• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Peran Lokasi dan Persepsi Harga terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Mixue: Gaya Hidup sebagai Pemoderasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Peran Lokasi dan Persepsi Harga terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Mixue: Gaya Hidup sebagai Pemoderasi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

JKBM

(JURNAL KONSEP BISNIS DAN MANAJEMEN)

ISSN 2407-2648 (Print) 2407-263X (Online), DOI 10.31289/jkbm.v10i1.10011 Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/bisman

Peran Lokasi dan Persepsi Harga terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Mixue: Gaya Hidup sebagai Pemoderasi The Role of Location and Price Perception on Repurchase

Intention of Mixue Consumer: Lifestyle as Moderation

Rada Dea Ananda Puspa1)*, Abriandi1), Sihar Tambun2)

1)Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Bisnis & Ilmu Sosial, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Indonesia

2)Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Bisnis & Ilmu Sosial, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Indonesia

Submitted : 06-07-2023; Reviewed : 12-11-2023; Accepted : 15-11-2023

*Coresponding Email: [email protected] Abstrak

Penelitian ini memiliki tujuan untuk membuktikan pengaruh lokasi dan persepsi harga terhadap minat beli ulang konsumen Mixue dengan gaya hidup sebagai variabel moderasi. Sebanyak 300 orang konsu- men Mixue berkontribusi dalam mengisi kuesioner. Purposive sampling digunakan dengan menetapkan kriteria reponden yaitu dengan usia antara 10 sampai 25 tahun serta telah melakukan pembelian lebih dari sekali. SmartPLS 4 SEM digunakan dalam mengolah data. Hasil dalam penelitian ini variabel lokasi, persepsi harga, dan gaya hidup semuanya memiliki dampak signifikan terhadap niat membeli kembali.

Namun, gaya hidup tidak dapat memoderasi pengaruh lokasi terhadap pembelian ulang. Meskipun dapat memberikan dampak positif, gaya hidup tidak signifikan secara statistik dalam memoderasi pengaruh persepsi harga terhadap pembelian berulang. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah perusahaan harus melakukan inovasi suatu produk yang memenuhi ekspektasi gaya hidup pelanggan dengan konsumsi yang impulsif. Selain gaya hidup, persepsi harga juga perlu diperbaiki. Variabel lokasi juga perlu diper- hatikan seperti mampu menawarkan area parkir yang aman serta tingginya tingkat kebersihan dan ke- nyamanan

Kata Kunci: Gaya Hidup; Lokasi; Minat Beli Ulang; Persepsi Harga Abstract

This study aims to prove the effect of location and price perception on repurchase intention of Mixue con- sumers with lifestyle as a moderating variable. As many as 300 Mixue consumers contributed in filling out the questionnaire. Purposive sampling was used by setting the criteria for the respondent, namely between 10 and 25 years of age and having made a purchase more than once. SmartPLS 4 SEM is used to process data. The results in this study include location, price perception, and lifestyle variables all having a signi- ficant impact on repurchase intentions. However, lifestyle cannot moderate the influence of location on repeat purchases. Even though it can have a positive impact, lifestyle is not statistically significant in mode- rating the influence of price perceptions on repeat purchases. The conclusion in this study is that companies must innovate a product that meets the lifestyle expectations of customers with impulsive consumption.

Apart from lifestyle, price perception also needs to be improved. Location variables also need to be consider- ed, such as being able to offer a safe parking area and a high level of cleanliness and comfort.

Keywords: Lifestyle; Location; Price Perception; Repurchase Intention

How to Cite: Puspa, R.D.A., Abriandi & Tambun, S. (2023). Peran Lokasi dan Persepsi Harga terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Mixue: Gaya Hidup sebagai Pemoderasi. JKBM (Jurnal Konsep Bisnis dan Manajemen). 10 (1): 1-15

(2)

PENDAHULUAN

Sebagian besar PDB Indonesia berasal dari sektor makanan dan minuman. Sektor makanan dan minuman mengalami pertumbuhan yang pesat, terutama pada tahun sebe- lum masuknya pandemi Covid-19 ke Indonesia.

Gambar 1. Persentase Perkembangan Industri Makanan & Minuman Sumber data: Badan Pusat Statistik (Databoks, 2022a)

Gambar 1 menunjukkan bahwa bisnis F&B tumbuh sebesar 7,91% per tahun pada tahun 2018. Menurut data Badan Pusat Statistik dalam (Databoks, 2022a), Laju pertum- buhan tersebut kemudian meningkat menjadi 7,78% pada tahun 2019. Laju pertumbuhan industri makanan dan minuman masih dalam kondisi baik meski mengalami penurunan sebesar 0,13% (data 2018-2019). Tingkat pertumbuhan yang signifikan ini menunjukkan betapa suksesnya industri makanan dan minuman Indonesia sebelum adanya Covid-19.

Munculnya Covid-19 pertama kali di Indonesia pada bulan Maret tahun 2020 berdampak buruk pada sejumlah industri, termasuk sektor makanan dan minuman. Para pengusaha dan investor yang sebelumnya menganggap sektor makanan dan minuman memiliki masa depan yang menjanjikan kemudian memutuskan untuk menahan investasinya dalam se- mentara waktu. Hal ini disebabkan karena undang-undang yang ditetapkan oleh peme- rintah yang memberlakukan lockdown di Indonesia. Hasilnya, perkembangan industri makanan dan minuman pada tahun 2020 hanya mencapai 1,58%. Laju pertumbuhan industri F&B mengalami penurunan drastis dari 7,78% pada tahun 2019 menjadi 1,58%

pada tahun 2020. Selanjutnya, perekonomian Indonesia dan sektor makanan dan minum-

0,00%

1,00%

2,00%

3,00%

4,00%

5,00%

6,00%

7,00%

8,00%

9,00%

2018 2019 2020 2021 2022

Persentase Pertumbuhan Industri Makanan

& Minuman Sebelum - Pasca Covid

Pertumbuhan (yoy)

(3)

an mulai pulih di era pasca Covid-19 ditandai dengan Industri F&B yang tumbuh sebesar 2,54% pada tahun 2021 (Databoks, 2022a). Persentase ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, industri makanan dan minuman terus tumbuh pada tahun 2022, dengan proyeksi tingkat pertumbuhan sebesar 4,9% (tabel 1).

