• Tidak ada hasil yang ditemukan

perbandingan hasil pemeriksaan laju endap darah (led)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "perbandingan hasil pemeriksaan laju endap darah (led)"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Bagi institusi Pendidikan
  • Bagi Profesi Teknologi Laboratorium Medis
  • Bagi Masyarakat
  • Bagi Peneliti

TINJAUAN PUSTAKA

  • Darah
    • Fungsi darah
    • Komponen darah
    • Macam - macam Sampel Darah
  • Laju Endap Darah
    • Fase-fase pengendapan laju endap darah
    • Faktor yang mempengaruhi LED
    • Metode pemeriksaan LED
    • Nilai normal Laju endap darah
  • Antikoagulan
    • Macam- macam Antikoagulan
  • Kerangka Teori
  • Hipotesis

Darah terdiri dari dua bagian besar yaitu plasma darah dan sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit) (7). Eritrosit atau sel darah merah merupakan sel yang mengandung hemoglobin yang berfungsi mengantarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh organ dan jaringan dalam tubuh. Sel darah putih (leukosit) berperan dalam pertahanan tubuh yang akan membunuh zat asing berbahaya yang masuk ke dalam tubuh.

Pemeriksaan LED digunakan untuk mengukur laju sedimentasi darah merah dalam plasma, ditemukan bahwa nilai laju sedimentasi darah meningkat pada proses inflamasi akut maupun kronis. Jika pemeriksaan ESR dilakukan berulang kali, pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui perjalanan penyakit seperti TBC, demam rematik, kerusakan nekrotik, radang sendi, dan nefritis. Faktor teknis yang mempengaruhi pemeriksaan LED antara lain kemiringan tabung, suhu, getaran, panjang dan diameter tabung, hemolisis darah, kontaminasi tabung, serta rasio dan jenis antikoagulan yang tidak tepat.

Getaran akan mempengaruhi pemeriksaan LED, hasil pemeriksaan yang diperoleh akan menurun karena sel eritrosit yang akan mengendap akan terhalang oleh getaran, artinya pemeriksaan LED jauh dari semua peralatan yang dapat menimbulkan getaran, harus dilakukan. Penggunaan pipet yang kotor atau terkontaminasi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan LED. Jika ingin melakukan pemeriksaan LED pastikan terlebih dahulu alat yang digunakan dalam keadaan bersih dan kering khususnya pipet Westergren, dapat dibersihkan dengan cara dicuci dengan air. bantuan air mengalir, alkohol dan terakhir aseton wajib anda perhatikan. Sampel darah LED yang mengalami hemolisis akan menyebabkan gangguan pada pembacaan proses sedimentasi darah pada hasil pemeriksaan LED sampel hemolisis, hal ini mungkin disebabkan karena konsentrasi larutan yang digunakan lebih rendah dari konsentrasi tersebut.

Saat mengkaji usulan ESR dan jenis antikoagulan yang digunakan, perhatian harus diberikan pada penggunaan antikoagulan yang tidak tepat dan hubungan antara sampel darah dan antikoagulan yang tidak tepat, yang dapat mempengaruhi nilai ESR (10). Inspeksi LED dilakukan dengan metode inspeksi otomatis dan manual serta metode inspeksi LED. Prinsip pemeriksaan LED metode Westergren adalah darah vena dicampur dengan pengencer dengan perbandingan 1:4 yaitu 1 bagian.

Hasil pemeriksaan LED dibaca pada ketinggian kolom plasma. Pipet Westergren yang digunakan adalah pipet kaca tidak berwarna/bening, memiliki panjang 30 cm, diameter 2,65 mm, diameter pipet tidak boleh kurang dari 2,55 mm dan mempunyai skala pipa sampai dengan 200, nilai LED normal untuk metode Westergren adalah 0-15 mm/jam. Kelebihan metode pengujian LED Wintrobe adalah metode ini tidak menggunakan larutan pengencer sehingga lebih menghemat reagen. Hipotesis penelitian ini adalah membandingkan perbedaan hasil pemeriksaan ESR metode Westergren menggunakan antikoagulan natrium sitrat 3,8% dan antikoagulan EDTA.

Gambar  1 2.1 Kerangka Teori  Keterangan :
Gambar 1 2.1 Kerangka Teori Keterangan :

METODOLOGI PENELITIAN

  • Jenis dan desain penelitian
  • Tempat dan waktu penelitian
    • Tempat penelitian
    • Waktu penelitian
  • Populasi dan Sampel
    • Populasi
    • Sampel Penelitian
  • Kerangka konsep
  • Definisi operasional
  • Teknik pengumpulan data
  • Alat dan Bahan
  • Cara kerja
  • Teknik pengolahan data
  • Teknik Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi untuk mengetahui perbandingan hasil pemeriksaan ESR metode Westergren dengan menggunakan antikoagulan natrium sitrat 3,8% dan EDTA. Kajian ESR menggunakan metode Westergren dengan antikoagulan natrium sitrat 3,8% dan antikoagulan EDTA ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut. Data pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil studi laju sedimentasi eritrosit didasarkan pada nilai rata-rata perbandingan antikoagulan natrium sitrat 3,8 dengan antikoagulan.

Hasil EDTA menunjukkan nilai rata-rata antikoagulan EDTA masing-masing sebesar 12,5 mm/jam dan antikoagulan natrium sitrat 3,8% sebesar 13,4 mm/jam. Penelitian ini menggunakan uji Paired t test untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara dua sampel yang berkorelasi.Pada penelitian ini yang dipelajari adalah perbedaan hasil pemeriksaan LED metode Westergren menggunakan antikoagulan natrium sitrat 3,8%. Data pada Tabel 4.3 menunjukkan pemeriksaan LED metode Westergren menggunakan antikoagulan natrium sitrat 3,8% dan antikoagulan EDTA menggunakan uji Paired t test menunjukkan nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil pemeriksaan <0,009.

Hasil pemeriksaan metode LED Westergren menggunakan antikoagulan natrium sitrat 3,8% dan antikoagulan EDTA pada sampel darah vena terdapat perbedaan hasil pemeriksaan. Perbedaan hasil pemeriksaan LED metode Westergren menggunakan antikoagulan natrium sitrat 3,8% dan antikoagulan EDTA diperoleh uji t Pairet dengan nilai signifikansi 0,009 atau di bawah 0,050. Penelitian ini menggunakan antikoagulan natrium sitrat 3,8% dan antikoagulan EDTA yang mempunyai mekanisme kerja yang tidak jauh berbeda yaitu sama-sama mengikat ion kalsium.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma pada tahun 2016 yang menemukan adanya perbedaan hasil pemeriksaan LED metode Westergren antara antikoagulan EDTA dengan LED natrium sitrat 3,8% dan antikoagulan natrium sitrat 3,8%. Perbedaan hasil dari kedua antikoagulan ini kemungkinan terjadi karena antikoagulan yang digunakan berbeda jenis karena antikoagulan EDTA yang digunakan berbentuk padat (bubuk) sedangkan antikoagulan natrium sitrat 3,8% berbentuk cair. . Nilai rerata hasil pemeriksaan ESR metode Westergren menggunakan antikoagulan EDTA sebesar 12,5 mm/jam dan antikoagulan natrium sitrat 3,8% sebesar 13,4 mm/jam.

009 atau dibawah 0,50 maka disimpulkan terdapat perbedaan hasil pemeriksaan LED dengan metode Westergren menggunakan antikoagulan natrium sitrat 3,8% dan antikoagulan EDTA. Perbedaan laju sedimentasi eritrosit disebabkan oleh metode Westergren pada darah EDTA yang menggunakan pengencer natrium sitrat dan natrium klorida. Konsultasi no. Uji Laju Sedimentasi Darah Westergren Menggunakan Natrium Sitrat 3,8% dan Naci Edta Plus 0,85%.

Gambar  2 3.1 Kerangka Konsep  Keterangan :
Gambar 2 3.1 Kerangka Konsep Keterangan :

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

  • Karakteristik Sampel
  • Hasil Pemeriksaan LED
  • Perbandingan Hasil Pemeriksaan LED

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa program gelar TLM Universitas Binawan yang berjumlah 30 orang dengan karakteristik seperti disajikan pada Tabel 4.1 di bawah ini. Data pada Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik siswa ditinjau dari usia berjumlah 20 siswa dengan rentang usia 18-20 tahun dibandingkan dengan 10 siswa berusia 21-22 tahun. Sedangkan frekuensi distribusi gender pada penelitian ini lebih banyak siswa perempuan dengan jumlah subjek 22 orang (73,3%) dan siswa laki-laki sebanyak 8 orang (26,7%).

0,050 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan hasil pengujian antara antikoagulan natrium sitrat 3,8% dengan antikoagulan EDTA berdasarkan standar yang ada, apabila nilai signifikansinya kurang dari 0,050 berarti datanya berbeda nyata.

Pembahasan

Nilai rata-rata yang diperoleh pada kedua jenis antikoagulan tersebut adalah 13,4 mm/jam untuk antikoagulan natrium sitrat 3,8% dan 12,5 mm/jam untuk antikoagulan EDTA. Antikoagulan EDTA mempunyai deposisi yang lebih lambat dibandingkan dengan natrium sitrat 3,8%. Perbedaan pengendapan dapat terjadi karena antikoagulan padat lebih sulit larut dalam sampel darah dibandingkan dengan antikoagulan cair karena karena sifatnya partikel padat tidak dapat bergerak bebas, sedangkan partikel dalam cairan dapat bergerak bebas sehingga larutan mudah tercampur (homogen). ). Pemeriksaan ESR merupakan pemeriksaan yang tujuannya hanya untuk mengevaluasi respon inflamasi sehingga tidak spesifik dalam menentukan jenisnya, namun digunakan untuk memantau aktivitas penyakit dan membantu berbagai gangguan inflamasi dan diagnosis penyakit.(13) Pemeriksaan ESR menjelaskan perbandingan komposisi eritrosit dengan plasma yang mengakibatkan terjadinya pengendapan eritrosit Pada kecepatan tertentu, laju pengendapan proses tersebut ditentukan oleh interaksi antara dua gaya fisika yang berlawanan yaitu tarikan gravitasi ke bawah dan dorongan ke atas akibat pergerakan. deposisi seluler. plasma, yang disebut laju sedimentasi darah.

Antikoagulan adalah zat yang ditambahkan pada sampel darah vena dengan tujuan menghambat kerja penggerak pembekuan darah atau menghambat kerja ion kalsium. Ion Ca2+ atau kalsium berperan penting dalam proses pembekuan darah, tanpa adanya ion kalsium maka pembekuan darah tidak akan terjadi. Pada antikoagulan natrium sitrat 3,8% sitrat akan menghilangkan ion kalsium sehingga menjadi bentuk tidak aktif dan antikoagulan EDTA berfungsi mengikat ion kalsium sehingga membentuk garam kalsium yang tidak larut dalam proses pembekuan darah (15).

Sampel pemeriksaan ESR diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, hal ini dikarenakan interpretasi hasil pemeriksaan ESR pada pria dan wanita memiliki nilai normal yang berbeda, pada wanita cenderung lebih tinggi yaitu 0-20 mm/jam dengan rentang usia 18-50. tahun dan pada laki – laki masing-masing 0-15 mm/jam dengan rentang usia 18-50 tahun. Selain jenis antikoagulan yang berbeda, lambatnya pengendapan antikoagulan EDTA juga disebabkan oleh ketepatan pembalikan (bolak-balik) antara antikoagulan dengan darah, yang juga dapat mempengaruhi hasil LED karena jika pencampurannya tidak sempurna. . dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan mikro yang menyebabkan rolleaux tidak bekerja sempurna akibatnya hasil LED akan menurun dan tidak sesuai dengan kondisi pasien (16). Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu jenis antikoagulan yang digunakan berbeda, pemeriksaan LED metode Westergren darah EDTA bentuk kering (K3EDTA) yang tidak menambahkan pelarut akan memberikan hasil yang berbeda jika dibandingkan. menjadi antikoagulan natrium sitrat 3,8% yang berbentuk cair.

Pemeriksaan LED metode Westergren dengan penambahan antikoagulan untuk mencegah penggumpalan darah sangat penting. (17) Faktor lain juga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, yaitu guncangan atau getaran pada tabung pemeriksaan, menyebabkan sedimentasi, cahaya, dosis obat. sampel dengan antikoagulan yang tidak tepat pada saat itu dan suhu pemeriksaan lebih tinggi (16). Perbedaan hasil pemeriksaan laju endap darah menggunakan metode darah Westergren EDTA dengan pengenceran Nacl 0,9% dan tanpa pengenceran Nacl 0,9%. Perbedaan hasil pemeriksaan laju endap darah (LED) darah menggunakan metode darah Westergreen EDTA dengan pengenceran Nacl 0,90% dan tanpa pengenceran Nacl 0,9%.

Perbedaan laju sedimentasi eritrosit diperoleh dengan metode Westergren pada darah Ethylene Diamine Tetra-Acetic menggunakan pengencer natrium.

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Saran

Pengaruh pemeriksaan kecepatan terminal darah menggunakan dua antikoagulan (EDTA 10% dan natrium sitrat 3,8% B/V) dan volume tabung 100% 75% dan 50%.

Referensi

Dokumen terkait