• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)PERAN PUBLIC RELATIONS DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA ORGANISASI Nurfitriani M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)PERAN PUBLIC RELATIONS DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA ORGANISASI Nurfitriani M"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PUBLIC RELATIONS DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA ORGANISASI

Nurfitriani M. Siregar Email: ifitsiregar17@gmail.com

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Padangsidimpuan

Abstract

Public Relations concerns the interests of every organization, be it commercial or non-commercial organizations. What is commonly referred to as Public Relations consists of all forms of communication that are held between the organization concerned and the public or anyone with whom they have contact. Then organizational culture is a value that guides human resources to deal with external problems and adjustment of integration into the company, so that each member of the organization must understand the values that exist and how they should act or behave. So that the role of Public Relations (the stages of fact finding, planning, communicating, and evaluation) fully refers to the managerial approach. then Public Relations management can be formulated as a process of a group of people coordinating, leading certain activities to achieve common goals.

Keywords ; Public Relations, Organizational Culture

Abstrak

Public Relations menyangkut kepentingan setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial maupun yang non komersial. Apa yang biasa di sebut sebagai Public Relations terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan publik ataupun siapa saja yang menjalin kontak dengannya. Kemudian Budaya organisasi adalah suatu nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan, sehingga masing- masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana meraka harus bertindak atau berperilaku. Sehingga peranan Public Relations (tahapan fact finding, planning, communicating, dan evaluation) sepenuhnya mengacu pada pendekatan manajerial. kemudian manajemen Public Relations dapat dirumuskan sebagai suatu proses dari kelompok orang-orang yang secara koordinatif, memimpin kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

Kata Kunci ; Public Relations, Budaya Organisasi

Pendahuluan

(2)

Humas kependekan dari hubungan masyarakat. Hal ini seringkali disederhanakan sebagai sebuah terjemahan dari istilah Public Relations (PR).

Sebagai ilmu pengetahuan, PR masih relatif baru bagi masyarakat Indonesia.

PR sendiri merupakan gabungan berbagai imu dan termasuk dalam jajaran ilmu-ilmu sosial seperti halnya ilmu politik, ekonomi, sejarah, psikologi, sosiologi, komunikasi dan lain-lain.

Tipe-tipe organisasi saat ini sangat bervariasi dalam hal ruang lingkup dan ukuran dan mungkin akan memiliki beberapa praktik yang unik pada organisasi itu. Misalnya, sebuah organisasi yang umum adalah organisasi akademik yaitu universitas. Terdapat beberapa ritual dalam perguruan tinggi, seperti orientasi mahasiswa baru. Praktik-praktik seperti bimbingan dan magang juga memberi ciri kebanyakan institusi di perguruan tinggi.

Jelaslah bahwa inti dari kehidupan organisasi ditemukan di dalam budayanya. Dalam hal ini, budaya tidak mengacu pada keanekaragaman ras, etnis, dan latar belakang individu. Melainkan budaya adalah suatu cara hidup di dalam sebuah organisasi. Budaya organisasi mencakup iklim atau atmosfer emosional dan psikologis. Hal ini mungkin mencakup semangat kerja karyawan, sikap, dan tingkat produktivitas. Budaya organisasi juga mencakup simbol (tindakan, rutinitas, percakapan, dan sebagainya) dan makna-makna yang dilekatkan orang pada simbol- simbol ini. Makna dan pemahaman budaya dicapai melalui interaksi yang terjadi antar pegawai dan pihak manajemen.

Dewasa ini, Public Relations harus berhadapan dengan fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu buruk, baik, atau tanpa pengaruh yang jelas. Karena itu, staf Public Relations dituntut mampu menjadikan orang-orang lain memahami suatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra lembaga yang diwakilinya.