Setelah melalui masa pasca Covid-19, pada hari Rabu tanggal 21 Juni 2023, pemerin- tah Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2023 tentang Penetap- an Berakhirnya Penyakit Virus Corona 2019 (Covid-19), yang secara resmi menyatakan bahwa Indonesia tidak lagi berada dalam situasi Pandemi Covid-19 (Kemenkes, 2023).

Maka status Covid-19 telah dinyatakan endemi. Sejalan dengan hal tersebut, Badan Pusat Statistik dalam Data Indonesia (2023) mencatat pertumbuhan industri makanan dan mi- numan kembali tumbuh sebesar 4,62% pada kuartal II 2023. Seluruh data pertumbuhan menunjukkan bahwa investor dan pengusaha kembali memutuskan untuk berinvestasi pada sektor ekonomi ini selama pandemi Covid-19. Data keseluruhan industri makanan dan minuman dapat dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1. Angka Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman (Sebelum pandemi, pandemi, endemi)

Masa Angka Pertumbuhan

Sebelum Pandemi 1. 2018

2. 2019 7,91%

7,78%

Pandemi 1. 2020 2. 2021 3. 2022

1,58%

2,54%

4,90%

Endemi

1. Kuartal II 2023 4,62%

Sumber Data: Badan Pusat Statistik (Data Indonesia, 2023)

Statistik pertumbuhan industri makanan dan minuman setelah Covid-19 menunjuk- kan kembalinya minat berinvestasi terhadap sektor ini untuk kalangan investor dan pemi- lik bisnis. Sebaliknya, investor lebih menyukai perusahaan dengan kebutuhan modal ren- dah dan profil risiko rendah. Bisnis minuman boba merupakan salah satu usaha industri makanan dan minuman yang menjadi opsi pilihan investor. Menurut Momentum Works (Databoks, 2022b), dengan nilai pasar sebesar US$ 1,6 miliar pada tahun 2021 membuat Indonesia memiliki pasar minuman boba terbesar di Asia Tenggara. Statistik ini menun- jukkan betapa antusiasnya pelanggan untuk melakukan pembelian minuman boba karena harganya yang terjangkau dan kemudahan aksesibilitas karena minuman tersebut terse- dia di banyak lokasi.

(4)

Gambar 2. Market Value Minuman Boba di Asia Tenggara (2021) Sumber data: Momentum Works (Databoks, 2022b)

Mixue merupakan perusahaan minuman boba yang masuk ke Indonesia pada masa pandemi. Es krim dan teh boba yang berasal dari Tiongkok ini baru hadir di Indonesia se- jak tahun 2020, kehadirannya di Indonesia tergolong baru. Terlepas dari kenyataan bahwa kemunculan Mixue bertepatan dengan pandemi Covid-19, sejumlah waralaba perusahaan ini membuktikan kemampuannya untuk berkembang dan memimpin pasar minuman bo- ba dan es krim di Indonesia. Merek es krim dan boba tea yang populer di Indonesia ini ma- sih memiliki pelanggan setia. Saat ini terdapat 21.000 lokasi Mixue di seluruh dunia. Pada akhir tahun 2022, Indonesia akan memiliki lebih dari 300 waralaba Mixue. Karena biaya- nya yang murah dan lokasinya yang mudah dijangkau, Mixue dengan cepat berkembang ke seluruh Indonesia.

Minat beli ulang yang tinggi mungkin menjadi penyebab pesatnya pertumbuhan Mixue Indonesia (Mustika et al, 2023). Niat beli awal seorang konsumen dikenal dengan istilah minat beli (Suparwo & Pratama, 2021). Pembelian berulang dipengaruhi oleh pem- belian di masa lalu (Fatimah & Transistari, 2022). Salah satu jenis perilaku konsumen ada- lah minat beli (Yani & Maisarah, 2023). Minat membeli kembali mungkin dipicu oleh lokasi utama yang mudah dijangkau. Penelitian Afif Salim et al., (2020) menyatakan pelanggan dapat dengan mudah melakukan pembelian kembali karena kemudahan aksesbilitasnya.

Persepsi harga juga memainkan peran dalam peningkatan pembelian ulang, didukung dengan Marwanto et al., (2022) yang menyatakan konsumen akan lebih cenderung mem- beli kembali sayuran organik dari CV Tani Organik Merapi Pakem Sleman jika mereka ya- kin harga sayuran tersebut setara dengan manfaat kesehatan dari konsumsi sayuran ter- sebut.

0 500 1000 1500 2000

Indonesia Vietnam Thailand Singapura Malaysia Filipina

Market Value Minuman Boba di Asia Tenggara (2021)

Nilai Pasar (USD)

(5)

Gaya hidup masyarakat yang konsumeris menjadi alasan tumbuhnya industri F&B.

Bahkan di tengah pandemi, kecenderungan pembelian impulsif seringkali disebabkan oleh gaya hidup konsumen (Khairunas, 2020). Tingkat konsumsi seseorang terhadap barang- barang tersebut ditentukan oleh gaya hidupnya. Seseorang membutuhkan lebih banyak barang untuk memenuhi gaya hidupnya akan menyebabkan semakin tinggi pula gaya hi- dupnya. Interaksi seseorang dengan lingkungan sekitarnya dapat tercermin dari gaya hidupnya. Mengelola waktu dan keuangan juga dapat dilihat sebagai cara hidup (Suleman et al., 2022). Keinginan membeli dipengaruhi oleh gaya hidup (Abriandi & Puspa, 2023).

