• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Peran Sultan Abil Khair Sirajuddin Di Kesultanan Bima Tahun 1640-1682 M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PDF Peran Sultan Abil Khair Sirajuddin Di Kesultanan Bima Tahun 1640-1682 M"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

Gambar Makam Sultan Abil Khair Sirajuddin

Al-Qur’an

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Ia meninggalkan dua putra mahkota muda bernama Samara dan adik laki-lakinya bernama La Kai.4. Salisi membunuh Putra Mahkota Samara untuk mempertahankan kekuasaannya, adik Putra Mahkota La Kai berhasil diselamatkan oleh petinggi istana yang masih setia kepada Raja Mantau Asi Sawo dengan cara membawa La Kai dari istana ke desa Teke lalu ke desa. Kalodu pindah.6 . La Kai tinggal di luar keraton hingga ia masuk Islam pada tahun 1620 M di desa Sape bersama tiga bangsawan Bima lainnya.

Setelah masuk Islam, La Kai mengganti namanya menjadi Abdul Kahir.7 Mereka kemudian memperdalam ilmu agama pada Datuk ri Bandang dan Datuk ri Tiro di Kesultanan Gowa. Tak hanya itu, La Kai juga menikah dengan seorang bangsawan Gowa bernama Daeng Sikontu, saudara ipar Sultan Alaudin. Selang sekian lama, pada tahun 1640 Sultan Gowa mengirimkan pasukan gabungan pasukan Gowa, Talo, Bone dan Bima yang dipimpin oleh La Mbila Jalaluddin untuk melawan pasukan Raja Manuru Salisi.

Islam baru menjadi perhatian Abil Khair setelah para ulama asal Makassar mengadakan perayaan Maulid Nabi di Ule pada tahun 1660. Perkembangan Islam di Kesultanan Bima dimulai pada masanya. Abil Khair memfasilitasi lembaga penyiaran Islam dengan menyediakan tempat tinggal dan pasokan beras. ladang sebagai sumber pendapatan. Meski sempat melepaskan diri, Abil Khair tetap bekerja sama dengan Gowa dalam upaya melawan Belanda.

Abil Khair juga meningkatkan kemampuan angkatan bersenjata terutama dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda yang berusaha merebut kedaulatan Bima. Di bidang seni, Abil Khair berhasil memajukan seni yang dirintis para pendahulunya pada abad ke-16. Selain itu Abil Khair juga menciptakan tarian yang mengandung nilai kepahlawanan seperti tari kanja dan tari soka.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam mengenai kondisi Bima pada masa Sultan Abil Khair dan upaya pengembangan Kesultanan Bima, perkembangan Islam dan mengatasi berbagai permasalahan di Bima pada masa pemerintahannya. .

Batasan dan Rumusan Masalah

Tujuan dan Kegunaan

Sebagai bahan referensi ketika membaca tentang suatu masa di Kesultanan Bima dalam hal ini masa Sultan Abil Khair Sirajuddin agar sejarah lokal dapat dilestarikan. Pembahasan mengenai peranan Sultan Abil Khair Sirajuddin pada Kesultanan Bima pada tahun 1640-1682 M belum banyak mendapat perhatian. Tesis “Peran Sultan Abdul Hamid di Kesultanan Bima M)” ditulis oleh Kartini Mawaddah, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2012. Tesis ini membahas tentang peran Sultan Abdul Hamid termasuk peran dalam politik, agama, ekonomi dan budaya.

Perbedaannya terletak pada objek kajiannya, skripsi ini membahas mengenai peranan Sultan Abdul Hamid yang merupakan Sultan Kesultanan Bima yang kedelapan, sedangkan yang diteliti adalah peranan Sultan Abil Khair Sirajuddin yang merupakan Sultan Bima yang kedua. Kesultanan. . Tesis “Kesultanan Bima Di Bawah Pemerintahan Sultan Muhammad Salahuddin M)” ditulis oleh Dwi Septiani, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2011, skripsi ini membahas tentang kontribusi Sultan Muhammad Salahuddin . ketika memimpin Kesultanan Bima di bidang politik, agama, dan pendidikan. Perbedaannya terletak pada objek kajiannya, skripsi ini membahas tentang Sultan Muhammad Salahuddin yang merupakan Sultan terakhir Kesultanan Bima dan kontribusi yang diberikan Sultan selama memimpin Kesultanan Bima, sedangkan yang dikaji adalah peranan Sultan Abil Khair Sirajuddin di Bima. Kesultanan.

Pada buku ini, halaman 55-61 dan 63-65 memberikan informasi mengenai proses peralihan dari kerajaan ke kesultanan, dan halaman 70-96 memberikan informasi tentang gambaran umum masa pemerintahan Sultan Abil Khair Sirajuddin. Buku ini tidak menjelaskan secara rinci latar belakang keluarga Sultan Abil Khair Sirajuddin dan kondisi sosial pada masa pemerintahannya. Informasi mengenai periodisasi Sultan Abil Khair Sirajuddin dijelaskan pada halaman 118-137, namun latar belakang keluarga tidak dijelaskan secara rinci dalam buku ini, sehingga inilah yang membedakan buku ini dengan penelitian ini.

Pembahasan Sultan Abil Khair Sirajuddin belum terungkap sepenuhnya, sejarah hidup dan pemerintahannya belum dijelaskan secara detail. Namun buku ini membantu peneliti untuk membaca langsung penggalan naskah dan mendapatkan informasi tentang Sultan Abil Khair Sirajuddin. Dari beberapa karya yang disebutkan di atas terlihat jelas bahwa tulisan tentang peranan Sultan Abil Khair Sirajuddin di Kesultanan Bima tidak dibahas secara spesifik dan lengkap.

Dari beberapa karya yang berkaitan dengan Sultan Abil Khair Sirajuddin, hanya sekilas membahas tentang kontribusi Sultan terhadap Kesultanan Bima.

Landasan Teori

Dengan harapan dapat merekam peristiwa dan situasi di sekitar Abil Khair.17 Penelitian ini menggunakan teori peran sosial yang dikembangkan oleh Erving Goffman yang diartikan sebagai pola atau norma yang diharapkan dari orang-orang yang menduduki posisi tertentu dalam struktur sosial.18 Hal ini Teori yang digunakan untuk menganalisis peranan Sultan Abil Khair Sirajuddin sebagai pemimpin di Bima saat itu.

Metode Penelitian

Pengumpulan sumber dalam penelitian skripsi ini melalui penelitian kepustakaan 20 Pustaka yang dikumpulkan terdiri dari buku, tesis, jurnal, ensiklopedia dan karya ilmiah lain yang berkaitan dengan pembahasan. Sumber pustaka utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah karya Abdullah Tajib yang berjudul Sejarah Bima Dana Mbojo. Buku ini digunakan sebagai sumber perpustakaan utama karena banyak menggunakan sumber primer seperti dokumen kerajaan, dan letak geografisnya dekat dengan objek yang diteliti.

Sumber diperoleh dari perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ruang Baca Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Perpustakaan Ignatius, Perpustakaan Grahatama dan Internet, Museum Samparaja, Perpustakaan Daerah Bima, Perpustakaan Kota Bima, Sultan Masjid Salahuddin (Masjid Kesultanan). Dengan membenarkan narasumber dalam penelitian ini, penulis hanya melakukan kritik internal yaitu dengan membandingkan isi buku yang digunakan, misalnya buku karangan Abdullah Tajib berjudul Sejarah Bima Dana Mbojo, dengan Kesultanan Islam Nusantara karya Darmawijaya, itulah perbedaan gambaran Sultan Abil Khair Sirajuddin yang menentang Perjanjian Bongaya. Dalam buku Kesultanan Islam Nusantara diceritakan Abil Khair ditahan Belanda dan setelah dibebaskan ia berlayar kembali ke Bima.

Dalam buku Sejarah Bima Dana Mbojo diceritakan bahwa Abil Khair dan Karaeng Galessong berlayar ke timur untuk membangun hubungan politik dengan kerajaan Balanipa. Terdapat perbedaan nama masyarakat dan nama daerah serta perbedaan sumber yang digunakan dalam kedua kitab tersebut. Dalam hal ini peneliti menggunakan buku Sejarah Bima Dana Mbojo dengan dasar bahwa buku ini menggunakan sumber primer seperti buku catatan kerajaan.

Cara penafsirannya ada dua, yaitu dengan mendeskripsikan data sejarah yang disebut analisis, dan dengan menggabungkan beberapa data sejarah berdasarkan suatu konsep yang disebut sintesis.21 Pada tahap ini penulis menafsirkan sejarah secara sintetik yaitu dengan menggabungkan data keadaan Kesultanan Bima. . Oleh karena itu, dari uraian tersebut dapat disimpulkan peran Abil Khair Sirajuddin sebagai Sultan dalam perkembangan Kesultanan Bima. Sistematisme adalah upaya menguraikan dan menyusun fakta sejarah dalam suatu rangkaian hubungan yang teratur dan logis, sehingga membentuk narasi sejarah yang utuh, menyeluruh, dan terpadu.

Kronologi adalah pekerjaan memetakan rangkaian peristiwa sejarah untuk memperoleh alur utuh yang berkaitan dengan sejarah.23.

Sistematika Pembahasan

Penjelasan bab ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mendasar dan sebagai pembuka pembahasan bab-bab selanjutnya terkait masa pemerintahan Sultan Abil Khair Sirajudin di Bima. Bab ini dimaksudkan untuk memahami keterlibatan dan upaya Sultan Abil Khair Sirajudin dalam berbagai bidang, terutama perannya dalam mempertahankan Kesultanan Bima dalam perkembangan Islam di Bima. Kesultanan Bima merupakan kelanjutan dari Kerajaan Bima yang beragama Hindu, transformasi dari sistem kerajaan ke sistem kesultanan terjadi pada tahun 1640 Masehi.

Abdul Kahir digantikan oleh putranya Abil Khair Sirajuddin yang memerintah Kesultanan Bima dengan melakukan banyak perubahan yang menjadi ciri khas pemerintahannya. Pada masa awal pemerintahan Abil Khair, agama Islam baru berumur beberapa tahun di Bima, hal ini menjadi catatan tersendiri pada masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakannya sangat menentukan perkembangan Islam di Bima. Dengan menjadikan aksara Melayu sebagai aksara resmi Kesultanan Bima, maka dokumen-dokumen kerajaan selanjutnya ditulis dengan aksara Melayu.

Dalam bidang kebudayaan melestarikan dan mengembangkan kesenian tanah Bima dengan lebih melestarikan kesenian yang sudah ada, selain itu Abil Khair juga menciptakan tari-tarian baru seperti tari kanja, soka dan lenggo Mbojo. Kami berharap artikel ini dapat menambah historiografi sejarah Bima khususnya yang berkaitan dengan Kesultanan Bima. Bagi generasi sekarang, kita berharap dapat menjaga dan melestarikan budaya dan sejarah lokal seperti semangat dan upaya Sultan Abil Khair Sirajuddin dalam melestarikan budaya dan sejarah nenek moyang.

Beberapa saran yang dapat disampaikan oleh peneliti lain yang sedang meneliti atau ingin meneliti secara umum mengenai sejarah dan kebudayaan Bima, serta secara khusus mengenai Sultan Abil Khair Sirajuddin untuk melengkapi berbagai hal yang kurang dalam penelitian ini demi penelitian selanjutnya yang lebih baik. Diakses pada laman https://kekulturan.kemdikbud.go.id/bpnbbali/tari-lenggo-tarian-klasik-kesultanan-bima/. Sultan Nuruddin Abu Bakar Ali Syah Ma Wa'a Paju 1682-1687 M, putra Sultan Abil Khair Sirajuddin.

Bangunan ini merupakan makam Sultan Abdul Kahir (Sultan Pertama Bima), ayah dari Sultan Abil Khair Sirajuddin.

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam bidang agama, beliau membantu proses penyebaran Islam di Bima dengan memberikan fasilitas seperti membangun masjid, memberikan tanah kepada para dai yang menyebarkan Islam di Bima sebagai tempat tinggal dan sawah sebagai tempat bercocok tanam untuk mencari nafkah. Kehidupan. Menyelenggarakan perayaan hari besar Islam seperti perayaan Idul Fitri, perayaan Idul Adha. Ia juga memperkuat pengaruh Kesultanan Bima di wilayah taklukan di wilayah timur yakni Manggarai.

Saran

Alan Mailingi, “Syariah Islam dalam Upacara Adat Hanta Ua Pua di Tanah Bima Nusa Tenggara Barat”. Sultan Jamaluddin Ali Syah Ma Wa'a Romo 1687-1696 M, putra Sultan Nuruddin Abu Bakar Ali Syah. Kamalat Syah, penyanyi wanita Ruma Partiga (istri Raja Tallo) putri Sultan Ala'uddin Muhammad Syah.

Sultan Abdul Kadim Muhammad Syah Zilllullah Fil Alam Ma Wa'a Taho 1751-1773 nC, seun van Sultan Ala'uddin Muhammad Syah. Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah Zilllullah Fil Alam Ma Ntau Asi Saninu 1773-1817 AD Jakarta: Ministerie van Onderwys en Kultuur van die Republiek van Indonesië, 1997).

Gambar 2: Komplek makam Dana Taraha. Bangunan ini merupakan makam  Sultan Abdul Kahir (Sultan Bima ke-1) ayah sultan Abil Khair Sirajuddin
Gambar 2: Komplek makam Dana Taraha. Bangunan ini merupakan makam Sultan Abdul Kahir (Sultan Bima ke-1) ayah sultan Abil Khair Sirajuddin

Referensi

Dokumen terkait