• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Mediasi Perceived Consumer Effectiveness Dwi

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Peran Mediasi Perceived Consumer Effectiveness Dwi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Environmentally Conscious Consumer Behavior: Peran Mediasi Perceived Consumer Effectiveness

Dwi Anggraeni dan Tengku Ezni Balqiah*

Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia,

Ketertarikan konsumen akan masalah lingkungan menarik para peneliti untuk memahami faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan un- tuk menyelidiki pengaruh environmental knowledge, religiosity, dan perceived consumer effective- ness terhadap environmentally conscious consumer behavior. Purposive sampling digunakan untuk mengumpulkan 261 responden milenial melalui survei. Selanjutnya 10 hipotesis penelitian diuji den- gan teknik Structural Equation Model menggunakan perangkat lunak Lisrel 8.8. Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat pengaruh langsung environmental knowledge dan religiosity terhadap environmentally conscious consumer behavior maupun melalui mediasi perceived consumer effec- tiveness. Studi ini memperkaya literatur yang ada tentang perilaku konsumen yang sadar lingkungan di Indonesia dan berkontribusi bagi perusahaan-perusahaan Indonesia dalam merancang strategi green marketing mereka agar lebih efektif dalam menargetkan generasi milenial di Indonesia.

Kata kunci: Environmental Knowledge, Religiosity, Perilaku peduli lingkungan

Factors Affecting Environmentally Conscious Consumer Behavior: The Role of Perceived Consumer Effectiveness Mediation

Consumer interest in environmental issues attracts researchers to understand the factors that in- fluence consumer behavior in an environmentally friendly manner. This study aims to show the ef- fect of enviromental knowledge, religiosity, and perceived consumer effectiveness on environmentally conscious consumer behavior. Purposive sampling was used to collect 261 millennial respondents through a survey. There were 10 research hypotheses tested using the Structural Equation Model- ing technique through Lisrel 8.8 software. The results of data processing show the direct influence of environmental knowledge and religiosity on environmentally conscious consumer behavior also through mediation of perceived consumer effectiveness. This study enriches the existing literature on environmentally conscious consumer behavior in Indonesia and contributes to Indonesian companies in designing their green marketing strategies to be more effective in creating millennial generation in Indonesia.

Key words: Environmental Knowledge, Religiosity, Environmental Conscious Consumer Behavior

PENDAHULUAN

Survey yang dilakukan Nielsen (2018) menun- jukkan bahwa konsumen mencari perusahaan- perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Hal ini sejalan dengan beberapa

penelitian yang menunjukan bahwa kepedulian lingkungan memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku konsumsi (Heo & Muralid- haran, 2019; Jaiswal & Kant, 2018; Line &

Hanks, 2015; Pagiaslis & Krontalis, 2014).

* Alamat email korespondensi: [email protected]

(2)

Menanggapi hal ini beberapa perusahaan sudah menerapkan Green marketing. Green Marketing adalah konsep marketing yang mencakup keg- iatan memasarkan barang atau jasa yang dilaku- kan untuk menstimulasi dan mempertahankan sikap perilaku konsumen yang ramah lingkun- gan (Chen & Chang, 2012). Secara singkat Green Marketing mencakup kegiatan-kegiatan termasuk memodifikasi produk, merubah pros- es produksi, merubah kemasan, serta melaku- kan modifikasi iklan. Menyediakan green prod- uct merupakan sebuah competitive advantage bagi pengusaha (Herdiansyah, Harahap, Zuhri- yah, Rahmayanti, & Nadiroh, 2018).

Namun tidak mudah bagi perusahaan dalam menerapkan green marketing, tidak hanya dari segi kemampuan perusahaan dalam hal finansial namun juga bagaimana pemahaman, kepedulian dan kebiasaan konsumen di suatu negara tertentu. Untuk bisa berhasil mener- apkan green marketing yang bisa menggugah masyarakat untuk berpartisipasi dalam peles- tarian lingkungan, perusahaan-perusahaan ini harus memahami perilaku dan kebiasaan pem- belian terhadap produk ramah lingkungan. Me- mahami perilaku konsumen menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan untuk memas- tikan mereka bisa menjalankan program green marketing mereka secara sukses dan misi pe- rusahaan-perusahaan ini untuk dapat mencapai target berkurangnya sampah plastik sesuai den- gan komitmen mereka. Perusahaan-perusahaan berupaya membangun enviromental knowledge melalui iklan-iklan yang mereka tayangkan di TV dan berbagai media komunikasi lainnya.

Namun yang penting diketahui para perusa- haan adalah, apakah membangun enviromental knowledge saja sudah cukup membuat green product ini berhasil menarik minat konsumen untuk membeli? Apakah karakteristik individu yang dicerminkan oleh faktor subculture juga berpengaruh? Menurut Schiffman dan Wisen- belt (2019) komunikasi pemasaran dan dimensi subculture merupakan input dalam proses pen- gambilan keputusan pembelian konsumen.

Heo dan Muralidharan (2019) meneliti peran pemahaman konsumen terhadap lingkungan

(Environmental knowledge). Environmental knowledge menunjukkan tingkat pengetahuan seseorang tentang fakta-fakta, konsep-konsep, serta isu-isu lingkungan. Penting untuk men- getahui apakah knowledge saja dapat mempen- garuhi perilaku konsumsi seseorang ataukah knowledge hanya menjadi dasar terbentuknya faktor lain yang bisa secara langsung mempen- garuhi keputusan pembelian. Hal ini penting untuk diketahui oleh perusahaan yang melaku- kan green marketing, untuk dijadikan panduan mengenai knowledge seperti apa yang harus dibangun.

Pengetahuan terhadap sesuatu adalah cikal bakal terbentuknya belief (Heo & Muralid- haran, 2019) atau suatu kepercayaan yang dalam konteks ini adalah perceived consumer effectiveness yang menggambarkan keyakinan seorang konsumen bahwa sebagai individu dia bisa berkontribusi terhadap pelestarian ling- kungan melalui perilaku konsumsinya. Apabila seseorang yakin bahwa mereka bisa berkontri- busi dalam pelestarian lingkungan, diharapkan juga tercermin dalam perilaku konsumsi mer- eka sehari-hari (Choi & Kim, 2005; Kang, Liu,

& Kim, 2013; Mostafa, 2006; Roberts, 1996;

B.-C. Tan, 2011). Perusahaan yang melaku- kan green marketing dapat mengetahui apakah dengan meyakinkan konsumen, bahwa mereka bisa berpartisipasi dalam pelestarian lingkun- gan, dapat mempengaruhi perilaku pembelian mereka sehingga perusahaan kemudian dapat merumuskan strategi yang lebih spesifik untuk membangun keyakinan ini.

