• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan " PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

(Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Banjarmasin)

Irfan Maulana, M. Uhaib As’ad, Nikhrawi Hamdie Ilmu Administrasi Publik,63201,Fisip,16120079 Ilmu Administrasi Publik,63201,Fisip,Uniska,1106036001 Ilmu Administrasi Publik,63201,Fisip,Uniska, 1106036001

Email : irfan16120079@gmail.com

Abstract

IRFAN MAULANA, NPM. 16120079, "Implementation of Regional Regulation Number 7 Year 2013 Regarding No-Smoking Areas (Case Study in Banjarmasin Islamic Hospital". Guidance of Uhaib As'ad as the main supervisor and Mr. A. Nikhrawi Hamdie as Co-Supervisor. The purpose of this research is to find out the description of the Implementation of Regional Regulation Number 7 of 2013 concerning Non-Smoking Areas in Banjarmasin Islamic Hospital, to find out the inhibiting factors in the Implementation of Regional Regulation Number 7 of 2013 concerning Non-Smoking Areas in Banjarmasin Islamic Hospital and How to respond the public is related to the policy of Regulation Number 7 of 2013 concerning No-Smoking Areas.

The research method uses a qualitative approach with the type of descriptive research. Data were collected by means of observation, documentation and interviews with 4 informants. Data collection techniques through unstructured interviews (in-depth). Data analysis using By using data analysis through data collection and data reduction by summarizing, selecting the things that are important so that reducing data will facilitate researchers in conducting this research.

The results showed that the Implementation of Regional Regulation Number 7 of 2013 concerning Non- Smoking Areas in Banjarmasin Islamic Hospital still needed a lot of improvement on every factor that supported the implementation of the no-smoking area policy. there are many things that become obstacles in the implementation of the no-smoking area policy in Banjarmasin Islamic hospital. First, the no- smoking area policy is not conveyed clearly to visitors and patients' families. the policy is considered insecure and fourth, there is no standard operating procedure (SOP) in the application of the no-smoking area policy at Banjarmasin Islamic Hospital.

Keywords: Policy Implementation, non-smoking area, Hospital.

IRFAN MAULANA, NPM. 16120079, “Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Islam Banjarmasin”. Bimbingan Bapak Dr. H.M. Uhaib As’ad, M.Si sebagai pembimbing utama dan Bapak A. Nikhrawi Hamdie, S.Sos.,SH.,MH sebagai Co Pembimbing.Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui gambaran mengenai Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit Islam Banjarmasin, untuk mengetahui faktor penghambat dalam Implementasi Kebijakan

(2)

Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit Islam Banjarmasin dan Bagaimanana tanggapan masyarakat terkait dengan adanya kebijakan Peraturan Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Metode penelitian menggunakan pendekatan Kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data dikumpulkan dengan cara observasi, dokumentasi dan wawancara kepada 4 orang informan. Teknik pengumpulan data melalui wawancara tak berstruktur (mendalam). Analisis data menggunakan Dengan menggunakan analisis data melalui pengumpulan data dan reduksi data dengan merangkum, memilih hal- hal yang penting sehingga dengan mereduksi data akan mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian ini.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit Islam Banjarmasin masih diperlukan banyak perbaikan pada setiap faktor yang mendukung implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok. ada banyak hal yang menjadi hambatan dalam implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok di rumah sakit Islam Banjarmasin yang pertama, kebijakan kawasan tanpa rokok tidak tersampaikan dengan jelas kepada pengunjung dan keluarga pasien, kedua, jumlah pelaksana yang menangani kebijakan kawasan tanpa rokok hanya sedikit, ketiga sikap pelaksana kebijakan dinilai kurang tegas dan keempat, tidak ada standar operasional procedure (SOP) dalam penerapan kebijakan kawasan tanpa rokok di Rumah sakit Islam Banjarmasin.

Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, kawasan tanpa rokok, Rumah Sakit.

PENDAHULUAN

Pembangunan pada suatu bangsa dapat dilihat melalui kemajuan suatu daerah.

