PERBANDINGAN PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN NILA DIBERI PAKAN ALAMI DAN PAKAN BUATAN
Oleh:
Ria Novita, Nurhadi, Erismar Amri
Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan(STKIP) PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
The availability of food in sufficient quantities, on time, and good nutritional value is one very important factor in fish farming activities. Food that can be given to Oreochromis niloticus feed in the form of natural and artificial feed (pellets) which is used by fish farmers for fish farming, therefore, carried out the research with the aim to determine Comparison of growth and protein content of Oreochromis niloticus fed natural and artificial feed. This research was conducted in the area of Asam Kamba District of Bayang District of Pesisir Selatan in March to May 2014 and the analysis performed on Laboratory protein content of Chemistry, State University of Padang. This study is an experiment by using two treatments, A (natural feed) B (artificial feed) This study was conducted for 8 weeks to see the growth and protein content of Oreochromis niloticus. Data were analyzed statistically with the 't' test. The results showed that the artificial feeding can increase the growth of Oreochromis niloticus faster than the natural food.
The highest protein content was found in Oreochromis niloticus fed naturally while the protein content was lowest for the Oreochromis niloticus fed artificial. So the natural food and artificial diets can be used for fish farming.
Keywords: Oreochromis niloticus, Natural woof cultivation , made woof, growth , protein values.
PENDAHULUAN
Kebutuhan masyarakat akan protein hewani semakin meningkat, hal ini disebabkanantara lain meningkatnya jumlah penduduk dan pola penyediaan menu makanan yang semakin meningkat. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat oleh karena itu diperlukan usaha-usaha peningkatan produksi ikan air tawar. Pakan atau makanan merupakanunsur penting dalam budidaya ikan. Pakan yang baik yang memiliki komposisi zat gizi yang lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral Cahyono, (2001).
Kandungan protein merupakan unsur zat terpenting yang diperlukan untuk pertumbuhan ikan karena jumlah dan kualitas protein sangat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ikan. Pemberian pakan pada ikan harus dilakukan seefisien mungkin, yakni jumlah kualitas, dan sumber
bahan pakan harus sesuai dengan kebutuhan ikan sebabsekitar 60-65% dari biaya produksi adalah biaya untuk pakan Cahyono, (2000).
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan salah satu masyarakat Kecamatan Bayang didapatkan informasi bahwa petani ikan cukup banyak membudidayakan ikan air tawar baik di kolam maupun di dalam keramba, salah satunya ikan nila (Oreoromis niloticus).
Pakan yang diberikan oleh petani ikan yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami pada umumnya berasal dari kotoran ayam, daun pepaya dan daun ubi kayu yang kandungan nutrisinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ikan.
Kotoran ayam kering merupakan sumber protein kalsium, mineral lainnya.
Kotoran ayam kering memiliki kelebihan, yaitu dapat digunakan sebagai sumber asam amino esensial yang cukup tinggi Murtidjo, (2001). Pakan buatan (pellet) merupakan
makanan yang diramu dari beberapa macam bahan makanan yang kemudian diolah menjadi bentuk khusus sebagaimana yang dikehendaki, dengan meramu berbagai bahan makanan maka nilai gizi dapat diatur sesuai selera makan ikan dan daya cernanya Mudjiman, (1984).
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan yaitu untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan kadar protein ikan nila yang diberi pakan alami dan pakan buatan
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen dengan 2 perlakuan(a)Ikan nila diberi pakan alami (b) Ikan nila diberi pakan buatan. Penelitian ini dilakukan didaerah Asam Kamba Kecamatan Bayang Kebupaten Pesisir Selatan dan analisis kadar protein dilaboratorium Kimia Universitas Negeri Padang.
Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu kjeldahl, labu destilasi, Erlenmeyer 100 ml, buret, magnetik stirrer, labus ukur 100 ml, batu didih, pipet tetes, jaring, mistar, timbangan, neraca Ohaus, spidol, alat tangkap ikan (tangguk) dan kolam. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ikan nila, H2SO4, selenium mix, asam borat 2%, NaOH 30%, HCL, pakan buatan (pelet), pakan alami.
Cara kerja dilapangan sebagai berikut.Ikan Nila dibeli dari petani ikan di tempat khusus penjualan bibit ikan. Ikan nila dibeli sebanyak 40 ekor, dengan ukuran panjang 8- 10 cm berumur lebih kurang 2 bulan. Ikan dipilih dan dibudidayakan sebanyak 20 ekor ke dalam masing-masing kolam, kolam terdiri dari 2 kolam yaitu kolam A dan kolam. Panjang kolam 3 m dan lebar kolam 2 m kedalaman air sekitar 60 – 100 cm.
Sebelum ikan dimasukkan ke dalam kolam terlebih dahulu dilakukan penimbangan berat dan pengukuran panjang benih ikan uji. Kemudian barulah diberikan pakan setiap hari sebanyak 18 gram pemberian pakan 5% dari berat badan dengan frekuensi 3x sehari pada jam 08.00, jam 12.00, dan jam 16.00 serta panjang tubuh ikan dilakukan pada akhir penelitian. Pengukuran berat tubuh ikan ditimbang dengan menggunakan neraca Ohouss dan pengukuran panjang dengan menggunakan mistar. Pemberian pakan dengan cara menaburkan sesuai dengan perlakuan
masing-masing, pemberian pakan ini dilakukan selama dua bulan sampai pasca panen. Sampel diambil pada 2 kolam yang berbeda dan waktu yang sama selama kurang lebih dari 3 jam, pengambilan sampel dilakukan oleh 2 orang yang sudah berpengalaman dalam hal penangkapan ikan.
Dengan menggunakan jaring. jumlah ikan yang ditangkap masing – masing kolam berjumlah 10 ekor. Setelah ikan ditangkap dibawa kelaboratorium.
Di laboratorium ikan diukur panjang dan berat dan setelah itu ikan dicuci dengan bersih dengan cara membuang isi perut, sisik dan sirip sehingga tidak ada lagi kotoran yang tinggal, kemudian daging ikan di pisahkan dari tulang dan kepala, lalu ikan di potong kecil-kecil. Kemudian baru dilakukan analisis kadar protein.
Analisis kadar protein dilakukan dengan metode Kjedahl menurut Sudarmadji (1997).dengan prosedur sebagai berikut : a) Bahan (daging ikan) ditimbang kira-kira
1 g dan dimasukan kedalam labu kjeldahl.
b) Ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat, setengah sendok selenium mixture Lalu dipanaskan diatas panas listrik sehinga terbentuk larutan warna jernih kehijauan dan uap SO2yang hilang c) Larutan dibiarkan dingin kemudian
diencerkan dalam labu ukur 100 ml tepat sampai tanda garis dengan aguades. Diambil 10 mlNaOH 30%di masukan ke dalam labu destilasi, hasil destilasi ditampung dengan asam borak 2% dan diteteskan dengan indikator BCG sebanyak 3 tetes. Ditunggu sampai warna hijau
d) Selanjutnya hasil dititrasi dengan HCl 0,05 sampai warna merah muda Dengan cara yang sama dilakukan untuk blangko.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah (1)pertambahan berat dan panjang ikan nila.(2) kadar protein ikan nila yang diberi pakan alami dan pakan buatan. Data pertambahan berat, panjang dan kadar protein ikan nila diberi pakan alami dan pakan buatan dilanjutkan dengan uji “t”taraf nyata 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang perbandingan pertumbuhan ikan nila yang diberi pakan alami dan pakan buatan terhadap pertambahan berat tubuh ikan nila selama 8 minggu penelitian, diperoleh hasil sebagaimana disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Histogram Pertambahan Berat Tubuh Ikan Nila. Keterangan:
A.Pakan alami, B. Pakan buatan pellet.
Berdasarkan uji “t” diperoleh hasil pertambahan berat berbeda dimana thitung4,3
> ttabel1,73. Sedangkan untuk pertambahan panjang ikan nila, diperoleh hasil sebagaimana disajikan pada Gambar 2
Gambar 2. Histogram Pertambahan Panjang Total Ikan Nila. Keterangan: A.
Pakan alami,B. Pakan buatan.
Berdasarkan uji “t” diperoleh hasil pertambahan panjang totalberbeda dimana t
hitung8,44 > ttabel1,73.
Hasilpemiriksaan kandungan proteindianalisis di laboratorium Universitas Negeri Padang, diperoleh hasil sebagaimana disajikan pada Gambar 3.
Gambar 4. Histogram PerbandinganKadar ProteinNila.Keterangan: A.
Pakan Buatan, B. Pakan Alami.
Berdasarkan uji “t” diperoleh hasil kadar protein berbeda dimana thitung2,71 >
ttabel1,81.
Pada gambar 2 terlihat bahwa terjadi perbedaan pertambahan berat antara perlakuan A dan perlakuan B, karena pada perlakuan B (24,4 g) yaitu pemberian pakan buatan menghasilkan pertambahan berat yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan A (8,3 g) yaitu pemberian pakan alami menghasilkan pertambahan berat badan yang lebih rendah.
Tingginya pertambahan berat ikan nila pada perlakuan B (24,4 g) pakan buatan (pelet) karena pelet mengandung bau yang khas sehingga merangsang penciuman (olfaktori) ikan dan menimbulkan reaksi terhadap ikan. Menurut Elliot (2011)dalam Barkat (2012) selain nilai gizi yang terkandung didalam pellet juga terdapat aroma dan rasa yang dapat merangsang ikan untuk memakan pelet.
Tingginya pertambahan berat tubuh ikan nila pada perlakuan B kemungkinan disebabkan oleh ransum pelet yang diberikan dan keseimbangan zat-zat makanan yang ada dalam ransum sudah memenuhi kebutuhan ikan. Halver (1989)dalam Amri (2007) menyatakan bahwa zat-zat makanan yang dibutuhkan 8,3
24,4
0 6 12 18 24 30
A B
3,57
5,02
0,501 1,52 2,53 3,54 4,55 5,56
A B
Pertambahan panjang tubuh ikan nila( cm )
17,84
19,0
17,217,4 17,617,818 18,218,4 18,618,819 19,2
A B
Rata-Ratakadar protein ikan nila%
ikan bila berada pada keadaan seimbang dan lengkap disamping meningkatkan kecepatan pertumbuhan ikan juga berperan mengimbangi efek tekanan (fisiologis) dari terbatasnya ruang gerak ikan. Ditambahkan pula oleh Djajaseweka (1995)dalam Amri (2007), bahwa pemberian ransum yang sesuai dengan kebutuhan ikan, selain dapat menjamin kehidupan ikan juga akan mempercepat pertumbuhannya.
Rendahnya pertambahan berat pada perlakuan A kemungkinan disebabkan oleh tingginya kandungan serat kasar dalam ransum alami. Halver (1989)dalam Amri (2007) menyatakan bahwa ikan kurang mampu mencerna serat kasar (karbohidrat) karena usus ikan tidak terdapat mikroba yang dapat memproduksi enzim amilase atau selulase. Djajasewaka (1995)dalam Amri (2007) menyatakan bahwa kandungan serat kasar tinggi didalam ransum ikan akan mempengaruhi daya cerna dan penyerapan zat-zat makan yang ada di dalam alat pencernaan ikan.
Dari gambar 3 terlihat bahwa rataan pertambahan panjang tubuh ikan nila untuk masing- masing perlakuan adalah pertambahan panjang tertinggi terdapat pada perlakuan B (5,02 cm) dan diikuti perlakuan A (3,57 cm). Hal ini karena selama penelitian ikan nila lebih menyukai pakan buatan pelet dari pada pakan alami disebabkan oleh kandungan yang terdapat pada pakan pelet lebih komplek dan seimbang untuk pertumbuhan ikan nila komposisi pakan pelet yaitu, Protein 33%, Lemak 5 %, Abu 7%, Serat 6,87, Air 12%
Mahyudin (2008)dalamAhmadi (2012) Pertambahan panjang yang semakin menurun pada perlakuan A yang diberi pakan alami disebabkan oleh energi makanan yang ada dalam pakan alami tidak sesuai untuk kebutuhan hidup ikan Nila sehingga dapat menghambat pertumbuhan ikan. Karena kandungan energi makanan yang tinggi maupun rendah akan mengganggu proses pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai pendapat Cowey dan Sargent (1972)dalam Kordi (2011) kandungan energi makanan yang rendah menyebabkan sebagian besar protein makanan akan digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan metabolisme, sebaliknya jika energi pakan terlalu tinggi maka ikan akan makan sejumlah kecil pakan. Hal ini akan
membatasi banyaknya protein pakan yang dimakan sehingga akan menghambat pertumbuhan ikan. Hal ini didukung oleh Wilson (1985)dalam Kordi (2011) pakan harus mempunyai rasio energi tertentu yang dapat menyediakan energi nonprotein dalam jumlah yang cukup sehingga protein pakan sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan. menurut Effendi, (1979) perbedaan pertumbuhan panjang perlakuan A dan B dapat di pengaruhi beberapa faktor antara lain, ruang gerak, aktifitas ikan dan persaingan makanan, sedangkan pertumbuhan panjang maupun berat hanya akan terjadi apabila energi yang dimakan lebih banyak di pergunakan untuk memelihara tubuh dan mempertahankan berat.
Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium tehadap kandungan protein ikan nila yang diberi pakan alami dan buatan dapat dilihat pada gambar 4 kandungan protein yang tinggi pada ikan nila diberi pakan alami B. 19,0 sedangkan kandungan protein terendah pada ikan nila diberi pakan buatan A. 17,48 Ini disebababkan karena dalam komposisi daging ikan tidak semuanya protein akan tetapi ada air, lemak, karbohidrat dan mineral. Hal ini sesuai pendapat Winarno (1986), bahwa komposisi kimia daging ikan mengandung air antara 60-89%, protein 1 -30%, lemak 0,1-2,2%, karbohidrat 0 - 1,0%, sedangkan vitamin dan mineral sisanya.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Elvi Susanti (2011) hasil yang didapatnya kadar protein ikan nila yang ditangkap dibatang bayang 18,2%
sedangkan hasil penelitian yang peneliti lakukan kadar proteinya ikan nila yang diberi pakan alami 19.0% dan kadar protein ikan nila yang diberi pakan buatan 17.48%
Tinggi rendahnya kadar protein ikan nila disebabkan dari sumber makanan yang diberikan setiap perlakuan berbeda. Pada perlakuan A pakan yang diberikan pakan buatan dan perlakuan B pakan yang diberi pakan alami yang berasal dari daun ubi kayu, daun pepaya dan kotoran ayam.
Sedangkan pertumbuhan paling cepat pakan buatan. Menurut Djuanda(1981) sebagian dari makanan yang dimakan berubah menjadi energi yang digunakan untuk aktivitas hidup dan sebagian keluar dari tubuh. Jadi, tidak semua protein makanan
yang masuk diubah menjadi daging. Selain itu, pembentukan protein daging juga tergantung kemampuan fisiologis ikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan buatan pellet dapat meningkatkan pertumbuhan ikan nila lebih cepat dibandingkan dengan pakan alami dan kadar protein lebih tinggi pada ikan nila yang diberi pakan alami dari pada ikan nila yang diberi pakan buatan.
Sehingga pakan alami dan pakan buatan dapat digunakan sebagai pakan budidaya ikan.
Untuk budidaya ikan dikolam secara intensif disarankan agar memberi pakan alami dan pakan buatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Dkk. 2012. Pemberian Probiotik Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) jurnal Perikanan dan Kelauatan, (online) Vol 3, no 4 http://
repository.unib.ac.id/25/1/71JIPI-2012.
pdf,diakses tanggal 25 agustus 2014.
Amri, M. 2007. Pengaruh Bungkil Inti Sawit Fermentasi Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia, (Online). Vol.9, no.1, http:
// repository.unib.ac.id/25/1/71JIPI - 2007.pdf, diakses tanggal 7 september 2014.
Barkat, M. 2012. Pengaruh Pakan Organik NT 45 Seri 1 terhadap pertumbuhan bibit ikan mas (Cyprinus carpio).
Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Cahyono, B. 2000. Budidaya ikan air tawar.
Kanisius. Yogyakarta
, 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum.Kanisius, Yogyakarta
Djuanda, T. 1981. Dunia Ikan. Bandung:
Penerbit Armico.
Effendi, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan pustaka nusantara.
Susanti Elvi. 2011 Kadar Protein Empat Jenis Ikan. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.
Kordi, G. 2010. Budidaya Ikan Patin di Kolam Terpal. Yogyakarta: Andi.
Mudjiman, A 1984.sMakanan Ikan.
Jakarta:Penebar Swadaya.
Murtidjo, A. B. 2001. Pedoman Meramu Makan Ikan. Yogyakarta: Kanisius.
Winarno. 1986. Kimia Pangan dan Gizi Gramedia, Jakarta.
Sudarmadji, S. 1997, Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Jakarta: Liberty.