Budaya Orgnanisasi

Budaya organisasi secara luas yaitu suatu sistem dari nilai-nilai yang dipegang bersama tentang apa yang penting serta keyakinan tentang bagaimana dunia itu berjalan. Budaya organisasi adalah suatu nilai-nilai

(3)

yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana meraka harus bertindak atau berperilaku.1

Budaya itu sendiri memiliki tiga tingkatan yang saling berinteraksi satu sama lain. Tingkatan yang pertama berupa benda-benda hasil kecerdasan dan kreasi manusia (artefacts dan creation). Tingkatan kedua adalah nilai-nilai dan ideologi yang merupakan aturan, prinsip, norma, nilai, dan moral yang menuntun organisasi dan merupakan harta kekayaan yang ingin mereka penuhi. Tingkatan ketiga adalah asumsi dasar yang tidak disadari mengenai keadaan kebenaran dan kenyataan, kemanusiaan, hubungan manusia dengan alam, hubungan antar manusia, keadaan waktu dan alam semesta.

Budaya oganisasi didefinisikan sebagai perencanaan bersama dari pola pikir (collective programming mind) yang membedakan anggota- anggota dari suatu kelompok masyarakat dengan kelompok dari suatu budaya yang lain. Pola pikir ini pada dasarnya hanya ada dalam pikiran individu yang kemudian mengalami kristalisasi dan memiliki bentuk. Pada gilirannya pola pikir bersama ini akan meningkatkan sikap mental para anggota kelompok tersebut.

Budaya organisasi yang terbentuk, dikembangkan, diperkuat atau bahkan diubah, memerlukan praktik yang dapat membantu menyatukan nilai budaya anggota dengan nilai budaya organisasi. Praktik tersebut dapat dilakukan melalui induksi atau sosialisasi, yaitu melalui transformasi budaya organisasi. Sosialisasi organisasi merupakan serangkaian aktivitas yang secara substantif berdampak kepada penyesuaian aktivitas individual dan keberhasilan organisasi, antara lain komitmen, kepuasan dan kinerja.

Beberapa langkah sosialisasi yang dapat membantu dan mempertahankan budaya organisasi adalah melalui seleksi calon karyawan, penempatan, pendalaman bidang pekerjaan, penialian kinerja, dan pemberian

1Mudji Sutrisno dan Hendra putranto, Teori-teori Kebudayaan, (Jakarta: Kanisius, 2009), hlm. 148.

(4)

penghargaan, penanaman kesetiaan pada nilai-nilai luhur, perluasan cerita dan berita, pengakuan kinerja dan promosi. Berbagai praktik di atas dapat memperkuat budaya organisasi dan memastikan karyawan yang bekerja sesuai dengan budaya organisasi memberikan imbalan sesuai dukungan yang dilakukan. Sosialisasi yang efektif akan menghasilkan kepuasan kerja, komitmen organisasi, rasa percaya diri pada pekerjaan, mengurangi tekanan serta kemungkinan keluar dari pekerjaan. Beberapa hal yang dapat dilakukan organisasi untuk mempertahankan organisasi adalah menyusun asumsi dasar, menyatakan dan memperkuat nilai yang diinginkan dan menyosialisasikan melalui contoh.2

Adapun sejumlah karakteristik yang penting dari budaya organisasi, yang meliputi:

a. Aturan-Aturan Perilaku, yaitu bahasa, terminologi, dan ritual yang biasa dipergunakan oleh anggota organisasi.

b. Norma, adalah standar perilaku yang menjadi petunjuk bagaimana melakukan sesuatu. Lebih jauh di masyarakat kita kenal adanya norma agama, norma susila, norma sosial, norma adat, dll.

c. Nilai-Nilai Dominan, adalah nilai utama yang diharapkan dari organisasi untuk dikerjakan oleh para anggota, misalnya tingginya kualitas produk, rendahnya tingkat absensi, tingginya produktivitas dan efisiensi, serta tingginya disiplin kerja.

d. Filosofi, adalah kebijakan yang dipercaya organisasi tentang hal-hal yang disukai para karyawan dan pelanggannya, seperti “Kepuasan Anda Adalah Harapan Kami”.

e. Peraturan-Peraturan, adalah aturan yang tegas dari organisasi. Pegawai baru harus mempelajari peraturan ini agar keberadaannya dapat diterima dalam organisasi.

f. Iklim Organisasi, adalah keseluruhan perasaan yang meliputi hal-hal fisik, bagaimana para anggota berinteraksi dan bagaimana para anggota

2Sutedjo D.O. Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi. (Yogyakarta: Andi, 2002), hlm. 11.

(5)

organisasi mengendalikan diri dalam berhubungan dengan pelanggan atau pihak luar organisasi.

Selanjutnya ada empat dimensi budaya, yaitu:

a. Penghindaran Atas Ketidakpastian, adalah tingkat dimana anggota masyarakat merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas. Perasaan ini mengarahkan mereka untuk mempercayai kepastian yang menjanjikan dan untuk memelihara lembaga-lembaga yang melindungi penyesuaian.

b. Maskulin VS Feminisme, Maskulinitas berarti kecenderungan dalam masyarakat akan prestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan materil. Feminitas berarti kecenderungan akan kesederhanaan, perhatian pada yang lemah, dan kualitas hidup.

c. Jarak Kekuasaan, adalah ukuran dimana anggota suatu masyarakat menerima bahwa kekuasaan dalam lembaga atau organisasi tidak didistribusikan secara merata.

d. Individualisme/Kolektivitisme, Individualisme merupakan sifat kultur nasional yang mendeskripsikan tingkatan dimana orang lebih suka bertindak sebagai individu daripada sebagai kelompok. Kolektivitisme menunjukkan kerangka sosial yang kuat dimana individu mengharap orang lain dalam kelompok mereka untuk menjaga dan melindungi mereka.

Menurut Cameron dan Quinn, Handy mengemukakan 4 (empat) tipe budaya perusahaan yaitu:

a. Budaya Kekuasaan (Power Culture)

Merupakan sumber kekuatan inti yang menonjolkan kontrol. ada beberapa peraturan atau prosedur dan atmosfer kompetitif, berorientasi pada kekuatan, dan politis.

b. Budaya Peran (Role Culture)

Pekerjaan dikontrol oleh prosedur dan peraturan. Peran atau deskripsi jabatan adalah lebih penting daripada orang yang mengisi jabatan tersebut.

(6)

c. Budaya Pendukung (Support Culture)

Tujuannya bersama-sama membawa orang yang tepat dan membiarkan mereka melakukan tugas. Pengaruhnya lebih didasarkan pada kekuatan ahli daripada kekuatan posisi atau pribadi.

d. Budaya Orang (People Culture)

Individu adalah titik utama, perusahaan hanya ada untuk melayani individu yang ada dalam perusahaan.3

Peran PR dalam Pengembangan Budaya Organisasi

Seiring dengan pesatnya pembangunan dalam berbagai bidang dan memasuki era globalisasi, maka makin terasa pula kebutuhan peran seorang Public Relations dalam menunjang efektifitas sebuah organisasi. Misalnya dalam bidang industri, perusahaan, pendidikan, pemerintahan, kerohanian, sosial, ekonomi, politik, perburuhan dan lain sebagainya.4

Public Relations menyangkut kepentingan setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial maupun yang non komersial. Apa yang biasa di sebut sebagai Public Relations terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan publik ataupun siapa saja yang menjalin kontak dengannya.

Menurut Grisworld tujuan PR adalah untuk meningkatkan kegairahan kerja para bawahan atau para karyawan dan bagaimana membangun hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan yang menekankan pada internal publik. Tujuan sentral PR yang akan dicapai adalah tujuan organisasi, sebab PR dibentuk atau digiatkan guna menunjang manajemen yang berupaya mencapai tujuan organisasi. Untuk mencapai tujuannya seorang Public Relations harus mengembangkan goodwill dan memperoleh opini publik favorable atau menciptakan kerja sama berdasarkan hubungan yang harmonis dengan berbagai publik.

3Elvinaro Ardianto dan Soleh Sumirat, Dasar-dasar Public Relations, Cetakan Ketiga, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm 23.

4Arni, Muhammad, Komunikasi Organisasi, Cetakan ketujuh, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 56.

(7)

Kegiatan Public Relations harus dikerahkan ke dalam (internal Public Relations) maupun keluar perusahaan (eksternal Public Relations).5

Proses peranan Public Relations (tahapan fact finding, planning, communicating, dan evaluation) sepenuhnya mengacu pada pendekatan manajerial. kemudian manajemen Public Relations dapat dirumuskan sebagai suatu proses dari kelompok orang-orang yang secara koordinatif, memimpin kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

Strategi sebuah organisasi (yang membedakan lingkup arah dan tujuan jangka panjang) ditentukan setelah melakukan analisis dan pengambilan keputusan. Pada umumnya orang, baik dalam lingkungan atau diluar lingkungan organisasi, akan memberikan kontribusi pada proses tersebut. Setelah mengembangkan sebuah strategi selanjutnya mengkomunikasikannya sehingga dapat diimplementasikan dan mendapat dukungan. Public Relations memiliki peran penting dalam proses tersebut, baik dalam membantu membangun strategi itu sendiri atau dalam mengkomunikasikannya.

Public relations berkaitan dengan pemikiran-pemikiran pada tingkat manajemen. Dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana sebuah organisasi menyusun kebijakan sehingga memperlihatkan sebuah kinerja yang bertanggung jawab. Ini berkaitan dengan kenyataan bahwa penampilan yang bertanggung jawab merupakan dasar penerimaan publik terhadap sebuah organisasi. Kinerja yang bertanggung jawab biasanya dicirikan dengan antara lain, perusahaan bertindak sesuai dengan kepentingan publik, perusahaan harus benar secara hukum, dan perusahaan harus berpedoman pada moralitas. Jika salah satu dari unsur ini dilanggar oleh perusahaan, maka reputasi perusahaan berada dalam taruhannya.

Masalah public relations muncul manakala perusahaan melanggar salah satu unsur tersebut. Ini berarti public relationship sebuah organisasi menjadi tanggung jawab para pengelola organisasi tersebut. Sehingga tidak

5Frank Jefkins, Public Relations, Edisi Kelima, Direvisi Oleh Daniel Yadin, (Jakarta:

Erlangga, 2003), hlm. 33.

(8)

salah bila ada yang mengatakan bahwa perusahaan juga menjalankan kegiatan public relations. Public relationship sebuah perusahaan tidak semata-mata menjadi tanggung jawab bidang Public Relations. Ia harus menjadi tanggung jawab para pemimpin puncak dalam sebuah perusahaan ataupun organisasi.

Konsekuensi konsep ini adalah praktisi public relations menjadi penasehat bagi manajemen sehingga menghasilkan kebijakan yang masuk akal dan bisa diterima oleh publik, karena kebijakan dan tindakan organisasi sesuai dengan kepentingan publik. Public relations juga menjadi bagian penting dari pembuat keputusan pada tingkat korporat, yang ikut membantu perubahan organisasi. Dalam hal ini public relations harus menjadi bagian dari manajemen puncak dalam sebuah organisasi.

Dalam konsep public relations sebagai fungsi komunikasi, penting difahami bahwa kegiatan utama public relations adalah melakukan komunikasi. Maka dikatakan bahwa public relations sebagai fungsi staff khusus yang melayani para pemimpin organisasi, khususnya dalam membantu organisasi berkomunikasi dengan publik-publiknya.

Sebenarnya, setiap manajer dalam organisasi terlibat dan bertanggung jawab dalam komunikasi organisasi. Ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa sebenarnya berorganisasi adalah berkomunikasi.

Namun demikian, public relations punya tanggung jawab tambahan dan spesifik.

Peran Public Relations tersebut diharapkan menjadi “mata” dan

“telinga” serta “tangan kanan” bagi top manajemen dari organisasi, ruang lingkup tugasnya meliputi:

a. Membina hubungan kedalam (Publik Internal), yaitu publik yang menjadi bagian dari perusahaan/organisasi itu sendiri. Efektifitas hubungan publik internal memerlukan suatu kombinasi antara:

1) Sistem manajemen yang sifatnya terbuka (open management ).

2) Kesadaran pihak manajemen terhadap nilai dan pentingnya memelihara komunikasi timbal balik dengan para karyawan.

(9)

3) Kemampuan Public Relations yang memiliki keterampilan manajerial ( manager skill ) serta berpengalaman.

b. Membina hubungan keluar (Publik Eksternal), yaitu publik umum atau masyarakat mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran yang positif publik terhadap lembaga yang diwakilinya.

Jadi peranan humas atau Public Relations tersebut dua arah seperti dijelaskan diatas yaitu beorientasi kedalam (inward looking).