Salah satu indikator keberhasilan nya adalah aspek kesehatan. Pembangunan nasional secara menyeluruh tidak akan terwujud tanpa didukung oleh aspek kesehatan.

Pemerintah sebagai penyelenggara negara berkewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh warga negara Indonesia. salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan pengamanan yang mengandung zat adiktif. Menurut penelitian yang dilakukan (Habibi, Surahmawati, &

Sompo, 2016:161) menyebutkan bahwa Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang apabila digunakan akan mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan

masyarakat, zat-zat kimia yang terkandung diketahui ada 4.000 zat kimia yang terdapat dalam rokok. Pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif tertuang juga dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 113 yang berbunyi bahwa “pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan”.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Sahendra, 2018:2) menyebutkan bahwa sesungguhnya rokok adalah suatu permasalahan dimasyarakat bagi perokok aktif tentu paparan asap rokok bukanlah suatu masalah tetapi asap rokok sangat

(3)

menggangu dan merugikan orang yang tidak merokok. Menurut WHO Report in Global Tobacco Epidemic 2008, dalam penelitian yang dilakukan oleh (Habibi et al., 2016:161) menyebutkan bahwa rokok merupakan salah satu pencetus penyakit penyebab kematian yang bisa dicegah di dunia. Pada tahun 2008, rokok melebihi total kematian yang disebabkan oleh tuberculosis, HIV (Human Immunodeiciency Virus)/ AID ( Acquired immune deficiency syndrome) dan malaria. Sehingga sangat perlu untuk menerapkan langkah untuk kawasan tanpa rokok atau yang biasa disingkat KTR. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saifullah, IKBAL, &

THAMRIN, 2019:44-45) yang menyebutkan bahwa salah satu upaya efektif untuk melindungi seluruh masyarakat dari asap rokok orang lain adalah melalui penerapan kawasan tanpa rokok (KTR). penerepan kawasan tanpa rokok memungkinkan masyarakat untuk dapat menikmati udara bersih dan sehat serta terhindar dari berbagai resiko yang merugikan kesehatan.

Perlunya KTR juga menjadi instruksi pemerintah daerah untuk mengeluarkan kebijakan pelarangan merokok di tempat- tempat yang ditentukan. Salah satu Pemerintah Daerah yang telah menerapkan Peraturan Kawasan Tanpa Rokok adalah

Kota Banjarmasin. Dalam upaya untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat perokok dan bukan perokok Pemerintah Daerah Kota Banjarmasin menetapkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Namun kawasan tanpa rokok masih belum menyeluruh di pahami oleh masyarakat dan masih banyak perokok yang acuh untuk aturan tersebut sehingga masih ada juga yang melaksanakan kebiasaan merokoknya di dalam area KTR. Hal ini merupakan usaha yang harus di lakukan pemerintah daerah dan pihak yang terkait untuk aturan KTR tersebut untuk mengambil langkah agar di Kota Banjarmasin bisa bebas asap rokok, khususnya tempat-tempat yang telah menjadi ketetapan dalam peraturan daerah tentang KTR.

Di Kota Banjarmasin terdapat rumah sakit yang telah menerapkan peraturan kawasan tanpa rokok di area rumah sakit.

Rumah sakit ini di beri nama Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Wujud penerapan kebijakan tersebut dibuatnya informasi dalam bentuk tanda larangan di beberapa area rumah sakit yang menjelaskan kawasan tanpa rokok. Namun, masih ada saja orang yang merokok di area rumah sakit tersebut.

Ini menunjukan bahwa belum ada tindak tegas dari pihak rumah sakit. Kenyataan

(4)

yang memperkuat hal tersebut masih terlihatnya puntung rokok yang sudah di isap di area rumah sakit. Hal ini perlu menjadi perhatian untuk lebih di tegaskannya Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana Implementasi Kawasan Tanpa Rokok di Kota Banjarmasin. Oleh karena itu, judul yang di ambil oleh penulis adalah :

“Implementasi Kebijakan Perda Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Banjarmasin)”.