Selain beberapa penelitian di negara lain sep- erti yang dilakukan oleh Heo dan Muralid- haran (2019), sudah ada beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia untuk menyelidiki perilaku pembelian produk ramah lingkungan (Arli, Tan, Tjiptono, & Yang, 2018; Mufidah et al., 2018; Setyawan, Noermijati, Sunaryo, &

Aisjah, 2018). Namun, belum banyak peneli- tian di Indonesia yang memasukan aspek latar belakang budaya seperti suku, agama, ras dan golongan seorang konsumen yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku konsumsi mer- eka khususnya dalam konteks green product.

(3)

Indonesia adalah negara yang religius, jum- lah warganya yang percaya pada Tuhan cukup tinggi (Suryadinata, Arifin, & Ananta, 2003).

Dalam sebuah Report yang ditulis oleh Crabtree (2010) berdasarkan survey yang dilakukan oleh Gallup, yang merupakan sebuah perusahaan konsultan asal Amerika, menunjukkan bahwa agama dianggap memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari 99% penduduk In- donesia. Studi terdahulu menyimpulkan bahwa Religiusitas memiliki peran dalam mempenga- ruhi perilaku konsumen yang pro-lingkungan (Bhuian, Sharma, Butt, & Ahmed, 2018; Felix, John, Professor Vicky Critt, & Braunsberger, 2016). Study yang dilakukan oleh Arli dan Tji- ptono (2017) pada konsumen di Indonesia telah meneliti pengaruh religiusitas baik dari konteks pribadi (intrinsic religiosity) maupun konteks sosial (extrinsic religiosity) terhadap perilaku pembajakan produk digital. Dengan pertim- bangan terdapatnya peran religiusitas dalam perilaku etis, maka menjadi menarik untuk meneliti pengaruhnya pada perilaku konsumsi produk ramah lingkungan yang merupakan salah satu bentuk perilaku etis.

Milenial adalah konsumen yang memiliki ke- sadaran sosial, dan komitmen mereka terha- dap tanggung jawab sosial melebihi apa yang mereka katakan dan mempengaruhi perilaku mereka, serta kesadaran sosial menjadi krite- ria yang mereka gunakan dalam memutuskan suatu pembelian (Rayapura, 2014). Generasi milenial lebih peduli terhadap isu lingkungan seperti isu perubahan iklim daripada isu dunia lainnya (World Economic Forum, 2017) pene- litian terdahulu menunjukan bahwa generasi milenial secara umum sangat tertarik dengan produk-produk ramah lingkungan (Muralid- haran & Xue, 2016). Namun, Gaudelli (2009) menyatakan bahwa ada general konsensus yang mengindikasikan bahwa walaupun milen- ial mengerti tentang permasalahan lingkungan, namun dalam kenyataannya sulit bagi mereka mengaplikasikan perilaku konsumsi yang ra- mah lingkungan. Di negara berkembang seperti Indonesia banyak juga milenial yang memi- liki perilaku tidak beretika seperti mengunduh material secara ilegal, membeli buku-buku ba-

jakan atau memfotokopi buku untuk kepentin- gan pribadi (Tjiptono, Arli, & Viviea, 2016), terlepas dari klaim mereka tentang agama yang menjadi faktor penting dalam kehidupan sehari- hari mereka.

Dengan mengacu pada penelitian terdahulu ser- ta konteks perilaku konsumen milenial Indone- sia terhadap isu lingkungan dan produk ramah lingkungan artikel ini bertujuan untuk memper- lihatkan pengaruh environmental knowledge, religiousity, terhadap perilaku ramah lingkun- gan. Selanjutnya dengan mengacu kepada pene- litian Heo dan Muralidharan (2019), artikel ini akan melihat peran mediasi perceived consumer effectiveness dalam mendorong perilaku ramah lingkungan tersebut.

STUDI LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Green Marketing

American Marketing Association (AMA) mendefinisikan green marketing dalam tiga definisi yang berbeda: (1) Retailing definition, yang mendefinisikan green marketing sebagai pemasaran produk yang dianggap aman terha- dap lingkungan. (2) Social marketing definition, yang mendefinisikan green marketing sebagai pengembangan dan pemasaran produk-produk yang dirancang untuk meminimalkan dampak negatif pada lingkungan atau untuk mening- katkan kualitas. Kemudian yang terakhir (3) Environmental definition yang mendefinisikan green marketing sebagai upaya yang dilakukan oleh organisasi untuk memproduksi, mempro- mosikan, mengemas, dan mengklaim produk dengan cara yang sangat sensitif atau responsif terhadap keprihatinan ekologi. Green market- ing juga sering disebut dengan Environmental marketing.

Environmentally Conscious Consumer Behavior

Environmentally Conscious Consumer Behav- ior (ECCB) didefinisikan sebagai sejauh mana konsumen membeli barang yang diyakini tidak berdampak buruk terhadap lingkungan (Heo

& Muralidharan, 2019). Perilaku konsumen

(4)

sadar lingkungan merepresentasikan perilaku konsumen dalam pembelian produk yang mer- eka anggap ramah lingkungan (Roberts, 1996).

Environmentally Conscious Consumer Behav- ior juga berarti pembelian produk ramah ling- kungan atau produk berkelanjutan yang ‘dapat didaur ulang’ dan bermanfaat bagi lingkungan serta menghindari produk-produk yang meru- sak lingkungan dan masyarakat (Jaiswal &

Kant, 2018). Konsumen yang sadar lingkungan adalah orang yang hanya ingin mengonsumsi produk yang berdampak kurang atau tidak sama sekali terhadap lingkungan (Emekci, 2019).

Sharma dan Lal (2020) mendefinisikan green buying behavior sebagai konsumsi produk yang bermanfaat bagi lingkungan, dapat did- aur ulang atau dilestarikan atau responsif ter- hadap masalah ekologi. Perilaku pembelian dapat didefinisikan sebagai pencarian, pembe- lian, penggunaan, penilaian, dan pembuangan produk, layanan, atau ide konsumen untuk memenuhi kebutuhan mereka. Individu, kelom- pok, atau organisasi memenuhi kebutuhan mer- eka sendiri melalui proses pemilihan, pembe- lian, penggunaan, dan pembuangan produk atau layanan (Sharma & Lal, 2020). Perilaku pem- belian konsumen terhadap pembelian produk ramah lingkungan dapat memuaskan kebutu- han mereka untuk melindungi lingkungan dan menguntungkan bagi ekologi lingkungan Kon- sumen yang sadar lingkungan sadar akan dam- pak potensial dari penggunaan dan konsumsi sumber daya terhadap lingkungan (C. N. L.

Tan, Ojo, & Thurasamy, 2019).

Menurut Hoe dan Muralidharan (2019), pene- litian terdahulu menunjukan bahwa ada gap antara keinginan membeli green product dan perilaku pembelian yang sebenarnya terutama pada milenial yang memiliki kepedulian ling- kungan namun tidak benar-benar menerapkan- nya pada perilaku konsumsinya. Berdasarkan ini, Hoe dan Muralidharan (2019) memfokus- kan penelitian mereka Environmentally Con- scious Consumer Behavior yang merepre- sentasikan perilaku pembelian produk ramah lingkungan dan bukan hanya fokus kepada ‘ke- inginan’ pembelian produk ramah lingkungan.

Environmental Knowledge

Environmental Knowledge (EK) didefinisikan sebagai pengetahuan umum tentang fakta, kon- sep dan hubungan antara lingkungan alam dan ekosistem. Emekci (2019) mendefinisikan en- vironmental knowledge sebagai pengetahuan seseorang terhadap isu dan masalah lingkun- gan. Jaiswal dan Kant (2018) mendefinisikan environmental knowledge sebagai pengetahuan tentang lingkungan dan keberlangsungan ling- kungan seperti udara, air, polusi tanah, peng- gunaan energi, efisiensi energi, dan pengolahan sampah, juga bagaimana hal-hal ini berdampak pada masyarakat dan lingkungan. Fryxell dan Carlos (2003) mendefinisikan Environmental knowledge sebagai pengetahuan umum atas fakta, konsep dan hubungan-hubungan dalam lingkungan alam dan ekosistemnya. Menurut Pagiaslis dan Krontalis (2014) Environmental Knowledge merepresentasikan hal-hal yang diketahui konsumen berkaitan dengan lingkun- gan dan keterikatan elemen-elemen di dalam- nya. Selain itu Laroche, Bergeron et al., (2001) mendefinisikan environmental knowledge seb- agai kemampuan seseorang dalam mengidenti- fikasi atau mengartikan simbol-simbol, konsep ataupun perilaku yang berkaitan dengan ling- kungan.

Environmental Knowledge juga diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan seseorang bahwa sebagai konsumen mereka dapat ber- peran dalam pelestarian lingkungan melalui perilaku konsumsinya (perceived consumer effectiveness) (Heo & Muralidharan, 2019).

Menurut penulis, semakin banyak pengetahuan seseorang tentang lingkungan, semakin ban- yak pula pengetahuan tentang bagaimana cara seorang individu bisa berpartisipasi terhadap pelestarian lingkungan dan memiliki kepercay- aan bahwa sebagai seorang konsumen partisi- pasi setiap individu adalah penting.

Mostafa (2007b) di Mesir menunjukan bah- wa ada hubungan positif antara environmen- tal knowledge dan perilaku pembelian ramah lingkungan. Penelitian terdahulu menemukan bahwa environmental knowledge mempenga- ruhi seseorang bisa memiliki perilaku sadar

(5)

lingkungan dimana bertambahnya environ- mental knowledge berpengaruh positif terha- dap perilaku yang bermanfaat bagi lingkungan (Haryanto, 2014; Hsu & Roth, 1998; Law, Hills,

& Hau, 2017). Penulis juga berpendapat sama dengan penelitian terdahulu bahwa tingkat pen- getahuan terhadap lingkungan, akan tercermin juga dalam kebiasaan seseorang sebagai kon- sumen. Berdasarkan hal ini, berikut hipotesis penulis:

H1: Environmental Knowledge (EK) berpenga- ruh positif terhadap Environmentally Con- scious Consumer Behavior (ECCB)

Religiosity

Religiosity (RG) didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang menjalani hidupnya berdasar- kan kepercayaan terhadap suatu agama diikuti dengan komitmen untuk menjalankan aturan dan prinsip yang ditetapkan oleh Tuhan (Arli &

Tjiptono, 2017). Kepercayaan bahwa Tuhan itu ada dan bahwa ada prinsip yang ditetapkan oleh Tuhan yang membimbing perilaku dan perbua- tan dalam hidup ini (Bhuian et al., 2018). Felix et al. (2016) mendefinisikan religiositas seb- agai sejauh mana individu berkomitmen pada kelompok agama tertentu dalam hal motivasi, nilai-nilai, dan kepercayaan atas suatu agama.

Religiusitas adalah sebuah kekuatan budaya yang utama dan dapat mempengaruhi pengam- bilan keputusan konsumen secara substansial (Delener, 1990). Religiosity, didefinisikan se- bagai kekuatan motivasi, nilai-nilai dan keper- cayaan religi (Allport & Ross, 1967). Penelitian yang dilakukan oleh Allport dan Ross (1967) adalah salah satu pelopor penelitian tentang religiusitas di bidang psikologi dan kaitannya terhadap perilaku sosial. Dalam penelitiannya Allport dan Ross (1967) meneliti dua sisi dari religiusitas yaitu intrinsik dan ekstrinsik. religi- ositas intrinsik adalah motivasi seseorang untuk menjalani agama dalam kehidupannya, semen- tara religiositas ekstrinsik adalah motivasi ses- eorang untuk menggunakan agamanya (Allport

& Ross, 1967). Arli dan Tjiptono (2017) me- nyatakan bahwa individu dengan religius in- trinsik yang tinggi akan menempatkan agama lebih tinggi sehingga membuat orang-orang ini

lebih sadar tentang etika. Temuan yang sama juga dihasilkan dari penelitian yang dilakukan oleh Tjiptono, Albert dan Elfitasari (2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Arli dan Tjiptono (2017) pada konsumen Indonesia, menunjukan pengaruh positif dari religiositas terhadap sikap yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan.

Religiusitas dapat meningkatkan sikap positif seseorang terhadap produk yang bertanggung jawab secara social (Graafland, 2015). Seperti yang diketahui juga secara umum, agama men- gajarkan bahwa semua manusia memiliki peran dan harus berkontribusi dalam hidup yang lebih beretika. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Bhuian et al., 2018) menunjukkan bahwa re- ligiusitas mempengaruhi perilaku konsumen yang pro terhadap lingkungan. Berdasarkan hal ini, berikut hipotesis penulis mengenai Religi- usitas:

H2: Intrinsic Religiosity (RG) berpengaruh positif terhadap Environmentally Con- scious Consumer Behavior (ECCB)

H3: Extrinsic Religiosity (RG) berpengaruh positif terhadap Environmentally Con- scious Consumer Behavior (ECCB)

Mediasi Perceived Conscious Effectiveness Perceived consumer effectiveness (PCE) adalah keyakinan konsumen bahwa usahanya melind- ungi lingkungan dapat memberikan dampak terhadap lingkungan. Penilaian subyektif in- dividu bagaimana individu dapat melakukan upaya dalam pemecahan masalah lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat (Jaiswal &

Kant, 2018). Penilaian subjek dalam hal ke- mampuan konsumen individu untuk memenga- ruhi masalah sumber daya lingkungan (Kang et al., 2013). Heo dan Muralidharan (2019), men- gatakan bahwa Perceived consumer effective- ness merepresentasikan kepercayaan konsumen bahwa mereka sebagai individual bisa berkon- tribusi terhadap pelestarian lingkungan melalui perilakunya. Perceived consumer effectiveness yang merepresentasikan environmental belief, merupakan kepercayaan konsumen bahwa tin- dakan mereka bisa membawa perubahan dalam pelestarian lingkungan (Cleveland, Kalamas, &

(6)

Laroche, 2012). Perceived consumer effective- ness mengukur bagaimana seseorang menilai dirinya bisa berusaha dalam memberikan solusi untuk masalah lingkungan (Choi & Kim, 2005).

Perceived consumer effectiveness adalah varia- bel penentu perilaku sadar lingkungan yang kuat (Heo & Muralidharan, 2019). Hasil pene- litian Roberts (1996) dan Straughan Robert dan Robert James (1999), menunjukan bah- wa Perceived consumer effectiveness sebagai variabel yang paling baik merepresentasikan perilaku ramah lingkungan dan perilaku pem- belian produk yang ramah lingkungan apabila konsumen percaya bahwa tindakan mereka bisa memberikan efek positif terhadap lingkungan.

Penelitian tersebut juga menunjukan bahwa Perceived consumer effectiveness yang tinggi dapat meningkatkan keinginan membeli green products. Hasil penelitian yang serupa juga ditemukan oleh beberapa peneliti terdahulu (Choi & Kim, 2005; Kang et al., 2013; Mostafa, 2006; Roberts, 1996; B.-C. Tan, 2011)

Perceived consumer effectiveness merepresen- tasikan kepercayaan konsumen bahwa mereka sebagai individual bisa berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan melalui perilakunya (Heo & Muralidharan, 2019). Hal ini merep- resentasikan environmental belief, yang meru- pakan bentuk kepercayaan konsumen bahwa tindakan mereka bisa membawa perubahan

dalam pelestarian (Cleveland et al., 2012). Ke- percayaan tersebut merupakan hasil dari penge- tahuan yang dimiliki.

H4a: Perceived Consumer Effectiveness (PCE) memediasi berpengaruh positif Environ- mental Knowledge (EK) terhadap Environ- mentally Conscious Consumer Behavior (ECCB)

Religiusitas meningkatkan sikap positif ses- eorang terhadap produk yang bertanggung jaw- ab secara sosial (Graafland, 2015), dan sikap yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan (Arli & Tjiptono, 2017). Sikap positif akan me- ningkatkan kepercayaan untuk melakukan tin- dakan yang peduli lingkungan

H4b: Perceived Consumer Effectiveness (PCE) memediasi berpengaruh positif Intrinsic Religiousity (IRG) terhadap Environmentally Conscious Consumer Behavior (ECCB) H4c: Perceived Consumer Effectiveness (PCE)

memediasi berpengaruh positif Extrinsic Religiousity (ERG) terhadap Environmentally Conscious Consumer Behavior (ECCB)

METODE PENELITIAN

Objek penelitian ini adalah produk ramah ling- kungan. Data dikumpulkan dari responden mile- nial dengan rentang usia 20 sampai 39 tahun.

Kuesioner yang dikirimkan melalui media so- sial dan aplikasi chat, dengan teknik purposive Gambar 1. Model Penelitian

(7)

sampling untuk memastikan profil responden sesuai dengan yang butuhkan. Dari 299 respon- den yang mengisi kuesioner terdapat beberapa yang tidak sesuai dengan kriteria usia, sehingga total ada sebanyak 261 responden yang sesuai dengan kriteria yaitu generasi milenial, dengan profil yang ditampilkan pada tabel 1.

Selain variabel yang mengukur demografi re- sponden, untuk menguji hipotesis digunakan 22 indikator untuk mengukur 5 variabel laten yang disampaikan pada gambar 1. Indikator-indi- kator pengukuran yang digunakan merupakan indikator yang telah digunakan oleh penelitian- penelitian sebelumnya. Dengan menggunakan 5 poin skala Likert, terdapat 4 indikator pen- gukuran environmental knowledge (Emekci, 2019), 7 indikator pengukuran intrinsic religi- osity dan 3 indikator extrinsic religiousity (Arli

& Tjiptono, 2017; Bhuian et al., 2018; Felix et al., 2016), 4 indikator pengukuran perceived consumer effectiveness (Heo & Muralidharan, 2019; Jaiswal & Kant, 2018; Kang et al., 2013), dan 8 indikator pengukuran Environmental Conscious Consumer Behavior (Emekci, 2019;

Heo & Muralidharan, 2019; Jaiswal & Kant, 2018).

Selanjutnya, metode analisis structural equa- tion modelling (SEM) dengan perangkat lunak Lisrel 8.8 digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas laten melalui pengujian model pengukuran reflektif dan menguji 10 hipotesis penelitian pada structural model.

HASIL PENELITIAN Validitas dan Reliabilitas

Hasil pengolahan model pengukuran memper- lihatkan semua indikator memiliki nilai factor loading lebih besar dari 0,5 yang mengindika- sikan indikator pengukuran valid (Hair, Black, Babin, & Anderson, 2010), kecuali indikator ERG3. Walaupun demikian, dengan memper- timbangkan content validity indikator ERG3 tersebut untuk mengukur extrinsic religiousity maka indikator ERG3 ini dipertahankan untuk pengolahan model struktural. Reliabilitas laten diukur dengan nilai composite reliability > 0,7 dan variance extracted >0.5 (Hair et al., 2010).

Pada penelitian, laten environmental knowl- edge dan environmental conscious consumer behavior memiliki nilai yang lebih rendah dari 0,5. Dengan mempertimbangkan nilai factor loading dan composite reliability yang sudah memenuhi persyaratan Hair et al. (2010), maka kedua laten ini dipertahankan untuk pengola- han model structural (Tabel 2).

Statistik Deskriptif

Tabel 3 memperlihatkan statistik deskriptif semua variable laten. Responden memiliki ni- lai rata-rata tertinggi pada laten intrinsic reli- giousity dan terendah pada laten extrinsic reli- giousity. Arli dan Tjiptono (2017) menyatakan bahwa individu dengan religius intrinsik yang tinggi akan menempatkan agama lebih tinggi sehingga membuat orang-orang ini lebih sadar tentang etika. Seseorang dengan religius in- trinsik yang tinggi akan menganggap manfaat Tabel 1. Profil Demografi Responden

Jenis Kelamin n (%) Pekerjaan n (%)

Laki-laki 103 (39,5 %) Pelajar/Mahasiswa 27 (10,3%)

Perempuan 158 (60.5%) Pegawai Negeri 69 (26,%)

Wirausaha 19 (7,3%)

Usia Pegawai Swasta 116 (44.4%)

20-24 33 (12,6%) Unemployment 30 (11,4%)

25-29 101 (38,7%)

30-34 46 (17,6%)

35-39 81 (31%) Pengeluaran/bulan

< Rp. 3 juta 54 (20,7%)

Pendidikan Rp. 3 juta-Rp. 5,9 juta 78 (29,9%)

SMA 19 (7,3%) Rp. 6 juta-Rp. 8,9 juta 47 (18,0%)

Diploma 221 (8,4%) Rp. 9 juta-Rp.11,9 juta 29 (11,1%)

Sarjana (S1) 159 (60,9%) Rp.12 juta-Rp. 14,9 juta 15 (5,7%)

Pascasarjana (S2) 60 (23%) ≥ Rp. 15 juta 38 (14,6%)

(8)

agama seperti menghadiri acara keagamaan un- tuk bertemu dengan teman adalah kurang pent-

ing dibandingkan dengan hubungannya dengan bertemu dengan Tuhan (Arli & Tjiptono, 2013) Tabel 2. Validitas dan Reliabilitas Laten Variable

Laten Indikator Factor Loading Error Composite Reliability Variance Extracted

Environmental Knowledge EK1 0,53 0,72 0,79 0,49*

EK2 0,82 0,32

EK3 0.81 0,34

EK4 0,60 0,64

Intrinsic Religiousity IRG1 0,70 0,52 0,93 0,66

IRG2 0,77 0,40

IRG3 0,75 0,42

IRG4 0,77 0,41

IRG5 0,91 0,17

IRG6 0,92 0,15

IRG7 0,82 0,32

Extrinsic Religiousity ERG1 0,91 0,18 0,90 0,82

ERG2 0,90 0,18

ERG3 0,49 0,76

Perceived Environmental Concern

PCE1 0,51 0,74 0,87 0,64

PCE2 0,87 0,25

PCE3 0,88 0,23

PCE4 0,89 0,21

Environmental Conscious Consumer Behavior

ECCB1 0,64 0,59 0,84 0,31*

ECCB2 0,73 0,47

ECCB3 0,73 0,47

ECCB4 0,59 0,65

ECCB5 0,74 0,46

ECCB6 0,74 0,46

ECCB7 0,70 0,51

ECCB8 0,62 0,61

Tabel 3. Statistik Deskriptif

LATEN INDIKATOR MIN MAX MEAN STD DEV

Environmental Knowledge (EK) (Rata-rata = 3,48)

EK1 1,00 5,00 3,20 0,81

EK2 2,00 5,00 3,63 0,76

EK3 1,00 5,00 3,65 0,77

EK4 1,00 5,00 3,42 0,89

Intrinsic Religiousity (IRG) (Rata-rata = 4,19)

IRG1 1,00 5,00 3,78 0,87

IRG2 1,00 5,00 4,07 0,77

IRG3 1,00 5,00 4,18 0,75

IRG4 1,00 5,00 4,21 0,78

IRG5 1,00 5,00 4,41 0,79

IRG6 1,00 5,00 4,40 0,82

IRG7 1,00 5,00 4,29 0,81

Extrinsic Religiousity (ERG) (Rata-rata = 2,73)

ERG1 1,00 5,00 2,52 0,99

ERG2 1,00 5,00 2,48 0,92

ERG3 1,00 5,00 3,18 1,10

Perceived Consumer Effectiveness (PCE) (Rata-rata=3,42)

PCE1 2,00 5,00 3,83 0,77

PCE2 1,00 5,00 3,25 0,84

PCE3 1,00 5,00 3,27 0,82

PCE4 1,00 5,00 3,31 0,84

Environmental Conscious Consumer Behavior (ECCB)

(Rata-rata= 3,46)

ECCB1 2,00 5,00 3,73 0,70

ECCB2 1,00 5,00 3,39 0,86

ECCB3 1,00 5,00 3,36 0,90

ECCB4 1,00 5,00 3,88 0,78

ECCB5 1,00 5,00 3,29 0,87

ECCB6 1,00 5,00 3,39 0,82

ECCB7 1,00 5,00 3,25 0,87

ECCB8 1,00 5,00 3,39 0,86

(9)

Tabel 4 menyajikan ringkasan pengujian hipo- tesis berdasarkan model penelitian (RMSEA = 0,054; SRMR = 0,054; GFI = 0,87 menunjuk- kan model marginal fit). Meskipun hasilnya ti- dak mendukung semua hipotesis, namun hasil tersebut menunjukkan hubungan yang menarik antar konstruk. Hanya H2 yang tidak terbukti, yaitu IRG tidak memiliki pengaruh langsung terhadap EECB, tetapi melalui PCE (H4b ter- bukti).

ANALISIS

Terbuktinya uji pengaruh EK langsung terhadap ECCB (H1 terbukti), maupun melalu mediasi PCE (H4a terbukti), memperlihatkan bahwa me- miliki pengetahuan yang lebih tentang lingkun- gan membuat milenial Indonesia memahami bahwa mereka sebagai individu dapat berkon- tribusi terhadap pelestarian lingkungan. Penge- tahuan terhadap bagaimana lingkungan beker- ja, dan juga pengetahuan mengenai produk apa yang ramah lingkungan dan kemasan seperti apa yang ramah lingkungan, serta bagaimana mengidentifikasi apakah suatu produk itu ra- mah lingkungan atau tidak, bisa memberikan kepercayaan diri konsumen bahwa mereka bisa berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan melalui perilaku konsumsi mereka. EK yang tinggi akan membuat konsumen yang semakin percaya diri yang ditunjukkan oleh PCE yang tinggi, selanjutnya mendorong perilaku kon- sumsi produk ramah lingkungan ECCB (Heo

& Muralidharan, 2019). Hasil penelitian yang serupa juga ditemukan oleh beberapa peneliti terdahulu (Akehurst, Afonso, & Martins Gon- çalves, 2012; Kang et al., 2013; Mostafa, 2006;

B.-C. Tan, 2011).

Intrinsic Religiosity (IRG) tidak mampu men- dorong ECCB secara langsung (H2 tidak ter- bukti) harus melalui mediasi PCE (H4b terbukti).

Intrinsic religiosity yaitu kedekatan seseorang dengan agama dan tuhan, membuat mereka percaya bahwa mereka sebagai individu ha- rus bisa berkontribusi terhadap lingkungan.

Agama mengajarkan seseorang untuk memi- liki kepedulian terhadap masalah lingkungan, namun agama tidak secara spesifik mengajar- kan bagaimana cara berpartisipasi dalam men- gurangi masalah lingkungan terlebih di jaman modern seperti ini, selain dengan menghemat sumber daya alam. Kedekatan dengan Tuhan hanya menimbulkan kepedulian terhadap ling- kungan, namun tidak kemudian mengubah perilaku konsumsi seseorang secara langsung (Ahmed, Anang, Othman, & Sambasivan, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Arli, Tji- ptono, Lasmono dan Anandya (2017), terhadap milenial Indonesia menunjukan bahwa religi- usitas dapat memberikan arahan yang jelas atas hal yang ilegal atau legal, namun tindakan yang tidak menjaga pelestarian lingkungan tidak di- anggap ilegal atau tidak etis.

Dalam penelitiannya Vitell et al. (2005) menge- mukakan bahwa seseorang dengan tingkat re- ligius ekstrinsik yang tinggi tidak terlalu terikat dengan agamanya seperti yang terlihat dari luar, sehingga tidak terlalu berperilaku sesuai etika dibandingkan dengan individu dengan intrinsik religius tinggi. Menariknya, pada penelitian ini, justru extrinsic religiosity yang berpengaruh langsung terhadap ECCB (H3 terbukti) maupun melalui mediasi PCE (H4c terbukti). Extrinsic religiosity berati seseorang yang menjalankan agamanya lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti orang sekitarnya. Penelitian yang dilakukan oleh Arli dan Tjiptono (2017) di In- donesia menunjukan bahwa di kalangan umat Kristen, extrinsic religiosity memiliki pengaruh positif terhadap identitas pro-environmental yang membedakan seseorang dengan orang Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis (α=0.05)

Hypotheses β t value Result

H1: EK  ECCB 0,25 3,90* terbukti

H2: IRG  ECCB -0,02 -0,42 Tidak terbukti

H3: ERG  ECCB 0,10 2,14* terbukti

H4a: Mediasi PCE pada pengaruh EK terhadap ECCB 0,33 5,85* terbukti (partially)

H4b: Mediasi PCE pada pengaruh IRG terhadap ECCB 0,11 2,84* terbukti (full)

H4c: Mediasi PCE pada pengaruh ERG terhadap ECCB 0,08 2,04* terbukti (partially)

(10)

lain. Hal ini menunjukan bahwa seseorang akan memiliki perilaku konsumsi yang ramah lingkungan apabila dia bisa mendapatkan pen- gakuan dari orang-orang sekitarnya karena bagi seseorang yang memiliki extrinsic religiosity yang tinggi motivasi dari faktor-faktor sosial adalah alasan seseorang menjalankan agama dan melakukan hal yang etis.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada generasi milenial di Indonesia pengetahuan terhadap lingkungan adalah pondasi dari keya- kinan bahwa seorang konsumen bisa berkon- tribusi terhadap pelestarian lingkungan. Na- mun pengetahuan mengenai lingkungan saja, tanpa dibarengi keyakinan bahwa mereka bisa berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan melalui perilaku konsumsi mereka (perceived consumer effectiveness), tidak serta merta membuat milenial Indonesia membeli produk- produk ramah lingkungan. Sangat penting bagi perusahaan untuk tidak hanya melakukan sosia- lisasi tentang pengetahuan terhadap lingkungan saja seperti mengenai produk apa yang ramah lingkungan dan kemasan seperti apa yang ra- mah lingkungan, atau bagaimana lingkungan bekerja, namun perusahaan juga harus dengan gencar menumbuhkan keyakinan bahwa setiap konsumen bisa berkontribusi terhadap pelestar- ian lingkungan melalui perilaku sehari-sehari mereka karena peran mediasi perceived con- sumer effectiveness sangat krusial dalam men- dorong perilaku pembelian yang ramah ling- kungan.

Penelitian ini menunjukan perbedaan peran dari dua dimensi religiusitas, intrinsik dan ekstrin- sik, terhadap perilaku pembelian produk ramah lingkungan di kalangan milenial Indonesia. Re- ligiusitas intrinsik tanpa keyakinan akan kontri- busi mereka sebagai individu terhadap lingkun- gan (perceived consumer effectiveness) tidak bisa mendorong perilaku pembelian terhadap produk ramah lingkungan. Hal ini menunjukan peran penting para tokoh agama dalam mem- bangun keyakinan dari dalam diri milenial yg memiliki religiusitas intrinsik tinggi, bahwa mereka sebagai umat yang baik harus dan bisa

berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan.

Milenial akan merubah perilaku konsumsinya saat mereka percaya bahwa partisipasi mereka berarti terhadap pelestarian lingkungan.

Sementara itu, milenial dengan religiusitas ekstrinsik yang tinggi akan lebih termotivasi oleh orang-orang sekitarnya dan pengakuan akan perilaku baik yang mereka lakukan. Re- ligiusitas ekstrinsik tinggi bisa secara langsung mendorong perilaku pembelian yang ramah lingkungan namun tingginya keyakinan akan peran individu terhadap pelestarian lingkungan (perceived consumer effectiveness) juga me- miliki peran penting. Seruan tokoh agama atau acara-acara keagamaan untuk menumbuhkan perceived consumer effectiveness akan jauh leb- ih efektif mendorong perilaku konsumsi yang ramah lingkungan apabila dibarengi dengan terpenuhinya kebutuhan akan pengakuan dari orang-orang sekitar. Perusahaan bisa meran- cang strategi yang berbeda, misalnya dengan menyelenggarakan acara-acara baik secara langsung maupun melalui media digital, dima- na milenial difasilitasi untuk menunjukan parti- sipasinya kepada orang-orang di sekitarnya.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan.

Penelitian ini hanya meneliti milenial di Indo- nesia sementara perilaku konsumen generasi yang berbeda mungkin bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Proporsi jenis kela- min yang seharusnya sama antara laki-laki dan perempuan, namun dalam penelitian ini lebih banyak perempuan. Berdasarkan study di Me- sir, perempuan lebih sedikit tahu tentang isu-isu lingkungan dan laki-laki lebih peduli terhadap lingkungan (Mostafa, 2007a). Green purchase intention lebih berkaitan dengan orientasi laki- laki terhadap lingkungan (Sreen, Purbey, &

Sadarangani, 2017). Proporsi tingkat pendidi- kan yang pada penelitian ini didominasi oleh Sarjana dan Pasca Sarjana. Padahal berdasarkan data Sensus BPS tahun 2010, populasi mileni- al di perkotaan masih didominasi oleh tingkat pendidikan sekolah menengah (setara dengan SMA atau SMP). Menurut penelitian terda- hulu, pendidikan yang lebih tinggi cenderung diikuti oleh perilaku ramah lingkungan yang

(11)

lebih tinggi (Meyer, 2015). Penelitan selanjutna dapat dilakukan dengan memperhatikan keter- batasan penelitian ini, serta menguji peran re-

ligiusitas tidak hanya sebagai anteseden tetapi juga sebagai moderasi dalam hubungan penge- tahuan dan perilaku ramah lngkungan

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Z., Anang, R., Othman, N., & Sambasivan, M. (2013). To purchase or not to purchase US products: role of religiosity, animosity, and ethno-centrism among Malaysian consumers. Journal of Services Marketing, 27(7), 551-563. doi:10.1108/jsm-01-2012-0023

Akehurst, G., Afonso, C., & Martins Gonçalves, H. (2012). Re‐examining green purchase behav- iour and the green consumer profile: new evidences. Management Decision, 50(5), 972-988.

doi:10.1108/00251741211227726

Allport, G. W., & Ross, J. M. (1967). Personal religious orientation and prejudice. Journal of Person- ality and Social Psychology, 5(4), 432-443. doi:10.1037/h0021212

Arli, D., Tan, L. P., Tjiptono, F., & Yang, L. (2018). Exploring consumers’ purchase intention towards green products in an emerging market: The role of consumers’ perceived readiness. International Journal of Consumer Studies, 42(4), 389-401. doi:10.1111/ijcs.12432

Arli, D., & Tjiptono, F. (2013). The End of Religion? Examining the Role of Religiousness, Materi- alism, and Long-Term Orientation on Consumer Ethics in Indonesia. Journal of Business Ethics, 123(3), 385-400. doi:10.1007/s10551-013-1846-4

Arli, D., & Tjiptono, F. (2017). God and green: Investigating the impact of religiousness on green marketing. International Journal of Nonprofit and Voluntary Sector Marketing, 22(3). doi:10.1002/

nvsm.1578

Arli, D., Tjiptono, F., Lasmono, H., & Anandya, D. (2017). Do consumer ethics and consumer reli- giousness evolve across time? Insights from Millennials in Indonesia. Young Consumers, 18(4), 329-347. doi:10.1108/YC-05-2017-00697

Bhuian, S. N., Sharma, S. K., Butt, I., & Ahmed, Z. U. (2018). Antecedents and pro-environmental consumer behavior (PECB): the moderating role of religiosity. Journal of Consumer Marketing, 35(3), 287-299. doi:10.1108/jcm-02-2017-2076

Chen, Y. S., & Chang, C. H. (2012). Enhance green purchase intentions. Management Decision, 50(3), 502-520. doi:10.1108/00251741211216250

Choi, S., & Kim, Y. (2005). Antecedents of green purchase behavior: An examination of collectivism, environmental concern, and PCE. Advances in Consumer Research, 32, 592-599.

Cleveland, M., Kalamas, M., & Laroche, M. (2012). “It’s not Easy Being Green”: Exploring Green Creeds, Green Deeds, and Internal Environmental Locus of Control. Psychology & Marketing, 29(5), 293-305. doi:10.1002/mar.20522

Crabtree, S. (2010). Religiosity Highest in World’s Poorest Nations. Retrieved from

Delener, N. (1990). The Effects of Religious Factors on Perceived Risk in Durable Goods Purchase Decisions. Journal of Consumer Marketing, 7(3), 27-38. doi:10.1108/EUM0000000002580 Emekci, S. (2019). Green consumption behaviours of consumers within the scope of TPB. Journal of

Consumer Marketing, 36(3), 410-417. doi:10.1108/jcm-05-2018-2694

Felix, R., John, F., Professor Vicky Critt, P., & Braunsberger, K. (2016). I believe therefore I care.

International Marketing Review, 33(1), 137-155. doi:10.1108/imr-07-2014-0216

Fryxell, G. E., & Carlos, W. H. L. (2003). The Influence of Environmental Knowledge and Values on Managerial Behaviours on Behalf of the Environment: An Empirical Examination of Managers in China. Journal of Business Ethics, 46(1), 45-69. doi:10.1023/A:1024773012398

Gaudelli, J. (Producer). (2009). THE GREENEST GENERATION: The Truth Behind Millennials and the Green Movement. Retrieved from https://adage.com/article/goodworks/truth-millennials- green-movement/136331

(12)

Graafland, J. (2015). Religiosity, Attitude, and the Demand for Socially Responsible Products. Jour- nal of Business Ethics, 144(1), 121-138. doi:10.1007/s10551-015-2796-9

Hair, J., Black, W., Babin, B., & Anderson, R. (2010). Multivariate Data Analysis: A Global Perspec- tive.

Haryanto, B. (2014). The Influence of Ecological Knowledge and Product Attributes in Forming Attitude and Intention to Buy Green Product. International Journal of Marketing Studies, 6(2).

doi:10.5539/ijms.v6n2p83

Heo, J., & Muralidharan, S. (2019). What triggers young Millennials to purchase eco-friendly prod- ucts?: the interrelationships among knowledge, perceived consumer effectiveness, and environ- mental concern. Journal of Marketing Communications, 25(4), 421-437. doi:10.1080/13527266.