Public Relations ada untuk memastikan bahwa pesan yang dibawa tepat disajikan kepada publik. Pesan ini bisa mengenai produk dan dengan mempertimbangkan :

a. Kinerjanya

b. Perusahaan dan etikanya

c. Kesehatan keuangan perusahaan

d. Reputasinya sebagai atasan yang baik dan penuh perhatian.6

Walaupun organisasi bisa berjalan tanpa Public Relations, mereka yang menggunakan Public Relations secara efektif akan lebih mudah menjual produknya, merekrut dan mempertahankan staf serta berurusan dengan rekan luar organisasinya.

Riset Public Relation

a. Defenisi, Riset Marketing

Yang dimaksud dengan riset pemasaran adalah desain, koleksi, analisis, dan laporan data, serta penemuan-penemuan relevan yang sistematis untuk situasi pemasaran tertentu yang diahadapi perusahaan.7

Menurut Walter B. Wentz dalam bukunya MARKETING RESEARCH : Management and Method, riset pemasaran didefinisikan sebagai: Pengumpulan dan penganalisaan informasi untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan di bidang pemasaran.

6Mike Beard, Manajemen Departemen Public Relations, Edisi Kedua, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 78.

7Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm 236

(10)

Dari definisi tersebut dapatlah dikatakan bahwa riset pemasaran merupakan suatu proses yang sifatnya praktis. Manajemen menggunakan riset pemasaran untuk memudahkan dalam mengambil keputusan, bukan untuk kepentingan diri sendiri. Kadang-kadang orang yang tidak mengetahui tentang riset pemasaran mempunyai anggapan bahwa hal ini tidak bermanfaat bagi manajemen. Tetapi masalah tersebut tidaklah menjadi persoalan. Penelitian hanya memberikan input (bahan) pada pimpinan, yang dalam hal ini bertanggungjawab untuk mengambil keputusan.

Dalam kehidupan sehari-hari, orang akan sukses karena memiliki informasi yang diperlukan. Riset pemasaran dapat memberikan bahan kedalam sistem informasi pemasaran. Dengan demikian riset merupakan bagian dari suatu sistem.8

Riset pemasaran adalah suatu kegiaatan pengumpulan (collecting), pengolahan (processing) serta analisis (analysis) seluruh fakta atau data yang menyangkut persoalan yang berhubungan dengan pemindahan dan penjualan (transfer and sales) barang-barang dan jasa (goods and service) dari produsen ke konsumen (producer to consumers).

Dari definisi tersebut jelaslah bahwa riset pemasaran adalah riset pada setiap fase kegiatan pemasaran, jadi tidak terbatas pada riset yang hanya mencakup suatu tipe persoalan pemasaran saja, misalnya soal motivasi, soal saluran distribusi atau soal penjualan, akan tetapi lebih luas daripada itu. Sebetulnya meliputi seluruh persoalan mulai memilih barang apa yang akan diproduksi sampai pada penjualannya.

Dengan menggunakan riset pemasaran produsen akan memproduksi produk yang bisa dijual oleh karena memang dibutuhkan oleh masyarakat pembeli, jadi bukan sekadar menjual produk yang bisa

8Basu Swastha, Azas-Azas Marketing, (Yogyakarta: Liberty, 2000), hlm 290-291

(11)

diproduksi. Untuk suksesnya penjualan perlu kerjasama tiga unsur, yaitu: marketing, engineering, dan manufacturing.9

Adapun proses riset pemasaran:

a. Mendefinisikan Masalah, Alternatif Keputusan dan Tujuan Riset Tidak semua proyek riset dapat dibuat secara spesifik. Beberapa riset bersifat eksploratif, tujuannya adalah memperjelas sifat masalah sebenarnya dan menyarankan kemungkinan solusi atau ide baru.

Beberapa riset bersifat deskriptif, tujuannya menghitung permintaan.

Beberapa riset juga bersifat kasual, tujuannya adalah menguji hubungan sebab-akibat.

b. Mengembangkan rencana riset Sumber data periset dapat mengumpulkan data sekunder, data primer, atau keduanya. Data sekunder adalah data yang digunakan untuk tujuan lain dan sudah ada disuatu tempat. Data primer adalah data baru yang dikumpulkan untuk tujuan tertentu atau untuk proyek riset tertentu.

Pendekatan riset adalah pemasar mengumpulkan data primer dengan lima cara: melalui observasi, kelompok fokus, survey, data perilaku dan pengalaman.

1) Riset observasi adalah periset dapat mengumpulkan data baru dengan meneliti pelaku dan setting yang relevan, diam-diam meneliti ketika mereka berbelanja atau ketika mereka mengkonsumsi produk.

2) Riset kelompok fokus (focus group) adalah sebuah perkumpulan yang terdiri dari 6-10 orang yang dipilih secara teliti oleh periset berdasar pertimbangan demografis, psikografis atau pertimbangan lain dan dipersatukan untuk mendiskusikan berbagai topik minat dalam waktu yang panjang.

9Supranto, Metode Riset Aplikasinya Dalam Pemasaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm 236-237

(12)

3) Riset survey adalah perusahaan melaksanakan survey untuk mempelajari pengetahuan, kepercayaan, preferensi dan kepuasan masyarakat dan mengukur berbagai besaran ini dalam populasi umum.

4) Data perilaku yaitu pelanggan meninggalkan jejak perilaku pembelian mereka di data pemindai toko, pembelian katalog, dan database pelanggan.

5) Riset eksperimen yaitu riset yang dirancang untuk menangkap hubungan sebab-akibat dengan menghilangkan berbagai penjelasan tentang temuan yang diteliti.

Instrumen riset, tiga pilihan instrumen riset utama dalam mengumpulkan data primer: kuesioner, pengukuran kualitatif, dan peralatan teknologi. Rencana pengambilan sampel, setelah memutuskan pendekatan dan instrumen riset, periset pemasaran harus merancang rencana pengambilan sample. Hal ini memerlukan tiga keputusan:

1) Unit pengambilan sampel 2) Ukuran sampel

3) Prosedur pengambilan sampel Metode Kontak, meliputi:

a) Kuesioner surat, yaitu cara terbaik untuk menjangkau orang yang tidak mau memberikan wawancara pribadi ata ourang yang responnya mungkin bias atau terdistordi oleh pewawancara.

b) Wawancara telepon, yaitu metode terbaik untuk mengumpulkan informasi dengan cepat; pewawancara juga dapat mengklarifikasi pertanyaan jika respon tidak mengerti.

(13)

c) Wawancara pribadi, yaitu metode yang paling fleksibel.

Pewawancara dapat mengajukan banyak pertanyaan dan mencatat observasi tambahan tentang responden.

d) Wawancara online, yaitu ada begitu banyak cara menggunakan internet untuk melakukan riset.

c. Mengumpulkan informasi, fase pengumpulan data riset pemasaran biasanya adalah fase termahal dan paling cenderung mengandung kesalahan. Ada empat masalah utama yang timbul dalam survey:

1) Beberapa responden tidak pernah ada di rumah dan harus menghubungi kembali atau diganti.

2) Beberapa responden menolak bekerja sama.

3) Responden lainnya akan memberikan jawaban yang bias atau tidak jujur.

4) Beberapa pewawancara bias atau tidak jujur.

d. Menganalisis informasi, periset menghitung rata-rata dan mengukur dispersi variabel-variabel utama dan menerapkan beberapa teknik statistik canggih dan model keputusan dengan harapan menemukan tambahan. Periset juga menerapkan analisis sensitivitas untuk menguji asumsi dan kekuatan kesimpulan.

e. Mempresentasikan temuan, periset mempresentasikan temuan yang relevan dengan keputusan pemasaran utama yang dihadapi manajemen. Mereka juga harus mempertimbangkan cara untuk mempresentasikan temuan riset dengan cara yang sebisa mungkin dapat dipahami dan mendorong.

f. Mengambil keputusan, manajer yang memerintahkan dilakukannya riset harus mempertimbangkan bukti jika kepercayaan mereka terhadap temuan rendah mereka mungkin memutuskan menolak

