• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Visum Et Repertum dalam Tindak Pidanan Pemerkosaan (Studi Putusan Nomor : 1853/Pid.B/2019/Pn.Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Peranan Visum Et Repertum dalam Tindak Pidanan Pemerkosaan (Studi Putusan Nomor : 1853/Pid.B/2019/Pn.Medan)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setelah itu terdakwa ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan kemudian saksi korban Jurlianis Sarumaha mengenakan pakaiannya. Kemudian terdakwa mencoba membuka celana saksi korban Jurlianis Sarumaha, namun saksi korban Jurlianis Sarumaha tidak mau. Namun saksi tidak percaya dan langsung masuk ke ruang saksi korban Jurlianis Sarumaha.

Berdasarkan buku tamu hotel, tersangka dan saksi korban Jurlianis Sarumaha keluar dari kamar no.Tersangka kemudian mengajak saksi korban Jurlianis Sarumaha untuk berbaring di tempat tidur sambil menonton televisi. Saksi korban Jurlianis Sarumaha kemudian mengenakan pakaiannya dan tersangka menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Bahwa hubungan seksual terdakwa dengan saksi korban Jurlianis Sarumaha bersifat suka sama suka; Kemudian ayah saksi korban Jurlianis Sarumaha membukakan pintu, yang merupakan ayah dari saksi korban Jurlianis Sarumaha.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan memahami peranan Visa et Repertum (VeR) bagi Hakim dalam kaitannya dengan tindak pidana perkosaan. Untuk mengetahui dan memahami upaya yang dilakukan Hakim jika hasil Visum et Repertum tidak sepenuhnya mencantumkan tanda-tanda kekerasan pada korban perkosaan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini praktis untuk menambah pengetahuan peneliti di bidang yurisprudensi mengenai peranan Visa et Repertum dalam tindak pidana perkosaan sebagai peneliti dalam proposal skripsi ini.

Hipotesa

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umumtentang Tindak Pidana

  • Pengertian Tindak Pidana
  • Unsur-unsur Tindak Pidana
  • Jenis-jenis Tindak Pidana

Dapat dibedakan antara tindak pidana aktif/positif yang disebut juga tindak pidana pasif/negatif, dan tindak pidana kelalaian yang disebut juga tindak pidana kelalaian; Dapat dibedakan antara pelanggaran yang terjadi segera dan pelanggaran yang berlangsung lama atau sedang berlangsung. Tindak pidana dapat berupa apa saja berdasarkan kepentingan hukum yang dilindungi, seperti kejahatan terhadap jiwa dan raga, kejahatan terhadap harta benda lain, pemalsuan, kejahatan terhadap nama baik, kejahatan terhadap kesusilaan, dan sebagainya;

Orang Indonesia yang melakukan tindak pidana di luar Indonesia tidak perlu diadili. Kejahatan yang disengaja dan tidak disengaja Kejahatan yang disengaja adalah kejahatan yang menurut rumusannya dilakukan dengan sengaja atau mengandung unsur kesengajaan. Pelanggaran yang terjadi segera dan pelanggaran yang terjadi dalam jangka waktu lama atau berlangsung lama/berlanjut.

Suatu tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga terjadi atau terjadi dalam sekejap atau hanya dalam waktu singkat disebut juga (exploding crime). Sebaiknya suatu tindak pidana dirumuskan sedemikian rupa sehingga tindak pidana itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yaitu setelah perbuatan itu dilakukan, tindak pidana itu terus berlanjut, yang disebut juga (voordurende dellicten). Tindak pidana umum adalah semua tindak pidana yang terdapat dalam KUHP sebagai kodifikasi hukum pidana substantif (Buku II dan Buku III).

Kejahatan Komunitas (tindak pidana yang dapat dilakukan oleh siapa saja) dan Kejahatan Propria (tindak pidana yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memenuhi syarat). Pada umumnya tindak pidana dirancang dan dirumuskan sedemikian rupa sehingga berlaku bagi semua orang, dan pada kenyataannya sebagian besar tindak pidana dirumuskan dengan maksud demikian. Tindak pidana biasa adalah tindak pidana yang dikenakan tuntutan pidana berat. Tindak pidana merupakan tindak pidana biasa.

Sedangkan tindak pidana pengaduan adalah perbuatan pidana yang dapat dilakukan penuntutan pidana terhadap produsen tanpa memerlukan pengaduan dari pihak yang berhak. Kejahatan yang memberatkan antara lain pencurian pada malam hari (Pasal 363) dan penyerangan yang mengakibatkan luka berat atau kematian (Pasal 351 ayat 2.3 KUHP). Tindak pidana seperti pembunuhan bayi (Pasal 341 KUHP), tindak pidana ringan seperti percabulan (Pasal 351 KUHP) dan pencurian (Pasal 362) dapat diringankan karena dilakukan dalam keadaan tertentu.

Tinjauan Umum tentang Tindak Pidana Pemerkosaan

  • Pengertian Pemerkosaan
  • Jenis-jenis Pemerkosaan
  • Tindak Pidana Pemerkosaan dalam KUHP

Pemerkosaan terjadi ketika pelaku berusaha untuk menegaskan kekuasaan dan superioritasnya terhadap korban, tujuannya adalah penaklukan seksual, pelaku menyakiti korban, namun tetap mempunyai keinginan untuk melakukan hubungan seksual. Pemerkosaan yang terjadi dalam situasi yang merangsang, diciptakan oleh kedua belah pihak, dan pada awalnya diputuskan oleh korban. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh dokumen ini tanpa menyebutkan sumbernya 2. Kutipan hanya untuk tujuan pendidikan, penelitian dan penulisan artikel ilmiah.

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin Universitas Medan Area. bahwa keintiman pribadi harus dibatasi bukan sebatas hubungan seksual.Para pelaku umumnya beranggapan bahwa pemaksaan itu perlu, oleh karena itu tanpanya tidak ada rasa bersalah dalam berhubungan seks. e) Pemerkosaan yang dilakukan secara terencana terhadap korban; Pemerkosaan menunjukkan bahwa dalam setiap kesempatan melakukan hubungan seksual, laki-laki diuntungkan dengan cara mengambil keuntungan, hal ini bertolak belakang dengan posisi perempuan yang bergantung pada mereka secara ekonomi dan sosial. Hubungan seksual didahului dengan ancaman dan kekerasan fisik atau dilakukan terhadap korban yang tidak berdaya, di bawah umur atau mengalami keterbelakangan mental 36 dalam bentuk pemerkosaan yang tidak didasari kemauan bersama.

Kata pemerkosaan dalam bahasa Indonesia yang berarti menundukkan dengan kekerasan, memaksa dengan kekerasan, memprovokasi atau melecehkan, merupakan akar kata dari tindak pidana pemerkosaan.37 Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa istilah “pemerkosaan” mempunyai arti yang sangat luas. luas dan dapat terjadi dalam berbagai konteks, termasuk 27 pelanggaran hak asasi manusia dan hubungan seksual lainnya untuk mencapai hasrat seksual atau memenuhi keinginan pelaku terhadap orang lain. Oleh karena itu, wajar dan bahkan perlu jika perkosaan menjadi suatu tindak pidana yang diatur secara jelas dalam hukum pidana substantif yang berlaku di Indonesia baik dari bentuk pelanggaran maupun hukumannya.

Di bawah ini pengertian tindak pidana perkosaan menurut KUHP: Bagi perkosaan, barangsiapa menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memaksa perempuan yang bukan isterinya melakukan hubungan seksual dengannya, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun. risiko selama dua belas tahun. . Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin Universitas Medan Area. Sebab seseorang yang menggunakan kekerasan di luar kemauannya sendiri terpaksa menerima apapun yang dilakukan terhadapnya, meskipun itu bertentangan dengan keinginannya, atau bertindak sesuai atau setara dengan keinginannya. seseorang yang menggunakan kekerasan atas kemauannya sendiri dalam keadaan tidak berdaya.

Adapun ancaman kekerasan adalah ancaman kekerasan fisik yang ditujukan kepada individu yang dasarnya juga berupa tindakan fisik. Meski sangat sulit membuktikan adanya persetubuhan, apalagi jika korban pernah melakukan persetubuhan (sudah tidak perawan), namun bisa dikatakan tidak perawan. 29 dapat dikatakan pemerkosaan apabila tidak dilakukan hubungan seksual karena salah satu unsur Pasal 285 KUHP tidak terpenuhi.

Tinjauan Umum tentang Visum Et Repertum

  • Pengertian Visum Et Repertum
  • Jenis-JenisVisum Et Repertum
  • Visum Et Repertum sebagai Alat Bukti

Terdakwa kembali menempelkan tangannya ke tubuh korban Jurlianis Sarumaha sambil mencium bibir dan leher korban Jurlianis Sarumaha. Kemudian terdakwa langsung mencoba memasukkan penisnya yang sudah tegang ke dalam lubang vagina saksi Jurlianis Sarumaha yang terluka, namun korban berstatus saksi. Selanjutnya pada tanggal 15 Februari 2019 sekitar pukul 23.00 WIB, terdakwa datang ke wisma saksi korban Jurlianis Sarumaha di Jalan Setia Budi Simpang Pemda Medan.

Setelah itu, saksi korban Jurlianis Sarumaha dan terdakwa duduk di kursi yang ada di kamar saksi korban Jurlianis Sarumaha dan berbincang-bincang. Lebih lanjut, ayah saksi korban, Jurlianis Sarumaha, merasa keberatan dengan perbuatan terdakwa dan mengadu ke Polrestabes Medan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya; Setelah itu, saksi korban Jurlianis Sarumaha dan terdakwa duduk di kursi yang ada di kamar saksi korban Jurlianis Sarumaha dan berbincang-bincang.

Pirngadi dan setelah memeriksa alat kelamin saksi Jurlianis Sarumah yang terluka, ditemukan robekan pada selaput dara. Saat itu saksi menemukan terdakwa sedang berada di kamar kecil saksi Jurlianis yang terluka. Setelah itu saksi menjadi marah dan berkata kepada terdakwa “Apa yang kamu lakukan disini?” Setelah itu, terdakwa langsung lari dari kamar saksi Jurlianis Sarumaha yang terluka.

Terdakwa dan saksi korban Jurlianis Sarumaha kemudian meninggalkan hotel dan terdakwa mengantar saksi korban Jurlianis Sarumaha pulang ke kamar kosnya; Bahwa terdakwa melakukan hubungan seksual dengan saksi korban Jurlianis Sarumaha sebanyak 5 kali, yaitu dua kali di kamar hotel dan 3 kali di asrama ; Sedangkan saksi mendengar bahwa saksi hendak dipukul saat menemani saksi korban Jurlianis Sarumaha menemui terdakwa;

Terdakwa kemudian langsung mencoba memasukkan penisnya yang sudah tegang ke dalam lubang vagina saksi korban Jurlianis Sarumaha, namun saksi korban Jurlianis Sarumaha. Kemudian, pada hari Selasa tanggal 12 Maret 2019, sekitar pukul 24.00 WIT, terdakwa kembali mendatangi kamar asrama saksi korban Jurlianis Sarumaha. Menimbang bahwa akibat perbuatan terdakwa, saksi korban Jurlianis Sarumaha mengalami sakit sesuai dengan Visum Et Repertum Nr.

Peranan Visum Et Repertumdalam Proses Penanganan Perkara

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

  • Waktu Penelitian
  • Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Pengadilan Negeri Medan untuk memperoleh data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah penelitian ini, yaitu putusan Pengadilan Negeri Medan nomor: 1853/Pid.B/2019/PN Mdn.

Metodologi Penelitian

  • Jenis Penelitian
  • Sifat Penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Sarumaha “apa yang sudah kamu lakukan?” kata saksi korban Jurlianis Sarumaha, tersangka melakukan persetubuhan sebanyak dua kali dengan saksi korban Jurlianis Sarumaha. 2 Simpang Selayang Medan dan terakhir kali pada tanggal 15 Februari 2019 sekitar pukul 23.00 WIB di ruang tamu saksi korban Jurlianis Sarumaha Jalan. Tersangka kemudian memarkir sepeda motornya di depan kamar hotel dan mengajak saksi korban Jurlianis Sarumaha masuk ke dalam kamar hotel, setelah itu tersangka menutup pintu kamar.

Selanjutnya pada tanggal 15 Februari 2019, sekitar pukul 23.00, tersangka mendatangi kamar tamu saksi korban Jurlianis Sarumaha di Jalan Setia Budi Simpang Pemda Medan. Tersangka kemudian menarik tangan kanan saksi korban Jurlianis Sarumaha sehingga saksi korban Jurlianis Sarumaha tergeletak di tempat tidur sambil berkata “ayo ayo” kepada saksi korban.

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  • Aturan Hukum tentang Visum et Repertum (VeR) sebagai

Pembahasan

  • Bagaimana Peran Visum et Repertum (VeR) bagi Hakim
  • Upaya apa yang Dilakukan Hakim Apabila Hasil Visum Et

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Referensi

Dokumen terkait

Using data from the StarHorse catalog, as well as results from the MIST project, Color-Magnitude Diagram and appropriate evolutionary tracks were constructed for each field and