2017.1303623

Herdiansyah, H., Harahap, A., Zuhriyah, A., Rahmayanti, H., & Nadiroh. (2018). Relationship be- tween knowledge of green product, social impact and perceived value with green purchase behav- ior. E3S Web of Conferences, 74. doi:10.1051/e3sconf/20187404002

Hsu, S. J., & Roth, R. E. (1998). An Assessment of Environmental Literacy and Analysis of Predic- tors of Responsible Environmental Behaviour Held by Secondary Teachers in the Hualien Area of Taiwan. Environmental Education Research, 4(3), 229-249. doi:10.1080/1350462980040301 Jaiswal, D., & Kant, R. (2018). Green purchasing behaviour: A conceptual framework and empiri-

cal investigation of Indian consumers. Journal of Retailing and Consumer Services, 41, 60-69.

doi:10.1016/j.jretconser.2017.11.008

Kang, J., Liu, C., & Kim, S. H. (2013). Environmentally sustainable textile and apparel consump- tion: the role of consumer knowledge, perceived consumer effectiveness and perceived personal relevance. International Journal of Consumer Studies, 37(4), 442-452. doi:10.1111/ijcs.12013 Laroche, M., Bergeron, J., & Barbaro‐Forleo, G. (2001). Targeting consumers who are willing to pay

more for environmentally friendly products. Journal of Consumer Marketing, 18(6), 503-520.

doi:10.1108/EUM0000000006155

Law, M. M. S., Hills, P., & Hau, B. C. H. (2017). Engaging Employees in Sustainable Development – a Case Study of Environmental Education and Awareness Training in Hong Kong. Business Strategy and the Environment, 26(1), 84-97. doi:10.1002/bse.1903

Line, N. D., & Hanks, L. (2015). The effects of environmental and luxury beliefs on intention to pa- tronize green hotels: the moderating effect of destination image. Journal of Sustainable Tourism, 24(6), 904-925. doi:10.1080/09669582.2015.1091467

Meyer, A. (2015). Does education increase pro-environmental behavior? Evidence from Europe. Eco- logical Economics, 116, 108-121. doi:10.1016/j.ecolecon.2015.04.018

Minton, E. A., Kahle, L. R., & Kim, C.-H. (2015). Religion and motives for sustainable behav- iors: A cross-cultural comparison and contrast. Journal of Business Research, 68(9), 1937-1944.

doi:10.1016/j.jbusres.2015.01.003

Mostafa, M. M. (2006). Antecedents of Egyptian Consumers’ Green Purchase Intentions: A Hierar- chical Multivariate Regression Model. Journal of International Consumer Marketing, 19(2), 97- 126. doi:10.1300/J046v19n02_06

Mostafa, M. M. (2007a). Gender differences in Egyptian consumers’ green purchase behaviour: the effects of environmental knowledge, concern and attitude. International Journal of Consumer Studies, 31(3), 220-229. doi:10.1111/j.1470-6431.2006.00523.x

Mostafa, M. M. (2007b). A hierarchical analysis of the green consciousness of the Egyptian con- sumer. Psychology and Marketing, 24(5), 445-473. doi:10.1002/mar.20168

Mufidah, I., Jiang, B., Lin, S.-C., Chin, J., Rachmaniati, Y., & Persada, S. (2018). Understanding the Consumers’ Behavior Intention in Using Green Ecolabel Product through Pro-Environmental Planned Behavior Model in Developing and Developed Regions: Lessons Learned from Taiwan and Indonesia. Sustainability, 10(5). doi:10.3390/su10051423

(13)

Muralidharan, S., & Xue, F. (2016). Personal networks as a precursor to a green future: a study of

“green” consumer socialization among young millennials from India and China. Young Consum- ers, 17(3), 226-242. doi:10.1108/yc-03-2016-00586

Nielsen. (2018). Global Consumer Trend

Pagiaslis, A., & Krontalis, A. K. (2014). Green Consumption Behavior Antecedents: Environmen- tal Concern, Knowledge, and Beliefs. Psychology & Marketing, 31(5), 335-348. doi:10.1002/

mar.20698

Rayapura, A. (Producer). (2014). Millennials Most Sustainability-Conscious Generation Yet, But Don’t Call Them ‘Environmentalists’. Retrieved from https://sustainablebrands.com/read/stake- holder-trends-and-insights/millennials-most-sustainability-conscious-generation-yet-but-don-t- call-them-environmentalists

Roberts, J. A. (1996). Green consumers in the 1990s: Profile and implications for advertising. Journal of Business Research, 36(3), 217-231. doi:https://doi.org/10.1016/0148-2963(95)00150-6

Schiffman LeonG and Wisenblit J (2019) Consumer Behavior 12th Edition, New Jersey: Pearson Setyawan, A., Noermijati, N., Sunaryo, S., & Aisjah, S. (2018). Green product buying intentions

among young consumers: extending the application of theory of planned behavior. Problems and Perspectives in Management, 16(2), 145-154. doi:10.21511/ppm.16(2).2018.13

Sharma, N., & Lal, M. (2020). Facades of morality: the role of moral disengagement in green buy- ing behaviour. Qualitative Market Research: An International Journal, ahead-of-print(ahead-of- print). doi:10.1108/qmr-03-2019-0030

Sreen, N., Purbey, S., & Sadarangani, P. (2017). Impact of culture,behavior and gender on green purchase intention. Journal of Retailing and Consumer Services, 41. doi:10.1016/j.jretcons- er.2017.12.002

Straughan Robert, D., & Roberts James, A. (1999). Environmental segmentation alternatives: a look at green consumer behavior in the new millennium. Journal of Consumer Marketing, 16(6), 558- 575. doi:10.1108/07363769910297506

Suryadinata, L., Arifin, E. N., & Ananta, A. (2003). Indonesia’s population : ethnicity and religion in a changing political landscape: Institute of Southeast Asian Studies.

Tan, B.-C. (2011). The Roles of Knowledge, Threat, and PCE on Green Purchase Behaviour. Interna- tional Journal of Business and Management. doi:10.5539/ijbm.v6n12p14

Tan, C. N. L., Ojo, A. O., & Thurasamy, R. (2019). Determinants of green product buying decision among young consumers in Malaysia. Young Consumers. doi:10.1108/yc-12-2018-0898

Tjiptono, F., Albert, & Elfitasari, T. (2018). Consumer ethics among youths in Indonesia: do gender and religiosity matter? Asian Journal of Business Ethics, 7(2), 137-149. doi:10.1007/s13520-017- 0081-y

Tjiptono, F., Arli, D., & Viviea. (2016). Gender and digital privacy: examining determinants of at- titude toward digital piracy among youths in an emerging market. International Journal of Con- sumer Studies, 40(2), 168-178. doi:10.1111/ijcs.12240

Vitell, S. J., Paolillo, J. G. P., & Singh, J. J. (2005). Religiosity and Consumer Ethics. Journal of Busi- ness Ethics, 57(2), 175-181. doi:10.1007/s10551-004-4603-x

World Economic Forum. (2017). Global Shapers Community Annual Report 2016-2017. Retrieved from http://www3.weforum.org/docs/WEF_GSC_Annual_Report_2017.pdf

Referensi

Dokumen terkait

024 8508082; Email: [email protected] Website http://www.unnes.ac.id Data skripsi mahasiswa Universitas Negeri Semarang NAMA : KARINA PURWANDIAH NIM : 2201404500 PRODI : Pendidikan

Ante obsequio y .r·2· galo tan magnífico, espontúneo y generoso, no puede el Cuzco manifestarse indiferente y menos desconoci.. Las grandes acciones merecen