Menurut penelitian Fatimatuz et al., (2022), gaya hidup pelanggan akan mempengaruhi berapa kali mereka melakukan pembelian yang sama.

Pengaruh persepsi harga dan variabel lokasi terhadap minat beli ulang akan diteliti dalam penelitian ini. Teori, tahun dilakukannya, dan bagaimana faktor gaya hidup di posi- sikan sebagai faktor pemoderasi antara faktor lokasi dan persepsi harga menjadikan sebuah kebaruan dalam penelitian ini. Agar memiliki wilayah eksplorasi yang lebih luas dibandingkan penelitian sebelumnya yang berfokus hanya pada perguruan tinggi, maka penelitian ini menggunakan wilayah DKI Jakarta untuk mencari responden. Pelanggan Mixue Indonesia yang berusia antara 10 sampai 25 tahun menjadi target responden dalam penelitian ini. Penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap dari beberapa penelitian sebe- lumnya dengan tujuan agar hasilnya bermanfaat bagi para akademisi dan pelaku bisnis di industri F&B di Indonesia untuk mendorong elemen apa yang dapat menarik pembelian berulang dari pembeli.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan melibatkan pelanggan Mixue yang ada di Jakarta dengan usia antara 10 sampai 25 tahun dalam mengisi kuesioner. Pur- posive sampling digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan kriteria pelanggan Mixue yang membeli produk lebih dari satu kali. Metode Hair digunakan untuk menentu- kan jumlah minimum sampel penelitian, yaitu lima sampai sepuluh kali lipat dari jumlah indikator. Skala likert berukuran 1 (satu) sampai 5 (lima) digunakan untuk kuesioner yang disebarkan menggunakan Google Form dengan menguji satu variabel terikat (Y) yaitu mi- nat beli ulang, dua variabel bebas (X) yaitu lokasi dan persepsi harga, serta satu variabel moderasi (Z) yaitu gaya hidup. Pertama, lokasi suatu usaha mempengaruhi daya saingnya sehingga lokasi yang dipilih dengan baik berkontribusi terhadap keberhasilan, efisiensi,

(6)

dan kelancaran operasionalnya (Hasibuan et al., 2023). Tjiptono (2020) mencantumkan indikator lokasi yaitu kemudahan akses, visibilitas yang baik, lokasi berada pada keramai- an, lokasi parkir, pengembangan, lingkungan, lokasi pesaing, dan regulasi pemerintah. Ke- dua, persepsi konsumen terhadap harga ditentukan oleh seberapa besar keyakinan mere- ka terhadap suatu produk atau jasa (Rivai & Zulfitri, 2021). Indikator persepsi harga, meli- puti harga kompetitif, harga relatif terhadap manfaat, harga sebanding dengan kualitas, dan aksesibilitas (Kotler et al., 2020). Ketiga, konsumen yang menunjukkan minat beli u- lang adalah mereka yang melakukan pembelian tambahan terhadap produk yang telah di- beli (Ekaprana et al., 2020). Minat transaksional, minat referensial, minat preferensial, dan minat eksplorasi merupakan komponen pengukuran minat pembelian kembali (Ferdi- nand, 2014) dalam (Wulandari et al., 2021). Keempat, gaya hidup seseorang merupakan faktor opsional yang dapat berubah sesuai kebutuhan atau keadaannya yang berubah sei- ring berjalannya waktu (N. Sari, 2021). Aktivitas, minat, dan argumen merupakan kom- ponen pengukuran gaya hidup (Peter & Olson, 2014) dalam (Sitepu et al., 2022).

Pemrograman smartPLS versi 4 digunakan dalam mengolah data. Bootstrapping ada- lah metode yang digunakan SmartPLS. Pemeriksaan PLS-SEM hadir dalam dua bentuk, mo- del pengukuran dan model struktural. Uji reliabilitas digunakan untuk menilai keakuratan responden yang mengisi kuesioner, dan uji validitas digunakan untuk menilai keabsahan pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner. R-square diharapkan lebih tinggi dari 0,5.

Nilai kepentingan t-statistics terhadap dampak antar faktor digunakan untuk memperkira- kan koefisien jalur. Hipotesis diketahui akan diterima dengan syarat p-value < 0,05 serta t-statistics > 1,96.

Theory of Marketing

Membangun hubungan dengan konsumen melalui pemasaran merupakan proses sosial yang bertujuan untuk memperoleh feedback positif. Menurut Indrasari (2019), pe- masaran juga merupakan proses mendidik konsumen tentang suatu produk dengan cara yang paling sesuai dengan kebutuhannya dan mendorong mereka untuk melakukan pem- belian. Menurut Kotler et al., (2020) pemasaran adalah upaya sosial dan manajerial yang menciptakan nilai produk yang diperlukan bagi individu atau kelompok.

Marketing Mix

Bauran pemasaran adalah upaya dalam meraih tujuan usaha dan pelanggan. Alat ya- ng digunakan untuk menilai kualitas umpan balik pasar sasaran yang dihasilkan oleh sua- tu organisasi adalah bauran pemasaran. Menurut Alfonsius et al., (2021), salah satu keung-

(7)

gulan utama bauran pemasaran adalah meningkatkan kepuasan pelanggan yang pada gi- lirannya berdampak positif terhadap niat pembelian ulang. Ada tujuh komponen utama bauran pemasaran (Kartika & Fariza, 2022).

Tempat atau lokasi adalah suatu wilayah tertentu yang dipilih suatu bisnis untuk se- luruh operasionalnya, dan elemen-elemen tersebut berdampak pada strategi bisnis peru- sahaan (Tampubolon, 2021). Pelanggan akan memiliki pilihan untuk membeli barang atau jasa dari lokasi yang strategis. Penyedia layanan harus mencari lokasi bisnis yang berloka- si strategis dan mudah diakses (Setyawan et al., 2023). Berdasarkan temuan penelitian Se- tyawan et al., (2023), lokasi merupakan elemen yang berkontribusi dalam meningkatkan minat pelanggan untuk melakukan pembelian di Café Senja Jember. Penelitian Alfonsius et al., (2021) menunjukkan bahwa memasukkan tempat sebagai komponen bauran pema- saran menghasilkan peningkatan minat pembelian yang signifikan. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama adalah H1: Location berpengaruh positif terhadap pembe-lian ulang.

Persepsi terhadap harga bersifat subyektif, karena variasi dari harga dapat mem- punyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap perilaku konsumen (Nguyen et al., 2019).

Harga dijadikan tolak ukur konsumen dalam pembelian jika konsumen kesulitan memilih produk atau jasa (Diansyah & Utami, 2022). Persepsi harga sebagai tanda bahwa konsu- men memahami harga dan hal tersebut memunculkan makna yang dalam untuk suatu produk atau jasa (Lukiyana & Silitonga, 2017). Menurut penelitian Marwanto et al., (2022), konsumen akan lebih cenderung membeli kembali sayuran organik jika mereka merasa harga tersebut setara dengan manfaat kesehatan dari konsumsi sayuran tersebut. Konsu- men akan kembali menggunakan jasa pangkas rambut apabila mereka yakin bahwa harga yang diberikan sudah sesuai dengan jasa yang diterimanya (Hudaya, 2022). Salah satu yang mendukung klaim ini adalah penelitian Gunawan et al., (2022) menunjukkan bahwa pelanggan Starbucks Tasikmalaya akan membeli kembali barang jika harganya masuk akal mengingat keuntungan yang mereka terima. Maka, hipotesis yang dibentuk ada-lah H2:

Price perception berpengaruh positif terhadap pembelian ulang.

Gaya hidup seseorang dapat dilihat sebagai ekspresi tentang siapa dirinya dan bagai- mana dia berinteraksi dengan orang lain berdasarkan latar belakang budayanya (Aguilar

& Arias-Bolzmann, 2021). Menurut Duman et al., (2020), pelanggan yang berbelanja teru- tama melakukannya untuk kesenangan. Penelitian D. N. P. Sari & Astutiningsih (2022) ya- ng mengamati pelanggan Aliyah Scraf Tulungagung mengungkapkan, alasan pelanggan

(8)

tersebut berulang kali membeli produk hijab adalah karena gaya hidupnya. Menurut pene- litian Samuel & Anita (2023), pelajar tetap berbelanja online di Shopee bahkan di masa Co- vid-19 karena gaya hidupnya. Penelitian Kim & Kim (2020) yang berasal dari Korea me- nyatakan pembelian ulang masih ada kaitannya dengan gaya hidup pelanggan. Selama pengguna merasa nyaman dengan barang atau layanan tersebut, usia, budaya, fitur, dan perbedaan generasi tidak ada hubungannya dengan gaya hidup dan hasil tes niat membeli kembali. Hipotesis yang dihasilkan adalah H3: Lifestyle berpengaruh positif terhadap pem- belian ulang.

Anuntaakalakul (2022) mencari tahu faktor yang menjadi pendorong kecenderung- an pelanggan untuk membeli kembali makanan di food truck. Temuan menunjukkan bah- wa niat membeli dan pembelian berulang makanan di food truck dipengaruhi oleh gaya hi- dup dan bauran pemasaran. Selain itu, Mardikaningsih & Darmawan (2021) dalam pe- nelitiannya menuliskan tentang lokasi dan gaya hidup berpengaruh besar terhadap minat melakukan kunjungan kembali. Dengan demikian, hipotesis dihasilkan H4: Lifestyle mam- pu memoderasi pengaruh location terhadap pembelian ulang.

Nugroho et al., (2023) mengatakan minat pembeli untuk membeli kembali produk iPhone dipengaruhi oleh gaya hidup pembeli serta kesesuaian harga dengan kualitas pro- duk. Menurut penelitian Mukuan et al., (2023), gaya hidup pelanggan yang berkecukupan menjadi alasan mereka kembali membeli produk di Starbucks Manado Town Square. Ber- dasarkan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, hipotesis kelima yang dihasilkan adalah H5: Lifestyle mampu memoderasi pengaruh price perception terhadap pembelian ulang.

Dari seluruh penjelasan di atas, maka gambar 3 menggambarkan kerangka yang menghubungkan variabel-variabel dalam penelitian ini.

Gambar 3. Kerangka Pemikiran dalam Model Sumber: Olahan Penulis, 2023

Location (LO)

Price Perception

(PP)

Repurchase Intention (RI) Lifestyle

(LS)

H4 H1

H2

H5

H3

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

300 responden berkontribusi dalam mengisi kuesioner. Pelanggan Mixue Indonesia yang berada di Jakarta dijadikan sampel pada penelitian ini. Tabel 2 menyajikan karakte- ristik responden.

Tabel 2. Pembagian Karakteristik

No. Karakteritik Banyak %

1. Jenis kelamin 1. Pria

2. Wanita 138

162 46%

54%

Jumlah 300 100

2. Kelompok usia (tahun) 1. 10 – 15 2. 16 – 20 3. 21 – 25

100 17 183

5,7%

33,3%

61%

Jumlah 300 100%

Sumber: Olahan Penulis, 2023

Tabel 2 menunjukkan hasil pembagian karakteristik responden. Penyebaran kuesi- oner memperoleh hasil bahwa sebanyak 138 orang laki-laki dan 162 orang wanita ikut berkontribusi mengisi kuesioner penelitian ini. Sedangkan total dari 300 responden terse- but dibagi dalam kelompok usia 10-15 tahun berjumlah 17 orang, 16-20 tahun berjumlah 100 orang, dan 21-25 tahun berjumlah 183 orang.

Gambar 4. Faktor Pemuat Sumber: Output SmartPLS versi 4, 2023

Hasil uji validitas dijelaskan pada gambar 4. Loading factor digunakan untuk meng- evaluasi uji validitas. Derajat korelasi antara indikator pengukuran dengan nilai total dike- nal sebagai faktor pemuatan. Jika nilai loading factor > 0,5 maka indikator variabel terse- but valid. Seluruh indikator dalam penelitian ini dianggap valid karena seperti tergambar pada Gambar 4, nilai loading factor seluruhnya telah berada di atas 0,5.

Tabel 3. Reliability & Validity

Cronbach's alpha rho_a Composite reliability AVE

LO (X) 0.901 0.909 0.920 0.590

(10)

Lanjutan Tabel 3. Reliability & Validity

Cronbach's alpha rho_a Composite reliability AVE

PP (X2) 0.909 0.909 0.926 0.611

LS (Z) 0.914 0.914 0.930 0.624

RI (Y) 0.922 0.923 0.936 0.646

Sumber: Output SmartPLS 4, 2023

Tabel 3 menyajikan angka-angka hasil perhitungan pengujian reliabilitas di mana syarat dari reliable-nya variabel penelitian adalah cronbach’s alpha dan composite reliabili- ty memiliki skor lebih dari 0,70. Dari tabel tersebut, nilai keduanya memiliki nilai seluruh- nya di atas 0,70. Dengan demikian, faktor-faktor yang diuji dapat diandalkan dan meme- nuhi syarat saat ini.

Tabel 4. Uji Hipotesa

Original sample Sample mean Standard deviation t-statistics p-values

LO -> RI 0.180 0.186 0.069 2.615 0.009

PP -> RI 0.204 0.203 0.074 2.753 0.006

LS -> RI 0.587 0.584 0.067 8.758 0.000

LS x LO -> RI -0.029 -0.025 0.079 0.364 0.716

LS x PP -> RI 0.026 0.025 0.066 0.391 0.696

Sumber: Output SmartPLS 4, 2023

Hasil uji hipotesis ditampilkan pada Tabel 4. Apabila nilai t-statistics > 1,96 dan nilai signifikan p-value < 0,05 maka hipotesis dinyatakan diterima. Besar sampel awal variabel lokasi adalah 0,180, dengan p-value 0,009 dan t-statistics 2,615 > 1,96. Sampel asli untuk persepsi harga sebesar 0,204, dengan p-value sebesar 0,006 dan t-statistics sebesar 2,753

> 1,96. Sampel asli gaya hidup adalah 0,587, dengan p-value 0,000 dan t-statistics 8,758 >

1,96. Pada sampel awal gaya hidup yang memoderasi pengaruh lokasi sebesar -0,029, de- ngan t-statistics 0,364 < 1,96 dan p-value 0,716. Pada sampel awal gaya hidup yang memo- derasi pengaruh persepsi harga sebesar 0,026, dengan t-statistics sebesar 0,391 < 1,96 dan p-value sebesar 0,696.

Pembahasan

Lokasi memiliki sampel asli 0,180 dengan t-statistics 2,615 > 1,96 serta p-values 0,009. Nilai ini mengimplikasikan jika variabel lokasi mempengaruhi pembelian ulang. Lo- kasi dapat menambah 18% niat untuk membeli kembali. Oleh karena itu, angka tersebut merujuk pada pernyataan konsumen akan membeli barang di suatu lokasi jika lebih mu- dah dijangkau. Temuan ini sangat dapat diterapkan pada skenario dunia nyata yang meli- batkan konsumen. Bahkan ketika suatu produk benar-benar diinginkan, pelanggan akan enggan melakukan pembelian produk dari lokasi yang sulit dijangkau. Namun, akan lebih mudah bagi pelanggan untuk melakukan pembelian jika gerai atau toko berlokasi strate- gis. Sejauh ini, Mixue memiliki lokasi yang mudah ditemukan dan nyaman untuk dikun-

(11)

jungi pelanggan. Gerai Mixue tidak pernah sepi karena faktor ini. Hasil dari Setyawan et al., (2023) dan Alfonsius et al., (2021) dikuatkan oleh temuan ini. Maka, H1 terbukti dan diterima.

Persepsi harga memiliki original sample 0,204 dengan t-statistics 2,753 > 1,96 dan p- values 0,006. Nilai ini mengimplikasikan jika variabel persepsi harga mempengaruhi pem- belian ulang. Ekspektasi minat beli ulang bisa naik 20,4% diakibatkan dari variabel per- sepsi harga. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa harga suatu produk dapat mem- pengaruhi keinginan konsumen untuk membeli kembali jika dirasa sesuai oleh konsumen.

Niat membeli kembali ditunjukkan oleh pelanggan yang yakin bahwa kualitas produk se- padan dengan jumlah harga yang mereka bayarkan. Namun, pelanggan tidak akan berniat membeli kembali barang tersebut jika mereka yakin bahwa uang yang dikeluarkan tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh dari barang tersebut. Mengingat banyaknya pelanggan setia yang dimiliki Mixue, terbukti bahwa pelanggan Mixue percaya bahwa ke- unggulan produknya lebih besar daripada biayanya. Temuan ini sejalan dengan temuan Marwanto et al., (2022), Hudaya, (2022), dan Gunawan et al., (2022). Maka, H2 terbukti dan diterima.

Gaya hidup memiliki original sample 0,587 dengan t-statistics 8,758 > 1,96 serta p- values 0,000. Temuan tersebut berarti bahwa gaya hidup mempengaruhi minat beli ulang.

