• Tidak ada hasil yang ditemukan

peran orang tua dalam melaksanakan fungsi

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "peran orang tua dalam melaksanakan fungsi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN ORANG TUA DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI KELUARGA DI RW IX KELURAHAN INDARUNG

KECAMATAN LUBUK KILANGAN PADANG

ARTIKEL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)

Oleh

YOSSY KUMALA SARY 11060094

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)

PERAN ORANG TUA DALAM MELAKSANAKAN FUNGSI KELUARGA DI RW IX KELURAHAN INDARUNG

KECAMATAN LUBUK KILANGAN PADANG Oleh:

Yossy Kumala Sary *

Dra Hj. Fitria Kasih, M.Pd., Kons. **

Ahmad Zaini, S.Ag., M.Pd. **

Student * Lectures **

Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI Sumatera Barat Abstract

This research was background by there were many parent who was not good in doing family function. This research purpose was to know: 1)Parent Role in doing Family Function as education function. 2) Parent Role in doing Family Function as socialization. This research was descriptive quantity research. The population of this research was all parent (mother) who was in RW IX with 213 parents. The sample taken was by proportional area random sampling. Total sample was 69 parent. Data was gotten that parent in doing family function was in not good criteria. The result of research recommended to parent to be able to do family function well like parent has been example for children in attitude so that children can develop well and family will be comfortable place for children in development, neither in education nor children social environment.

Keyword: Parent Role, Family function, Education function, Socialization function.

Pendahuluan

Secara umum keluarga merupakan suatu lembaga yang terdiri atas suami istri dan anak-anaknya yang belum menikah, hidup dalam sebuah kesatuan kelompok berdasarkan ikatan tertentu. Menurut Dewantara (Sadulloh, 2010: 186) secara etimologis kata keluarga berasal dari kata kawula dan warga. Kawula berarti abdi yakni hamba dan warga berarti anggota.

Sebagai abdi di dalam keluarga wajiblah seseorang menyerahkan segala kepentingan-kepentingannya kepada keluarga. Sebaliknya sebagai warga atau anggota, seseorang berhak sepenuhnya untuk ikut mengurus segala kepentingan keluarganya tadi.

Soelaeman (Sadulloh, 2010: 187) mengemukakan pengertian keluarga dalam arti luas dan dalam arti sempit, dalam arti luas berkaitan dengan hubungan meliputi semua pihak yang ada pada hubungan darah sehingga sering tampil sebagai klan atau marga, dan dalam arti sempit keluarga yang didasarkan pada hubungan darah terdiri dari ayah, ibu, anak yang dijuluki dengan internal triangle.

Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan

sosial. Karena dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti.

Berdasarkan dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau unteraksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, walaupun di antara mereka tidak terdapat hubungan darah (Djamarah, 2014: 18).

Menurut Lestari (2012: 9) pada umumnya keluarga dimulai dengan perkawinan laki-laki dan perempuan dewasa. Pada tahap ini relasi yang terjadi berupa relasi pasangan suami istri. Ketika anak pertama lahir muncullah bentuk relasi yang baru, yaitu relasi orang tua-anak.

Ketika anak berikutnya lahir muncul lagi bentuk relasi yang lain, yaitu relasi sibling (saudara sekandung). Ketiga macam relasi tersebut merupakan bentuk relasi yang pokok dalam suatu keluarga inti. Dalam keluarga yang lebih luas anggotanya atau keluarga batih, bentuk-bentuk relasi yang terjadi akan lebih banyak lagi. Setiap

(3)

bentuk relasi yang terjadi dalam keluarga biasanya memiliki karakteristik yang berbeda. Berikut ini dipaparkan karakteristik relasi tersebut:

1. Relasi dengan Suami Istri

Sebagai permulaan bagi relasi yang lain, relasi suami istri memberi landasan dan menentukan warna bagi keseluruhan relasi di dalam keluarga.

Banyak keluarga yang berantakan ketika terjadi kegagalan dalam relasi suami istri. Kunci bagi kelanggengan perkawinan adalah keberhasilan melakukan penyesuaian diantara pasangan.

Fleksibilitas pasangan merefleksikan kemampuan pasangan untuk berubah dan beradaptasi saat diperlukan. Hal ini berkaitan dengan tugas dan peran yang muncul dalam relasi suami istri. Dalam relasi suami istri memang diperlukan adanya kejelasan dalam pembagian peran yang menjadi tanggung jawab suami dan menjadi tanggung jawab istri. Namun demikian, pembagian peran seyogyanya tidak bersifat kaku dan dapat disesuaikan melalui kesepakatan yang dibuat bersama berdasarkan situasi yang dihadapi oleh pasangan suami istri.

2. Relasi Orang Tua-Anak

Menjadi orang tua merupakan salah satu tahapan yang dijalani oleh pasangan yang memiliki anak. Menurut Chen (Lestari, 2012: 18) kualitas hubungan orang tua-anak merefleksikan tingkatan dalam hal kehangatan, rasa aman, kepercayaan, afeksi positif dan ketanggapan dalam hubungan mereka.

Menurut Hinde (Lestari, 2012: 19) relasi orang tua-anak mengandung beberapa prinsip pokok, yaitu: a. interaksi, b.

kontribusi mutual, c. keunikan, d.

pengharapan masa lalu, e. antisipasi masa depan.

3. Relasi Antarsaudara

Hubungan dengan saudara merupakan jenis hubungan yang berlangsung dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat bertahan hingga dewasa. Menurut Dunn (Lestari, 2012:

20) pola hubungan antara saudara kandung dicirikan oleh tiga karakteristik. Pertama, kekuatan emosi dan tidak terhambatnya pengungkapan emosi tersebut. Kedua, keintiman yang membuat antarsaudara kandung saling mengenal secara pribadi. Ketiga, adanya

perbedaan sifat yang mewarnai hubungan diantara saudara kandung.

Tallman & Hsiao (Lestari, 2012: 21) mengemukakan manfaat keberadaan saudara kandung yaitu:

1. Sebagai tempat uji coba (testing ground) 2. Sebagai guru

3. Sebagai mitra dalam berlatih keterampilan negosiasi

4. Sebagai sarana untuk belajar mengenai konsekuensi dari kerja sama dan konflik.

5. Sebagai sarana untuk mengetahui manfaat dari komitmen dan kesetiaan.

6. Sebagai pelindung bagi saudaranya 7. Sebagai penerjemah dari maksud orang

tua dan teman sebaya terhadap adiknya.

8. Sebagai pembuka jalan saat ide baru tentang suatu perilaku dikenalkan pada keluarga.

Siahaan (1986: 1-4) menyatakan mendidik anak adalah tugas yang sangat mulia. Seorang ibu memegang peranan penting dalam mendidik anak dilingkungan rumah tangga, sebab ibulah yang hampir setiap hari berada di rumah. Seorang ibu adalah guru pertama dan paling penting bagi anak. Dalam keluarga, ibu bapak sebagai gurunya, maka anak harus belajar segala pelajaran yang akan memimpinnya sepanjang hidupnya, yaitu pelajaran- pelajaran tentang penghormatan, penurutan, pengendalian diri, dan kejujuran. Ini merupakan mata pelajaran dasar yang perlu diajarkan seorang ibu di dalam rumah tangga.

Menurut Siahaan, (1986: 23)

“Seorang ayah sungguh diharapkan agar mempunyai kesadaran bahwa ia juga perlu turut bertanggung jawab dalam perawatan, penjagaan, pendidikan, dan membimbing anak-anaknya bersama dengan sang istri”.

White (Siahaan, 1986: 24) menyatakan kewajiban bapak kepada anak-anaknya tidak dapat dipindahkan kepada ibu. Kalau ibu melakukan kewajibannya sendiri, ia pun mempunyai cukup tanggung jawab untuk dipikul”.

Sadulloh (2010: 186) menjelaskan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak yang memberikan sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik dalam kehidupannya. Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya mengidentifikasi diri dengan orang tua melainkan juga mengidentifikasi (mensatupadukan) diri dengan kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.

(4)

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.

Sehubungan dengan itu, dalam rangka untuk membangun keluarga yang berkualitas tidak terlepas dari usaha anggota keluarga untuk mengembangkan keluarga yang berkualitas yang diarahkan pada terwujudnya kualitas keluarga yang bercirikan kemandirian keluarga dan ketahanan keluarga. Sedangkan penyelenggaraan pengembangan keluarga yang berkualitas ditujukan agar keluarga dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan materiil sehingga dapat menjalankan fungsi keluarga secara optimal (Djamarah, 2014:

22).

Keluarga berfungsi untuk membekali setiap anggota keluarganya agar dapat hidup sesuai dengan tuntutan nilai- nilai agama, pribadi dan lingkungan.

Soelaeman (Sadulloh, 2010: 188) mengemukakan beberapa fungsi keluarga yaitu: 1. fungsi edukasi, 2. fungsi sosialisasi, 3. fungsi proteksi (perlindungan), 4. fungsi afeksi (perasaan), 5. fungsi religius, 6. fungsi ekonomi, 7.

fungsi rekreasi, 8. fungsi biologis.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada tanggal 08 Februari 2015 di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan, peneliti melihat ada beberapa orang tua yang melarang anaknya bermain atau bersosialiasi dengan orang lain, alasannya karena takut anaknya sakit atau terluka. Hal ini membuat anak menjadi takut untuk bertemu dengan orang lain dan hanya bersosialisasi di rumahnya saja. Ada juga orang tua yang ketika berbicara kepada anak menggunakan bahasa yang kurang baik sehingga anak juga terbiasa menggunakan bahasa tersebut kepada orang lain.

Ada orang tua yang selalu menuruti keinginan anak, sehingga membuat anak menjadi manja dan ketika keinginan anak tidak dituruti maka anak akan marah. Ketika anak berbuat kesalahan, orang tua memarahi anak dengan menggunakan bahasa yang kurang baik.

Ada beberapa anak yang jika dinasehati

oleh orang tuanya, ia malah melawan kepada orang tuanya.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 10 Februari 2015 dengan 1 orang anak di RW IX Kelurahan Indarung, peneliti memperoleh informasi bahwa anak berbicara dengan bahasa yang kurang baik karena ia mendengar orang tuanya juga berbicara seperti itu. Anak bersifat manja dan semua keinginannya harus dituruti itu karena di rumah, orang tuanya selalu menuruti keinginannya. Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Peran orang tua dalam melaksanakan fungsi keluarga di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang”.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Peran orang tua dalam melaksanakan fungsi keluarga sebagai fungsi edukasi di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang.

2. Peran orang tua dalam melaksanakan fungsi keluarga sebagai fungsi sosialisasi di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang.

Berdasarkan permasalahan yang terdahulu, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peran orang tua dalam melaksanakan fungsi keluarga di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang?”

Sebagaimana yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Peran orang tua dalam melaksanakan fungsi keluarga sebagai fungsi edukasi di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang.

2. Peran orang tua dalam melaksanakan fungsi keluarga sebagai fungsi sosialisasi di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang.

Metode Penelitian

Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif kuantitatif, dimana mendeskripsikan suatu gejala, fakta, peristiwa atau kejadian yang sedang atau sudah terjadi apa adanya. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode

(5)

penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013:147).

Menurut Yusuf (2005: 83) penelitian deskriptif adalah salah satu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu.Sedangkan menurut Lufri (2007:

56) penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskribsikan suatu gejala, fakta, peristiwa atau kejadian yang sedang atau sudah terjadi.

Pengertian penelitian deskriptif menurut Iskandar (2009:61) penelitian untuk memberi uraian mengenai fenomena atau gejala sosial yang ditelitidengan mendeskripsikan tentang nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih berdasarkan indikator-indikator dari variabel yang diteliti tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel yang diteliti guna untuk eksplorasi dan klasifikasi.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 3 Oktober 2015. Peneliti memilih tempat di RW 02 Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang, karena pada saat melakukan pengamatan peneliti menemukan adanya orang tua yang kurang baik dalam melaksanakan fungsi keluarga.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh orang tua (ibu) yang ada di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan sebanyak 213 orang tua dan sampel dalam penelitian ini sebanyak 69 orang tua dengan teknik pengambilan sampel yaitu proportional area random sampling.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data interval. Riduwan (2010: 85) mengungkapkan bahwa “Data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data lain dan mempunyai bobot yang sama”. Adapun data yang akan diintervalkan dalam penelitian ini adalah data tentang peran orang tua dalam melaksanakan fungsi keluarga di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang. Data ini diperoleh langsung dari responden yang diteliti dengan cara penyebaran angket yang disusun sesuai permasalahan yang diteliti.

Adapun langkah-langkah dalam penyusunan angket tersebut adalah sebagai berikut:

1. Melakukan studi kepustakaan untuk mendalami teori-teori yang berkaitan dengan dampak pola perlakuan orang tua pada perilaku remaja.

2. Membuat kisi-kisi instrumen

3. Menyusun atau merumuskan item pernyataan.

4. Angket disusun dengan lima alternatif jawaban, dimana jawaban menggunakan tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang telah tersedia, maka skala pengukuran yang akan digunakan peneliti adalah dengan menggunakan

“Skala Likert”. Menurut Riduwan (2010: 16) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial, dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator yang dapat diukur.

Penentuan alternatif pilihan jawaban adalah dengan menggunakan angket, maka karena itu peneliti menggunakan lima alternatif jawaban yang disediakan dalam penelitian ini yaitu “Selalu”,

“Sering”, “Kadang-kadang”, “Jarang”

dan “Tidak Pernah”.

5. Angket di judge oleh 3 orang Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling (Prodi BK STKIP PGRI Sumbar), yaitu Bapak Yuzarion Zubir, S.Ag.,S.Psi., M.Si, Bapak Ryan Hidayat Rafiola, M.Pd., Kons, dan Bapak Rici Kardo, M.Pd. Dari 76 item, setelah dilakukan analisis hasil judge ternyata semua item diterima, jadi item yang diterima berjumlah 76.

6. Setelah di judge ada beberapa hal yang mungkin perlu diperbaiki, kemudian angket diperbaiki dan dikonsultasikan kembali kepada dosen pembimbing.

7. Selanjutnya dilakukan uji coba angket kepada 10 orang responden di luar dari sampel penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen.

8. Selanjutnya melakukan uji validitas dan reliabilitas.

9. Reliabel menunjukan suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dikumpulkan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik mencari reabilitas.

(6)

Angket yang telah dikumpulkan dari orang tua yang menjadi sampel penelitian lalu diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memeriksa kelengkapan isi angket yang telah diterima dari sampel penelitian.

2. Membuat pengolahan berdasarkan item pernyataan penelitian.

3. Mencari dan menghitung jumlah serta memasukkan ke dalam tabel pengolahan.

4. Menghitung persentase masing-masing frekuensi yang diperoleh dengan menggunakan teknik analisis persentase Sudjana (2002: 50

)

sebagai berikut:

P = X 100 Keterangan : P = persentase n = jumlah sampel f = frekuensi

100 = jumlah angka mutlak

5. Menetapkan kriteria penilaian masing- masing data yang diperoleh dengan batasan yang telah ditentukan.

Dikemukakan oleh Riduwan (2010: 89) yaitu:

a. 81-100% = Sangat Baik b. 61-80% = Baik c. 41-60% = Cukup Baik d. 21-40% = Kurang Baik e. 0-20% = Sangat Kurang Baik Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran orang tua dalam melkasanakan fungsi keluarga di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang berada pada kriteria kurang baik (46,4%). Hasil penelitian ini akan dibahas berdasarkan sub variabel dari peran orang tua dalam melaksanakan fungsi pendidikan dan peran orang tua dalam melaksanakan fungsi sosialisasi, berikut paparan pembahasannya:

1. Peran orang tua dalam melaksanakan fungsi keluarga dilihat dari fungsi edukasi di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang.

Berdasarkan hasil angket mengenai peran orang tua dalam melaksanakan fungsi keluarga dilihat dari fungsi edukasi di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang terungkap bahwa peran orang tua berada pada kriteria kurang baik yaitu 31 responden (44,9%). Apabila dilihat dari masing-masing indikator yaitu (1) orang tua sebagai pengasuh

berada pada kriteria kurang baik sebanyak 39 responden (56,5%), (2) orang tua sebagai pembimbing berada pada kriteria kurang baik sebanyak 34 responden (49,3%), (3) orang tua sebagai guru berada pada kriteria kurang baik sebanyak 33 responden (47.8%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan peneliti menemukan bahwa peran orang tua dalam melaksanakan fungsi keluarga ditinjau dari fungsi edukasi kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua kurang baik dalam melaksanakan fungsi edukasi baik peran orang tua sebagai pengasuh terhadap anak-anaknya, peran orang tua sebagai pembimbing bagi anak- anaknya dan peran orang tua sebagai guru bagi anak-anaknya.

Menurut Soelaeman (Sadulloh, 2010: 188) fungsi edukasi berkaitan dengan keluarga sebagai wahana pendidikan khususnya dan pendidikan anggota keluarga lainnya. Keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama bagi anak- anaknya agar menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju dan mandiri, sesuai dengan tuntutan perkembangan waktu. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak dimana tanggung jawabnya dipikul oleh orang tua sebagai salah satu unsur tri pusat pendidikan.

Orang tua harus dapat menciptakan situasi pendidikan yang dihayati anak didik sebagai iklim pendidikan dan mengundangnya pada perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada tujuan pendidikan dengan memberi contoh teladan disertai dengan fasilitas yang memadai. Bagi anak, keluarga merupakan tempat/alam pertama dikenal dan merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk menerima pendidikan. Orang tua secara kodrati langsung memikul tenaga sebagai pendidik, baik bersifat sebagai pemelihara, sebagai pengasuh, sebagai pembimbing, sebagai pembina maupun sebagai guru dan pemimpin terhadap anak- anaknya.

Menurut Helmawati (2004: 44) pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan martabat dan peradaban manusia. Sebagai seorang pemimpin dalam keluarga, seorang kepala keluarga hendaknya memberikan bimbingan dan pendidikan bagi setiap anggota keluarganya, baik istri maupun anak-anaknya. Bagi seorang istri, pendidikan sangat penting. Dengan bertambahnya pengetahuan da wawasan

(7)

maka akan memudahkan perannya sebagai pengelola dalam rumah tangga dan pendidik utama bagi anak-anaknya.

2. Peran orang tua dalam melaksanakan fungsi keluarga dilihat dari fungsi sosialisasi di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran oarng tua dalam melaksanakan fungsi keluarga ditinjau dari fungsi sosialisasi terungkap bahwa peran orang tua dalam melaksanakan fungsi sosialisasi berada pada kriteria kurang baik sebanyak 36 responden dengan persentase 52,2%. Jika dilihat dari masing-masing indikator yaitu: 1) Orang tua mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik berada pada kriteria kurang baik yaitu 34 responden dengan persentase 49,3%, 2) Orang tua menjadi penghubung anak dengan kehidupan sosial berada pada kriteria cukup baik yaitu 36 responden dengan persentase 52,2%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan peneliti menemukan bahwa peran orang tua dalam melaksanakan fungsi keluarga ditinjau dari fungsi sosialisasi kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua kurang baik dalam melaksanakan fungsi sosialisasi, dalam mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik sehingga nantinya anak akan dapat diterima di masyarakat serta orang tua menjadi penghubung anak dengan kehidupan sosialnya baik dengan teman-teman dan masyarakat, sehingga anak dapat dengan mudah bersosialisasi dengan masyarakat.

Menurut Soelaeman (Sadulloh, 2010: 189) sosialiasi dapat diartikan belajar sosial, artinya anak mempelajari nilai-nilai sosial. Kehidupan anak dan dunianya merupakan suatu kehidupan dua dunia yang utuh, terpadu dan dihayati anak sebagai suatu kesatuan hidup di dunia. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali memperkenalkan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Lingkungan keluarga bertugas tidak hanya mengembangakan individu yang memiliki kepribadian utuh, namun juga mempersiapkan sebagai anggota masyarakat yang baik, berguna bagi kehidupan masyarakatnya.

Keluarga menjadi penghubung anak dengan kehidupan sosial, dengan pembiasaan nilai-nilai norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Nilai-nilai

tersebut dapat berupa nilai-nilai kelompok, nilai keagamaan, dan nilai kemasyarakatan lainnya. Dalam keluargalah pertama kali berlangsung proses memanusiakan manusia (humanisasi).

Menurut Helmawati (2004: 47) sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Dalam keluarga, anak pertama kali hidup bersosialisasi. Anak mulai belajar berkomunikasi dengan orangtuanya malalui pendengaran dan gerakan atau isyarat hingga anak mampu berbicara.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan mengenai Peran Orang Tua dalam Melaksanakan Fungsi Keluarga di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang.

Temuan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Peran orang tua dalam melaksanakan fungsi keluarga di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang pada fungsi edukasi termasuk ke dalam kategori kurang baik.

2. Peran orang tua dalam melaksanakan fungsi keluarga di RW IX Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang pada fungsi sosialisasi termasuk ke dalam kategori kurang baik.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dalam penelitian ini, peneliti ingin mengajukan beberapa saran kepada:

1. Orang tua, diharapkan agar dapat melaksanakan fungsi-fungsi keluarga dengan baik sehingga akan berpengaruh baik kepada anak. Dalam melaksanakan fungsi edukasi, orang tua diharapkan memberikan pendidikan dan contoh yang baik untuk anak. Dalam melaksanakan fungsi sosialisasi, orang tua diharapkan dapat mempersiapkan anak untuk bersosialisasi di masyarakat dengan baik sehingga nantinya anak akan diterima di masyarakat dengan baik.

2. Anak, diharapkan dapat menjadi pribadi yang baik dan diharapkan dapat bersosialisasi dengan baik dengan masyarakat.

3. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan program

(8)

perkuliahan untuk menyiapkan tenaga- tenaga konselor di sekolah dan dimasyarakat, khususnya untuk fungsi- fungsi keluarga.

4. Peneliti selanjutnya, direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti enam fungsi keluarga yang lainnya.

Kepustakaan

Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga: Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak.

Jakarta: Rineka Cipta.

Iskandar. 2009.Metedologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).

Jakarta: GP Press.

Lestasi, Sri. 2012. Psikologi Keluarga.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Lufri. 2007. Kiat Memahami dan

Melakukan Penelitian.

Padang: UNP Press.

Riduwan. 2010. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistik. Bandung:

Alfabeta.

Rullya, Irvan. 2014. Profil Gaya Berkomunikasi Orangtua dalam Kepemimpinan di Lingkungan Keluarga pada Peserta Didik Kelas VIII di SMP N 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi tidak diterbitkan. STKIP PGRI Sumatera Barat

.

Sadulloh, Uyoh. 2010. Pedagogik ( ilmu mendidik). Bandung: Alfabeta.

Siahaan, Henry N. 1986. Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak. Bandung:

Angkasa.

Sudjana. 2002. Metode Penelitian Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Yusuf, A Muri. 2005. Metodologi

Penelitian. Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait