• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Religiusitas Dalam Menghadapi Quarter Life Crisis Pada Generasi Z

N/A
N/A
Nina Shakina

Academic year: 2023

Membagikan "Peran Religiusitas Dalam Menghadapi Quarter Life Crisis Pada Generasi Z"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Religiusitas Dalam Menghadapi Quarter Life Crisis Pada Generasi Z Proposal Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan skripsi untuk memperoleh gelar Stara 1

Disusun oleh:

Aulia Asfira 11190321000045

PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sejak memasuki Era Covid-19, masyarakat di dunia mulai menghadapi fase krisis pada setiap individunya. Mereka tidak bisa beraktivitas sebagaimana mestinya.

Pandemi Covid-19 tidak berefek pada kesehatan fisik saja, tetapi juga berpengaruh bagi kesehatan mental seseorang. Berbagai permasalahan yang terjadi karena Covid- 19 ini dinilai menjadi sumber stress baru bagi masyarakat.1 Hal ini juga telah dianalisis oleh UNICEF dan Gallup dalam laporan The State of the World’s Childern 2021- Menurut temuan awal dari survei internasional terhadap anak-anak dan orang dewasa di 21 negara bahwa pandemi telah berdampak besar bagi kesehatan mental.

Terdapat median 1 dari 5 anak muda usia 15-24 tahun di dalam survei yang menyatakan mereka sering merasa depresi atau rendah minatnya untuk berkegiatan.2 Dengan munculnya berbagai macam isu kesehatan mental di dunia diakibatkan Covid-19, dunia mulai menyadari bahwa kesehatan mental seseorang memiliki peran penting demi keberlangsungan hidup di setiap individunya. Semenjak itu, berbagai kalangan mulai membicarakan isu penting ini. Karena melihat sebelumnya, masyarakat di dunia menganggap bahwa stigma kesehatan mental

menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan. Kesehatan Mental atau lebih dikenal dengan istilah Mental Health mulai membuka para kalangan untuk melihat beberapa kasus yang mempengaruhi kesehatan mental. Salah satunya adalah Quarter Life Crisis.

Quarter Life Crisis adalah fase seperempat umur dari masa hidup manusia yang memiliki rasa ketidaknyamanan dan kekhawatiran terhadap masa depan.

1 Laporan Riset Departemen Advokasi dan Kajian Strategis BEM FKG UGM 2020, Pandemi dan Mental Health:

Meringkas Isu Mental Selama Satu Tahun di Era Pandemi. Diunduh di link:https://bem.fkg.ugm.ac.id/wp- content/uploads/sites/534/2021/01/KAJIAN-PANDEMI-DAN-MENTAL-HEALTH.pdf pada 12 Oktober 2022 pukul 12.50 WIB.

2 Dilihat pada artikel UNICEF: Dampak COVID-19 terhadap rendahnya kesehatan mental anak-anak dan pemuda hanyalah ‘puncak gunung es’ – UNICEF. https://www.unicef.org/indonesia/id/press-releases/dampak- covid-19-terhadap-rendahnya-kesehatan-mental-anak-anak-dan-pemuda-hanyalah . Diakses pada 12 Oktober 2022 Pukul 11.30 WIB.

(3)

Kekhawatiran tersebut meliputi hubungan relasi, karier/pekerjaan, dan kehidupan sosial mereka di usia 20-an. Quarter life crisis pertama kali dikemukakan oleh Alexander Robbins dan Abby Wilner dan ditujukan untuk individu yang mulai melepas kenyamanan hidup sebagai pelajar menuju tantangan dunia yang sebenarnya.3 Menurut Penelitian Yale Medicine, 70% remaja yang menginjak tahap dewasa awal mengalami Quarter Life Crisis. Jacob Tebes, PhD, yang merupakan profesor psikiatri (psikologi) di Yale School of Medicine dan di Yale Child Study juga mengatakan bahwa “Selama awal 20-an hingga awal 30-an, orang dewasa muda mungkin merasa tidak siap atau terjebak oleh peran orang dewasa. Ini dapat memicu krisis seperempat kehidupan yang mengarah pada perasaan stres yang meningkat, serta kecemasan atau depresi.”4

Penelitian tentang Quarter Life Crisis ini telah dikaji oleh beberapa orang (Puspita Sari 2021; Dewi Larasati 2021; Fadel Mukti 2021; Salomo Hahuly 2021;

Hasnah Afifah 2021; Amanda Permata Sari, dkk 2022). Salah satu pernyataan yang muncul bahwa Quarter Life Crisis terjadi pada usia 25-30 an. Hal ini dikarenakan setiap individual mulai mencari jati diri, mulai mencari pekerjaan, dan mulai memasuki masa dewasa pada usia 25-30 an. Argumen ini juga didukung dari situs https://rsjmenur.jatimprov.go.id/ bahwa Linkedin pernah melakukan survey pada tahun 2017 yang menunjukan sebanyak 75% dari usia 25-33 tahun di dunia mengaku pernah mengalami Quarter Life Crisis dengan usia rata-rata 27 tahun. Usia tersebut merupakan Generasi Y atau lebih dikenal Generasi Milenial yang diawali tahun lahir 1980 sampai dengan 1995.

