait