PERATURAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (KOMINFO):
ANALISIS PERMASALAHAN TERHADAP PENERAPAN PERMENKOMINFO NOMOR 5 TAHUN 2020 BAGI PSE
A. LATAR BELAKANG
Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informasi (Permenkominfo) Nomer 5 Tahun 2020 yang mengatur kebijakan penyelenggaraan sistem elektronik (PSE) yang telah dikeluarkan oleh Kementrian Komunikasi Dan Informasi (Kominfo). Pada tanggal 24 November 2020 Permenkominfo ini mulai berlaku. Kementrian Komunikasi dan Informasi membuat aturan ini supaya internet menjadi sehat, aman, terpercaya, sehingga para pengguna merasa aman karena mereka menggagap data-datanya dilindungi (Sahib et al., 2023).
Dibuatnya Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informasi (Permenkominfo) nomer 5 tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Sistem Elektronik (PSE) lingkup privat ini cukup mengejutkan bagi masyarakat umum karena menimbulkan ancaman dan pemblokiran pada beberapa perusahaan atau badan yang menyediakan layanan digital, seperti Steam, Paypal dan banyak lagi. Permenkomnfo mengatur masalah pendaftaran, pengelolaan, moderasi, dan penghentian atau pemblokiran pada akses informasi atau dokumen yang dilarang. Aturan tersebut juga mengatur perbolehan akses data pribadi untuk kepentingan pengawasan penegakan hukum dan bagi PSE yang ada di Indonesia mungkin juga bisa dijatuhi sanksi administratif (Taufani Galang, 2020).
Jika ada Konten yang menyinggung atau sensitif maka akan dihapus dan diblokir oleh pemerintah. Pemerintah akan memblokir akses terhadap konten tersebut tanpa perlu keputusan pengadilan dan tanpa penyediaan opsi untuk keberatan pada pemblokiran. Sebagai contoh, pemblokiran terhadap game online seperti Epik Games dan Dota dapat berdampak signifikan didalam industri ekonomi kreatif karena kehilangan sumber penghasilan. Seterusnya akan berdampak negatif pada sektor ekonomi, dan hilangnya sumber penghasilan pajak di Indoneisa. Selain itu aplikasi-aplikasi lain juga bisa terkena dampak yang serupa. Meskipun demikian, disisi lain peraturan PSE ini juga memiliki dampak yang positif, misalnya data masyarakat dapat terlindungi jika terjadi suatu penipuan (Sahib et al., 2023).
Dapat dilihat bahwa regulasi ini menimbulkan banyak dampak, perdebatan dan kekhawatiran bagi banyak publik. Regulasi khusus untuk teknologi dan informasi memang sangat penting, karena itu diperlukannya kerangka hukum yang didasari pada undang- undang, prinsip-prinsip hukum dan internet. Disisi lain, regulasi yang saat ini melakukan banyak mekanisme seperti melakukan pencegahan konten yang sensitif, keamanan data dan privasi, pemblokiran tanpa proses hukum untuk menjaga keamaan informasi. Namun, menimbulkan banyak perdebatan tentang kebebasan berekspresi, keamaan data dan hak ekonomi di rahna digital. Ada banyak aspek yang harus dipertimbangkan lagi tentang ketidakseimbangan tersebut secara keseluruhan. Karena latar belakang di atas, penulis ingin mempelajari lebih lanjut tentang "Peraturan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO): Analisis Permasalahan Terhadap Penerapan Permenkominfo Nomor 5 Tahun 2020 Bagi Penyelenggara sistem elektronik.”
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas adalah sejauh mana penyelenggara sistem elektronik lingkup privat bisa menerapkan peraturan-peraturan yang ada dalam permenkominfo No. 5 Tahun 2020, seperti mematuhi regulasi yaitu dengan melakukan pendaftaran dan penyesuaian sistem keamaan data. Kemudian berfokus pada permasalahan atau dampak yang timbul dari implementasi permenkominfo No. 5 Tahun 2020 terhadap pengguna system elektronik.
C. LANDASAN TEORI
Teori CyberneticsPada awalnya, Teori Cybernetic meupakan teori yang difokuskan pada teori interdisipliner (interdisciplinary approach) untuk memahami sistem kendali dan komunikasi yang melibatkan manusia, organisasi, mesin dan bahkan hewan. Dalam sistem hukum, korelasi teori ini sendiri adalah untuk melihat sejauh mana sebuah sistem regulasi dapat efektif dan berfungsi dengan baik di masyarakat. jika informasi tentang hukum tidak disampaikan dengan baik kepada masyarakat, maka tidak akan ada suatu ketentuan hukum yang dapat berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Dengan mengkomunikasikan informasi hukum tersebut, maka masyarakat akan memberikan feedback yang baik atau positif. Secara teoretis, ini akan memungkinka untuk mempertemukan atau paling tidak mengurangi ketimpangan antara hukum dan prilaku sosial (Makarim, 2004).
