• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN BOBOTOH DALAM MENYIKAPI POLITIK PRAKTIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PERAN BOBOTOH DALAM MENYIKAPI POLITIK PRAKTIS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN BOBOTOH DALAM MENYIKAPI POLITIK PRAKTIS Hari Priyadi

Universitas Bina Sarana Informatika, Bandung [email protected]

ABSTRAK

Persib Bandung adalah salah satu klub sepak bola terbesar di Indonesia, dengan basis suporter yang sangat banyak hingga mencapai ratusan ribu orang bahkan mungkin jutaan. Pada awal tahun 2019 tiga elemen terbesar kelompok suporter Persib Bandung yaitu Viking Persib Club (VPC), Bobotoh Maung Bandung Bersatu (Bomber), dan Bobotoh Maung Bandung Sejati (The Bombs) mendeklarasikan diri untuk mendukung salah satu Calon Presiden dan Wakil Presiden yaitu Jokowi-Ma’ruf. Dukungan yang mengatasnamakan bobotoh yang diinisiasi oleh Ketua Umum Viking Persib Club (VPC) tersebut dinilai sebagai suara sepihak yang sarat kepentingan politik mengingat sang Ketua Umum Viking Persib Club (VPC) adalah Caleg dari partai Nasdem. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi etnografi kritis. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, observasi dan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa mayoritas bobotoh sebenarnya menolak segala bentuk kepentingan politik yang mengatasnamakan bobotoh karena pada dasarnya sepak bola dan politik adalah dua hal yang berbeda.

Kata Kunci : Komunikasi, Politik, Bobotoh ABSTRACT

Persib Bandung is one of the bigges football club in Indonesia, because it has a very large number of supporters. Persib Bandung supporters can reach hundreads of thousand, maybe even millions. In early the three biggest element of the Persib Bandung supporters group namely the Viking Persib Club (VPC), Bobotoh Maung Bandung Bersatu (Bomber), and Bobotoh Maung Bandung Sejati (The Bombs) declared themselves to support one of the Candidates for Presiden and Vice President namely Jokowi-Ma’ruf. Support in the name Bobotoh, which was initiated by the Chairman of the Viking Persib Club (VPC) was consired as a one-sided voice full of political interest considering that the general chairman of the Viking Persib Club (VPC) was a candidates from Nasdem party. The research method use is qualitative research with a critical ethnographic study approach. Data collection techniques used include observation, interview and literature study. Based on the result of this study it is known that the majority of Bobotoh actually reject all from of political interest in the name of Bobotoh because basically football and politics are two different things.

Keywords: Communication, Politics, Bobotoh

(2)

PENDAHULUAN

Persib Bandung adalah salah satu klub sepak bola terbesar di Indonesia, dengan jumlah basis suporter yang sangat banyak hingga mencapai ratusan ribu orang atau mungkun jutaan. Suporter Persib Bandung bisa mencapai ratusan ribu, bahkan mungkin jutaan. Meskipun secara penamaan klub memakai label Bandung dan bermarkas di Kota Bandung, suporter Persib tidak sebatas dari Kota Bandung saja. Penggemar fanatik Persib menyebar di wilayah Jawa Barat bahkan diluar Jawa Barat pun terdapat basis-basis suporter Persib Bandung.

Pada awal tahun 2019 tiga elemen terbesar kelompok suporter Persib Bandung yaitu Viking Persib Club (VPC), Bobotoh Maung Bandung Bersatu (Bomber), dan Bobotoh Maung Bandung Sejati (The Bombs) mendeklarasikan diri untuk mendukung salah satu Calon Presiden dan Wakil Presiden yaitu Jokowi-Ma’ruf.

Dukungan yang mengatasnamakan bobotoh yang diinisiasi oleh Ketua Umum Viking Persib Club (VPC) tersebut dinilai sebagai suara sepihak yang sarat kepentingan politik mengingat sang Ketua Umum Viking Persib Club (VPC) adalah Caleg dari partai Nasdem.

Namun setelah pendeklarasian tersebut, terjadi berbagai pro kontra dikalangan anggotanya sendiri yang menyebabkan konflik internal di kalangan Bobotoh.

Mayoritas suporter tim Persib Bandung menolak adanya politik praktis di tubuh Bobotoh. Karena sepak bola dan politik tidak bisa dicampuradukan. Bobotoh tidak ingin Persib Bandung dimanfaatkan orang-orang politik dan dijadikan bahan olok-olok. [1] menjelaskan kepicikan sekaligus kekeliruan mendasar dari mereka yang mengklaim nama bobotoh dalam mendukung salah satu pasangan capres adalah menganggap setiap pihak yang mencibir, menentang dan tak setuju dengan aksi klaim mereka pastilah memiliki pilihan capres yang berbeda dan itu akan menjadi bumerang bagi mereka. Pada kenyataannya, banyak bobotoh yang mendukung pasangan Jokowi-Maruf Amin pun berkeberatan dengan aksi membawa nama-nama bobotoh seperti bobotoh Jokowi apalagi deklarasi bobotoh.

Konflik berlanjut dimana dalam pengamatan peneliti, mayoritas bobotoh menilai pendeklarasian dukungan terhadap capres-cawapres 01 adalah pendeklarasian sepihak yang membawa embel-embel nama bobotoh oleh tiga elemen kelompok bobotoh itu sendiri. Bobotoh yang berada diluar tiga kelompok tersebut menolak keras adanya politik praktis yang mengatasnamakan suporter persib bandung itu, tak hanya itu di internal kelompok terbesar Viking Persib Club pun terjadi perpecahan dimana anggota-anggota nya yang berada di berbagai daerah Jawa Barat mendesak Heru Joko mundur dari jabatan ketua VPC atas buntut pendeklarasian tersebut.

Perpecahan semakin meluas ketika beberapa anggota dari mereka menilai ini sebagai bentuk diskriminasi dan penghinaan pada bobotoh yang berada diluar tiga elemen itu, mereka yang tidak sepaham dengan para petinggi kelompok suporter memilih membuat aksi tandingan terhadap gerakan bobotoh Jokowi. Mereka yang pada awalnya tak membawa-bawa isu bobotoh dalam pilihan politik kini mulai menampakkan kebobotohannya secara nyata ketika mendukung pasangan capres cawapres 02. Para pendukung Prabowo Sandi mengidentifikasi diri mereka

(3)

sebagai bobotoh yang sedang melakukan reuni di stadion Persib. Aksi ini tentu takkan muncul seandainya gerakan bobotoh Jokowi tidak ada.

Dalam hal ini bukan kali ini saja suporter Persib Bandung terpecah, sebelumnya di tahun 2013 dan 2018 juga sempat terjadi perpecahan akibat hal yang sama yaitu politik mengatasnamakn bobotoh. Dalangnya sama yaitu Heru Joko bersama ketiga kelompok suporter Persib (Viking Persib Club, Bomber, dan The Bombs).

FIFA tidak menghendaki sepak bola sebagai instrument untuk menggaungkan kepentingan politik tertentu. FIFA tidak ingin konflik dengan muatan apa pun, entah yang disarati kepentingan agama, ras, etnisitas, dan bahkan negara, memasuki arena pertandingan. FIFA sangat jelas mempunyai sudut pandang terhadap sepak bola selagi olahraga itu sendiri. Sepak bola untuk sepak bola.

Sepak bola bukan untuk kepentingan Politik [2].

Sepak bola sebagai mestinya harus bersifat independen dan tidak dicampuri urusan politik, sebagai mana FIFA (Federation Internationale de Football Association) telah mengeluarkan keputusan bahwa Sepak Bola harus memiliki nilai fair play. Namun pada kenyataanya, Sepak bola dan Politik adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Para politisi dan calon pejabat publik cenderung menggunakan sepak bola untuk kepentingan berpolitknya. Para calon pejabat publik berharap dapat terhubung dan terlibat dengan calon pemilih, salah satunya adalah dengan menunjukkan diri mereka terlibat dan memiliki pengetahuan tentang sepak bola.

Penelitian ini membahas bagaimana peran Bobotoh dalam menyikapi politik praktis. Hal ini dikarenakan, adanya keputusan sepihak dari sekelompok orang yang terjun ke dunia politik dengan mengatasnamakan Bobotoh.

KAJIAN LITERATUR

Komunikasi Politik

Dalam penelitian ini peneliti meneliti sekelompok orang yang berpolitik praktis mengatasnamakan bobotoh. Setiap individu mereka sudah pasti memiliki hak politik pribadi, termasuk mereka yang menolak politik praktis mengatasnamakan bobotoh. Dengan adanya perbedaan tersebut, maka sudah pasti banyak kejadian yang mereka alami.

Komunikasi politik terdiri dari 2 (dua) unsur elemen penting, yaitu komunikasi dan politik. Secara umum, komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator atau pengirim pesan kepada komunikan atau penerima pesan melalui saluran tertentu untuk mempengaruhi sisi kognitif, afektif dan psikomotor penerima pesan.

Politik adalah fenomena yang terikat erat dengan proses komunikasi, karena profesi politisi adalah pekerjaan yang sangat social (komunikatif), yaitu sebuah profesi yang membutuhkan peran-peran komunikatif diantara elemen masyarakat ataupun antara pimpinan politik dan pemerintahan dengan masayrakat.

(4)

Komunikasi politik menurut Eric Louw dalam buku “The Media and Political Process”, adalah sebuah fenomena yang multi dimensi (multi-dimensional) dan multi bentuk (multi-form). Dengan kata lain, menurut Louw memiliki spektrum kemungkinan komunikatif yang tidak terbatas. Komunikasi politik, misalkan, mencakup bukan hanya pidato politik, namun juga Bahasa tubuh politisi, juga Bahasa terturlis (memoranda), rilis media dan termasuk dalam konteks ini adalah kekerasan politik, yang dapat memiliki kemungkinan spektrum komunikatif, dan dengan bisa dikatakan sebagai komunikasi politik [3].

Komunikasi politik memiliki tujuan, Menurut (Arifin,2003) tujuan komunikasi politik adalah :

1. Membangun citra politik

2. Membentuk dan membina pendapat umum 3. Mendorong partisipasi politik

Politik Praktis

Politik praktis adalah segala bentuk tindakan politk yang berdampak pada masyakarat dan pemerintah. Hal ini berhubungan dengan perilaku politik. Perilaku politik sendiri adalah perilaku yang dilakukan oleh individua tau kelompok guna memenuhi hak dan kewajiban sebagi insan politik. Seorang individu atau kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan kewajibannya guna melakukan perilaku politik (http://hukamnas.com/contoh-kasus-politik-praktis/).

Politik Dalam Sepak Bola

Pada penelitian ini peneliti akan memaparkan tentang politik dalam sepak bola dikarenakan dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang politik yang masuk ke ranah olahraga khususnya sepak bola.

Supporter mampu memainkan peran yang besar dalam kegiatan komunikasi politik, sebagai contoh klub sepak bola Livorno di Italia melalui koregrafi pada sebuah pertandingan sepak bola, supporter merepresentasikan afiliasi politik mereka. Selain tumbuh dari latar belakang kelas pekerja saat dikuasai oleh keluarga medici selama berabad-abad, Livorno dalam sejarah pun sudah tertulis sejak tahun 1921 dimana partai komunis tumbuh disana. Dengan latar belakang politik yang kuat, merupakan hal yang biasa saat supporter Livorno menampilkan berbagai protes politik untuk meningkatkan kesadaran di stadion (Doidge, 2013:259).

Di Spanyol walaupun berbagai macam idelogi radikal tumbuh dan berkembang pada skema supporter sepak bola sejak awal, sekarang mereka telah tumbuh menjadi sebuah kelompom yang berpengaruh dan membentuk sebuah identitas (Spaaij and Vinas (2005:87).

Di Indonesia Politik dalam sepak bola juga kerap terjadi, namun bedanya di Indonesia politik dalam sepak bola bukan alat untuk perjuangan atau perlawanan suporter, tetapi malah sebaliknya, suporter sering kali dimanfaatkan oleh para politikus untuk mencapai berbagai tujuannya seperti yang sudah peneliti paparkan pada Bab I.

Suporter

(5)

Dalam penelitian ini peneliti akan memaparkan tentang suporter dikarenakan peneliti membahas peran suporter dalam menyikapi politik praktis.

Kata suporter berasal dari kata support yang berarti dukungan. Menurut Chaplin (2008, 495), ada du arti yang penting pertama support adalah mengatakan atau menyediakan sesuatu untuk memahami kebutuhan orang lain. Sedangkan yang kedua support adalah memberikan dorongan atau pengorbanan semangat dan nasehat kepada orang lain dalam satu situasi pembuatan keputusan.

Menurut (Novia, 2012:433) supporter adalah orang yang memberikan dukungan atau sokongan. Sedangkan menurut Suryanto (dalam Bahtiar, 2008:8) mendefinisikan supporter sebagai individu atau kelompok yang memberikan dukungan dalam suatu pertandingan sepak bola. Adanya tim supporter sepak bola tersebut tentunya memiliki persamaan antara individu satu dengan individu yang lainnya yang memiliki hobi menonton sepak bola.

Bobotoh

Pada penelitian ini peneliti akan memaparkan sedikit tentang bobotoh dikarenakan peneliti membahas tentang suporter tepatnya dari kelompok bobotoh.

Suporter Persib Bandung menamakan diri sebagai Bobotoh. Sebenarnya dalam Kamus Umum Bahasa Sunda, terbitan Lembaga Basa jeung Sastra Sunda Bobotoh memiliki arti purah ngagedean hate atawa ngahudang sumanget ka nu rek atawa ker ngadu jajaten (pihak yang berperan membesarkan hati atau membangun semangat bagi mereka yang akan atau sedang bertarung) dalam arti lain Bobotoh adalah Pendukung.

Dalam buku Persib Undercover (2013) Kata Bobotoh dalam bahasa sunda memiliki arti Pendukung, namun pada berkembangnya zaman bobotoh mulai identik dengan sebutan suporter Persib Bandung. Bobotoh adalah sebutan suporter Persib Bandung secara luas, Bobotoh bisa dikatakan wadah dari semua kelompok suporter Persib Bandung yang berbeda-beda nama dan juga berbeda pandangan.

Misalnya seorang Bobotoh tidak bisa dikatakan sebagai anggota Viking Persib Club ataupun Bomber tetapi anggota Viking Persib Club dan Bomber sudah tentu mereka adalah Bobotoh.

METODE PENELITIAN

Metode adalah cara kerja untuk memudahkan peneliti guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode lebih memfokuskan kepada strategi, proses, dan pendekatan dalam memilih jenis dan wakti dari data yang diperlukan. Penelitian merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisa, dan yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan. Fungsi dari penelitian adalah mencarikan penjelasan akurat dan jawaban akurat terhadap permasalahan yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi etnografi kritis.

Metode penelitian kualitatif berbeda dengan metode penelitian kuantitatif yang harus menjaga jarak terhadap masalah yang ditelitinya, kualitatif justru menuntut peneliti menjadi instrument kecil yang harus berada langsung ditengah-tengah

(6)

masalah. Apalagi saat Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi, peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan informan kunci yang menjadi subjek penelitian dan sumber informan penelitian.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling startegis dalam penelitian, oleh karena itu tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui Teknik pengumpulan dara, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang di tetapkan (Sugiyono, 2014).

Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara, and studi kepustakaan. Hal ini didasarkan akan pentingnya ketga Teknik tersebut dalam membantu peneliti dalam meneliti masalah ini.

Wawancara digunakan sebagai salah satu Teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari informan. Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur. Peneliti sudah mempersiapkan pertanyaa-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah disiapkan. Informan diberi pertanyaan yang sama, lalu peneliti mencatatnya. Peneliti juga menambahkan sejumlah pertanyaan yang sifatnya spontan, berdasarkan jawaban dari informan

Observasi lapangan untuk mendapatkan data. Observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena riset, yang mencakup interaksi dan percakapan yang terjadi antara subyek yang diteliti. Dengan demikian, selain perilaku nonverbal juga mencakup perilaku verbal dari individu yang diamati.

Dalam penelitian ini, penliti memposisikan diri sebagai partisipan (observer participant) di mana peneliti adlah orang luar yang netral, yang mempunyai kesempatan bergabung dalam kelompok dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok tersebut samnil melakukan pengamatan.

Peneliti mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, jurnal-jurnal penelitian, serta dokumen lain yang berhubungunan dengan masalah yang dibahas.

Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisi data, yaitu reduksi data dan penyajian data.

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang muncul dari data-data tertulis dilapangan. Selain itu, reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan dan diverifikasi, cara yang dipakai dalam reduksi data dapat melalui seleksi yang Panjang, melalui ringkasan atau singkatan menggolongkan kedalam

(7)

suatu pola yang lebih luas. Peneliti mengumpulkan data-data yang telah dilakukan saat proses wawancara dari informan-informan pada penelitian yang kemudian ditulis langsung pada saat wawancara. Data-data mentah tersebut kemudian direduksi agar peneliti dapat memilah data yang relevan dan valid sesuai focus dan tujuan dari penelitian.

Penyajian data adalah sekumpulan informasi atau narasi dalam bentuk teks naratif yang dibantu denga table maupun bagan yang bertuuan mempertajam pemahaman peneliti terhadap informasi yang di peroleh tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan menganalisi. Penyajian data lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagian analisis kualitatif yang valid. Pada penelitian ini, penyajian data dari hasil reduksi dilakukan dengan narasi yang dibantu melalui table-tabel dan bagan-bagan.

Uji Kredibiltas Data

Untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan data yang telah terkumpul,perlu dilakukan pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan data didasarkan pada kriteria deraja kepercayaan (crebility) dengan teknik trianggulasi,ketekunan pengamatan, pengecekan teman sejawat (Moleong, 2004). Triangulasi di sebut juga sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yg di pakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda , triangulasi meliputi berdasarkan 3 hal yaitu, berdasarkan informan, berdasarkan teori, dan berdasarkan metode. Untuk berdasarkan informan dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini untuk memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Namun orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi. sedangkan berdasarkan teori seperti, hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.dan berdasarkan metode ialah, dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.

Paradigma Kritis

Pada penelitian ini, paradigma yang digunakan peneliti adalah paradigma kritis, karena peneliti menganggap objek penelitian yaitu politik praktis yang mengatasnamakan bobotoh sangat tidak relevan dilakukan oleh suporter sepak

(8)

bola, oleh karena itu peneliti ingin mengkritisi kasus tersebut.

Paradigma kritis adalah paradigma ilmu pengetahuan yang meletakan epistomologi kritik marxisme dalam seluruh metodologi penelitiannya. Paradigma kritis diinspirasikan dari teori kritis dan terkait dengan warisan marxsisme dalam seluruh filosofi pengetahuannya. Teori kritis pada satu pihak merupakan salah satu aliran ilmu social yang berbasis pada ide-ide Karl Marx dan Engel (Denzim dan Lyncoln, 2009). Penelitian dalam paradigma kritis memandang realitas tidak berada dalam harmoni tapi cenderung dalam situasi konflik dan pergulatan sosial.

Studi Etnografi Kritis

Etnografi kritis menurut Littlejohm dan Foss (2008) menegaskan, meskipun etnografi memperlajari aspek-aspek kehidupan kelompok, tetapi juga dapat melihat individu seseorang. Menurut Little dan Foss, kajian etnografi komunikasi menawarkan pengetahuna yang mendalam tentang pengalaman individu dan kelompok. Pada bagian lain, Littlejohn dan Foss (2008) menambahkan bahwa performa etnografi penting dalam etnografi karena memperluas area lebih dari patokan tradisional pada Bahasa dan teks supaya mencakup perwujudan kegiatan.

Etnografis kritis bersifat ideographic, yakni mendeskripsikan budaya dan tradisi yang ada, bukan nomothetic yang menggeneralisasikan temuan-temuan (Muhadjir, 2005). Etnografi kritis menurut Jurgen Habermas (1971, dalam Madison, 2005) berdasar pada tiga sudut pandang, yaitu :

Pertama, natural science model of empirical analysis, yaitu dunia social yang dapat diukur, diprediksi, dan diuji sebagai fenomena kehidupan dalam ilmu alam yang dapat dilakukan pengukurannya secara objektif oleh peneliti.

Kedua, historical and interpretive model, yaitu fenomena social digambarkan dan dimaknai yang secara seimbang dan secara filosofis dijelaskan oleh peneliti.

Ketiga, critical theory model, penelitian dalam rangka analisis kehidupan social an memiliki tujuan untuk mengatasi ketimpangan social baik secara budaya atau politik. Pandangan yang ketiga yaitu critical theory yang merupakan pangkal lahirnya etnografi kritis. Oleh karena itu para teoritikus etnografi kritis dipandang sebagai : the doing or the perpoformance of critical theory. It is critical theory in action. Artinya etnografi kritis merupakan penerapan teori kritis dalam sebuah penelitian (Madison, 2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendapat bobotoh tentang relasi kuasa yang terjadi di tubuh persib

Suporter Persib Bandung lagi dan lagi dimanfaatkan oleh sekelompok orang guna mencapai kekuasannya, suporter yang identik dikenal dengan sebutan Bobotoh itu, saat ini tengah berada dalam fase kemunduran dikarenakan beberapa waktu yang lalu ada sekelompok orang yang mengatasnamakan bobotoh

(9)

mendeklarasikan diri mendukung salah satu paslon capres-cawapres tertentu. Tentu dalam masalah ini bukanlah hal yang baru karena pada tahun-tahun sebelumnya suporter Persib Bandung ini juga kerap dimanfaatkan oleh para pemangku politik guna meraup suara yang banyak. Hal itu tentu membuat para setiap individu bobotoh yang lain ikut bersuara, mayoritas orang menyayangkan yang mengatasnamakan bobotoh tersebut.

Dalam kasus pendeklarasian dukungan terhadap capres-cawapres tertentu terkesan dilakukan secara sepihak oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan bobotoh, tak sedikit bobotoh yang lain menyatakan sikap keberatan terkait politik praktis tersebut. Sepak bola dan politik adalah dua hal yang berbeda, sejatinya sepak bola adalah hiburan sekaligus alat persatuan sedangkan politik hanyalah alat untuk mencapai tutjuan tertenntu. Ketika keduanya disatukan maka akan sangat tidak sinkron dan itu akan menimbulkan konflik tertentu dikalangan suporter

Pengalaman dan pengetahuan dari berbagai informan yang peneliti dapatkan mencukupi untuk menganalisa kasus ini, maka dari itu adanya tanggapan atau respon dari orang-orang diluar yang ikut pendeklarasian dukungan itu sangan digunakan.

Berdasarkan hasil pemaparan diatas peneliti melihat ada keterkaitan dengan teori kekuasaan yaitu para petinggi kelompok suporter persib khususnya kelompok Viking Persib Club mengklaim bahwa pendeklarasian dukungan kepada capres- cawapres 01 adalah keputusan semua suporter persib bandung dengan membawa- bawa nama bobotoh. Namun pada kenyataanya banyak bobotoh yang menolak politik praktis tersebut, Michael Focault menyebutkan di mana ada kekuasaan, di situ pula ada anti kekuasaan (resistance). Dan resistensi tidak berada di luar relasi kekuasaan itu, setiap orang berada dalam kekuasaan, tidak ada satu jalan pun untuk keluar darinya.

Sikap bobotoh Pasca politisasi di tubuh persib

Dalam kasus politisasi di tubuh persib yang melibatkan para petinggi kelompok suporter tersebut, mayoritas bobotoh yang berada diluar tiga elemen kelompok suporter (Viking, Bomber dan The Bomb) menyatakan ketidaksukaanya politik dibawa-bawa kedalam sepak bola. Ada juga anggota-anggota Viking di berbagai daerah juga ikut menolak politik praktis tersebut, mereka menyebut keputusan sepihak yang dilakukan oleh ketua Viking Persib Club atas pendeklarasian dukungan kepada capres-cawapres tertentu. Selain itu adanya intruksi khusus dari petinggi Viking pusat dan juga Bomber Pusat yang mewajibkan anggotanya mendukung pasangan capres-cawapres tertentu, Namun kebanyakan para anggotanya tidak menyukai intruksi dari atasan tersebut dan lebih memilih untuk mengabaikannya.

Pengalaman dan pengetahuan dari berbagai informan yang peneliti dapatkan mencukupi untuk menganalisa kasus ini, maka dari itu adanya tanggapan atau respon dari orang-orang diluar yang ikut pendeklarasian dukungan itu sangan digunakan.

Berdasarkan pemaparan diatas tersebut, peneliti berupaya memodifikasi teori tindakan komunikatif Jurgen Habernas dengan hasil penelitian. Tindakan komunikatif memiliki 2 aspek, aspek teleologis yang terdapat pada perealisasian

(10)

tujuan seseorang (atau dalam proses penerapan rencana tindakannya) dan aspek komunikatif yang terdapat dalam interpretasi atas situasi dan tercapainya kesepakatan.

Teleologis artinya terdapat pada perealisasian tujuan seseorang (atau dalam proses penerapan rencana tindakannya), dalam penelitian ini para individu bobotoh menolak keras adanya politik praktis yang mengatasnamakan bobotoh artinya tindakan yang dilakukan oleh hampir mayoritas individu bobotoh adalah tepat sesuai dengan rencana awal berdirinya suporter itu yaitu sebagai suporter menolak segala bentuk politik masuk kedalam sepak bola.

Komunikatif artinya terdapat dalam interpretasi atas situasi dan tercapainya kesepakatan, dalam penelitian ini mayoritas bobotoh mempelajari terlebih dahulu apa yang dilakukan oleh sekelompok orang yang berpolitik praktis mengatasnamakan bobotoh seperti diskusi dengan kelompok bobotoh yang lainnya sehingga mereka bisa memilih dan memilah mana yang benar mana yang salah.

Tindakan bobotoh tentang politik praktis di tubuh organisasinya

Cara setiap orang untuk mencegah hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh suporter tentunya berbeda-beda, termasuk dalam hal mencegah upaya kepentingan politik dalam sepak bola seperti memasang spanduk cibiran untuk pemangku kepentingan politik, meneriaki paslon lawannya hingga memilih keluar dari organisasi suporter yang berbau politis.

Pengalaman dan pengetahuan informan mencukupi peneliti untuk menganalisa kasus ini, maka dari itu diperlukan diskusi-diskusi kelompok suporter yang membahas tentang politik dan sepak bola serta memberikan solusi-solusinya.

Berdasarkan pemaparan diatas tersebut, peneliti berupaya memodifikasi teori tindakan komunikatif Jurgen Habernas dengan hasil penelitian. Tindakan komunikatif memiliki 2 aspek, aspek teleologis yang terdapat pada perealisasian tujuan seseorang (atau dalam proses penerapan rencana tindakannya) dan aspek komunikatif yang terdapat dalam interpretasi atas situasi dan tercapainya kesepakatan.

Teleologis artinya terdapat pada perealisasian tujuan seseorang (atau dalam proses penerapan rencana tindakannya), dalam penelitian ini tindakan para individu atau kelompok bobotoh yang menolak keras terkait adanya politik praktis yang mengatasnamakan bobotoh sudah benar karena memang sejatinya sepak bola hanya alat untuk hiburan dan persatuan bukan untuk memecah persatuan.

Komunikatif artinya terdapat dalam interpretasi atas situasi dan tercapainya kesepakatan, dalam penelitian ini para individu atau kelompok bobotoh harus berani mempelajari kembali apa fungsi utama dari seorang suporter itu sebagaimana yang selalu dilakukan oleh kelompok Bandung Supporter Aliance (BSA) di setiap minggunya selalu mengadakan forus diskusi mengenai “kick out politic from football” yang artinya tendang politik keluar dari sepak bola.

(11)

PENUTUP

Berdasarkan pembahsan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pendapat bobotoh tentang relasi kekuasaan di tubuh persib tidak bisa diganggu gugat karena persib sudah jadi klub professional berbadan hokum, namun pad suporternya sebisa mungkin harus bisa dihindari agar suporter dan klub tidak disusupi kepentingan politik. Selanjutnya Sikap tentang politik praktis yang mengatasnamakan bobotoh sangat beragam, namun yang peneliti amati mayoritas bobotoh sangat menolak keras adanya segala bentuk kegiatan politik pada sepak bola teurtama politik praktis yang digagas oleh sekelompok orang dengan mengklaim semua bobotoh itu mendukung salah satu paslon capres-cawapres tertentu. Dan Tindakan bobotoh bisa dilakukan jauh-jauh hari seandainya para petinggi suporter itu memiliki prinsip dan mau mempelajari kembali apa itu fungsi utama seorang suporter dan merangkul semua elemen bobotoh untuk satu tujuan yang sama yaitu mendukung Persib Bandung

Saran yang akan peneliti sampaiakan ditempatkan masukan berdasarkan hasil temuan dilapangan. Sebagai orang yang hobi menonton sepak bola peneliti merasa tidak enak melihat sepak bola dicampuradukan dengan politik Sejatinya peneliti tidak pernah mencegah siapapun yang ingin berkecimpung dalam dunia politik, namun jika sudah membawa nama organisasi suporter janganlah karena itu bisa melukai nilai-nilai fairplay.

DAFTAR PUSTAKA

[1] E. Kristiyanto, “Suporter Menyedihkan,” 2019. [Online]. Available:

www.pikiranrakyat.co.id.

[2] T. Lukmantoro, “Ada Apa Dengan Selebrasi Gol ?,” in Sport, Komunikasi Dan Audiens, F. Junaedi, Ed. Yogyakarta: ASPIKOM, Fikom Untar, Prodi Ilmu Komunikasi UAJY, 2014, pp. 40–41.

[3] E. Louw, The Media and Political Process. 2005.

[4] Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan ke. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2010.

[5] Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: alfabeta, 2014.

[6] O. A. Ismail, “KONSTRUKSI IDENTITAS KELOMPOK SUPORTER FLOWERS CITY CASUALS (Studi Fenomenologi Terhadap Kelompok Suporter Flower City Casuals Dalam Mendukung Persib Bandung),” ENSAINS J., vol. 1, no. 2, Oct. 2018.

[7] A. M. Mudhoffir, “Teori Kekuasaan Michel Foucault: Tantangan bagi Sosiologi Politik,” Masy. J. Sosiol., vol. 18, no. 1, pp. 117–133, 2013.

[8] , P.- and , M., “URGENSI IINTEGRASI NILAI LOCAL WISDOM DALAM KONFLIK SUPORTER SEPAKBOLA,” Yust. J. Huk., 2014.

[9] E. G. Sukoharsono, “Refleksi Ethnografi Kritis: Pilihan Lain Teknik Riset Akuntansi,” AUDI J. Akunt. dan Bisnis, vol. 4, no. 1, pp. 91–109, 2009.

[10] “Contoh Kasus Politik Praktis,” 2013. [Online]. Available:

http://www.hukamnas.com/contohh-kasus-politik-praktis/.

(12)

[11] Dan Nimmo, Komunikasi Politik. 2016.

[12] D. C. Proceeding, S. Alatas, and V. Sutanto, “KOMUNIKASI POLITIK JOKOWI,” vol. 1, pp. 88–109, 2018.

[13] Y. Akça and G. Özer, “Sports Policy of Turkey in Development Plans,” Int. J.

Sci. Cult. Sport, 2016.

[14] I. P. FADLI, Sepakbola Dan Politik: Politisasi Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (Persib) Oleh Dada Rosada Pada Pemilukada Kota Bandung 2008.

2012.

[15] N. R. Syafriani, “Sepakbola Sebagai Alat Propaganda Politik ( FC Barcelona dan Perjuangan Kemerdekaan Catalonia ),” 2018.

[16] I. S. Indonesia, “Dan Bagaimana Menarik Minat,” pp. 1–15, 2008.

[17] P. Perilaku et al., “SKRIPSI Oleh : MUHAMMAD IKSAN,” 2014.

[18] F. Dakwah, D. A. N. Komunikasi, J. I. Komunikasi, and U. I. N. A. Makassar,

“PADA KOMUNITAS MARGINAL DI PEDESAAN ( Studi Etnografi Komunikasi Masyarakat Tallas di Desa Samasundu Sulawesi Barat ),” 2017.

[19] R. Kriyantono, “Apa Itu Etnografi ?”

Referensi

Dokumen terkait