Berbanding dengan penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya , penelitian ini akan memperhatikan terjadinya Quarter Life Crisis pada Generasi Z atau lebih dikenal dengan iGenerasi. Melihat perkembangan zaman yang maju sangat pesat, banyak Generasi Z yang sudah terkena dampak krisis tersebut. Hal ini terpengaruhi dari segi ekonomi, teknologi dan sosial yang sudah sangat maju sehingga banyak dari Generasi Z yang belum siap menghadapi perubahan tersebut. Akibatnya, mereka lebih mudah terkena dampak Quarter Life Crisis. Selain itu, Quarter Life 3 Afnan, Fauzia, R,& Tanau, Hubungan Efikasi Diri Dengan Stress Pada Mahasiswa Yang Berada Dalam Fase Quarter Life Crisis, Vol.3, Jurnal Kognisia, 2020, Hal.24

4 Dilihat pada artikel Yale Medicine: https://www.yalemedicine.org/news/quarter-life-crisis-health . Diakses pada 12 Oktober 2022 pukul 14.01 WIB.

(4)

Crisis juga bisa terjadi dikarenakan masa transisi dari masa sekolah ke masa mencari kerja. Pada umumnya, tidak semua masyarakat bisa melakunkan studinya setelah SMA untuk menuju perguruan tinggi. Sehingga, mereka harus segera mencari pekerjaan untuk mencukupi kehidupannya. Hal tersebut juga menjadi krisis bagi mereka karena kekhawatiran mereka menuju masa depan.

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi wawasan baru untuk mengetahui bahwa bukan hanya usia 25-30 an yang bisa terkena dampak Quarter Life Crisis.

Tetapi Generasi setelahnya bisa terkena dampak juga. Hal tersebut bisa terjadi karena perkembangan sosial media yang sudah berkembang pesat dan juga dampak Covid-19 yang terjadi pada Generasi Z. Perlu disampaikan juga, Generasi Z dalam penelitian ini merujuk kepada generasi yang lahir Tahun 1997-2002 yaitu usia 20-25 tahun.

Penelitian ini juga akan mengkaji bagaimana Peran Religiusitas untuk Generasi Z dalam menghadapi Quarter Life Crisis. Apakah agama mempengaruhi Generasi Z dalam meminimalisir terkenanya dampak Quarter Life Crisis tersebut. Bagaimana mereka mencoba mempertahankan sisi spiritualitas mereka dalam menyelamatkan diri dari Quarter Life Crisis. Harapan, selain untuk mengetahui rentannya Generasi Z terhadap Quarter Life Crisis, hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk para Ahli Psikolog bahwa usia 20-25 juga memiliki krisis terkait masa depan. Selanjutnya hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk Generasi Z bahwa Religiusitas memiliki peran penting dalam menyelamatkan diri dari Quarter Life Crisis.

1.2 Rumusan Masalah

Bedasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apa yang menyebabkan terjadinya Quarter Life Crisis pada Generasi Z?

2. Bagaimana peran religiusitas dalam menangani Quarter Life Crisis yang dihadapi Generasi Z?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk:

(5)

1. Memperoleh dan mendalami fenomena Quarter Life Crisis pada Generasi Z yang mana bisa menjadi pengetahuan baru untuk Generasi Z yang sedang mengalami fase ini. .

2. Mengetahui apakah Religiusitas berperan penting dalam proses terjadinya Quarter Life Crisis terhadap Generasi Z. Untuk mencapai tujuan ini, peneliti akan:

1. Mengidentfikasi latar belakang maupun gagasan apa yang melatarbelakangi Quarter Life Crisis yang terjadi pada Generasi Z.

2. Mengidentifikasi bentuk peran religiustitas yang mereka upayakan untuk tetap bertahan dalam proses krisis tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara akademis, penelitian ini bermanfaat untuk pengayaan kajian sosial keagamaan dan persimpangannya dengan berbagai isu seperti kesehatan mental yaitu Quarter Life Crisis yang memiliki relevansi terhadap keagamaan. Penelitian ini juga dilakukan untuk memenuhi syarat gelar sarjana stara 1 (S1) Agama pada jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

Secara Praktis, penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat khususnya Generasi Z untuk dapat memberikan pengetahuan baru tentang gambaran Generasi Z yang sedang mengalami fase Quarter Life Crisis sehingga bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat atau Generasi Z lain ketika berada di fase yang sama.

1.5 Metodologi Penelitian

Seperti yang telah disampaikan di pendahuluan, bahwa penelitian ini dilakukan agar mendapatkan bukti yang nyata bahwa agama memiliki peran penting untuk meminimalisir Quater Life Crisis yang terjadi pada Generasi Z. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan penelitian lapangan (Field Research) dengan cara menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian

(6)

yang memiliki tujuan untuk memahami suatu fenomena yang sedang dialami oleh partisipan penelitian, baik berupa dampak, subjek, motivasi secara deskriptif yang dijelaskan dengan bentuk kalimat secara ilmiah.5

Peneliti juga melakukan studi keperpustakaan (Library Research). Dalam hal ini peneliti mengumpulkan beberapa data dan informasi yang tertulis untuk mendukung penelitian yang relevan dengan topik yang diteliti. Data dan Informasi itu didapatkan dari Buku, Jurnal Penelitian, Skripsi, Thesis, Disertasi, dan Informasi lainnya.

Dalam penelitian ini, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Psikologis. Pendekatan Psikologis adalah pendekatan yang mempelajari perilaku, sifat, dan tingkah laku manusia. Pendekatan Psikologis dalam kajian agama merupakan pendekatan yang bertujuan untuk melihat keadaan jiwa- jiwa pribadi yang beragama. Pendekatan Psikologi juga bertujuan untuk menjelaskan fenomena keberagaman manusia yang dijelaskan dengan mengurasi keadaan jiwa manusia.

5 J. Lexy dan Moleong, Metodelogy Penelitian Kualitatif, Bandung, Rosda, 2017

Referensi

Dokumen terkait