(14)

peluncuran layanan internet dalam penerbangan. Keputusan ada di tangan mereka, riset yang dilakukan secara cermat memberikan pandangan bagi mereka terhadap masalah tersebut. Johan little dari MIT mendefinisikan sistem dukungan keputusan pemasaran (marketing decision support system-MDSS) sebagai pengumpulan data terkoordinasi, sistem, alat, dan teknik dengan piranti lunak dan piranti keras yang mendukung, dengan organisasi mengumpulkan dan menerjemahkaninformasi relevan dari bisnis dan lingkungan dan mengubahnya menjadi dasar bagi tindakan pemasaran.10

b. Jenis dan Teknik Riset PR 1) Riset Deskriptif

Riset untuk menggambarkan karakteristik/ gejala/ fungsisuatu populasi.

Karakteristik:

a) Didahului dengan perumusan hipotesis.

b) Desain dirancang secara terstruktur dan terencana serta tidak fleksibel.

c) Mengutamakan akurasi dan didasarkan pada pemahaman masalah sebelumnya.

Metode: :

Survei, observasi, analisis data sekunder 2) Riset Eksploratori

Riset awal yang dilakukan untuk mengklarifikasi dan mendefinisikan suatu masalah. Riset ini bersifat fleksibel dan tidak bertujuan untuk mencari kesimpulan akhir

Metode:

Survei yang dilakukan para ahli, studi kasus, analisis data sekunder 3) Riset Kausal

10Supranto, Metode Riset Aplikasinya Dalam Pemasaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm 236-237

(15)

Riset yang bertujuan untuk menentukan hubungan dari suatu sebab akibat / causal dari suatu hal.

Karakteristik:

a) Desain terstruktur dan terencana dengan baik.

b) Adanya manipulasi variabel bebas (pemberian perlakuan).

c) Adanya kelompok pengontrol.

d) Dikenakan pendekatan acak atau random dalam menentukan sampel yang akan diteliti.

Metode : Eksperimen.11 PENUTUP

Budaya perusahaan tidak muncul dengan sendirinya di kalangan anggota organisasi, tetapi perlu dibentuk dan dipelajari karena pada dasarnya budaya perusahaan adalah sekumpulan nilai dan pola perilaku yang dipelajari, dimiliki bersama, oleh semua anggota organisasi dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Budaya organisasi sangat penting peranannya dalam mendukung terciptanya suatu organisasi atau perusahaan yang efektif. Secara lebih spesifik, budaya perusahaan dapat berperan dalam menciptakan jati diri, mengembangkan keikutsertaan pribadi dengan perusahaan dan menyajikan pedoman perilaku kerja bagi karyawan.

Riset Pemasaran itu sendiri mendefinisikan sebagai fungsi yang menghubungkan pemasar melalui informasi dengan konsumen dan masyarakat umum. Informasi ini digunakan untuk mengidentifikasikan dan menentukan peluang dan masalah pemasaran; lalu merumuskan, menyempurnakan, dan mengevaluasi tindakan pemasaran; memantau kinerja pemasaran; dan menyempurnakan pemahaman mengenai pemasaran sebagai sebuah proses serta pemahaman atas cara-cara yang dapat membuat aktifitas pemasaran lebih efektif.

11Assauri Sofyan, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm 303

(16)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anoraga, Pandji. Manajemen Bisnis, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997.

Ardianto, Elvinaro dan Soleh Sumirat. Dasar-dasar Public Relations, Cetakan Ketiga, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Arni, Muhammad. Komunikasi Organisasi, Cetakan ketujuh, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Beard, Mike. Manajemen Departemen Public Relations, Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga, 2001.

D.O. Sutedjo. Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi.

Yogyakarta: Andi, 2002.

Jefkins, Frank. Public Relations, Edisi Kelima, Direvisi Oleh Daniel Yadin, Jakarta: Erlangga, 2003.

Sofyan, Assauri. Manajemen Pemasaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Supranto. Metode Riset Aplikasinya Dalam Pemasaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.

Sutrisno, Mudji dan Hendra Putranto. Teori-teori Kebudayaan, Jakarta:

Kanisius, 2009.

Swastha, Basu. Azas-Azas Marketing, Yogyakarta: Liberty, 2000.

Referensi

Dokumen terkait