TINJAUAN PUSTAKA

Thomas R. Dye (1992) dalam (Anggara, 2018:35) mendefinisikan kebijakan publik sebagai “public policy is whatever the government choose to do”

(Kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu) Definisi ini menekankan bahwa kebijakan publik merupakan perwujudan “tindakan” dan bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat publik semata.

Menurut George C. Edward III dalam (Winarno, 2012:177) implmentasi

kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi di dalam membuat sebuah kebijakan pemerintah juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah sebuah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat.

Van Meter dan Horn dalam (Winarno, 2016:135) menjelaskan bahwa implementasi kebijakan merupakan semua tindakan yang dilakukan oleh indivdu- individu/ pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam kebijakan sebelumnya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa implementasi kebijakan merupakan seluruh tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan kebijakan yang dapat berupa Undang- Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat lembaga pemerintah dalam kehidupan bernegara.

George C. Edward III mengajukan empat faktor yang berperan penting dalam keberhasilan implementasi yaitu:

1. Komunikasi

(5)

2. Sumberdaya 3. Birokrasi 4. Disposisi

ALAT DAN METODE

Desain dari penelitian ini mengambil metode penelitian Deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian yang penulis ambil disini dipilih karena untuk menyajikan data secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada di lapangan. Penelitian Deskriptif yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti merujuk pada model implementasi kebijakan George C.Edward III yang mengukur implementasi kebijakan kepada empat faktor yang mempengaruhi sebuah proses implementasi kebijakan Peraturan Nomor 7 tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit Islam Banjarmasin berjalan atau tidak.

Empat faktor tersebut adalah komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.

Berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Islam Banjarmasin dijelaskan bagaimana faktor komunikasi, sumber daya,

disposisi dan struktur birokrasi akan mempengaruhi kebijakan kawasan tanpa rokok di Rumah Sakit Islam Banjarmasin sebagai berikut:

1. Komunikasi

Dalam penelitian ini komunikasi dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi transmisi (transmission), dimensi kejelasan (clarity), dimensi konsistensi (consistency).

a. Dimensi transmisi mengharapkan agar kebijakan disampaikan kepada sasaran kebijakan agar tujuan dari kebijakan dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik. dimensi transmisi dalam pelaksanaan kebijakan kawasan tanpa rokok di Rumah Sakit Islam Banjarmasin dilakukan dengan cara penyampaian informasi kepada para karyawan melalui apel 17-an dan kopi morning. Sedangkan penyampaian informasi yang dilakukan oleh pihak rumah sakit kepada pengunjung dan pasien dengan cara memasang tanda larangan merokok di setiap sudut lingkungan rumah sakit Islam Banjarmasin.

b. Dimensi Kejelasan dalam komunikasi kebijakan menginginkan kebijakan dapat dipahami oleh implementor dan sasaran kebijakan. Kejelasan yang diterima oleh implementator dan

(6)

sasaran kebijakan sangat penting agar mengetahui tujuan dan maksud dari kebijakan tersebut. penyampaian informasi kawasan tanpa rokok di rumah sakit Islam Banjarmasin masih kurang jelas. Kebijakan kawasan tanpa rokok tersebut juga belum sepenuhnya dipahami oleh keluarga pasien. Bahkan hasil observasi peneliti juga menemukan bahwa terdapat puntung rokok yang dibuang sembarangan di lingkungan rumah sakit.

c. Dimensi Konsistensi dalam dalam komunikasi kebijakan memungkinkan implementasi kebijakan berjalan efektif dengan adanya perintah yang jelas dan konsisten. Berdasarkan hasil dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tidak adanya konsistensi antara kebijakan yang diberlakukan di rumah sakit Islam Banjarmasin dengan apa yang terjadi dilapangan. Dalam lingkungan rumah sakit juga terdapat tempat yang dijadikan tempat khusus untuk merokok. Di dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok secara tegas menyatakan bahwa rumah sakit termasuk kepada kawasan tanpa rokok.