Niat membeli kembali bisa meningkat sebesar 58,7% tergantung pada variabel gaya hi- dup. Oleh karena itu, pengaruh seseorang terhadap pembelian kembali suatu barang me- ningkat seiring dengan tingkat gaya hidupnya. Pembeli dengan gaya hidup tinggi biasanya melakukan pembelian impulsif. Jika mereka yakin produk tersebut sesuai dengan gaya hidup mereka, mereka tidak akan terpengaruh oleh faktor apapun. Misalnya, pelanggan Mixue yang sebagian besar berasal dari generasi muda, menumbuhkan kesan bahwa pro- duk Mixue dapat disesuaikan dengan gaya hidup mereka sehingga mereka terus-menerus membeli kembali produk Mixue. Seperti diketahui bahwa generasi muda saat ini terdiri dari individu-individu yang mempunyai lifestyle mewah dan impulsif dalam aktivitas pem- belian. Temuan ini akan menjadi pelengkap temuan D. N. P. Sari & Astutiningsih (2022), Samuel & Anita (2023), dan Kim & Kim (2020). Maka, H3 terbukti dan diterima.

Moderasi gaya hidup atas pengaruh lokasi mendapat sampel asli -0,029 dengan t- statistics 0,364 < 1,96 serta p-values 0,716. Artinya, gaya hidup tidak mampu memoderasi pengaruh lokasi terhadap pembelian ulang. Moderasi gaya hidup memperlemah pengaruh lokasi terhadap pembelian ulang. Tinggi atau rendahnya gaya hidup pelanggan berdam-

(12)

pak kecil atau cenderung mengurangi pengaruh lokasi terhadap minat beli ulang. Temuan ini sangat relevan karena seseorang dengan standar hidup yang tinggi kemungkinan besar tidak akan peduli dengan tempat-tempat yang sulit dijangkau selama ia dapat membeli ba- rang-barang yang ia yakini dapat memenuhi kebutuhannya. Bahkan konsumen yang men- jalani gaya hidup mewah biasanya akan merasa puas jika berhasil membeli suatu produk, meskipun akses lokasi yang sangat jauh. Lokasi dengan aksesbilitas sulit terkadang tidak menjadi penghalang bagi konsumen. Temuan ini bertentangan dengan temuan Anuntaa- kalakul (2022) dan Mardikaningsih & Darmawan (2021). Maka, H4 tidak terbukti dan dito- lak.

Moderasi gaya hidup atas pengaruh persepsi harga mendapat sampel asli 0,026 de- ngan t-statistics 0,391 < 1,96 serta p-values 0,696. Moderasi dalam gaya hidup seseorang berpengaruh positif terhadap kemampuan persepsi harga dalam mempengaruhi pembe- lian berulang meski tidak signifikan. Semakin mewah barang yang dimiliki seseorang, se- makin besar kemungkinannya untuk ingin membeli kembali. Namun, memuaskan gaya hidup pelanggan dan membuat mereka ingin membeli ulang membutuhkan lebih dari se- kedar menawarkan harga rendah. Terkadang pelanggan perlu membayar mahal untuk barang-barang yang dianggap sesuai dengan gaya hidup mereka agar diakui lebih oleh o- rang lain. Oleh karena itu, gaya hidup tidak dapat mengimbangi dampak persepsi harga terhadap niat membeli kembali. Temuan Nugroho et al., (2023) dan Mukuan et al., (2023) tidak didukung oleh hasil ini. Maka, H5 tidak terbukti dan ditolak.

Skor dari r-square adalah 0,800 (80%) dengan perolehan skor eror 30%. Artinya, fak- tor-faktor dalam penelitian ini cukup kuat pengaruhnya terhadap variabel Y. Namun demikian, terdapat peluang 30% bahwa faktor yang berbeda dapat mempengaruhi varia- bel Y. Lokasi memiliki koefisien pengaruh sebesar 0,180, persepsi harga sebesar 0,204, dan gaya hidup sebesar 0,587. Pengaruh lokasi terhadap pembelian kembali dimoderasi oleh gaya hidup sebesar -0,029, dan pengaruh persepsi harga terhadap pembelian kembali dimoderasi oleh gaya hidup sebesar 0,026. Faktor gaya hidup memperoleh nilai paling be- sar pengaruhnya dalam pembelian berulang dari koefisien keseluruhan. Oleh karena itu, strategi utama yang harus diterapkan oleh suatu perusahaan dalam rangka meningkatkan pembelian berulang adalah melakukan inovasi suatu produk yang memenuhi ekspektasi gaya hidup pelanggan dengan konsumsi yang impulsif. Selain itu, perusahaan perlu mem- bangun kesan harga yang layak bagi pembeli dan diikuti dengan perluasan lokasi usaha.

(13)

SIMPULAN

Menurut temuan akhir penelitian, variabel lokasi, persepsi harga, dan gaya hidup se- muanya memiliki dampak signifikan terhadap niat membeli kembali. Namun, gaya hidup tidak dapat memoderasi pengaruh lokasi terhadap pembelian ulang. Meskipun dapat memberikan dampak positif, gaya hidup tidak signifikan secara statistik dalam memode- rasi pengaruh persepsi harga terhadap pembelian berulang. Keterbatasan penelitian ini antara lain hanya menggunakan wilayah Jakarta sebagai objek penelitian, pelanggan yang ada di Jakarta tidak cukup mewakili jawaban dari pelanggan Mixue Indonesia. Karena skor koefisien determinasi variabel gaya hidup adalah yang paling tinggi, pemilik waralaba Mixue dapat meningkatkan tingkat pembelian produk dengan menciptakan produk yang melengkapi gaya hidup konsumen. Selain gaya hidup, persepsi harga juga perlu diperbaiki.

Banyak responden dalam kuesioner penelitian ini menyatakan bahwa harga produk Mixue tidak sesuai dengan persepsi kualitas yang ditawarkan. Faktor lokasi juga harus menjadi perhatian untuk meningkatkan minat beli ulang karena beberapa responden mengaku ti- dak merasa nyaman berada di gerai Mixue yang mereka kunjungi. Hal ini dapat dihindari dengan menawarkan area parkir yang aman, serta tingginya standar kenyamanan dan ke- bersihan.

DAFTAR PUSTAKA

Abriandi, & Puspa, R. D. A. (2023). E-Word of Mouth, Perceived Service Quality, dan Repurchase Intention Konsumen Mixue: Lifestyle sebagai Pemoderasi. JKBM (Jurnal Konsep Bisnis Dan Manajemen), 9(2), 135–

148. https://doi.org/10.31289/jkbm.v9i2.9561

Afif Salim, M., Bambang Siswanto, A., & Soliha, E. (2020). Effect Location, Price Perception of Satisfaction Customers and Impact on Repurchase Intention. International Journal of Civil Engineering and Technology (IJCIET), 11(5), 157–169.

Aguilar, I., & Arias-Bolzmann, L. (2021). Lifestyle and Purchase Intention: The Moderating Role of Education in Bicultural Consumers. Journal of International Consumer Marketing, 1–17.

Alfonsius, A., Depari, G. S., & Huang, J. P. (2021). Bauran Pemasaran dan Niat Membeli Kembali Industri Kafe Selama Covid-19: Analisis Statistik dan Data Mining. Jurnal Minds: Manajemen Ide Dan Inspirasi, 8(2), 209–224. https://doi.org/10.24252/minds.v8i2.22171

Anuntaakalakul, K. (2022). Lifestyles and New Marketing Mix (4Es) affecting on Buying intention and repurchase intention for Food from Food Truck. Quality of Life and Law Journal, 18(2), 1–13.

Data Indonesia. (2023, August). Industri Makanan dan Minuman Tumbuh 4,62% pada Kuartal II/2023.

Https://Dataindonesia.Id/Industri-Perdagangan/Detail/Industri-Makanan-Dan-Minuman-Tumbuh- 462-Pada-Kuartal-Ii2023.

Databoks. (2022a, March 31). Industri Makanan dan Minuman Nasional Mulai Bangkit dari Pandemi Covid- 19. Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Datapublish/2022/03/31/Industri-Makanan-Dan-Minuman- Nasional-Mulai-Bangkit-Dari-Pandemi-Covid-19.

Databoks. (2022b, September 8). Indonesia Pasar Minuman Boba Terbesar di Asia Tenggara.

Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Infografik/2022/09/08/Indonesia-Pasar-Minuman-Boba-Terbesar- Di-Asia-Tenggara.

Diansyah, & Utami, R. (2022). The Influence of Price and Promotion on Purchase Intention in Moderating Consumer Behavior. Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journa), 5(2), 14994–15008. https://doi.org/10.33258/birci.v5i2.5376

(14)

Duman, T., Erkaya, Y., & Topaloglu, O. (2020). Vacation interests and vacation type preferences in Austrian domestic tourism. Journal of Travel and Tourism Marketing, 37(2), 217–245.

Ekaprana, I. D. G. A., Jatra, I. M., & Giantari, I. G. A. K. (2020). Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Layanan Dan Citra Merek Terhadap Niat Pembelian Ulang. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 9(8).

Fatimah, C. B. N. O. O., & Transistari, R. (2022). Pengaruh Keanekaragaman Produk, Persepsi Harga, Lokasi, dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Kopi Njongke Yogyakarta. Cakrawala Bisnis, 3(2), 165–174.

Fatimatuz, S., Arimbawa, G., & Rochman, M. (2022). The Effect of Service Quality, Product Quality and Lifestyle on Repurchases Intention on Optical Nusa-Gedangan Sidoarjo. World Journal of Entrepreneurship Project and Digital Manajement, 3(1), 1–9.

Ferdinand, A. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gunawan, M., Tri Yusnita, R., & Putri Lestari, S. (2022). Minat Beli Ulang Produk Starbucks Ditinjau dari Cita Rasa dan Persepsi Harga (Survei pada Konsumen Starbucks di Kota Tasikmalaya). Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 2(1), 204–207.

Hasibuan, M. Y., Rahma, T. I. F., & Hasibuan, R. R. A. (2023). Analysis of Factors that Influence Customer Interest in Using Murabahah Financing at BMT Anugrah, Batang Kuis District, Deli Serdang Regency.

Jurnal Manajemen Akuntansi (JUMSI), 3(1), 596–617.

Hudaya, A. (2022). Penelitian Kepribadian Merek, Kualitas Pelayanan dan Persepsi Harga terhadap Minat Beli Kembali. JBEMK (Jurnal Bisnis, Ekonomi, Manajemen, Dan Kewirausahaan, 2(2), 10–17.

https://abnusjournal.com/jbemk

Indrasari, M. (2019). Pemasaran dan Kepuasan Pelanggan. Unitomo Press.

Kartika, I., & Fariza, M. (2022). Analisa 7P Marketing Mix untuk Pengembangan Strategi Manajemen Pemasaran pada Perumahan Grand Sutawangi Majalengka. JIEB : Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis , 13–20.

http://ejournal.stiepancasetia.ac.id/index.php/jieb

Kemenkes. (2023, August). Inilah Aturan Penanggulangan Covid 19 di Masa Endemi.

Https://Sehatnegeriku.Kemkes.Go.Id/Baca/Rilis-Media/20230822/0643680/Inilah-Aturan- Penanggulangan-Covid-19-Di-Masa-Endemi/.

Khairunas. (2020). The Dangers of Impulse Buying for Online Shop Customers During the Covid-19 Pandemic. Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 1(2), 349–353.

Kim, M., & Kim, C. (2020). Lifestyle and travel motivation of the elderly in South Korea: baseline characteristics and the relationship between demographic factors. International Journal of Hospitality and Tourism Administration, 21(2), 141–164.

Kotler, P., Armstrong, G., & Opresnik, M. O. (2020). Principles of Marketing (Electronic Version) 18th Edition.

Pearson.

Lukiyana, & Silitonga, A. F. (2017). Pengaruh Persepsi Harga dan Persepsi Merek Terhadap Keinginan Pembelian Ulang Produk Dengan Persepsi Nilai Sebagai Variabel intervening pada Produk Oriflame di Jakarta. Jurnal Online Internasional & Nasional Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, 20(1), 74–90.

Mardikaningsih, R., & Darmawan, D. (2021). The Influence of Lifestyle, Location, and Reference Groups on Interest Revisiting to Tujungan Plaza Surabaya. Journal of Trends Economics and Accounting Research, 2(2), 43–48.

Marwanto, B., Welsa, H., & Soni Kurniawan, I. (2022). Pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Harga Terhadap Kepuasan dan Dampaknya Terhadap Minat Beli Ulang (pada Konsumen Produk Sayuran Cv Tani Organik Merapi Pakem Sleman). Jurnal Kolaboratif Sains, 5(2), 120–128.

Mukuan, D. D. S., Tendean, V. S., & Tampi, J. R. E. (2023). The Influence of Lifestyle and Price on Purchase Decisions for Starbucks Manado Town Square Products. Productivity, 4(1), 61–67.

Mustika, M. A. C., Suwarni, E., & Anggarini, D. R. (2023). The Influence of Customer Experience and Product Variations on Repurchase Interest in Mixue Ice Cream and Tea Products in Bandar Lampung City. SMART:

Strategy of Management and Accounting Through Research and Technology, 2(2).

Nguyen, P. T., Ali, H., & Hudaya, A. (2019). Model Buying Decision and Repeat Purchase: Product Quality Analysis. Dinasti International Journal of Management Science.

Nugroho, M. I., Doni Damara, R., & Sanjaya, V. F. (2023). The Influence of Price and Product Quality on Interest in Buying an iPhone: Case Study of UIN Raden Intan Bandar Lampung Students. Srikandi: Journal of Islamic Economics and Banking, 2(1), 35–44.

Peter, & Olson. (2014). Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Erlangga.

Rivai, J., & Zulfitri. (2021). Peran Keputusan Pembelian Memediasi Kualitas Produk, Persepsi Harga, dan Citra Merek Terhadap Kepuasan Pelanggan Kopi Janji Jiwa. Journal of Business and Management Studies, 3(2), 31–42.

(15)

Samuel, S., & Anita, T. L. (2023). The relationship between trends in technology use and repurchase intention.

International Journal of Data and Network Science, 7(1), 449–456.

https://doi.org/10.5267/j.ijdns.2022.9.001

Sari, D. N. P., & Astutiningsih, S. E. (2022). Pengaruh Lokasi Usaha, Popularitas Merek, Variasi Produk, Kepercayaan, Gaya Hidup terhadap Minat Beli Ulang KonsumenAliyah Scraf Tulungagung melalui Budaya. Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton, 8(2), 363–384.

https://doi.org/10.35326/pencerah.v8i2.1911

Sari, N. (2021). The Influence of Financial Literacy, Locus of Control, Lifestyle, and Gender on The Financial Management Behavior of Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), 670–680.

Setyawan, A., Perdana Putra, A., Aprilia Nurhaliza, D., Gustiani, Mandalla Faradis, M., & Qomariah, N. (2023).

The Role of Service Quality, Trust, and Location in Increasing Cafe Customer Repurchase Intention.

International Journal of Management Science and Information Technology (IJMSIT), 3(1), 40–46.

Sitepu, J. H., Khair, H., & Pasaribu, F. (2022). Pengaruh Gaya Hidup dan Promosi Terhadap Kepuasan Konsumen Yokke EDC (Electronic Data Capture) yang Dimediasi Keputusan Pembelian” (Studi Kasus Pengguna Yokke EDC PT. Mitra Transaksi Indonesia). Jesya (Journal of Economics and Sharia Economics), 5(1), 200–214.

Suleman, D., Suyoto, Y. T., Zahra, Z., Sari, I., Lestiningsih, A. S., Yulistria, R., Widyastuti, I., & Haryati, R. A.

(2022). The Role of Promotion in Mediation of Lifestyle and Product Quality on Buying Interest Yamaha NMAX Motorcycles. International Journal of Social and Management Studies (IJOSMAS), 3(2), 234–245.

Suparwo, A., & Pratama, A. F. (2021). Pengaruh Advertising dan Harga Penjualan Paket Umrah Plus Wisata Terhadap Minat Beli. Jurnal Sains Manajemen, 3(1).

Tampubolon, H. (2021). Influence of The Mix of Price, Place, Process on Guest Satisfaction of Grand Orri Berastagi Hotel In 2021. International Journal of Economic, Technology and Social Sciences, 2(1), 93–101.

Tjiptono, F. (2020). Strategi Pemasaran. Andi Offset.

Wulandari, A., Wahyuni, D. P., & Nastain, M. (2021). Minat Beli Konsumen: Survei Konsumen Shopee di Yogyakarta. Journal of Media and Communication Science, 4(3), 123–134.

Yani, A. S., & Maisarah, I. (2023). The Effect of Discount and Sales Promotion on Shopee Users Repurchase Intention with Customer Satisfaction as a Moderating Variable. International Journal of Human Capital Management, 7(1), 65–73. https://doi.org/10.21009/IJHCM.07.01.5

Referensi

Dokumen terkait