PERAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS BERDASARKAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016
TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN (Studi di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A)
Skripsi
Oleh Seftrian Nur Latifah
21701021113
UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM
MALANG 2021
PERAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS BERDASARKAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016
TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN ( Studi Di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A )
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum
Oleh Seftrian Nur Latifah
21701021113
UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM
MALANG 2021
x
RINGKASAN
Peran Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Waris Berdasarkan Peraturan Mahakamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan
(Studi di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A) Seftrian Nur Latifah
Fakultas Hukum Universitas Islam Malang
Mediasi merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa yang dilakukan diluar pengadilan dengan dihadirkan pihak penengah yang bersifat netral yaitu seorang mediator. Di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A pun telah mewajibkan seluruh para pihak yang telah mengajukan gugatan diwajibkan untuk mengikuti pelaksanaan mediasi dimana para pihak dibebaskan untuk memilih seorang mediator. Mengenai sengketa waris ini bisa terjadi karena adanya orang yang telah meninggal (pewaris) dan meninggalkan beberapa ahli waris yang masih hidup, dimana antar ahli waris ini merasa tidak puas mengenai pembagian harta peninggalan si pewaris yang didapatnya atau ada salah satu ahli waris yang tidak mendapatkan bagiannya.
Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut; 1. Bagaimana kesesuaian antara prosedur pelaksanaan mediasi penyelesaian sengketa waris berdasarkan Perma No.1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dengan prakteknya di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A ? 2. Bagaimana peran mediator dalam menyelesaikan sengketa waris di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A ? dan 3. Bagaimana implikasi hukum (akibat hukum) penyelesaian sengketa waris melalui mediator di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A ? Jenis Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini yaitu yuridis empiris dengan pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara serta perolehan data yang didapat di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, prosedur pelaksanakan mediasi di Pengadialan Agama Malang Kelas 1 semua yang terkandung di dalam Perma No 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan terlaksana dengan baik dan telah sesuai. Mengenai peran mediator, seorang mediator harus aktif dalam proses mediasi berlangsung serta tidak bersifat memutus. Mediator sebagai pihak netral yang memegang kendali atas berjalannya proses mediasi, mediator juga berperan sebagai katalisator dimana seorang mediator harus memberikan dorongan dalam rangka membuat suasana mediasi menjadi terarah pada sesi negosiasi antar pihak.
Mengenai implikasi hukum atau akibat hukumnya, ketika mediasi tidak berhasil maka akan dilanjutkan penyelesaiannya melalui jalur litigasi oleh majelis hakim, namun jika hasil mediasi tersebut dinyatakan berhasil maka kesepakatan perdamaian yang telah dibuat akan dikuatkan melalui putusan majelis hakim menjadi akta perdamaian dan akat tersebut memiliki kekuatan hukum tetap. Jika para pihak ada yang melanggar isi akta perdamaian tersebut, maka bisa langsung dilaksanakan eksekusi yang oleh panitera atau juru sita dengan didampingi oleh majelis hakim.
Kata Kunci : Mediasi, Mediator, Perma No 1 Tahun 2016, Implikasi Hukum
xi SUMMARY
The Role of Mediators in The Settlement of Inheritance Disputes Based on Supreme Court Regulation No. 1 of 2016 on Mediation Procedures in the
Courts
(Study at Malang Religious Court Class 1 A) Seftrian Nur Latifah
Fakultas Hukum Universitas Islam Malang
Mediation is one of the alternative dispute resolution conducted outside the court with the presence of a neutral mediator, namely a mediator. In the Malang Religious Court Class 1 A has also obliged all parties who have filed a lawsuit is required to follow the implementation of mediation where the parties are freed to choose a mediator. And allah is All-Hearing, All-Knower.
Based on the exposure of the background, the problem formulation can be drawn as follows; 1. How is the suitability between the procedure for the implementation of mediation of inheritance dispute resolution based on Perma No.1 Year 2016 on Mediation Procedure in the Court and its practice in the Malang Religious Court Class 1 A? 2. What is the role of mediators in resolving inheritance disputes in the Malang Religious Court Class 1 A? and 3. What are the legal implications (legal consequences) of the settlement of inheritance disputes through a mediator at the Malang Religious Court Class 1 A? The type of research used in this writing is empirical juridical by collecting data using observations, interviews and data obtained in the Malang Religious Court Class 1 A.
The results of this study show that, the procedure of implementing mediation in Malang Religious Education Class 1 all contained in Perma No. 1 Year 2016 on Mediation Procedure in the Court is carried out properly and is appropriate.
Regarding the role of a mediator, a mediator must be active in the mediation process and not be disconnected. Mediator as a neutral party in control of the running of the mediation process, mediators also act as catalysts where a mediator must give encouragement in order to make the atmosphere of mediation to be directed at the negotiation session between parties.
Regarding the legal implications or legal consequences, when mediation is not successful it will be continued through litigation by a panel of judges, but if the result of mediation is declared successful then the peace agreement that has been made will be strengthened through the decision of the panel of judges into a deed of peace and the akat has permanent legal force. If the parties violate the contents of the peace deed, then the execution can be carried out directly by the clerk or bailiff accompanied by a panel of judges.
Keywords: Mediation, Mediator, Perma No. 1 Year 2016, Legal Implications Abstract
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat antar individu tak luput dari persoalan sengketa maupun permasalahan sosial lainnya. Faktor utama yang menjadikan dasar terlahirnya sebuah persengketaan serta pertikaian antar individu yaitu sebuah keinginan dalam suatu kepentingan yang tidak terpenuhi. Dalam hal tersebut telah menjadi kodrat manusia tidak pernah merasa puas ketika menjalani sebuah kehidupan. Maslow berpendapat mengenai urutan tingkat kebutuhan manusia: 1) Kebutuhan badaniah yang meliputi pangan, sandang serta pemuas seksual; 2) Kebutuhan keamanan yang meliputi keamanan harta dan jiwa; 3) Kebutuhan sosial yang meliputi dihormati, diterima orang lain, diikutsertakan; 4) Kebutuhan akan penghargaan yang meliputi harga diri serta pandangan baik orang lain; dan yang terakhir 5) Kebutuhan kepuasan diri yang meliputi mengenai kepuasan yang diraih dalam pekerjaan serta kebutuhan merealisasikan keinginan.1
Dalam persoalan sengketa waris, perbedaan pendapat serta tidak terpenuhinya keinginan atau kepentingan pada ahli waris yang menjadi pemicu utama dalam persoalan tersebut. Jika tak terselesaikan dengan baik maka akan terjadi perpecahan antara pihak – pihak yang bersengketa yang mengakibatkan retaknya hubungan keluarga antar ahli waris. Masyarakat pun lebih banyak membawa persoalan tersebut ke jalur hukum di lembaga
1 Jimmy Joses S, (2011), Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan, Jakarta: Visimedia, h.
2-3.
2
Peradilan, dalam hal sengketa waris Islam maka penyelesaiannya dilakukan melalui Pengadilan Agama. Para ahli waris ini bisa melakukan upaya perdamaian melalui alternatif penyelesaian sengketa yang wajib diikuti dalam proses penyelesaian sengketa tersebut masuk dalam gugatan.
Di Indonesia sendiri alternatif penyelesaian sengketa ada 7 jenis, yaitu: 1) Arbitrase: merupakan lembaga penyelesaian sengketa yang sangat terkenal dan terluas yang digunakan masyrakat untuk menyelesaikan sengketa atau permasalahannya dibanding dengan lembaga lainnya; 2) Negosiasi: merupakan suatu proses pembicaraan mengenai tawar-menawar untuk mencapai sebuah kesepakatan bersama yang berlandaskan pada sengketa atau permasalahan para pihak; 3) Konsilasi:
merupakan salah satu jenis alternatif penyelesaian sengketa dari beberapa jenis yang ada melibatkan pihak ke tiga sebagai penengah (pihak netral serta tidak memihak); 4) Pencari Fakta: atau factfanding selain bertugas mencari fakta tim ini juga memiliki wewenang untuk memberikan suatu rekomendasi dalam penyelesaian permaslahan; 5) Ombudsman: pejabat publik yang diangkat serta memiliki tugas untuk melakukan penyelidikan mengenai kegiatan dari badan pemerintahan yang merugikan hak-hak individu; 6) Pengadilan Kasus Kecil: small claim court merupakan bentuk pengadilan dengan sistem peradilan biasa namun memakai prosedur serta pembuktian yang sederhana biasanya jenis alternatif penyelesaian sengketa ini digunakan dengan model gugatn sederhana yang berpedoman pada Perma Nomor 2 Tahun 2005, dan yang terakhir 7) Musyawarah:
alternatif penyelesaian sengketa yang satu ini merupakan jenis
3
penyelesaian sengketa diluar pengadilan yang merupakan sifat asli budaya masyarakat Indonesia biasanya penyelesaian sengketa jenis ini bisa dilakukan antar individu maupun bersama dengan lembaga adat setempat yang memang dipercaya melayani untuk menyelesaikan suatu sengketa.2
Biasanya masyarakat memilih melakukan penyelesaian melalui jalur litigasi diharapkan agar penyelesaian yang sedang terjadi dapat diselesaikan dengan baik serta memberi solusi kepada para pihak yang sedang bersengketa. Namun jika penyelesaian sengketa dengan jalur litigasi maka ada salah satu pihak yang menjadi pemenang sedangkan pihak lainnya kalah. Hal demikian dilihat secara sosial bukan merupakan suatu hal yang baik. Maka dari itu dalam buku ke III Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUH Pdt) Pasal 1851 – 1864 mengatur mengenai perdamaian yang bisa dilakukan para pihak untuk menyelesaikan persengketaan tanpa ada menang dan kalah. Perdamaian ini dapat dilakukan dengan dasar kesepakatan antara pihak yang bersengketa atau pihak terkait, maka berlaku syarat sahnya perjanjian yang telah diatur dalam Pasal 1320 KUH Pdt untuk terwujudnya suatu perdamaian, yaitu:
1) Adanya kata sepakat; 2) Cakap hukum; 3) Mengenai sebab tertentu, serta 4) Klausula yang halal.3
Menurut Pasal 1851 BW perdamaian di luar pengadilan sebenarnya bisa dilakukan dengan dua cara. Cara yang pertama yaitu dengan melakukan perdamaian antara pihak yang bersangkutan di hadapan notaris
2 Maskur Hidayat, (2016), Strategi dan Taktik Mediasi Berdasarkan Perma No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Cet-1, Jakarta: Kencana, h. 11-18.
3 Ibid., h. 25.
4
yang sepakat dipilih oleh para pihak ataupun cara yang kedua perdamaian yang dilakukan hanya antara pihak yang sedang bersengketa. Jika dilakukan dihadapan notaris maka dalam perdamaian tersebut dibuatkan akta notaris demikian pula memiliki jaminan kepastian hukum jika salah satu pihak tidak menjalankan atau tidak ada iktikad baik sesuai dengan isi perdamaian yang telah disepakati antara pihak – pihak terkait dengan demikian pihak yang merasa dirugikan adanya pelanggaran atau tidak terpenuhinya atas apa yang telah disepakati maka akta notaris tersebut bisa diajukan ke pengadilan negeri untuk pelaksanaan eksekusi. Namun jika perdamaian dilakukan hanya antara pihak yang sedang bersengketa saja maka hanya ada akta di bawah tangan dimana akta tersebut tidak memiliki jaminan kepastian hukum, ketika ada salah satu pihak yang tidak memenuhi atau merasa dirugikan atas apa yang telah disepakati, maka pihak tersebut akan kesulitan jika akan mengajukan ke pengadilan negeri untuk pelaksanaan eksekusi.
Tidak semua perkara bisa dilakukan proses perdamaian dengan alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi hanya dalam bidang keperdataan lebih jelas telah termuat dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Penyelesaian sengketa melalui mediasi memiliki beberapa kelebihan, salah satunya yaitu prosesnya cepat, biaya yang murah, rahasia, adanya pembinaan hubungan baik yang dilaku kan oleh mediator, memiliki kekuatan hukum tetap serta hasil dari mediasi berasal dari kesepakatan pihak yang bersengketa.
5
Umumnya pada sengketa waris ini bisa diselesaikan melalui jalur non litigasi di Pengadilan Agama dengan penyelesaian mediasi. Proses mediasi bisa dilaksanakan ditahap awal pelaksanaan gugatan ataupun selama pelaksanaan gugatan dalam perkara sengketa waris maupun perkara lain yang penyelesaiannya dalam lingkup pengadilan agama. Sulh adalah salah satu jalan menyelesaikan sengketa yang sedang terjadi melalui perdamaian serta dapat dilakukan di dalam pengadilan maupun di luar pengadilaln dengan pertimbangan jika sulh dapat memuaskan para pihak serta para pihak tidak ada yang merasa menang maupun kalah, sehingga sulh bisa mengantarkan pada ketentraman hati, kepuasan serta memperkuat tali silaturahmi.4
Mediator sebagai pihak netral memegang peranan yang sangat penting dalam kesuksesan atau keberhasilan selama proses mediasi berlangsung. Di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A sendiri memiliki 7 orang mediator non-hakim. Kesuksesan atau keberhasilan tersebut tak lepas dari kemampuan yang dimiliki oleh seorang mediator serta kehadiran para pihak. Selain itu ketaatan seorang mediator dalam pelaksanaan tugasnya berpatokan dengan PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan juga sangat penting sebagai pegangan bagi seorang mediator.
Berlandaskan uraian dan paparan yang telah dijabarkan, maka penulis tertarik untuk melakukan serta mengadakan sebuah penelitian yang
4Rini Fahriyani Ilham dan Ermi Suhasti, “Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt.G/2013/PA.YK”, Vol. 9 No. 1, Juni 2016. h. 70.
6
bertujuan untuk menyusun skripsi yang berjudul “PERAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS BERDASARKAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN (Studi Di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A)”
B. Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang tersebut di atas, ada beberapa hal yang dapat diidentifikasikan dan menarik untuk dibahas dalam penelitian ini, sehingga Penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana kesesuaian antara prosedur pelaksanaan mediasi penyelesaian sengketa waris berdasarkan Perma No.1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dengan prakteknya di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A ?
2. Bagaimana peran mediator dalam menyelesaikan sengketa waris di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A ?
3. Bagaimana implikasi hukum (akibat hukum) penyelesaian sengketa waris melalui mediator di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian dari penulisan ini yaitu penulis ingin memaparkan dan mengetahui lebih jelas mengenai rumusan masalah yang diteliti oleh penulis, maka tujuan penelitia yang ingin penulis capai adalah:
a. Untuk mengetahui kesesuaian antara prosedur pelaksanaan mediasi penyelesaian sengketa waris berdasarkan Perma No.1 Tahun 2016 tentang
7
Prosedur Mediasi di Pengadilan dengan prakteknya di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A.
b. Untuk mengetahui peran mediator dalam menyelesaikan sengketa waris di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A.
c. Untuk mengetahui implikasi hukum (akibat hukum) penyelesaian sengketa waris melalui mediator di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian proposal skripsi ini antara lain:
a. Bagi Penulis
Hasil penelitian proposal skripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan wawasan lebih lanjut mengenai peranan mediator berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan.
b. Bagi Fakultas Hukum Universitas Islam Malang
Diharapkan hasil penelitian skripsi ini dapat digunakan sebagai sumbangan bacaan untuk pendidikan, khususnya disiplin ilmu hukum pada kalangan mahasiswa Universitas Islam Malang.
c. Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian skripsi ini bisa dijadikan informasi yang sesuai berdasarkan terapan ilmu yang ada dan terjamin keabsahannya bagi masyarakat Indonesia.
d. Bagi Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A
Diharapkan penelitian skripsi ini bisa dijadikan masukan yang positif untuk Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A .
8 E. Orisinalitas Penelitian
Berkenaan mengenai penelitian ini, sebelumnya telah ada pelaksanaan penelitian yang sama berkenaan mengenai peran mediator dalam penyelesaian sengekta waris dengan studi lapangan di Pengadilan Agama, mengenai penelitian tersebut diperoleh persamaan, perbedaan, kontribusi serta nilai kebaruan jika dilihat dari keberadaan penelitian ini, yaitu:
Skripsi yang pertama, berjudul “EFEKTIVITAS MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS DI PENGADILAN AGAMA MAKASSAR KLAS 1A PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus 2017- 2018)”, disusun oleh Agustiman yang merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Dalam penelitian ini memiliki kesamaan, yaitu sama-sama meneliti mengenai mediasi dalam penyelesaian sengketa waris dengan studi lapangan di pengadilan agama. Sedangkan perbedaannya terdapat pada lokasi studi penelitian, serta peneliti berpatokan dengan Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Kontribusi dari penelitian, berguna mengukuhkan pentingnya alternatif penyelesaian sengketa yang diikuti para pihak terutama di Pengadilan Agama melalui mediasi agar ditemukannya jalan keluar yang tidak merugikan pihak lain serta tali silaturahmi tetap terjalin dengan baik.
Skripsi yang kedua, berjudul “PERANAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KEWARISAN PADA PENGADILAN AGAMA SENGKANG KELAS 1 B”, disusun oleh Andi Musfira Asnur yang merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
Dalam penelitian ini memiliki kesamaan, yaitu sama-sama meneliti mengenai
9
mediasi dalam penyelesaian sengketa waris serta peranan mediator dengan studi lapangan di pengadilan agama. Sedangkan perbedaannya terdapat pada lokasi studi penelitian, selain itu juga pada penelitian ini tidak hanya berfokus pada kesesuaian antara praktek di pengadilan agama dengan Perma No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Kontribusi dari penelitian, berguna sebagai referensi bagi Pengadilan Agama untuk lebih meningkatkan kualitas mediator, serta tidak lupa untuk mensosialisasikan mengenai penyelesaiang sengketa non-litigasi melalui metode mediasi yang mengedepankan win-win solution agar mediasi bisa lebih efektif lagi.
Berdasarkan persamaan, perbedaan dan kontribusi yang dimiliki oleh tiap- tiap penelitian tersebut, terdapat kebaruan atas penelitian ini, yakni:
No. PROFIL JUDUL
1. AGUSTIMAN
SKRIPSI UIN ALAUDDIN
MAKASSAR
EFEKTIVITAS MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA
WARIS
DI PENGADILAN AGAMA MAKASSAR KLAS 1A PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
( Studi Kasus 2017- 2018 ) ISU HUKUM
1. Bagaimana faktor pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Klas 1 A Makassar ?
2. Bagaimana efektivitas penyelesaian sengketa waris melalui mediasi di Pengadilan Agama Makassar Klas 1 A dalam Prespektif Hukum Islam ?
HASIL PENELITIAN
1. Berdasarkan penelitian dalam skripsi tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan mediasi di Pengadilan Agama Klas 1A Makassar, antara lain:
a. Faktor Pendorong
10
- Faktor –faktor pendorong terlaksananya mediasi setidaknya dari hasil pengamatan penulis baik dari data- data maupun dari pengamatan secara langsung di lapangan ada 3 faktor yang mempegaruhi kebehasilan mediasi di pengadilan agama salah factor penting adalah iktikad baik;
- Peran hakim mediator;
- Proses tawar- menawara.
b. Faktor Penghambat
- Tempat pelaksanaan mediasi;
- Jumlah mediator yang terbatas;
- Keenganan para pihak hadir dalam proses mediasi ketidak hadiran para pihak atau salah satu pada saat jadwal proses mediasi.
2. Efektifitas penyelesaian sengketa waris melalui mediasi di Pengadilan Agama Makassar Klas 1A dari segi hasil masih tidak efektif dikarenakan banyaknya perkara yang gagal pada proses mediasi.
PERSAMAAN Sama – sama membahas mengenai alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi di ranah Pengadilan Agama.
PERBEDAAN Dalam penelitian ini ternyata objeknya tidak hanya data sengketa waris saja, namun seluruh data masuk yang dilakukan mediasi di Pengadilan Agama Klas 1A Makassar dipaparkan. Selain itu, dalam penelitian ini berprespektif hukum islam.
KONTRIBUSI Berguna mengukuhkan pentingnya alternatif penyelesaian sengketa yang diikuti para pihak terutama di Pengadilan Agama melalui mediasi agar ditemukannya jalan keluar yang tidak merugikan pihak lain serta tali silaturahmi tetap terjalin dengan baik.
2. ANDI MUSFIRA ASNUR SKRIPSI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
PERANAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA
..KEWARISAN PADA PENGADILAN AGAMA SENGKANG KELAS I B
ISU HUKUM
11
1. Bagaimana proses yang dilakukan oleh mediator dalam menyelesaikan sengketa kewarisan di Pengadilan Agama Sengkang Kelas I B?
2. Bagaimana efektivitas yang dicapai mediator dalam menyelesaikan sengketa kewarisan pada Pengadilan Agama Kelas Sengkang I B?
HASIL PENELITIAN
1. Peranan Mediator dalam penyelesaian sengeketa waris pada PA Sengkang Kelas 1 B, mediator sudah berperan dalam penyelesaian sengketa waris karena mediator sudah membantu para pihak untuk damai dalam proses mediasi, namun apabila mediator sudah melaksanakan tugasnya yaitu memediasi para pihak, kembali lagi ke para pihak apakah mau untuk damai atau tidak.
2. Efektivitas yang dicapai mediator dalam menyelesaikan sengketa kewarisan di PA Sengkang Kelas 1 B kurang efektif yang disebabkan karena a) Para pihak atau salah satu pihak tidak hadir untuk mengikuti proses mediasi; b) Tidak ada yang mau mengalah; c) Kualitas mediator.
PERSAMAAN Sama-sama meneliti mengenai mediasi dalam penyelesaian sengketa waris serta peranan mediator dengan studi lapangan di pengadilan agama.
PERBEDAAN Pada penelitian ini tidak hanya berfokus pada kesesuaian antara praktek di pengadilan agama dengan Perma No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
KONTRIBUSI Berguna sebagai referensi bagi Pengadilan Agama untuk lebih meningkatkan kualitas mediator, serta tidak lupa untuk mensosialisasikan mengenai penyelesaiang sengketa non-litigasi melalui metode mediasi yang mengedepankan win-win solution agar mediasi bisa lebih efektif lagi.
Sedangkan penelitian ini adalah:
12 F. Metode Penelitian
F.1 Jenis Penelitian
Penulisan skripsi pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian dengan jenis penelitian yuridis empiris. Penelitian jenis yuridis empiris berpatokan dengan data dasar atau primer, yaitu data didapatkan dari masyarakat langsung sebagai sumber pertama yang berasal dari penelitian lapangan, baik melalui observasi atau pengamatan, serta wawancara.5 Penelitian jenis yuridis empiris dapat direalisasikan kepada
5 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, (2020), Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Cet. III, Jakarta: Kencana, h. 149.
PROFIL JUDUL
SEFTRIAN NUR LATIFAH SKRIPSI
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
PERAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA WARIS
BERDASARKAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR
MEDIASI DI PENGADILAN (STUDI DI PENGADILAN AGAMA
MALANG KELAS 1 A) ISU HUKUM
1. Bagaimana kesesuaian antara prosedur pelaksanaan mediasi penyelesaian sengketa waris berdasarkan Perma No.1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dengan prakteknya di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A ?
2. Bagaimana peran mediator dalam menyelesaikan sengketa waris di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A ?
3. Bagaimana implikasi hukum (akibat hukum) penyelesaian sengketa waris melalui mediator di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A ?
NILAI KEBARUAN
1. Kesesuaian praktek prosedur pelaksanaan di lapangan yakni PA Malang Kelas 1 A dengan Perma No 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
2. Strategi serta taktik mediator dalam menyelesaikan sengketa waris guna keberhasilan pada saat mediasi.
13
penelitian kepada efektifitas hukum yang saat ini berlaku (hukum positif) maupun penelitian mengenai identifikasi hukum.6 Maka penelitian ini diselenggarakan atau tidak hanya berfokus pada peraturan-peraturan tertulis atau bahan-bahan hukum lainnya saja, namun juga observasi, wawancara serta perolehan data berasal dari tempat yang akan dijadikan studi lapangan.
F.2 Pendekatan Penelitian
Berdasarkan jenis metodologi penelitian yuridis empiris yang penulis pilih untuk membuat skripsi ini, maka penulis menggunakan pendekatan sosio-legal ( socio legal approach ) dalam hal penelitian ini tidak hanya meneliti berdasarkan bahan data sekunder atau bahan pustaka hukum saja, namun juga dengan data primer yang bisa ditemukan ketika melakukan studi lapangan seperti melakukan wawancara, observasi.
F.3 Lokasi Penelitian
Dalam skripsi ini lokasi yang akan digunakan sebagai tempat penelitian yaitu Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A di Jalan Raden Panji Suroso No.1 Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
F.4 Jenis dan Sumber Data
Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa penulis menggunakan jenis penelitian yuridis empiris dengan pendekatan penelitian sosio-legal (socio legal approach), maka jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Sedangkan sumber data yang digunakan yaitu: data primer, pada penelitian ini melakukan studi lapangan, maka data primer yang digunakan
6 Ibid.
14
dalam penelitian antara lain observasi, wawancara, serta perolehan data (pemahaman, pengetahuan, pengalaman, tindakan, persepsi, dan lain sebagainya) yang dapat diperoleh secara langsung pada subyek penelitian atau pada saat penelitian lapangan. Data sekunder, yang digunakan yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan-penjelasan atau data pendukung perihal data primer berupa jurnal hukum, pendapat ahli hukum, buku-buku, artikel, naskah akademik, arsip yang semuanya itu berhubungan dengan pokok permasalahan yang dibahas pada proposal skripsi ini.
F.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk mempermudah pembahasan, informasi didapatkan dan dikumpulkan melalui proses bertahap. Pada data primer didapat berdasarkan kegiatan survey, wawancara serta pengamatan, yang dilakukan langsung di lapangan.7 Sedangkan pada data sekunder bisa didapatkan berdasarkan berbagai sumber antara lain jurnal hukum, pendapat ahli hukum, buku-buku, artikel, naskah akademik, arsip yang semuanya itu berhubungan dengan pokok permasalahan yang dibahas pada skripsi ini.
F.6 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populalsi merupakan suatu lokasi atau tempat yang terdiri subyek dan obyek yang memiliki karakteristik serta kualitas spesifik yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini subyek yang menjadi populasi yaitu ada 7 mediator non-hakim di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A.
7 Suratman, (2012), Metode Penelitian Hukum, Cet-III, Bandung: Alfabeta, h. 107.
15
Sedangkan sampel merupakan bagian tertentu dari keseluruhan obyek yang akan diteliti. Mengenai penelitian ini mengambil sampel 4 mediator non-hakim Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A. Teknik sampling merupakan cara penentuan sampel yang dilakukan penulis dalam proses pengambilan sampel, terdapat 2 (dua) cara yaitu cara penentuan sampel acak dan cara penentuan sampel tidak acak. Penulis menggunakan teknik sampling acak, berdasarkan hari peneliti melakukan penelitian di ruang mediasi Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A.
F.7 Teknik Analisa Data
Dari data - data yang telah didapat lalu dikumpulkan serta dianalisa oleh penulis dengan berpedoman pada metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah suatu cara penelitian yang memberikan hasil informasi yang kemudian di deskripsikan atau digambarkan berdasarkan dari data yang diperoleh dari hasil investigasi, data, maupun wawancara pada saat melakukan studi lapangan di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A.
G. Sistematika Penulisan
Dengan memberi gambaran keseluruhan sistematika penulisan skripsi ini, maka penulis membuat sistematika skripsi ini menjadi 4 bab yaitu : Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka, Bab III Hasil dan Pembahasan serta Bab IV Kesimpulan dan Saran, Jadwal Pelaksanaan Penelitian, Daftar Pustaka, serta Lampiran - Lampiran jika penulis menyusunnya secara sistematis, maka akan diuraikan sebagai berikut:
HALAMAN SAMPUL LUAR
16 HALAMAN SAMPUL DALAM HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini sebagai pengantar dan pendahuluan skripsi yang berisikan:
A. Latar Belakang Permasalahan B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Orisinalitas Penelitian F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian teoritis atau kajian teoritis yang menjadikan kerangka gagasan yang akan penulis analisa terhadap pemecahan permasalahan hukum yang diteliti. Seperti menguraikan mengenai:
A. Tinjauan Umum Tentang Mediasi dan Mediator
17 A.1 Pengertian Mediasi dan Mediator
A.2 Dasar Hukum Mediasi A.3 Tipe Mediator
A.4 Peran Mediator
B. Elemen Mediasi Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 Tetang Prosedur Mediasi di Pengadilan
C. Tinjauan Umum Tentang Kewarisan C.1 Pengertian dan Asas Kewarisan C.2 Syarat dan Rukun Kewarisan C.3 Sebab – sebab Mewarisi C.4 Halangan Mewarisi
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi pembahasan dari rumusan masalah pada skripsi ini, mengenai kesesuaian antara prosedur berdasarkan Perma No.1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dengan pelaksanaan mediasi penyelesaian sengketa waris di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A, mengenai peran mediator dalam menyelesaikan sengketa waris di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A, serta mengenai implikasi hukum (akibat hukum) penyelesaian sengketa waris melalui mediator di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A .
BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab IV atau terakhir ini memuat 2 sub bab yaitu : pertama adalah kesimpulan dimana isinya membahas kesimpulan keseluruhan dari
18
permaslahan yang telah dipaparkan dalam skripsi ini dan yang kedua adalah saran dimana penulis memberikan saran sebagai sumbangan pemikirannya.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN
79 BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan penelitian dalam skripsi ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Prosedur pelaksanakan mediasi di Pengadialan Agama Malang Kelas 1 A pada hakikatnya telah mematuhi apa yang telah ditetapkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Semua yang terkandung di dalamnya terlaksana dengan baik, dari awal majelis hakim mewajibkan para pihak untuk melakukan mediasi (Ps 17 ayat (1) Perma No 1 Tahun 2016), pemilihan mediator (Ps 19 Perma No 1 Tahun 2016), tugas mediator (Ps 14 Perma No 1 Tahun 2016) sampai dengan tahap akhir yaitu berhasil atau tidaknya mediasi tersebut dalam pelaksananaanya di Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A telah sesuai atas apa yang ditetapkan dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
2. Bahwasannya mediator memiliki peran sangat penting selama proses mediasi berlangsung. Mediator sebagai pihak netral yang memegang kendali atas berjalannya proses mediasi, mediator juga berperan sebagai katalisator dimana seorang mediator harus memberikan dorongan dalam rangka membuat suasana mediasi menjadi terarah pada sesi negosiasi antar pihak, serta mediator berperan menjadi fasilitator dalam hal ini mediator memfasilitasi untuk menggali lebih dalam mengenai duduk perkara yang sedang terjadi antar para pihak tidak hanya itu mediator juga memberikan saran – saran atau solusi yang terbaik jika itu
80
dibutuhkan para pihak, namun sifatnya ini tidak memaksa. Dan hal yang sangat penting, bahwa seorang mediator tidak boleh bersifat memutus dimana hasil serta keputusan yang akan didapatkan nantinya seluruhnya berasal dari hasil kesepakatan murni para pihak. Disisi lain ketika mediator telah berusaha semaksimal mungkin agar para pihak berdamai, namun dari salah satu pihak tidak memiliki iktikad baik dalam menjalankan mediasi, maka mediator tidak bisa bertindak lebih diluar batas kewenangannya sebagai pihak ketiga (netral).
3. Akibat hukumnya, jika mediasi tersebut dilakukan di pengadilan maupun di luar pengadilan hasil dari kesepakatan perdamaian dikuatkan dalam putusan majelis hakim, maka terlahirnya akta perdamaian dari putusan tersebut dan akta perdamaian ini memiliki kekuatan hukum tetap. Yang mana bila suatu saat salah satu pihak ada yang melanggar isi dari akta tersebut pihak lain yang merasa dirugikan bisa mengajukan upaya hukum ke pengadilan agama melalui panitera atau juru sita dengan di dampingi oleh majelis hakim untuk melaksankan upaya eksekusi.
Namun sebaliknya, jika hasil dari mediasi tersebut tidak dikuatkan melalui putusan majelis hakim, maka hasil dari kesepakatan tersebut sebatas perjanjian antar pihak dan hanya mengikat para pihak saja, kesepakatan tersebut kekuatan hukumnya lemah. Meskipun hal tersebut dilakukan dihadapan mediator sebagai pihak ke tiga, namun jika salah satu pihak ada yang melanggar dari isi kesepakatan tersebut, seorang mediator tidak bisa menindaklanjuti secara langsung karena tidak
81
memiliki kewenangan atas itu, maka pihak yang merasa dirugikakn dapat memperkarakan kembali.
B. Saran
Meskipun Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A telah melaksanakan prosedur berdasarkan Perma No 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dengan baik, namun tetap Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A untuk mensosialisasikan mengenai pentingnya mediasi, beriktikad baik dalam mediasi agar para pihak yang akan menyelesaikan sengketanya sadar jika mediasi bukan untuk memperlihatkan mana yang menang dan kalah, namun untuk mencari jalan keluar yang terbaik dari kesepakatan yang telah dirundingkan oleh pihak – pihak yang bersangkutan.
82
DAFTAR PUSTAKA Buku
Cahyani Dwi Tinuk. (2018). Hukum Waris Dalam Islam Dilengkapi Contoh Kasus dan Penyelesaiannya. Malang: Perbit Universitas Muhammadiyah Malang.
Hidayat Maskur. (2016). Strategi dan Taktik Mediasi Berdasarkan Perma No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Jakarta: Kencana.
Jonaedi Efendi, Johnny Ibrahim. (2020). (Edisi 1. Cetakan ke-3). Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris. Jakarta: Kencana.
Joses Jimmy. (2011). Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi, Konsoliasi, & Arbitrase). Jakarta: Visimedia.
Muhibbin Moh, Abdul Wahid. (2017). (Edisi Revisi. Cetakan ke-1). Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum Positif di Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika.
Moechtar Oemar. (2019). Perkembangan Hukum Waris (Praktik Penyelesaian Sengketa Kewarisan di Indonesia). Jakarta: Kencana.
Soemartono Gatot. (2006). Arbitrase dan Mediasi Di Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Suratman. Philips Dillah. (2012). Metode Penelitian Hukum. (Cetakan ke-3).
Bandung: Alfabeta.
Usman Rachmadi. (2012). Mediasi Di Pengadilan Dalam Teori dan Praktik.
Jakarta: Sinar Grafika.
Usman Rachmadi. (2013). Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan.
(Cetakan ke-3). Bandung: Citra Aditya Bakti.
Peraturan Perundang-Undangan
Instruksi Presiden. Nomor 1 Tahun 1991. Tentang Kompilasi Hukum Islam.
Peraturan Mahkamah Agung (PERMA). Nomor 1 Tahun 2016. Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
Jurnal
Ilham Rini Fahriyani dan Ermi Suhasti. (2016, Juni). Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Waris: Studi Putusan No. 181/Pdt.G/2013/PA.YK. Al-Ahwal.
Internet
Web Pengadilan Agama Malang Kelas 1 A https://www.pa-malangkota.go.id