EKSISTENSI SANGGAR TARI PAGABE HIGHLAND SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI KABUPATEN SAMOSIR
PROPOSAL
OLEH:
DANIEL RYANTUA PARTOGI MALAU
PROGRAM STUDI PARIWISATA BUDAYA DAN KEAGAMAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA KRISTEN
INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI TARUTUNG 2025
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...i
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Identifikasi Masalah...6
1.3 Rumusan Masalah... 6
1.4 Fokus Penelitian...7
1.5 Tujuan Penelitian... 7
1.6 Manfaat Penelitian... 7
1.6.1 Secara Teoritis...7
1.6.2 Secara Praktis...7
BAB II KAJIAN PUSTAKA...9
2.1 Profil Kabupaten Samosir Sebagai Destinasi Wisata...9
2.2 Profil Sanggar Tari Pagabe Highland...12
2.2.1 Sejarah Sanggar Tari Pagabe Highland...12
2.2.2 Program Sanggar Tari Pagabe Highland...22
2.2.3 Manajemen Sanggar Tari Pagabe Highland...23
2.3 Atraksi Wisata...26
2.4 Eksistensi... 28
2.4.1 Eksistensi Sanggar Tari...29
2.5 Peneliti Terdahulu... 31
BAB III METODE PENELITIAN...34
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian...34
3.2 Kehadiran Peneliti...34
3.3 Lokasi Penelitian...35
3.4 Waktu Penelitian... 35
3.5 Data dan Sumber Data...37
3.6 Prosedur Pengumpulan Data...38
3.7 Informan...40
3.8 Pengecekan Keabsahan Temuan...40
DAFTAR PUSTAKA...43
DAFTAR PERTANYAAN... 44
PROFIL INFORMAN...47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pariwisata merupakan aktivitas yang melibatkan perjalanan ke berbagai tempat untuk tujuan hiburan, bisnis, atau kepentingan lainnya. Aktivitas ini sering kali mencakup kunjungan ke destinasi menarik, seperti pantai yang indah, pegunungan yang memukau, atau situs bersejarah yang kaya akan nilai budaya. Dalam pariwisata, atraksi menjadi daya tarik utama yang mendorong wisatawan untuk berkunjung. Kemudahan akses menuju destinasi, baik melalui jalur darat, laut, maupun udara, juga menjadi faktor penting dalam menarik minat pengunjung.
Namun, pariwisata tidak lepas dari tantangan, seperti meningkatnya jumlah wisatawan yang dapat menyebabkan keramaian serta potensi dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, keberadaan fasilitas pendukung, seperti penginapan, restoran, pusat informasi, toilet, dan jaringan internet, menjadi aspek krusial untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama perjalanan. Secara keseluruhan, pariwisata mencakup perjalanan dan aktivitas yang dilakukan individu atau kelompok di luar lingkungan sehari-hari, terutama untuk tujuan rekreasi dan liburan. Ini mencakup berbagai aktivitas seperti mengunjungi tempat-tempat wisata alam atau budaya, berpartisipasi dalam tur, berlibur di resort atau hotel, dan menikmati makanan dan belanja di destinasi wisata (Septia, 2019). Pariwisata tidak hanya mencakup aspek perjalanan fisik, tetapi juga melibatkan pengalaman budaya, sejarah, dan interaksi dengan komunitas lokal di destinasi yang dikunjungi.
Dalam perkembangannya sektor pariwisata menjadi sektor andalan suatu daerah, karena pariwisata dipandang mampu memberikan kesejahteraan bahkan
meningkatkan devisa negara. Kenyataan ini membuat banyak negara berlomba- lomba fokus di sektor pariwisata sesuai dengan potensi yang dimiliki. Sanggar Tari Pagabe Highland Samosir adalah salah satu sanggar tari yang ada di Samosir,
Kecamatan Pangururan, Sumatera Utara. Didirikan pada tahun 2013 oleh Denny Sihotang, seorang seniman dan penggiat budaya yang berkomitmen untuk melestarikan tari tradisional Batak serta memperkenalkan seni budaya ini kepada generasi muda dan pengunjung. Sanggar ini berfokus pada pelestarian dan pengembangan seni tari Batak Toba. Pagabe Highland dikenal karena kualitas tariannya yang tinggi, kostum yang unik, serta musik yang khas. Sanggar Tari Pagabe Highland terkenal dengan pertunjukan tarian tradisional Batak yang ditampilkan dalam acara-acara adat, festival budaya, dan acara pariwisata di sekitar Danau Toba, khususnya di kawasan Kabupaten Samosir. Beberapa tarian yang sering ditampilkan antara lain Tor-Tor Pangurason, Tor-Tor Sipitu Sawan, Tor-Tor Sihutur Sanggul, Tor-Tor Tunggal Panaluan, dan Tor-Tor Hata Sopisik.
Sanggar Tari Pagabe Highland aktif dalam kegiatan sosial dan budaya, seperti mengadakan pertunjukan tari. Selain itu, sanggar ini juga berperan penting dalam pengembangan generasi muda melalui program pendidikan tari. Pagabe Highland memiliki kelas tari untuk anak-anak dan remaja, sehingga memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk mempelajari dan menghargai budaya Batak Toba melalui tarian. Jika Anda tertarik untuk mempelajari tarian Batak Toba atau menikmati pertunjukan tari yang berkualitas, Sanggar Tari Pagabe Highland Samosir adalah tempat yang tepat untuk dikunjungi.
Sanggar tari Pagabe Highland, memiliki peran yang sangat penting dalam memperkaya dan memperkuat daya tarik wisata dalam mempromosikan budaya
lokal. Sanggar Tari Pagabe Highland berperan penting dalam mempromosikan dan melestarikan budaya lokal, terutama sebagai atraksi wisata. Sebagai wadah seni, sanggar ini menghadirkan pertunjukan tarian tradisional yang mencerminkan kekayaan budaya daerah. Pertunjukan tersebut tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga berfungsi sebagai sarana edukasi bagi wisatawan untuk mengenal nilai- nilai, tradisi, dan kearifan lokal masyarakat. Selain itu, kehadiran sanggar ini membantu memperkuat identitas budaya, meningkatkan apresiasi terhadap warisan seni, dan menarik minat pengunjung yang mencari pengalaman otentik.
Pertunjukan tari dapat berfungsi sebagai daya tarik tambahan yang memperkaya pengalaman wisata di suatu destinasi. Sebagai bagian dari atraksi budaya, tarian tradisional tidak hanya menonjolkan keindahan seni gerak tetapi juga menyampaikan cerita, tradisi, dan nilai-nilai masyarakat setempat. Kehadiran pertunjukan tari di destinasi wisata memberikan variasi aktivitas bagi pengunjung, sehingga meningkatkan daya tarik destinasi secara keseluruhan. Hal ini juga dapat memikat segmen wisatawan yang tertarik pada seni dan budaya, sekaligus memperpanjang waktu kunjungan mereka. Dengan menawarkan atraksi tambahan seperti pertunjukan tari, destinasi dapat menarik lebih banyak wisatawan dan memperkuat posisinya di peta pariwisata.
Pagelaran tari memiliki potensi besar untuk menjadi bagian integral dari event wisata, seperti festival budaya atau acara tahunan. Dengan menjadikan pertunjukan tari sebagai salah satu agenda utama, sebuah destinasi dapat menciptakan daya tarik yang unik dan menarik perhatian wisatawan, baik domestik maupun internasional.
Festival atau acara tahunan yang menampilkan tarian tradisional tidak hanya
mempromosikan budaya lokal, tetapi juga memberikan pengalaman yang berkesan bagi pengunjung. Selain itu, kehadiran wisatawan yang tertarik pada pertunjukan tari dapat memberikan dampak positif terhadap sektor ekonomi lokal. Ketika wisatawan datang untuk menyaksikan pertunjukan, mereka biasanya juga mengakses layanan lain, seperti penginapan, transportasi, dan kuliner. Hal ini pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan pendapatan dari sektor pariwisata secara keseluruhan. Dengan demikian, pagelaran tari tidak hanya melestarikan budaya lokal tetapi juga berperan sebagai motor penggerak ekonomi bagi destinasi wisata.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, Sanggar Tari Pagabe Highland Samosir terbukti memiliki peran yang sangat signifikan dalam memperkaya dan memperkuat atraksi wisata di Samosir. Melalui pertunjukan tarian tradisional Batak Toba yang unik dan autentik, seperti Tor-Tor Pangurason, Tor-Tor Sipitu Sawan, Tor-Tor Sihutur Sanggul, Tor-Tor Tunggal Panaluan, dan Tor-Tor Hata Sopisik.
sanggar ini tidak hanya mempromosikan budaya lokal tetapi juga melestarikan warisan budaya yang tak ternilai. Keberadaan sanggar ini telah meningkatkan kunjungan wisatawan, memberikan keuntungan pada perekonomian lokal, dan memperkuat citra positif Samosir sebagai destinasi wisata budaya.
Namun, meskipun memiliki peran yang besar, Sanggar Tari Pagabe Highland j uga menghadapi beberapa tantangan dalam mempertahankan eksistensinya. Salah satu kendala utama adalah kurangnya regenerasi penari muda yang berminat untuk melanjutkan tradisi ini, sehingga dikhawatirkan jumlah penari profesional akan berkurang seiring waktu. Selain itu, dukungan finansial dan fasilitas pendukung masih terbatas, yang berpotensi menghambat keberlanjutan sanggar dalam
menghadirkan pertunjukan berkualitas. Persaingan dengan atraksi wisata modern dan kurangnya promosi yang maksimal juga menjadi tantangan tersendiri dalam menarik perhatian wisatawan. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan komunitas budaya, untuk menjaga dan mengembangkan eksistensi sanggar ini agar tetap menjadi bagian penting dari daya tarik wisata budaya di Samosir.
Apabila Sanggar Tari Pagabe Highland tidak ada atau berhenti beroperasi, maka Samosir akan kehilangan salah satu elemen budaya yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan. Tanpa sanggar ini, pertunjukan tari tradisional yang merepresentasikan identitas budaya Batak Toba akan semakin jarang ditampilkan, sehingga generasi muda berisiko kehilangan keterhubungan dengan warisan budaya mereka. Selain itu, berkurangnya atraksi budaya dapat mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat setempat, khususnya bagi mereka yang bergantung pada sektor pariwisata. Tidak hanya itu, citra Samosir sebagai destinasi wisata budaya juga bisa melemah, karena kehilangan salah satu daya tarik autentiknya. Oleh sebab itu, menjaga keberlanjutan Sanggar Tari Pagabe Highland sangat penting agar nilai budaya dan manfaat ekonominya tetap terjaga untuk masa depan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul “EKSISTENSI SANGGAR TARI PAGABE HIGHLAND SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI KABUPATEN SAMOSIR”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, terdapat beberapa masalah yang perlu diidentifikasi, yaitu:
1. Eksistensi sanggar tari dalam mempertahankan budaya lokal: Seberapa berhasil sanggar tari dalam memperkenalkan nilai-nilai, sejarah, dan kekayaan budaya Batak Toba kepada wisatawan?
2. Dampak sanggar tari terhadap peningkatan kunjungan wisatawan: Apakah adanya sanggar tari telah meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Desa Huta Tinggi?
3. Peran sanggar tari terhadap perekonomian lokal: Seberapa besar pengaruh sanggar tari terhadap pendapatan masyarakat setempat dari sektor pariwisata (akomodasi, transportasi, kuliner, dll.)?
4. Tantangan yang dihadapi sanggar tari dalam mempertahankan keberlangsungannya: Apa saja kendala yang dihadapi sanggar tari, seperti keterbatasan sumber daya manusia, finansial, dan infrastruktur?
5. Strategi yang efektif untuk mengembangkan sanggar tari: Apa saja langkah- langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan yang ada dan meningkatkan peran sanggar tari dalam pengembangan pariwisata?
1.3 Rumusan Masalah
Peneliti akan memfokuskan pada permasalahan yang muncul terkait eksistensi sanggar tari pagabe highland sebagai atraksi wisata di kabupaten samosir. Rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini yaitu bagaimana cara
meningkatkan sanggar tari pagabe highland sebagai atraksi wisata di Kabupaten Samosir?
1.4 Fokus Penelitian
Dalam penulisan ini perlu dilakukan pembatasan masalah agar tidak memiliki permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat dibahas secara mendalam dan detail.
Adapun fokus penelitian ini adalah eksistensi sanggar tari pagabe highland sebagai atraksi wisata di Kabupaten Samosir.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan eksistensi dari sanggar tari Pagabe Highland sebagai atraksi wisata di Kabupaten Samosir.
1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Secara Teoritis
1. Memberikan informasi dan pemahaman yang lebih baik tentang eksistensi sanggar tari Pagabe Highland sebagai atraksi wisata di desa kabupaten samosir.
2. Memberikan pemahaman pada pengembangan teori tentang eksistensi Sanggar tari Pagabe Highland sebagai atraksi wisata.
1.6.2 Secara Praktis
1. Memberikan masukan bagi program studi terkait untuk meningkatkan kurikulum yang relevan dengan manajemen objek wisata.
2. Memberikan wawasan bagi pemerintah daerah dan pihak terkait dalam merancang kebijakan yang mendukung pengembangan objek wisata sanggar tari pagabe highland sebagai atraksi wisata di Kabupaten Samosir.
3. Memberikan panduan bagi pengelola destinasi wisata di Kecamatan Pangururan dan daerah sekitarnya untuk meningkatkan kinerja mereka dalam mengelola objek wisata.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Profil Kabupaten Samosir Sebagai Destinasi Wisata
Dari berbagai sumber literatur, dapat dideskripsikan bahwa Pulau Samosir adalah pulau danau terbesar kelima di dunia yang keberadaannya menjadi bukti tinggalan letusan vulkanik Gunung Toba dimasa lampau (BPIW,2018). Pulau Samosir berada di tengah Danau Toba dengan batas-batas wilayah, yaitu Kab.Karo dan Kab. Simalungun disebelah Utara; Kab. Toba Samosir di sebelah Timur;
Kab.Tapanuli Utara dan Kab. Humbang Hasundutan di sebelah Selatan; dan Kab.
Dairi di sebelah Barat
Kabupaten Samosir, yang memiliki panjang sekitar 45 kilometer dan lebar sekitar 19 kilometer, terletak di tengah Danau Toba, yang memiliki luas sekitar 1.100 kilometer persegi dan kedalaman mencapai 505 meter. Permukaan air Danau Toba berada pada ketinggian sekitar 905 meter di atas permukaan laut, dengan panjang 100 kilometer dan lebar sekitar 30 kilometer.
Sektor pariwisata di kawasan ini menjadi tulang punggung ekonomi, didukung oleh kekayaan alam, budaya, dan sejarahnya. Daya tarik utama adalah Danau Toba, danau vulkanik terbesar di Asia Tenggara, yang dikelilingi panorama pegunungan serta air jernih. Pulau Samosir menawarkan tempat-tempat wisata alam seperti Bukit Holbung, Air Terjun Efrata, serta pemandian air panas di Pangururan yang banyak diminati wisatawan untuk bersantai.
Selain keindahan alam, Samosir memiliki kekayaan budaya Batak yang masih terjaga. Pengunjung dapat mengunjungi desa-desa wisata seperti Tomok dan Huta Bolon, di mana mereka bisa melihat rumah adat Batak, patung-patung megalitikum, dan menyaksikan tarian Tor-Tor. Museum Batak di Tomok memamerkan berbagai koleksi sejarah budaya Batak, sementara Makam Raja Sidabutar memberikan gambaran tradisi megalitik Batak. Upaya pengembangan infrastruktur, seperti perbaikan jalan dan fasilitas umum, terus dilakukan pemerintah untuk mendukung pariwisata di wilayah ini, sementara Bandara Internasional Silangit mempermudah akses wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.
Berbagai acara wisata juga diadakan di Samosir, seperti Festival Danau Toba yang menampilkan beragam pertunjukan budaya, lomba tradisional, dan kegiatan seni. Wisatawan juga bisa menyaksikan upacara tradisional Horja Bius yang sering diadakan untuk memperkenalkan budaya Batak. Selain itu, wisata kuliner khas Batak, seperti naniura (ikan mas yang diasamkan), saksang (olahan daging berbumbu), dan lappet (kue tradisional), menjadi bagian menarik dari pengalaman wisata di Samosir.
Meskipun pariwisata Samosir terus berkembang, masih ada tantangan seperti peningkatan infrastruktur dan pengelolaan lingkungan. Namun, dengan kekayaan alam dan budaya yang dimiliki, Samosir berpotensi besar untuk terus mengembangkan pariwisata berkelanjutan melalui ekowisata, wisata sejarah, dan wisata agro, yang dapat memperkaya pengalaman wisatawan serta mendukung pertumbuhan ekonomi setempat.
Pariwisata di Kabupaten Samosir berfungsi sebagai komoditas unggulan serta strategis, mengingat daerah ini memiliki keindahan alam yang menakjubkan dan kaya akan warisan sejarah, situs budaya, serta keragaman seni. Selain itu, Samosir merupakan tanah leluhur bagi seluruh etnis Batak di dunia.
Kabupaten Samosir dikenal sebagai sentra pariwisata Kawasan Danau Toba.