Ketentuan Peraturan Undang-Undang Di Indonesia
Jenis peraturan perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomer 12 Tahun 2011 pasal 7 ayat 1 mencakup peraturan yang ditetapkan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, Badan, Lembaga, Atau Komisi Yang Setingkat Yang Dibentuk Dengan Undang-Undang Atau Pemerintah Atas Perintah Undang- Undang, Dewan Perwakilan Rakyak Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Kepala Desa atau setingkatnya.
Secara teoritis, pembentukan peraturan menteri didasari pada delegasi, yang berarti bahwa mereka hanya dapat dibuat setelah diberi wewenang oleh undang-undang yang lebih tinggi. Dengan demikian, peraturan menteri dapat dibuat jika diberi wewenang oleh Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Atau Peraturan Presiden (F. R. Firdaus, 2022) . Berdasarkan landasan teori tersebut, dapat diketahui dengan jelas bahwa pembuatan peraturan, harus dibuat oleh peraturan perundang-undang yang lebih tinggi untuk menjamin legalitas dan teraturnya sistem hukum.
D. PEMBAHASAN
1. Penerapan Permenkominfo No. 5 Tahun 2020 Bagi Penyelenggara System Elektronik Lingkup Privat
Permenkom ini secara garis besar mengatur berbagai hal terkait tata kelola, pendaftaran, dan permohonan pemutusan akses atas informasi atau dokumen yang
dilarang. Jika ditelisik lebih lanjut, permen ini diyakini menyimpan sesuatu yang menimbulkan kecurigaan terhadap poin yang terkandung (Sulton Nafis Ahfi, 2022).
Penyelenggara Sistem Elektronik harus melakukan pendaftaran menurut Permenkominfo Nomer 5 Tahun 2020. PSE dapat dikenakan sanksi administratif jika tidak mendaftar. Pemerintah akan memberikan teguran tertulis dan denda administratif. Untuk kepentingan umum dan negaralah perndaftaran ini dilakukan, tujuannya adalah untuk melindungi masyarakat saat mengakses situs, namun beberapa orang mempercayai bahwa secara rahasia pemerintah berusaha membatasi kebebasan media (Fadillah &
Lubis, 2022).
Permenkominfo pada Pasal 7 ayat 3 mengatur “perhentian sementara” jika PSE tidak mengindahkan maka akan mandapat teguran tertulis, tapi dikatakan bahwa frasa ini sangat interpretatif dan memberi kekuasaan besarpada kominfo. Jika PSE secara internal membahas kewajiban pendaftaran, maka apa itu termasuk dalam hal mengindahkan.
Selain itu, dalam pasal 7 ayat 3 c memberi waktu 7 hari bagi PSE untuk mengkonfirmasi.
Peraturan ini tidak hanya tidak proporsional dan merugikan, tapi juga menimbulkan dampak negatif jangka panjang bagi PSE lingkup privat yang telah terdaftar (Sembiring, 2022)
2. Bentuk permasalahan atau dampak yang timbul dari penerapan permenkominfo No. 5 Tahun 2020
2.1 Kerugian Atas Hak Ekonomi
Salah satu probematika yang muncul akibat keputusan pemblokiran terhadap PSE. Dalam keputusan ini sangat penting untuk mempertimbangkan konsekuensinya terhadap peyelenggara sistem elektronik yang tidak berhasil mendaftarkan sistem mereka yang sesuai dengan ketentuan pemerintah. Meskipun tujuan utama permenkominfo untuk mempermudah dalam pengawasan ataupun pengecekan namun, tindakan ini bisa dibilang ilegal karena sanksinya yang amat serius. Efek dari permasalahan ini adalah adanya gangguan pada sistem elektronik yang telah lama digunakan bagi banyak penggun, yaitu termasuk menyebabkan masalah transaksi, kerugian finansial (Marta Arifin, 2018). Beberapa contoh PSE lingkup privat yang diblokir aksesnya yaitu, Paypal, Eteam, EpicGames.
Dalam Pasal 25 Undang-Undang ITE menjelaskan bahwa suatu informasi eloktronik dan/atau dokumen elektronik yang disususn menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada didalamnya dilindungi sebagai hak kekayaan intelektual berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undang. Dalam pasal ini menyatakan bahwa indonesia mempunyai komitmen untuk melindungi hak individu untuk mengembangkan kekayaan intelektualnya. Dalam undang-undang ITE hak ekonomi melalui rahna digital adalah salah satu komponen yang penting untuk pertumbuhan ekonomi dan perdagangan negara.