2. Sumber Daya

Sumber daya mempunyai peran yang sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Sumber daya menjadi faktor pendukung keberhasilan komunikasi yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan kepada sasaran kebijakan. Sumber daya diharapkan dapat mendukung implementasi kebijakan, hal ini karena akan berdampak pada terhambatnya pelaksanaan kebijakan jika dalam pengimplementasi kebijakan tidak didukung oleh sumber daya. Kewenangan dalam pelaksanaan kebijakan kawasan tanpa rokok di Rumah Sakit Islam Banjarmasin adalah Direktur rumah sakit. Belum ada program khusus dari rumah sakit yang mendukung implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok. hasil observasi juga menemukan sarana pendukung yang dibuat pihak rumah sakit berupa tanda tulisan kawasan tanpa rokok diacuhkan oleh beberapa keluarga pasien dan pengunjung yang berkunjung di rumah sakit.

3. Disposisi

Disposisi merupakan sikap dari pelaksana kebijakan untuk melaksanakan kebijakan secara bersungguh-sungguh sehingga tujuan kebijakan akan dapat tercapai.

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti terlihat bahwa disposisi dalam hal birokrasi telah terstruktur. Salah satu yang paling

(7)

berperan penting dalam penerapan kebijakan kawasan tanpa rokok di rumah sakit Islam Banjarmasin adalah bagian pengamanan atau satpam yang setiap waktu bekerja memantau keluarga pasien ataupun pengunjung di rumah sakit mengenai merokok. Namun dalam hal tindakan yang dilakukan kepada orang yang merokok dilingkungan rumah sakit hanya sebatas teguran saja. Hal ini menandakan bahwa kurang tegasnya pihak rumah sakit karena tidak adanya sanksi yang diberikan kepada pelanggar.

4. Struktur Birokrasi

Dalam struktur birokrasi diperlukannya pembagian tugas tanggung jawab, kegiatan atau program pada beberapa unit kerja yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Adanya hal tersebut maka implementasi akan lebih efektif karena dilaksanakan oleh organisasi yang berkompeten dibidangnya.

Struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok di Rumah sakit Islam Banjarmasin belum dibuat pedoman berupa Standar Operasional Prosedure (SOP). Pihak rumah sakit juga tidak memiliki tim khusus untuk kawasan tanpa rokok. untuk penanganan kebijakan tersebut dilaksanakan oleh satpam yang

berkewajiban untuk mengawasi segala bentuk pelanggaran mengenai kebijakan kawasan tanpa rokok d rumah sakit Islam Banjarmasin.

Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit Islam Banjarmasin

Sejak diberlakukannya Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 7 tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok yang didalamnya memuat kawasan tanpa rokok di tempat pelayanan kesehatan yang salah satunya adalah Rumah Sakit sampai sekarang masih banyak ditemukan hambatan dalam pelaksanaannya. Beberapa kebijakan yang telah disampaikan pada pelaksanaan di Rumah Sakit Islam Banjarmasin masih terdapat pelanggaran karena adanya hambatan.

peneliti menilai bahwa yang menjadi hambatan dalam implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok di rumah sakit Islam Banjarmasin adalah kurangnya sosialisasi yang dilakukan kepada keluarga pasien dan pengunjung, pihak rumah sakit hanya memasang tanda larangan kawasan tanpa asap rokok yang membuat kebijakan tersebut tidak tersampaikan secara jelas kepada keluarga pasien dan pengunjung, akibatnya

(8)

masih banyak terjadi pelanggaran terhadap kebijakan tersebut.

Tanggapan Masyarakat terhadap adanya kebijakan kawasan tanpa rokok

Berdasarkan hasil penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa sebagian orang sudah mulai menyadari akan bahaya yang ditimbulkan oleh rokok, dan perlahan sudah memutuskan berhenti merokok dengan berbagai macam alasan. Masyarakat juga sudah mulai sadar dan mematuhi akan adanya kebijakan kawasan tanpa rokok. Penjelasan diatas hanya sebagian kecil respon masyarakat mengenai adanya kebijakan kawasan tanpa rokok. kenyataanya masih ditemukan bukti bahwa bekas puntung rokok yang ditemukan dilingkungan rumah sakit tersebut. Ini menandakan bahwa tidak semua orang yang berada di lingkungan rumah sakit tersebut memberikan respone yang positif terhadap adanya kebijakan kawasan tanpa rokok, masih saja ada orang yang tidak mematuhi akan adanya kebijakan tersebut.

KESIMPULAN

1. Berdasarkan pembahasan tentang Implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok di Rumah Sakit Islam Banjarmasin dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kebijakan ini masih diperlukan banyak perbaikan pada setiap

faktor yang mendukung implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok. masih banyak terjadi hambatan dalam implementasi kebijakan tersebut sehingga dalam penerapannya menjadi kurang efektif. Kebijakan kawasan tanpa rokok di Rumah Sakit Islam Banjarmasin tidak tersampaikan dengan jelas kepada keluarga pasien maupun pengunjung rumah sakit. Sehingga kebijakan tersebut kurang dipahami maksud dan tujuannya, sosialisasi yang disampaikan kepada keluarga pasien dan pengunjung hanya melalui media spanduk, pamphlet dan stiker yang terpasang pada sudut lingkungan rumah sakit. Jumlah pelaksana yang menangani kebijakan kawasan tanpa rokok hanya sedikit, sehingga pelanggaran terhadap kebijakan tersebut masih sering terjadi.Sikap pelaksana kebijakan dinilai kurang tegas, tidak ada sanksi yang diberikan terhadap pelanggar kebijakan, tindakan yang dilakukan hanya sebatas teguran. Tidak ada Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penerapan kebijakan kawasan tanpa rokok di Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

2. Terdapat beberapa faktor penghambat dalam implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok di rumah sakit Islam

(9)

Banjarmasin antara lain komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.

Respone masyarakat dalam hal ini keluarga pasien dan pengunjung rumah sakit terhadap adanya kebijakan kawasan tanpa rokok memberikan respone yang positif, masyarakat menilai sangat setuju akan adanya kebijakan tersebut yang dinilai dapat memberikan dampak yang positif bagi kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin. (2012) ANALISIS KEBIJAKAN: Dari Formulasi ke

penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Agustino, L. (2016) Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Anggara, S. (2018) kebijakan Publik.

Bandung: Pustaka Setia.

Mulyadi, D. (2015) Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik (Konsep dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono (2018) Metode penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharno (2010) Dasar-Dasar Kebijakan

Publik. UNY Press.

Winarno, B. (2012) Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta:

CAPS.

Winarno, B. (2016) Kebijakan Publik Era Globalisasi (Teori, Proses, dan Studi Kasus Komparatif). Yogyakarta: CAPS.

jurnal:

Habibi, Surahmawati and Sompo, H. (2016)

‘Gambaran Implementasi Peraturan Daerah Tentang Kawasan Tanpa Rokok ( Ktr ) Pada Rsud Haji Dan Rumah Sakit Stella Maris Di Kota Makassar Tahun 2015’, Public Health Science Journal, 8(2), pp. 161–170.

Saifullah, IKBAL, M. and THAMRIN, H.

(2019) ‘Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Rumah Sakit Arifin Nu’mang Kabupaten Sidenreng Rappang’, Jurnal Moderat, 5(1), pp. 44–55.

Thesis:

Sahendra, E. (2018) implementasi kebijakan kawasan tanpa asap rokok di universitas islam kalimantan muhammad arsyad al banjari. Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari.

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

(10)

Tentang Kesehatan

Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tentang Pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan.

Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor

188/MENKES/PB/I/2011; 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok

Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Kawasan Tanpa Rokok

Referensi

Dokumen terkait

1 IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TERHADAP PENEGAKAN PARA PEROKOK DI KOTA BANJARBARU Muhammad Aqsal1, Afif Khalid2,

2 | 2021 QUESTONLINE.ORG.ZA Books REGULARS | BOOKS Pollinators, Predators & Parasites: The ecological roles of insects in southern Africa By Clarke Scholtz, Jenny Scholtz & Hennie