Beragam objek wisata tersebar di Pulau Samosir yang mencakup atraksi alam dan budaya, beberapa diantaranya adalah Desa Tomok yang menjadi pintu masuk Pulau Samosir yang dikenal dengan atraksi budaya berupa tari Sigale-gale. Pertunjukan Sigale-gale dimaknai sebagai pertunjukan wisata yang unik dan kaya akan nilai- nilai budaya suku Batak. Masyarakat mengemasnya dalam satu pertunjukan senja untuk menarik minat kunjungan wisatawan.Berdasarkan hasil pengamatan, pertunjukan tari Sigale-gale berjalan kurang kondusif. Pihak pengelola belum menerapkan sistemticketing dan menentukan jadwal pertujukan tetap. Oleh sebab itu, wisatawan sering melewatkan pertunjukan pembuka atau baru bergabung di pertengahan acara.Pihak pengelola juga sudah menggunakan rekaman kaset dalam pertunjukkan tari Sigale-Gale yang dulunya diiringi langsung oleh sekelompok orang yang memainkan alat musik tradisional. Hal tersebut tentunya mengurangi esensi dari pertunjukan seni yang seharusnya menampilkan kekayaan budaya lokal.
Sanggar Tari Pagabe Highland, yang terletak di Samosir, Sumatera Utara, memiliki visi untuk melestarikan dan mempromosikan seni tari tradisional Batak, khususnya dari daerah Samosir. Misi sanggar ini adalah menyediakan pelatihan tari bagi generasi muda, mengedukasi masyarakat tentang budaya Batak, serta berpartisipasi dalam berbagai acara seni, baik lokal maupun nasional. Kegiatan
yang dilakukan meliputi pelatihan tari tradisional Batak, pertunjukan rutin untuk mengenalkan seni tari kepada publik, partisipasi dalam festival budaya, dan kegiatan sosial yang meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya.
Sanggar ini mengkhususkan diri dalam berbagai jenis tari Batak, seperti Tari Tor Tor, Tari Dalling, dan Tari Siposi Posi, mengajarkan teknik, gerakan, serta makna filosofis di balik setiap tarian. Dilengkapi dengan ruang latihan yang nyaman, alat musik tradisional, dan kostum tari yang mendukung pertunjukan, Sanggar Tari Pagabe Highland menjadi bagian penting dari komunitas seni di Samosir yang aktif berkolaborasi dengan kelompok seni lainnya, termasuk musik dan teater. Dengan komitmen untuk menjaga dan melestarikan budaya Batak, sanggar ini berperan penting dalam mendidik generasi muda dan memperkenalkan keindahan seni tari Batak kepada dunia.
2.2 Profil Sanggar Tari Pagabe Highland 2.2.1 Sejarah Sanggar Tari Pagabe Highland
Sejarah berdirinya Sanggar Tari Pagabe Highland dimulai pada awal 2013, ketika sekelompok seniman dan pemerhati budaya Batak yang berasal dari masyarakat sekitar Desa Huta Tinggi merasa perlu untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka, yang mulai terancam oleh modernisasi dan globalisasi.
Mereka melihat pentingnya mempertahankan tradisi seni dan budaya Batak melalui media seni tari, yang merupakan bagian dari kehidupan sosial dan upacara adat masyarakat Batak.
Nama "Pagabe" dalam Sanggar Tari Pagabe Highland mengandung makna penting. Dalam bahasa Batak, "Pagabe" merujuk pada kata yang berarti 'penyambut'
atau 'penerima tamu'. Ini mencerminkan filosofi yang diusung oleh sanggar ini, yang berperan sebagai 'penyambut' atau 'penghantar' tradisi Batak kepada dunia luar. Konsep ini juga memberi sambutan hangat dan keramahtamahan masyarakat Samosir terhadap para pengunjung yang datang untuk menyaksikan pertunjukan seni dan budaya Batak yang menarik.
Sanggar Tari Pagabe Highland terkenal dengan pertunjukan tarian tradisional Batak yang ditampilkan dalam acara-acara adat, festival budaya, dan acara pariwisata di sekitar Danau Toba, khususnya di kawasan Samosir. Beberapa tarian yang sering ditampilkan antara lain Tor-Tor Pangurason, Tor-Tor Sipitu Sawan, Tor-Tor Sihutur Sanggul, Tor-Tor Tunggal Panaluan, dan Tor-Tor Hata Sopisik.
Setiap tarian memiliki makna filosofis dan nilai-nilai budaya yang mendalam, yang mencerminkan kehidupan sosial masyarakat Batak, seperti pengharapan, kebersamaan, dan hubungan dengan alam serta leluhur.
Selain mempertahankan tarian tradisional, Sanggar Tari Pagabe Highland juga berperan sebagai pusat pendidikan dan pelatihan seni bagi generasi muda. Mereka mengajarkan teknik-teknik tari tradisional Batak, serta filosofi dan nilai budaya yang terkandung dalam setiap gerakan tarian tersebut. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa seni tari Batak tetap hidup dan diteruskan ke generasi berikutnya.
2.2.1.1 Tor-Tor Pangurason
Tortor Pangurason adalah jenis tari tradisional Batak Toba yang memiliki fungsi khusus sebagai tari pembersihan atau penyucian sebelum acara besar berlangsung. Kata "pangurason" sendiri berasal dari kata "urason", yang berarti pembersihan atau pensucian dalam bahasa Batak Toba. Tortor Pangurason bukan sekadar tarian, tetapi merupakan bagian dari ritual adat Batak yang memiliki makna mendalam dalam aspek spiritual dan sosial. Melalui tortor ini, masyarakat Batak menunjukkan rasa hormat kepada leluhur, menjaga keharmonisan, dan memohon keberkahan dalam setiap acara adat yang diselenggarakan.
Fungsi dan Makna
Tortor ini biasanya ditampilkan dalam acara-acara adat seperti, pesta besar, atau acara penyambutan tamu kehormatan. Tujuan utama dari tortor ini adalah untuk membersihkan tempat atau suasana dari roh-roh jahat serta memberikan keselamatan dan keberkahan bagi yang terlibat dalam acara tersebut.
Ciri Khas 1. Gerakan
a. Gerakan tortor pangurason dilakukan dengan lembut dan penuh penghormatan, mencerminkan proses penyucian dan
pemberkatan.
b. Ritual ini dipimpin oleh seorang tetua adat atau pemuka masyarakat yang berperan sebagai pembersih.
2. Media Pembersihan
a. Air yang dicampur jeruk purut digunakan dalam upacara ini sebagai simbol pensucian.
b. Air tersebut dipercikkan ke area yang dianggap perlu dibersihkan.
3. Musik Pengiring
a. Tortor pangurason diiringi oleh alat musik tradisional gondang sabangunan, yang merupakan ansambel musik khas Batak.
b. Ritme gondang yang dimainkan mengikuti prosesi upacara, memberikan suasana sakral dan penuh penghormatan.
4. Pakaian Penari
a. Penari biasanya mengenakan ulos, kain tradisional Batak yang melambangkan kehormatan dan doa.
2.2.1.2 Tor-Tor Sipitu Sawan
Tortor Sipitu Sawan adalah tarian sakral dari suku Batak Toba yang berkaitan dengan ritual penyucian. Tarian ini terinspirasi dari legenda tujuh bidadari (boru na pitu) yang turun dari langit untuk mandi di tujuh pancuran suci.Kata
"Sipitu Sawan" sendiri berarti "tujuh pancuran", yang melambangkan tempat pemandian sakral yang digunakan dalam berbagai ritual adat.Menurut legenda masyarakat batak, tarian ini diturunkan oleh tujuh bidadari dari khayangan saat mereka berada dikolam jernih yang berada di lereng gunung Pusuk Buhit. Fungsi dan Makna Cawan yang digunakan sebagai properti tari melambangkan sebagai media pembersihan diri maupun tempat tarian itu ditampilkan, itulah fungsi dari tari tor tor sipitu cawan ini. Masyarakat Batak percaya air perasan jeruk purut yang ada
didalam cawan yang dibawa penari itu dapat membersihkan serta menjauhkan dari hal-hal buruk atau jahat.
Ciri Khas
Tari ini biasanya ditampilkan oleh penari wanita dengan terdiri dari 7 penari.
Penari menggunakan busana khas Batak dan tentunya Cawan yang merupakan ciri khas dari tarian ini. Gerakan yang ada pada tari Tor Tor Sipitu Cawan ini terbilang sangat unik dimana setiap gerakan memiliki filosofinya sendiri. Gerakan yang ada di tari ini terbilang cukup sulit dan tidak sembarang penari bisa melakukannya dimana penari harus melakukan gerakan sulit seperti jongkok berdiri atau berputar dengan mempertahankan cawan yang berisi air perasan jeruk purut agar tidak tumpah atau jatuh.
2.2.1.3 Tor-Tor Sihutur Sanggul
Tortor Sihutur Sanggul adalah tari tradisional Batak Toba yang menggambarkan kesabaran, ketekunan, dan tanggung jawab seorang wanita dalam menjalankan kehidupan rumah tangga. Kata "Sihutur Sanggul" berasal dari kata sihutur yang berarti "mengangkat" atau "menyangga," dan sanggul yang merujuk pada tatanan rambut wanita Batak yang melambangkan martabat dan kehormatan.
Tortor ini sering dimainkan dalam acara adat pernikahan, khususnya sebagai nasihat kepada pengantin wanita tentang peran dan tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu dalam keluarga.
Fungsi dan Makna
Tarian ini memiliki beberapa fungsi dan makna penting dalam masyarakat Batak, di antaranya:
Sebagai Simbol Nasihat dan Pengajaran
Mengajarkan kesabaran dan tanggung jawab seorang wanita dalam kehidupan berumah tangga.
Bagian dari Upacara Pernikahan
Ditampilkan dalam acara pernikahan adat Batak sebagai bentuk petuah kepada pengantin wanita.
Menunjukkan Rasa Hormat dan Kehormatan
Melambangkan martabat seorang wanita Batak yang kuat dan bermartabat dalam menjalankan tugasnya.
Pelestarian Budaya dan Tradisi
Sebagai bagian dari warisan budaya Batak yang tetap dilestarikan dari generasi ke generasi.
a. Kesabaran dan Ketekunan → Seorang wanita harus memiliki kesabaran dan ketekunan dalam menghadapi kehidupan berumah tangga.
b. Tanggung Jawab dan Kehormatan → Mengajarkan bahwa wanita Batak memiliki peran besar dalam menjaga kehormatan keluarga.
c. Keseimbangan dalam Rumah Tangga → Gerakan tarian mencerminkan bagaimana seorang istri harus bisa menjaga keseimbangan dalam kehidupan berumah tangga.
4. Ciri Khas Gerakan Tarian
a. Gerakan lembut dan anggun yang melambangkan kesabaran dan keteguhan hati.
b. Gerakan tangan yang seolah-olah sedang menyangga sanggul, melambangkan beban dan tanggung jawab seorang wanita.
Jumlah Penari
a. Biasanya dibawakan oleh sekelompok wanita, terutama ibu-ibu atau pengantin wanita dalam acara adat
Properti yang Digunakan
a. Ulos → Kain khas Batak sebagai simbol kehormatan dan perlindungan.
b. Sanggul Tradisional → Melambangkan martabat dan harga diri wanita Batak.
Musik Pengiring
a. Diiringi oleh gondang sabangunan, musik tradisional Batak.
b. Ritme musik mengikuti makna tarian, memberikan suasana yang mendalam dan penuh pesan moral.
2.2.1.4 Tor-Tor Tunggal panaluan
Tortor Tunggal Panaluan adalah tarian sakral dari suku Batak Toba yang berkaitan erat dengan kepercayaan animisme dan roh leluhur. Tarian ini menggunakan Tongkat Tunggal Panaluan, yaitu tongkat sakti yang dipercaya memiliki kekuatan magis. Tongkat ini biasanya digunakan oleh para datu (pemimpin spiritual atau dukun Batak) dalam berbagai ritual adat, seperti upacara penyucian, pengusiran roh jahat, dan permohonan perlindungan bagi masyarakat.
Tortor ini dilakukan dengan gerakan khas yang penuh kekuatan dan kekhidmatan, mencerminkan interaksi manusia dengan dunia spiritual.
Fungsi dan Makna
Dalam budaya Batak, Tortor Tunggal Panaluan sangat penting dalam kehidupan adat. Tarian ini digunakan dalam ritual penyucian desa, upacara adat besar, dan prosesi spiritual untuk meminta petunjuk kepada roh leluhur. Selain itu, tortor ini juga berfungsi sebagai bagian dari ritual inisiasi bagi seorang datu, di mana ia harus membuktikan kemampuannya dalam mengendalikan kekuatan spiritual yang ada dalam tongkat sakti tersebut. Tortor ini tidak bisa dilakukan sembarangan, melainkan hanya oleh orang-orang yang memiliki kemampuan spiritual tinggi.
Tortor Tunggal Panaluan sangat mendalam, mencerminkan hubungan erat antara manusia, leluhur, dan kekuatan alam. Tarian ini melambangkan kebijaksanaan, perlindungan, dan keseimbangan antara dunia nyata dan dunia roh.
Gerakan tari yang tegas dan dinamis menggambarkan perjuangan manusia dalam menghadapi tantangan hidup serta upaya menjaga harmoni dalam masyarakat.
Selain itu, tongkat yang digunakan dalam tarian memiliki ukiran yang menggambarkan tokoh-tokoh mitologi Batak, menambah nilai spiritual dan mistis dari tortor ini.
Ciri khas
Tortor Tunggal Panaluan terletak pada penggunaan Tongkat Tunggal Panaluan, yang dipegang atau diangkat oleh penari sebagai simbol kekuatan. Tarian ini biasanya dibawakan oleh satu atau beberapa penari pria, yang mengenakan pakaian
adat Batak dan ulos sebagai simbol kebesaran. Gerakan tariannya unik, dengan pola berputar, menghentak, dan melompat yang menggambarkan energi magis dan interaksi dengan roh leluhur. Musik pengiringnya adalah gondang sabangunan, yang dimainkan dengan ritme khusus untuk mengundang kekuatan spiritual.
Secara keseluruhan, Tortor Tunggal Panaluan bukan hanya tarian, tetapi juga bagian dari ritual adat Batak yang memiliki nilai spiritual dan historis tinggi. Tarian ini menunjukkan hubungan manusia dengan kekuatan leluhur dan alam, serta menjadi salah satu warisan budaya yang memperkaya tradisi masyarakat Batak hingga saat ini.
2.2.1.5 Tor-Tor Hata Sopisik
Tortor Hata Sopisik adalah tarian tradisional Batak Toba yang memiliki makna mendalam dalam komunikasi adat dan kebijaksanaan dalam bertutur kata.
Kata Hata Sopisik sendiri memiliki makna yang hampir sama dengan Husip-husip dan Marhusip, yang berarti "berbisik" atau berbicara dengan lembut dan penuh kehati-hatian. Dalam adat Batak, Marhusip digunakan dalam proses negosiasi sebelum pernikahan, sedangkan Husip-husip sering digunakan oleh muda-mudi untuk mengungkapkan isi hati atau perasaan secara rahasia. Sejalan dengan konsep ini, Tortor Hata Sopisik menggambarkan pentingnya kehati-hatian dalam berbicara, di mana setiap kata yang diucapkan harus penuh pertimbangan agar tidak menimbulkan perselisihan.
Fungsi dan Makna
Tortor Hata Sopisik sangat erat dengan adat istiadat dan komunikasi sosial.
Tarian ini biasanya ditampilkan dalam upacara adat seperti musyawarah, pernikahan, atau perundingan adat, di mana tutur kata dan kebijaksanaan dalam berbicara sangat dijunjung tinggi. Selain itu, tortor ini juga berfungsi sebagai sarana penghormatan kepada orang-orang yang dituakan, serta sebagai pengingat bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, perkataan yang lembut dan bijaksana lebih berharga daripada kata-kata yang kasar dan tergesa-gesa.
Tortor Hata Sopisik mencerminkan nilai-nilai kesopanan, kehormatan, dan keharmonisan dalam komunikasi. Seperti dalam Husip-husip dan Marhusip, tarian ini menggambarkan bagaimana setiap perkataan harus disampaikan dengan penuh pertimbangan dan kesantunan, baik dalam konteks keluarga, masyarakat, maupun hubungan antarsuku. Makna lainnya adalah sebagai simbol kejujuran dan kebijaksanaan, mengajarkan bahwa berbicara dengan hati-hati dapat menciptakan hubungan sosial yang damai dan harmonis.
Ciri Khas
Tortor Hata Sopisik dapat dilihat dari gerakannya yang lembut, anggun, dan penuh ekspresi, mencerminkan kehati-hatian dalam bertutur kata. Gerakan tari ini menggambarkan bagaimana seseorang menyampaikan pesan dengan bijak dan penuh penghormatan, layaknya bisikan dalam Marhusip dan Husip-husip yang memiliki makna mendalam. Tortor ini biasanya dibawakan oleh sekelompok penari, baik pria maupun wanita, yang mengenakan ulos sebagai simbol kebesaran dan kehormatan adat Batak. Musik pengiringnya adalah gondang sabangunan, dengan ritme yang mengalun lembut dan harmonis, memperkuat pesan bahwa
dalam berbicara dan berkomunikasi, keseimbangan dan kesabaran sangatlah penting.
2.2.2 Program Sanggar Tari Pagabe Highland
Sanggar Tari Pagabe Highland menjadi pusat pelatihan dan pertunjukan seni budaya yang terletak di dataran tinggi Kabupaten Samosir, Sumatra Utara, dengan pemandangan menakjubkan Danau Toba. Sanggar ini bertujuan melestarikan, mengajarkan, dan mempromosikan seni tari tradisional Batak, khususnya Tari Tor- Tor, yang memiliki nilai penting dalam budaya Batak. Sanggar ini tidak hanya mengajarkan gerakan tari, tetapi juga filosofi di balik setiap gerakan, kostum, dan musik yang menyertainya.
Selain pelestarian budaya, Sanggar Tari Pagabe Highland berfokus pada pemberdayaan generasi muda dengan mengajarkan seni tari dan musik tradisional Batak, seperti gondang dan hasapi. Sanggar ini juga aktif mengadakan pertunjukan budaya untuk wisatawan, yang biasanya dilakukan di lokasi dengan pemandangan Danau Toba seperti di Waterfront Samosir, yang akan memperkaya pengalaman budaya dan memanjakan mata para pengunjung. Sanggar ini juga tak jarang ikut serta dalam acara besar seperti Festival Danau Toba dan upacara adat Batak lainnya, memperkenalkan wisatawan pada seni dan budaya lokal melalui seni pertunjukan.
Berada di dataran tinggi dengan pemandangan indah, Sanggar Tari Pagabe Highland menawarkan suasana alam yang memikat, sehingga pengunjung tidak hanya mendapatkan pengalaman budaya tetapi juga menikmati keindahan alam Samosir. Mereka juga menawarkan tur budaya yang melibatkan wisatawan dalam
tari Tor-Tor dan musik tradisional Batak. Sanggar ini turut mendukung sektor pariwisata di Samosir dengan pertunjukan budaya autentik, serta membantu pengembangan komunitas lokal melalui pariwisata berkelanjutan. Sanggar Tari Pagabe Highland mempunyai peran dalam menjaga identitas budaya Batak di tengah perkembangan modernisasi dan globalisasi.
2.2.3 Manajemen Sanggar Tari Pagabe Highland
Manajemen Sanggar Tari Pagabe Highland di Desa Huta Tinggi, Kabupaten Samosir, berfokus pada pengelolaan sumber daya yang efektif dan pengembangan berkelanjutan dari aspek seni, budaya, dan pariwisata. Sanggar ini dikelola dengan prinsip kolaboratif antara pengelola, seniman, dan komunitas lokal untuk memastikan kelangsungan dan kualitas kegiatan seni yang ditawarkan. Berikut manajemen Sanggar Tari Pagabe Highland:
1. Struktur Organisasi
Manajemen Sanggar Tari Pagabe Highland terdiri dari beberapa level pengelola yang memiliki tanggung jawab masing-masing. struktur manajemennya dapat dibagi menjadi:
a) Pengelola Utama (Direktur atau Ketua Sanggar): Sebagai pemimpin sanggar, pengelola utama bertanggung jawab untuk perencanaan strategis, hubungan dengan pihak eksternal, termasuk pemerintah, serta pengambilan keputusan terkait dengan arah pengembangan sanggar. Mereka juga memastikan bahwa seluruh aktivitas sanggar sesuai dengan visi dan misi pelestarian budaya Batak.
b) Pelatih dan Penari Profesional: Para pelatih memiliki tanggung jawab untuk melatih anggota sanggar dalam berbagai tarian tradisional Batak, serta memberikan pemahaman tentang nilai budaya yang terkandung dalam setiap gerakan tari. Para penari, yang sebagian besar adalah anggota sanggar, dilatih secara mendalam untuk memastikan bahwa mereka menguasai berbagai teknik tari tradisional dengan baik.
c) Tim Produksi dan Pertunjukan: Tim ini bertugas untuk mempersiapkan dan mengelola setiap pertunjukan tari, termasuk merancang konsep, kostum, properti, dan tata panggung yang sesuai dengan nuansa budaya Batak. Mereka juga bertanggung jawab untuk pengaturan jadwal pertunjukan.
d) Admin dan Keuangan: Tim ini bertanggung jawab untuk pengelolaan administrasi dan keuangan sanggar. Mereka menangani pemasukan dari pertunjukan dan acara yang diselenggarakan, serta mengelola anggaran untuk operasional sanggar, seperti pelatihan, perawatan kostum, dan transportasi.
2. Perencanaan dan Pengembangan
Manajemen Sanggar Tari Pagabe Highland melakukan perencanaan tahunan yang mencakup beberapa aspek penting, antara lain:
a) Pengembangan Seni dan Budaya: Sanggar ini berfokus pada pengembangan tari tradisional Batak, termasuk memperkenalkan variasi baru yang masih mencerminkan akar budaya Batak.
b) Pendidikan dan Pelatihan: Sanggar ini menyediakan program pelatihan bagi anak-anak muda yang tertarik mempelajari seni tari Batak. Dengan membuka peluang bagi generasi muda untuk belajar, sanggar tidak hanya melestarikan seni tari tetapi juga memberikan keterampilan baru bagi masyarakat lokal
c) Pemasaran dan Promosi: Manajemen Sanggar Tari Pagabe Highland juga mengelola strategi pemasaran dan promosi untuk menarik pengunjung dan wisatawan. Mereka memanfaatkan platform media sosial, situs web, serta kerjasama dengan agen perjalanan dan pihak terkait pariwisata untuk mempromosikan pertunjukan mereka, baik di tingkat lokal maupun internasional. Pemasaran ini penting untuk memperkenalkan tarian tradisional Batak kepada wisatawan yang lebih luas, sekaligus meningkatkan jumlah pengunjung ke Samosir.
3. Keuangan dan Sumber Daya
Manajemen keuangan Sanggar Tari Pagabe Highland dilakukan untuk memastikan keberlanjutan dan pengelolaan sumber daya yang efisien. Beberapa sumber pendapatan utama sanggar antara lain:
a) Pertunjukan Seni: Pendapatan utama berasal dari pertunjukan tari yang diselenggarakan di berbagai acara, seperti festival budaya, acara pariwisata, dan kegiatan adat di sekitar Danau Toba.
b) Donasi dan Sponsorship: Sanggar juga memperoleh dukungan dari donatur maupun lembaga yang peduli terhadap pelestarian budaya Batak.
Sponsorship dari perusahaan juga membantu mendanai kegiatan-kegiatan besar, termasuk produksi acara dan pengadaan perlengkapan.
4. Kolaborasi dan Jejaring
Manajemen Sanggar Tari Pagabe Highland juga menjalin berbagai kerja sama dengan pihak-pihak eksternal untuk memperluas pengaruh dan memperkenalkan budaya Batak ke dunia luar. Mereka berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan d inas pariwisata, untuk mendapatkan dukungan dalam berbagai kegiatan.
2.3 Atraksi Wisata
Atraksi diartikan sebagai sesuatu yang permanen dalam daerah tujuan wisata (Mahadewi, 2012). Definisi ini menekankan pada aspek keberlanjutan dan daya tahan suatu atraksi wisata. Desa Huta Tinggi di Kabupaten Samosir menyimpan berbagai atraksi wisata yang menarik bagi para pengunjung, seperti sanggar tari pagabe highland yang menampilkan beberapa jenis tarian yaitu Tor-Tor Pangurason, Tor-Tor Sipitu Sawan, Tor-Tor Sihutur Sanggul, Tor-Tor Tunggal Panaluan, Tor-Tor Hata Sopisik. Sanggar Tari Pagabe Highland tersebut sering diminta untuk mengisi acara di Waterfront Samosir, dan objek wisata lain yang ada di Samosir.
(Rizki Nurul Nugraha, 2023) Dalam pengelolaan pariwisata, konsep 3A yang terdiri dari Atraksi, Aksesibilitas, dan Amenitas memiliki peran penting dan berinteraksi secara sinergis untuk menciptakan destinasi wisata yang menarik dan fungsional. Berikut adalah penjelasan peran masing-masing komponen 3A dalam pengelolaan wisata
Atraksi mencakup semua hal yang dapat menarik wisatawan ke suatu objek, seperti keindahan alam, situs sejarah, budaya lokal, festival, dan aktivitas rekreasi.
Sanggar Tari Pagabe Highland bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mempromosikan atraksi-atraksi ini agar menarik minat wisatawan. Mereka juga perlu memastikan bahwa atraksi tersebut dikelola dengan baik agar tetap menarik dan lestari, serta dapat memberikan pengalaman yang berkesan bagi pengunjung.
Sanggar Tari Pagabe Highland memiliki daya tarik yang unik sebagai atraksi wisata karena kekayaan budaya yang ditawarkannya. Menampilkan tarian tradisional yang sarat dengan nilai-nilai sejarah dan filosofi, pengunjung dapat belajar tentang tradisi yang terkandung dalam setiap gerakan tari. Selain pertunjukan, pengunjung juga sering diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pertunjukan tari, menciptakan pengalaman interaktif yang mendalam. Sanggar ini terletak di kawasan dataran tinggi yang indah, Pagabe Highland menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan, menjadikan suasana semakin menenangkan dan mengesankan. Selain itu, sanggar ini melibatkan masyarakat lokal, memberikan mereka kesempatan untuk mempertahankan budaya mereka dan mendukung ekonomi lokal. Dengan adanya festival dan acara khusus, Sanggar Tari Pagabe Highland menciptakan suasana meriah yang menarik pengunjung dari berbagai daerah. Melalui pertunjukan tari, sanggar ini juga berperan dalam pelestarian warisan budaya dan pendidikan tentang pentingnya budaya lokal kepada generasi muda dan wisatawan. Semua elemen ini menjadikan Sanggar Tari Pagabe Highland sebagai destinasi menarik bagi wisatawan yang ingin merasakan keindahan seni dan budaya lokal.
Aksesibilitas merujuk pada kemudahan bagi wisatawan untuk mencapai objek wisata, termasuk infrastruktur transportasi seperti jalan, pelabuhan, dan transportasi umum. Untuk akses menuju sanggar tari pagabe highland sebagai atraksi wisata di kabupaten samosir para wisatawan dapat merasa nyaman dan aman. Akses jalan menuju objek wisata ini sudah bagus mulai dari perjalanan menuju objek wisata hingga sampai di sanggar tari pagabe highland.
Amenitas mencakup fasilitas pendukung yang tersedia di objek wisata, seperti akomodasi, restoran, pusat informasi, layanan kesehatan, dan keamanan. Pengelola wisata bertugas untuk menyediakan dan memastikan kualitas amenitas ini agar wisatawan merasa nyaman dan puas selama kunjungan mereka di Sanggar Tari Pagabe highland, yang terletak di kawasan indah Danau Toba, menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan seni dan budaya. Di sana terdapat ruang latihan yang nyaman, dilengkapi dengan alat musik tradisional, untuk para penari berlatih dan mempersiapkan pertunjukan.
2.4 Eksistensi
Eksistensi adalah wujud atau keberadaan suatu benda atau sifat yang melekat pada sebuah objek. Karena eksistensi sangat erat kaitannya dengan sifat keberadaan sebuah objek, manusia dapat memahami hakikat keberadaan diri mereka di dunia ini dengan adanya eksistensi (Yuliani, N. F.
2020). eksistensi suatu destinasi atau atraksi wisata menjadi faktor penting dalam menarik perhatian wisatawan. Suatu tempat wisata tidak hanya harus ada secara fisik, tetapi juga harus memiliki keunikan, nilai budaya, serta daya tarik yang dapat dikenali dan diakui oleh masyarakat luas. Keberadaan
sanggar tari tradisional di Samosir, seperti Sanggar Tari Pagabe Highland, merupakan bentuk eksistensi budaya yang turut memperkuat daya tarik wisata daerah tersebut. Dengan mempertahankan eksistensinya, sanggar tari tidak hanya menjadi simbol pelestarian budaya Batak Toba, tetapi juga berperan terhadap peningkatan kunjungan wisata dan perekonomian lokal.
Tanpa eksistensi yang kuat, suatu objek wisata berisiko kehilangan daya tariknya dan terpinggirkan oleh perkembangan zaman. Oleh karena itu, eksistensi dalam dunia pariwisata harus terus dijaga melalui pelestarian budaya, peningkatan kualitas layanan, serta adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan tren wisata. Dengan demikian, suatu destinasi atau atraksi wisata tidak hanya tetap dikenal, tetapi juga terus berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat serta wisatawan yang berkunjung.
2.4.1 Eksistensi Sanggar Tari
Eksistensi Sanggar Tari Pagabe Highland sejak awal berdirinya hingga saat ini terus berkembang dengan mempertahankan dan memperkenalkan tarian tradisional Batak Toba. Sanggar ini secara perlahan membangun identitasnya sebagai pusat pelestarian budaya dengan menghadirkan berbagai tari kreasi dan tari garapan yang tetap berakar pada tradisi Batak. Melalui setiap pertunjukan dan kegiatan yang diselenggarakan, sanggar ini mendalami nilai-nilai budaya, seni tari, serta kearifan lokal yang diajarkan kepada generasi muda dan dipersembahkan kepada wisatawan sebagai bagian dari daya tarik wisata budaya di Samosir.
Eksistensi sanggar ini juga berperan besar dalam sektor pariwisata di Samosir. Keberadaan sanggar membantu memperkaya pengalaman wisatawan yang datang, karena mereka tidak hanya menikmati keindahan alam Danau Toba tetapi juga dapat menyaksikan pertunjukan tari yang autentik. Wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, tertarik untuk mengenal lebih dalam budaya Batak melalui seni tari yang disajikan dalam berbagai acara wisata. Sanggar ini sering tampil dalam festival budaya, acara adat, serta pertunjukan khusus yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan pihak swasta khususnya di Waterfront Samosir, menjadikannya sebagai salah satu ikon wisata budaya di Samosir.
Sanggar Tari Pagabe Highland juga aktif berpartisipasi dalam berbagai acara dan festival. Keikutsertaan sanggar dalam event budaya semakin memperkuat eksistensinya sebagai duta seni Batak. Partisipasi dalam festival tari dan kerja sama dengan instansi budaya memperluas jangkauan sanggar dalam memperkenalkan seni tari Batak kepada khalayak yang lebih luas.
Dari sisi sosial dan ekonomi, keberadaan Sanggar Tari Pagabe Highland memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Pertunjukan yang diselenggarakan sanggar menciptakan peluang ekonomi, baik bagi para penari, pemusik, hingga pelaku usaha lokal seperti pedagang. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, perekonomian masyarakat juga ikut terdorong, menjadikan sanggar ini tidak hanya sebagai pusat kebudayaan tetapi juga sebagai penggerak ekonomi kreatif di Samosir.
Di era digital, eksistensi sanggar ini semakin diperkuat dengan pemanfaatan teknologi dan media sosial. Dengan memanfaatkan platform digital seperti YouTube, Instagram, dan TikTok, sanggar dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan menarik minat generasi muda terhadap budaya Batak. Dokumentasi pertunjukan, pelatihan daring, serta promosi melalui media sosial menjadi langkah penting dalam memperkuat eksistensi sanggar di tengah perkembangan zaman. Digitalisasi ini juga membuka peluang bagi sanggar untuk bekerja sama dengan komunitas budaya di berbagai daerah.
Dengan mempertahankan nilai-nilai tradisi dan beradaptasi dengan perkembangan industri pariwisata serta teknologi, Sanggar Tari Pagabe Highland dapat terus menjadi bagian penting dari identitas budaya Samosir.
Eksistensinya tidak hanya sekadar keberadaan, tetapi juga bagaimana sanggar ini terus berkembang, memberikan manfaat bagi masyarakat, dan menjadi daya tarik bagi wisatawan.
2.5 Peneliti Terdahulu
1. Risnaini Nurrohmatullaila 2015, dengan judul eksistensi sanggar tari bulan temanggal dalam mengembangkan seni tari tradisi lampung di kabupaten pringsewu lampung dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi Sanggar Tari BulanTemanggal dalam Mengembangkan Seni Tari Tradisi Lampung di Kabupaten Pringsewu sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari tari-tari kreasi yang dikembangkan Sanggar Bulan Temanggal dari berbagai ragam gerak tari tradisi Lampung sudah digunakan oleh beberapa sekolah salah satunya SMA N 1Pringsewu,
Perguruan Tinggi STIKES Muhammmadiyah Pringsewu dan Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Pringsewu
2. Treny Hera, S.Pd., M.Sn.Nurdin, S.Pd., M.Sn 2018, dengan judul eksistensi motivasi mahasiswa dalam proses kreatifpenciptaan tari pada mata kuliah koreografi dengan hasil penelitian ditemukan bahwa rangsang audio dan rangsang kinestetik sangat eksis terhadap motivasi dalam menciptaka karya tari melalui proses kreatifitas penetapan ide gagas garap sampai padaterciptanya sebuah karya yang siap untuk dipentaskan.
3. I Wayan Restu Suarmana dan I Gst Agung Oka Mahagangga 2014, dengan judul bentuk eksistensi daya tarik wisata monkeyforest dalam mensejahterakan masyarakat lokaldi desa padang tegal kecamatan ubud, dengan hasil penelitian eksistensi Daya Tarik Wisata Monkey Forest dalam mensejahterakan masyarakat lokal di desa adat Padang Tegal, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bidang antaralain: Bidang Ekonomi, Bidang Sosial Budaya yang dibagi lagimenjadi beberapa aspek yaituaspek mata pencaharian, aspek pendidikan, aspek upacara/agama, aspek seni dan budaya. Manfaat yang sangatbesar dirasakan masyarakatdengan keberadaan daya tarik wisata Monkey Forest yaitu di bidang ekonomi.Eksistensi di Bidang ekonomi ini dirasakansangat baik karena dapat memberikan mata pencaharianbaru yaitu di bidang pariwisatadan membantu masyarakat khususnya di Desa Padang Tegal dalam berbagai kegiatan yangdilakukan di Desa Padang Tegal.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian “Eksistensi Sanggar Tari Pagabe Highland Sebagai Atraksi Wisata di Kabupaten Samosir” ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Pendekatan kualitatif deskriptif dalam penelitian adalah suatu metode yang bertujuan untuk memberikan gambaran mendalam tentang suatu fenomena atau keadaan (Mulyadi, 2012). Metode penelitian ini langsung melibatkan peneliti ke lapangan dan bertindak sebagai pengamat, lalu mengkategorikan pelaku, mengamati fenomena secara langsung, menuangkan langsung ke catatan observasi Dalam pengumpulan data, metode ini lebih menitik beratkan pada aspek kualitatif, menggunakan teks, citra, atau suara sebagai bentuk data, dan menekankan pada interpretasi makna. semua informasi yang akan didapat akan digali lebih mendalam dari informan (Pengelola, Pelaku usaha dan wisatawan), tujuan utamanya adalah untuk memahami fenomena dengan mendalam, menggali pemahaman yang kaya dan kompleks tentang konteks, proses, dan makna yang terlibat. Pendekatan kualitatif akan digunakan untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang eksistensi sanggar tari pagabe highland sebagai atraksi wisata di kabupaten samosir (Rahmat, A. (2018).
3.2 Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen penelitian, di mana peneliti akan terjun langsung ke lokasi penelitian di Desa Huta Tinggi, Kabupaten Samosir. Kehadiran peneliti yang berkompeten dalam bidang pariwisata
dan pengelolaan destinasi tidak hanya berfungsi sebagai pengamat, tetapi juga sebagai fasilitator dalam menggali data, berinteraksi langsung dengan pemangku kepentingan, serta melakukan wawancara mendalam dengan pelaku wisata dan masyarakat setempat. Dengan pendekatan ini, peneliti dapat memperoleh wawasan yang lebih jelas terkait eksistensi Sanggar Tari Pagabe Highland sebagai atraksi wisata di Kabupaten Samosir pada tahun 2024.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Hutatinggi, Kabupaten Samosir Sumatera Utara, berada di dataran tinggi tepatnya di sanggar tari pagabe highland.
Lokasi ini dipilih karena Sanggar Tari Pagabe Highland berfokus pada pelestarian, pengajaran, dan promosi seni serta budaya tradisional Batak, melalui tari. Sanggar ini memiliki beberapa aspek penting yang mendasari keberadaannya. Pertama, pelestarian budaya menjadi tujuan utama, di mana sanggar berupaya menjaga seni tari tradisional Batak yang mungkin terancam punah di tengah modernisasi. Selain itu, sanggar ini juga mengedepankan edukasi dan pelatihan, dengan menawarkan program pelatihan yang dirancang untuk berbagai kalangan, sehingga masyarakat dapat belajar tentang seni dan budaya mereka (Purba, M.2024).
3.4 Waktu Penelitian
Penelitian yang di jalankan melibatkan metode penelitian lapangan serta penelusuran literatur. Rincian jadwal kegiatan penelitian dapat di identifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.1 waktu penelitian
No kegiatan Bulan & Tahun
Juli
2024
Des
2023
Jan
2024
Feb
2024
Mar 2024
Apr
2024
Mei
2024
Jun
2024
Jul
2024
Ags
2024
Sep
2024
Ok
2024
Nov
2024
1 Pengajuan judul
✔
2 Acc judul ✔
3 Penyusunan proposal
✔ ✔ ✔
4 Seminar Proposal
✔
5 Revisi Proposal
✔
6 Penyusunan Hasil Seminar
7 Bimbingan
8 Penulisan Laporan Akhir
9 Sidang Meja Hijau
3.5 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa sumber data primer dan sekunder karena dalam penelitian ini salah satu hal yang penting untuk dipertimbangkan yang menjadi penentu metode pengumpulan data yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer terkait dengan pengumpulan data langsung oleh peneliti melalui wawancara, observasi, dokumentasi. Pengumpulan data primer dibuat untuk melakukan wawancara dengan pemangku kepentingan terkait Eksistensi Sanggar Tari Pagabe Highland sebagai atraksi wisata di Kabupaten Samosir. Kelompok informan yang menjadi fokus mencakup Sanggar Tari dan wisatawan dari objek wisata tersebut. Dalam penelitian ini peneliti sudah menentukan informan maupun lokasi yang diteliti juga yang diwawancarai yaitu lokasi penelitian di desa huta tinggi kabupaten samosir dengan informan :
1. Pengelola Sanggar Tari Pagabe Highland (Stella Angelica) 2. Dispar Samosir
3. Masyarakat Lokal
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak langsung didapat atau diberikan kepada peneliti tetapi melelui perantara baik dalam bentuk catatan, dari orang lain maupun dalam bentuk dokumen yang sudah dipublikasikan. Sumber data sekunder berfungsi untuk menjadi data
pelengkap atau berguna untuk melengkapi data yang diperlukan pada data primer. Data yang menjadi sumber data sekunder didapat dari buku, jurnal,skripsi dan situs internet. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi di dapat dari dokumen atau kegiatan dalam pengembangan pariwisata.
3.6 Prosedur Pengumpulan Data a. Wawancara
Tujuan wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, upaya pihak yang diwawancara, peneliti perlu mendengar secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
Untuk melakukan wawancara dan mandapatkan informasi terkait terkait eksistensi sanggar tari pagabe highland sebagai atraksi wisata di Kabupaten Samosir peneliti akan terjun langsung kelapangan untuk wawancara kepada pihak yang terkait.
Wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara terstruktur yaitu penulis akan menyediakan daftar pertanyaan sebelumnya agar wawancara lebih terarah dan juga fokus pada permasalahan yang diteliti, peneliti juga mempersiapkan instrumental pendukung seperti alat perekam, kamera, buku dan pena/pulpen. Informan yang diwawancarai oleh peneliti yaitu pengelola Sanggar Tari Pagabe Highland, Dispar Samosir, Masyarakat lokal.
b. Observasi
Peneliti datang ke tempat informan yakni Sanggar tari, Dispar Samosir dan masyarakat lokal. Observasi yang dilakukan berupa mengamati interaksi yang dilakukan dengan Sanggar Tari Pagabe Highland mendengarkan penjelasan dari pengelola sanggar, Dinas Pariwisata dan sebagainya.
Tabel Observasi No Aspek yang
Diamati
Indikator Hasil Observasi
1 Keberadaan Sanggar Tari
Jumlah penari, pelatih, dan pengurus sanggar
2 Jenis Pertunjukan Jenis tarian yang ditampilkan, durasi, dan konsep
3 Daya Tarik Wisata Antusiasme wisatawan, jumlah penonton
4 Partisipasi
Masyarakat Lokal
Keterlibatan masyarakat dalam sanggar
5 Dampak Ekonomi Pengaruh terhadap
pendapatan masyarakat
c. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan dokumentasi berupa foto, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi yang diambil meliputi keadaan Sanggar Tari Pagabe Highland
3.7 Informan
Informan merupakan subjek penelitian yang memahami objek penelitian.
Informan menjadi subjek yang dapat memberikan informasi mengenai topik permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini adalah:
1. Informan kunci, merupakan informan yang memiliki informasi secara menyeluruh terkait permasalahan yang diangkat. Informan kunci mengetahui tentang kondisi atau fenomena pada masyarakat secara garis besar. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pengelola Sanggar Tari Pagabe Highland. Pengelola Sanggar Tari Pagabe Highland ditetapkan menjadi informan kunci di penelitian ini karena pengelola sendiri yang mengetahui informasi terkait penelitian ini secara menyeluruh.
2. Informan biasa, adalah orang yang dapat memberikan informasi tambahan sebagai pelengkap analisis dan pembahasan dalam penelitain (saptari, 2022). Informan biasa dapat memberikan informasi yang tidak diberikan oleh informan kunci. Adapun informan biasa dalam penelitian ini adalah masyarakat lokal.
3.8 Pengecekan Keabsahan Temuan
Pengecekan keabsahan temuan merujuk pada serangkaian langkah atau tindakan yang diambil dalam penelitian untuk memastikan bahwa temuan yang dihasilkan dari analisis data atau interpretasi penelitian memiliki tingkat kepercayaan dan kevalidan yang tinggi. Keabsahan temuan sangat penting karena memastikan bahwa hasil penelitian dapat diandalkan, dipercayai, dan relevan untuk
konteks penelitian atau populasi yang diteliti. Beberapa strategi atau tindakan yang biasa digunakan dalam pengecekan keabsahan temuan melibatkan triangulasi sumber.
Triangulasi dalam penelitian kualitatif merupakan teknik yang digunakan untuk meningkatkan keabsahan dan validitas data dengan membandingkan atau mengonfirmasi temuan dari berbagai perspektif, metode, atau sumber data. Salah satu jenis triangulasi yang sering digunakan dalam penelitian adalah triangulasi sumber, yaitu membandingkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber untuk memastikan konsistensi dan akurasi data. Dengan menggunakan triangulasi sumber, peneliti dapat menghindari bias subjektif dan memperoleh gambaran yang lebih komprehensif terhadap fenomena yang diteliti (Mariyani, M. 2020).
Dalam penerapan triangulasi sumber, data dapat dikumpulkan melalui berbagai teknik, seperti wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Misalnya, dalam penelitian mengenai eksistensi Sanggar Tari Pagabe Highland sebagai atraksi wisata, wawancara dapat dilakukan dengan pengelola sanggar, para penari, wisatawan, masyarakat, serta pihak pemerintah atau pengelola pariwisata setempat.
Selain itu, observasi terhadap kegiatan sanggar dan dokumentasi berupa jadwal pertunjukan, laporan pariwisata, atau media promosi juga dapat digunakan sebagai bahan pembanding. Dengan cara ini, temuan penelitian dapat lebih terpercaya karena didukung oleh berbagai sudut pandang yang berbeda (Handayaningrum, W.
2017).
Penggunaan triangulasi sumber dalam suatu penelitian sangat penting untuk menghindari ketergantungan pada satu jenis data atau satu narasumber saja. Jika data yang diperoleh dari berbagai sumber menunjukkan kesamaan atau konsistensi,
maka temuan penelitian menjadi lebih kuat dan valid. Sebaliknya, jika terdapat perbedaan atau ketidaksesuaian, peneliti dapat melakukan analisis lebih lanjut untuk memahami alasan di balik perbedaan tersebut. Dengan demikian, triangulasi tidak hanya berfungsi sebagai alat verifikasi, tetapi juga membantu dalam memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai objek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Alfansyur, A., & Mariyani, M. (2020). Seni mengelola data: Penerapan triangulasi teknik, sumber dan waktu pada penelitian pendidikan sosial. Historis:
Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah, 5(2), 146-150.
Astiti, P., Suminar, J. R., & Rahmat, A. (2018). Konstruksi identitas guru bimbingan konseling sebagai komunikator pendidikan. Jurnal Kajian Komunikasi, 6(1), 1-9.
Farisah Pratiwi, S. I. T. I. (2023). Peranan Sanggar Seni Kaka'u Dalam Proses Pengembangan Tari Tradisional Di Kelurahan Labuang Utara Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene (Doctoral dissertation, Fakultas Seni dan Desain).
Monika, S. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Wisatawan Berkunjung Ke Kampung Arab Al-Munawar (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).
Mulyadi, M.(2012). Riset desain dalam metodologi penelitian. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 16(1),71-80.
Nugraha, R. N., & Hardika, P. (2023). Analisis konsep 3a dalam pengembangan wisata kota tua. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9(10),531-543.
Putri, T. C., & Fathurrahman, R. (2023). Desain Komunikasi Dalam Upaya MenyelesaikanKonflik Antar Aktor -Pada KasusPulau Rempang.
Jurnal Ilmiah Publika, 11(2), 648-659.
Ramadhani, E., & Handayaningrum, W. (2017). Upaya Sanggar Kartika Budaya dalam Pengembangan Seni di Kabupaten Jember. Jurnal Pendidikan Sendratasik, 6(1).
Saptari,I.(2022). Analisis Social Capital Usaha Kuliner Angkringan Esdm Pakde Prayetno Di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi (Doctoral dissertation, Universitas Jambi).
Sianturi, E., Silalahi, H. H., Sianturi, E., & Purba, M. (2024). Upaya Pelestarian Tari Tor-Tor Batak Toba Oleh Sanggar Divauli Dancer Dikota Medan. Jurnal Penelitian Ilmiah Multidisiplin, 8(6).
Yuliani, N. F. (2020). Eksistensi Kemandirian Sebagai Identitas Santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubarok, Uman Agung, Lampung Tengah. DIMAR: Jurnal Pendidikan Islam, 1(2).
DAFTAR PERTANYAAN Untuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Samosir
1. Bagaimana pandangan Dinas Pariwisata terhadap potensi Sanggar Tari Pagabe Highland sebagai daya tarik wisata budaya di Kabupaten Samosir?
2. Apa peran Dinas Pariwisata dalam mendukung Sanggar Tari Pagabe Highland sebagai salah satu atraksi wisata di Kabupaten Samosir?
3. Apakah ada program atau inisiatif yang dijalankan oleh Dinas Pariwisata untuk mengintegrasikan Sanggar Tari Pagabe Highland dalam paket wisata budaya?
4. Seberapa besar pengaruh Sanggar Tari Pagabe Highland terhadap jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Samosir?
5. Bagaimana promosi Sanggar Tari Pagabe Highland dilakukan oleh Dinas Pariwisata, baik di tingkat lokal maupun nasional?
6. Apa tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan Sanggar Tari Pagabe Highland sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Samosir?
7. Bagaimana Dinas Pariwisata menilai keberlanjutan Sanggar Tari Pagabe Highland dalam jangka panjang, terutama dari segi pelestarian budaya dan ekonomi lokal?
8. Bagaimana respon wisatawan terhadap atraksi yang ditawarkan oleh Sanggar Tari Pagabe Highland, menurut pengamatan atau survei yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata?
9. Apakah Dinas Pariwisata bekerja sama dengan pihak lain, seperti pemerintah daerah, sektor swasta, atau lembaga pendidikan, untuk mendukung Sanggar Tari Pagabe Highland?
10. Apa harapan Dinas Pariwisata terhadap perkembangan Sanggar Tari Pagabe Highland dan perannya dalam mendukung pariwisata budaya di masa depan?
Untuk Masyarakat Lokal
1. Bagaimana pandangan anda terhadap Sanggar Tari Pagabe Highland?
2. Bagaimana pengalaman Anda selama menyaksikan pertunjukan tari atau mengikuti kegiatan di Sanggar Tari Pagabe Highland?
3. Apakah Sanggar Tari Pagabe Highland memberikan kesan yang mendalam tentang budaya Batak? Jika ya, apa yang paling berkesan bagi Anda?
4. Bagaimana Anda mengetahui tentang Sanggar Tari Pagabe Highland? Apakah dari media sosial, rekomendasi, brosur, atau sumber lainnya?
5. Menurut Anda, apakah Sanggar Tari Pagabe Highland berperan penting dalam meningkatkan daya tarik wisata di Samosir? Mengapa?
6. Apakah Anda merasa Sanggar Tari Pagabe Highland sudah dikelola dengan baik sebagai objek wisata budaya? Jika tidak, apa saran Anda untuk perbaikan?
7. Apakah Anda merasa terlibat dalam pengalaman budaya yang ditawarkan di Sanggar Tari Pagabe Highland, misalnya dengan ikut serta dalam tarian atau mencoba alat musik tradisional?
8. Bagaimana Anda menilai fasilitas yang tersedia di Sanggar Tari Pagabe Highland, seperti tempat duduk, kebersihan, aksesibilitas, dan kenyamanan secara keseluruhan?
9. Apakah kunjungan Anda ke Sanggar Tari Pagabe Highland membuat Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang budaya Batak atau mengunjungi atraksi budaya lainnya di Samosir?
10. Setelah mengunjungi Sanggar Tari Pagabe Highland, apakah Anda akan merekomendasikan tempat ini kepada orang lain? Mengapa atau mengapa tidak?
Untuk Pengelola Sanggar Tari Pagabe Highland
1. Apa visi dan misi Sanggar Tari Pagabe Highland dalam melestarikan budaya Batak terhadap pariwisata di Kabupaten Samosir?
2. Bagaimana Sanggar Tari Pagabe Highland memulai dan apa motivasi di balik pendirian sanggar ini?
3. Apa jenis atraksi dan pertunjukan seni budaya yang secara rutin ditampilkan di Sanggar Tari Pagabe Highland?
4. Bagaimana cara Sanggar Tari Pagabe Highland mempromosikan pertunjukan dan kegiatan mereka kepada wisatawan lokal maupun internasional?
5. Sejauh mana Sanggar Tari Pagabe Highland memberikan pengaruh dalam meningkatkan pariwisata di Kabupaten Samosir, terutama dari segi jumlah pengunjung?
6. Bagaimana tanggapan wisatawan terhadap pertunjukan dan atraksi yang ditawarkan oleh sanggar? Apakah ada umpan balik yang sering Anda terima?
7. Apa saja tantangan utama yang dihadapi Sanggar Tari Pagabe Highland dalam mengelola kegiatan budaya dan menarik lebih banyak pengunjung?
8. Apakah ada dukungan dari pemerintah daerah atau Dinas Pariwisata untuk pengembangan Sanggar Tari Pagabe Highland sebagai atraksi wisata budaya?
Jika ada, seperti apa bentuk dukungan tersebut?
9. Bagaimana Sanggar Tari Pagabe Highland melibatkan masyarakat lokal dalam aktivitas sanggar, baik sebagai penari, musisi, atau pekerja lainnya?
10. Apa harapan dan rencana jangka panjang Sanggar Tari Pagabe Highland dalam upaya memperkuat posisinya sebagai daya tarik wisata budaya di Kabupaten Samosir?
PROFIL INFORMAN
Nama Umur Jenis
Kelamin Pendidikan Status Lama Tinggal
Pekerjaan
Stella
Angelica 25 Perempuan D3
Belum Menikah
15 tahun
Pengelola Sanggar/
Pegawai Swasta Tetty
Naibaho S.Sos
55 Perempuan S1 Menikah 20
tahun
KadisPar Samosir
Satria W Sitanggang
27 Laki-Laki D3 Belum
Menikah
20 tahun
Petani