Data menunjukan bahwa banyak PSE yang terutama bekerja dalam bidang kreatif dan penyediaan sistem pembayaran terkena akibatnya yaitu tidak bisa lagi mengakses karyanya dan tidak dapat menerima atas hasil dari karya cipta yang merupakan hak ekonomi mereka dan ini tidak sejalan dengan pasal 25 UU ITE yang berjutuan melindungi hak kekayaan intelektual (Jingga, 2023).
2.2 Kebebasan Berpendapat Yang Dibatasi
Salah satu masalah yang muncul adalah kebebasan berpendapat. Hak asasi manusia ini dijamin oleh pemerintah indoneisa untuk setiap warganya. Indonesia sebagai negara dengan sistem humum yang kuat, tentunya memiliki wewenang dalam mengatur dan melindungi hak atas HAM seperti yang diatur dalam UUD 1945 pasal 28E dan 28F, yang menjamin hak berkomunikasi dan hak berpendapat. Meskipun begitu,ada beberap pasal dalam permenkominfo nomer 5 tahun 2020 yang membatasi kebebasan berbicara dalam rahna digital. PSE dilarang menyebarkan informasi yang tidak jenis konten yang dilarang, menurut pasal 9 ayat 3-6. Pemerintah meiliki kekuasaan untuk mengatur jenis kontenyang dipubliskan, yang dikhawatirkan dapat membahayakan kebebasan berbicara karena tidak adanya ketentuan proses hukum yang tepat bagi PSE (Sahib et al., 2023).
Dalam Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor 5 Tahun 2020, khususnya pada pasal 9 ayat 4 sampai 6, membatasi kebebasan berpendapat dan berbicara pada dokumen yang dikategorikan di larang dalam media sosial. Jika konten tidak dihapus , maka pemerintah akan memberikan sanksi. Namun, dalam konten yang dianggap “meresahkan” yang dianggap menggangu ketertiban umum ini tidak memberi tahu siapapun untuk mengidentifikasi hal yang meresahkan tersebut (Rahardjo & Afifah, 2022)
2.3 Pelanggaran Privasi Atau Penyelagunaan Data Pribadi
Dalam permenkominfo nomer 5 tahun 2020 pasal 21 ayat 1 dan 2 tentang penyelenggaraan sistem elektronik lingkup privat,untuk tujuan pengawasan PSE swasta harus memberikan akses kepada badan pemerintah, kementrian, dan aparat penegak hukum. Namun hal tersebut tidak perlu melalui keputusan pengadilan, jelas pada konteks ini dianggap terlalu otoriter, karena bisa saja penegak hukum menyalagunakan kekuasaannya. Selain itu, dalam pasal 3 ayat 4 huruf I, meyebutkan pengawasan dan penegakan hukum sistem elektronik harus dipenuhi oleh PSE. Untuk melaksanakan kebijakan tersebut kominfo harus mempertimbangkan dalam hal perlindungan data pribadi dan peraturan yang adil.(Sahib et al., 2023).
Dalam kenyataannya, banyak kasus data pribadi di sistem elektronik publik dan privat. Kebocoran yang terjadi pada data eHAC, BPJS kesehatan,tokopedia merupakan contoh nyata. Kasus-kasus ini seringkali berakhir dengan koordinasi antara Kemenkominfo, PSE dan BSSN. Korban atas kebocoranpun jarang menerima konpensasi yang tepat dan hukum untuk mengatur pemulihan yang memadai bagi merekapun tidak diatur. Ini menunjukan bahwa perlindungan atas hak subjek bagi PSE belum optimal di Indonesia (Wenderlin Koswara, 2022). Baru-baru ini juga terdapat kasus yang sangat mengkhawatirkan karena terjadinya serangan siber pada pusat data nasional (PDN).
Banyak data yang hilang dan juga tidak terback up dan server down. Menteri kominfo Budi Arie Setiadi mengatakan bahwa para peretas meminta sejumlah uang tebusan sebesar 8 juta USD atau setara dengan 131 miliar, namun dikatakan bahwa pemerintah tidak akan membayar tebusan tersebut (N. L. dan A. Firdaus, 2024).
Salah satu konsekuensi atau dampak dari kebocoran data pribadi adalah potensi penyalagunaan oleh individu yang terlibat dalam pelanggaran hukum dan juga tidak bertanggung jawab, pertama, data pribadi dapat digunakan untuk mengakses secara
tidak sah ke rekening keuangan. Kemudian,bisa juga penipuan dalam kredit online dan data yang diretas dalam akun media sosial dapat digunakan untuk tujuan yang ilegal (Rista Maharani, 2023).
KESIMPULAN
Permenkominfo Nomer 5 Tahun 2020 yang diterapkan pada Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) lingkup privat banyak mendapat komentar dan kritik. Meskipun permen ini menimbulkan banyak kekhawatiran diantaranya tentang kebebasan berekspresi, hak ekonomi dan privasi data, terlebas dari semua itu tujuan utama mereka ialah untuk membuat internet lebih aman dan terpercaya. Selain itu, kebijakan pemblokiran tanpa proses pengadilan hukum dapat membatasi kebebasan berekspresi dan berbicara dan membahayakan PSE dalam jangka panjang. Kasus keboboran data pribadi menunjukan bahwa peraturan yang baik sangatdiperlukan.
REFERENSI
(UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, 2011)
Fadillah, N., & Lubis, R. H. (2022). Analisis Pelaksanaan Permenkominfo No. 5/2020 terhadap Pasal 28f/1945 dan Maqashid Syariah. Qonuni: Jurnal Hukum Dan Pengkajian Islam, 2(02). https://doi.org/10.59833/qonuni.v2i02.1024
Firdaus, F. R. (2022). Mempertanyakan Materi Muatan Permenkominfo Nomor 5 Tahun 2020.
https://nasional.kompas.com/read/2022/08/01/13494401/mempertanyakan- materi-muatan-permenkominfo-nomor-5-tahun-2020?page=all
Firdaus, N. L. dan A. (2024). “Hacker” retas pusat data nasional Indonesia, minta tebusan
Rp131 miliar. Benar News Indonesia.
https://www.benarnews.org/indonesian/berita/hacker-pusat-data-nasional- tebusan-131-miliar-06242024112554.html
Jingga, E. (2023). PELINDUNGAN HAK EKONOMI PEMILIK AKUN PSE LINGKUP PRIVAT DARI PEMBLOKIRAN AKIBAT BELUM TERDAFTAR DI INDONESIA Protection of Economic Rights of Private Scope PSE Account Owners from Blocking Due to Not Being Registered in Indonesia. Comserva: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, 03(03), 849–861. https://doi.org/10.59141/comserva.v3i03.872
Makarim, E. (2004). 13_Telematika, Teori Cybernetics Dan Hukum.pdf (First edit).
RajaGrafindo Persada. https://lib.ui.ac.id/detail?
id=20164931#parentHorizontalTab2
Marta Arifin, E. (2018). Marta Arifin, E. (2018). Akuntansi Forensik: Potensi Bitcoin Sebagai Episentrum Baru Dalam Tindak Pencucian UANG.
Rahardjo, R. D., & Afifah, W. (2022). Kesesuaian Permenkominfo Nomor 05 Tahun 2020
Dengan Prinsip Kebebasan Berpendapat Dan Berekspresi Dalam Hak Asasi Manusia.
Bureaucracy Journal : Indonesia Journal of Law and Social-Political Governance, 2(2), 472–486. https://doi.org/10.53363/bureau.v2i2.48
Rista Maharani, A. L. P. (2023). Perlindungan Data Pribadi Konsumen Oleh Penyelenggara Sistem Elektronik Dalam Transaksi Digital. Jurnal Hukum Dan HAM Wara Sains, 2(05), 421–438. https://doi.org/10.58812/jhhws.v2i05.354
Sahib, N. S. M., Idayanti, S., & ... (2023). Problematika Aturan Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Di Indonesia. Pancasakti Law Journal …, 1. https://fh.pps- upstegal.ac.id/index.php/plj/article/view/8%0Ahttps://fh.pps-upstegal.ac.id/
index.php/plj/article/download/8/7
Sembiring, A. E. (2022). Pelanggaran Norma dalam Pengimplementasian Permenkominfo No . 5 Tahun 2020. 5, 5–8.
Sulton Nafis Ahfi. (2022). Aturan PSE Kominfo, Sedikit Menguntungkan Banyak Merugikan.
I-WIN Library Perpustakaan Internasional Waqaf Illmu Nusantara.
Taufani Galang. (2020). DAMPAK PEMBLOKIRAN DALAM PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI NOMOR 5 TAHUN 2020 TERHADAP HAK ATAS INTERNET DI INDONESIA.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. (2011). 4(3), 410–419.
Wenderlin Koswara. (2022). IMPLEMENTASI ATURAN PERLINDUNGAN DATA PRIBADI OLEH PENYELENGGARA SISTEM ELEKTRONIK DIKAITKAN DENGAN TEORI KEADILAN
DAN KEPASTIAN HUKUM. 7(2), 86–103.
https://www.suara.com/tekno/2022/01/01/015822/daftar-kasus-kebocoran-data- di-indonesia-selama-