• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH SEBELUM DAN SESUDAH MENGKONSUMSI VITAMIN C PADA PASIEN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH SEBELUM DAN SESUDAH MENGKONSUMSI VITAMIN C PADA PASIEN "

Copied!
50
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Glukosa (Kadar Gula Darah)

  • Definisi Glukosa Darah
  • Metabolisme Glukosa Darah
  • Jenis Pemeriksaan Glukosa Darah
  • Metode Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
  • Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah
  • Hormon Yang Berperan Dalam Glukosa Darah
  • Stabilitas Spesimen
  • Cara Mengontrol Kadar Glukosa Darah

Glukosa merupakan bagian utama dari tubuh hasil hidrolisis polisakarida dan disakarida yang terdapat dalam darah, yang selalu digunakan oleh sel untuk energi (Afkhami, 2007). Glukosa darah adalah gula darah yang berasal dari karbohidrat makanan yang disimpan sebagai glikogen di otot rangka dan hati. Kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh berbagai faktor, begitu juga dengan hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar ludah, sehingga hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah (Purwaningsih, 2019).

Diabetes melitus yang juga dikenal sebagai kencing manis adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi batas normal dan berhubungan dengan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak akibat berkurangnya sensitivitas atau sekresi insulin di pankreas. Pengukuran kadar glukosa darah sementara adalah pengukuran kadar glukosa darah yang dilakukan setiap saat, tanpa memandang makanan yang dikonsumsi dan kondisi fisik seseorang. Glukosa darah puasa adalah tes glukosa darah yang dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8 sampai 10 jam.

Gula Darah 2 Jam PP adalah pengukuran kadar gula darah yang dilakukan 2 jam setelah pasien makan atau minum teh yang mengandung 3 sendok makan atau 75 gram gula (Afkhami, 2007). Hal ini dilakukan dengan memasukkan lancet sekali pakai ke jari tangan dan darah yang dibutuhkan sedikit, kemudian darah yang muncul diserap oleh swab yang dirancang khusus dan muncul hasilnya (Afkhami, 2007). 8 . f) Diet, nutrisi merupakan faktor utama yang mempengaruhi dan meningkatkan kadar glukosa darah terutama setelah makan, oleh karena itu program diet merupakan program penurunan berat badan (Justitia, 2012).

Hormon ini dapat membantu tubuh menyimpan energi pada kadar glukosa darah dengan cara meningkatkan penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen atau mengubahnya menjadi asam lemak serta meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel (Afkhami & Shojaoddini, 2007). Kadar glukosa puasa tampak menurun pada pasien hipotiroid dan meningkat pada pasien hipertiroid. Sampel darah ekstrakorporeal akan berkurang jika tidak segera diperiksa (Afkhami & Shojaoddini, 2007).

Kadar glukosa darah dapat dikontrol dengan 3 cara yaitu diet seimbang, menjaga berat badan ideal dan olahraga atau latihan fisik. Seiring berjalannya waktu, pada ketiga cara tersebut, kadar gula darah tidak dapat dikontrol dengan baik.Pada kondisi ini diperlukan obat antidiabetes (OAD).

Vitamin C

  • Definisi Vitamin C
  • Metabolisme Vitamin C
  • Kecukupan Vitamin C
  • Fungsi Vitamin C
  • Antioksidan
  • Sumber Vitamin C
  • Kelebihan Vitamin C
  • Kekurangan Vitamin C

Metabolisme sel hidup pada spesimen, terjadi penguapan, kontaminasi bahan kimia dan kuman, paparan sinar matahari, efek suhu, pada suhu 20ºC sampel darah serum yang didinginkan akan normal selama 24 jam, sebaliknya pada suhu kamar, sampel darah tanpa penambahan penghambat glikolisis akan mengalami metabolisme setelah 10 menit dengan laju glikolisis hingga 7 miligram/desiliter per jam. Meskipun perlu diperhatikan bahwa gusi berdarah seringkali merupakan akibat dari kebersihan mulut yang buruk, sehingga menyikat gigi dan flossing setiap hari akan membantu gusi Anda tetap sehat dan mencegah gusi berdarah (Cakrawati, 2014). Vitamin C meningkatkan daya tahan terhadap peradangan, mungkin karena pemeliharaan selaput lendir atau efek pada fungsi sistem kekebalan tubuh. f) Mencegah kanker dan penyakit jantung.

Kebutuhan vitamin C bervariasi sesuai usia, konsumsi vitamin C meningkat pada ibu hamil dan menyusui, karena ibu hamil membutuhkan tambahan vitamin C untuk tumbuh kembang bayi dan untuk sintesis zat besi. Saat tubuh menggunakan oksigen, ia membentuk radikal bebas, atau produk sampingan dari oksigen yang tidak stabil, karena kehilangan elektron. Radikal bebas ini dapat merusak sel atau jaringan, termasuk DNA yang dibutuhkan tubuh untuk reproduksi sel.

Faktor lingkungan seperti asap rokok dan sinar ultraviolet juga dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas di dalam tubuh (Sari, 2007). Radikal bebas dalam tubuh menyebabkan kerusakan sel karena mengambil elektron dari sel menjadi stabil. Akibatnya, sel menjadi tidak berfungsi dan lama kelamaan dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti kanker, penyempitan pembuluh darah, katarak, diabetes dan penyakit degeneratif.

Vitamin antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas adalah betakaroten dan karotenoid lainnya, vitamin C, vitamin E. Vitamin antioksidan berperan sebagai scavengers yaitu bereaksi dengan radikal bebas dengan mendonorkan elektron sehingga radikal bebas menjadi normal atau mengubah radikal bebas sehingga tidak berbahaya. Beta Karoten dan Vitamin E karena larut dalam lemak, sehingga ditemukan dalam lipid dan jaringan adiposa dalam tubuh.

Kekurangan vitamin C juga dapat menyebabkan gusi berdarah dan nyeri pada persendian, mata dan kulit kering, luka sulit sembuh, anemia, berkurangnya jumlah sel darah putih (Sari, 2007).

Glukometer (POCT)

METODE PENELITIAN

  • Jenis / Desain Penelitian
  • Waktu Dan Tempat Penelitian
  • Populasi Dan Sampel
    • Populasi
    • Sampel
  • Persiapan Penelitian
    • Persiapan Alat
    • Persiapan Bahan
  • Prosedure Kerja
    • Prosedur Pengambilan Darah Kapiler
    • Prosedur Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa
  • Prosedure Pemeriksaan Dalam penelitian
  • Pinterprestasi Hasil
  • Teknik Pengolahan Data

Data penelitian kadar glukosa darah pada 30 responden usia 40-60 tahun, tanpa DM, di RS Arifin Achmad Pekanbaru. Berdasarkan hasil studi banding kadar gula darah sebelum dan sesudah mengonsumsi vitamin C selama 5 hari pada 30 sampel gula darah pasien rawat jalan di RS Arifin Achmad Pekanbaru. Berdasarkan Tabel 4.5 bahwa hasil uji normalitas dengan menggunakan Shapiro walk test, data secara statistik berdistribusi normal dengan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah pemberian vitamin C dengan nilai signifikansi > 0,05.

Berdasarkan Tabel 4.6, terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar glukosa darah puasa sebelum dan sesudah konsumsi vitamin C yang bermakna secara statistik p<0,05. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kadar glukosa darah sebelum diberikan perlakuan konsumsi vitamin C adalah 127,43 mg/dL. Rerata perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah mendapat perlakuan konsumsi vitamin C adalah 3,4 mg/dL.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan selama konsumsi suplemen vitamin C terhadap kadar glukosa darah pada pasien rawat jalan di Laboratorium Patologi Klinik RS Arifin Achmad yang menggunakan vitamin C dosis tinggi 1000 mg. Sedangkan untuk konsumsi suplemen vitamin C 800 mg tidak menyebabkan perubahan yang signifikan pada glukosa darah puasa dan insulin serum. Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kadar glukosa yang terjadi setelah perlakuan dengan konsumsi vitamin C 1 hari 1x5 hari pada 30 responden, penelitian ini erat kaitannya dengan vitamin C sebagai antioksidan tinggi yang dapat mencegah dan mengurangi stres oksidatif dalam tubuh (Sinaga, 2016).

Hal tersebut mengakibatkan rendahnya gula darah pada responden penelitian saat dilakukan pemeriksaan setelah diberikan perlakuan konsumsi vitamin C yang mengakibatkan penurunan gula darah pada responden setelah diberikan perlakuan dengan konsumsi suplemen vitamin C. Dengan membandingkan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah konsumsi vitamin C pada pasien rawat jalan di RSUD Arifin Achmad dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Rerata kadar glukosa darah puasa di laboratorium patologi klinik rawat jalan RS Arifin Achmad sebelum pemberian suplemen vitamin C adalah 127,43 mg/dL.

Rerata kadar glukosa darah puasa di laboratorium patologi poliklinik rawat jalan RS Arifin Achmad setelah mendapat suplemen vitamin C selama 5 hari pada pasien yang diteliti adalah 123,80 mg/dL. Terdapat perbedaan yang bermakna konsumsi suplemen vitamin C terhadap kadar glukosa darah puasa di laboratorium patologi rawat jalan RSUD Arifin Achmad Kota Pekanbaru. Pengaruh konsumsi suplemen vitamin C terhadap kadar glukosa darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar tahun 2018.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  • Karakteristik Umum Subjek Penelitian
  • Hasil Uji Normalitas
  • Hasil Uji Perbandingan dengan Uji Paired T-test

Berdasarkan Tabel 4.1 jenis kelamin dari total 30 sampel penelitian diperoleh 20 responden perempuan (66,7%) dan 10 responden laki-laki (33,3%). Sebelum data diperlakukan dengan uji-t dependen atau uji-t sampel berpasangan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan uji Shapiro Wilk. Setelah ditemukan hasil normal pada uji normalitas, selanjutnya dilanjutkan dengan pengolahan data menggunakan uji T-test sampel berpasangan atau biasa disebut uji berpasangan.

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas  Test of Normality
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Test of Normality

Pembahasan

  • Karakteristik Umum Subjek Penelitian

Stres oksidatif sendiri salah satunya dapat menyebabkan disfungsi endotel yang terjadi pada pasien diabetes tipe 2 (Afkhami & Shojaoddini, 2007). Bila terjadi penurunan atau disfungsi endotelium, maka akan mempengaruhi fungsi endotelium, salah satunya adalah bagian yang berperan dalam pertukaran zat atau bahan di dalam darah ke sel dan jaringan sekitarnya melalui alat transportasi vesikel (Sari, 2007). Sehingga dengan adanya vitamin C sebagai antioksidan yang tinggi dapat mengurangi stres oksidatif yang menyebabkan berkurangnya fungsi endotel sehingga transpor vesikel yang terjadi dapat bekerja secara optimal.

Karena penulis hanya melakukan penelitian berdasarkan tes gula darah puasa, maka penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode yang sama dengan tes yang berbeda, seperti gula darah selama dan gula darah PP 2 jam. Peneliti selanjutnya juga dapat mengubah cara subjek diperlakukan dengan dosis dan pemeriksaan yang sama. Gambaran pengetahuan mahasiswa Universitas Sumatera Utara 2010 tentang asupan makanan berserat untuk melancarkan BAB (skripsi).

Hubungan antara konsumsi makanan sumber vitamin C dan vitamin E dengan kadar gula pada penderita diabetes melitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Tugurejo Semarang.

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik Dasar Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin  No.  Jenis Kelamin  Frekuensi  Presentase (%)
Tabel 4.2 Karakteristik Dasar Subjek Berdasarkan Usia  No.  Usia
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas  Test of Normality
Tabel 4.4 Perbandingan Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah  Mengkonsumsi Vitamin C

Referensi

Dokumen terkait

The study also recommended that the current women empowerment policy be reviewed to reflect the actual situation and that government should also establish a

Syukur &amp; Fitri (2016), menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi