PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian
- Bagi Penulis
- Bagi Institusi Pendidikan
- Bagi Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
- Penis
- Anatomi Fisiologi dari Penis dan Preputium
- Histologi Preputium
- Sirkumsisi
- Indikasi dan Kontraindikasi Sirkumsisi
- Persiapan Sebelum Sirkumsisi
- Peralatan Sirkumsisi
- Anestesi
- Metode Sirkumsisi
- Perawatan Pasca Sirkumsisi
- Proses Penyembuhan Luka
- Fase Hemostatis
- Fase Inflamasi
- Fase Proliferasi
- Fase Maturasi
- Kerangka Teori
- Kerangka Konsep
- Hipotesis
Jarum suntik diarahkan ke pangkal penis di sisi dorsal batang penis, kemudian disuntikkan dengan penetrasi 90 derajat ke Buck's fascia, dimana sensasi penyuntikan seperti kertas tembus, kemudian dilakukan aspirasi pada spuit sehingga agar jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Dorsumasi atau Dorsal Slits adalah teknik pemotongan kulup dimana klem dipegang pada ujung kulup menggunakan klem pada posisi jam 10, 1 dan 12. Trombosit menempel pada permukaan sub-endotel dalam hitungan detik setelah dinding epitel pecah dari pembuluh darah.
Trombus umumnya penting dalam fase penyembuhan luka, tetapi menjadi masalah jika terlepas dari dinding pembuluh darah dan berjalan melalui sistem peredaran darah, kemungkinan menyebabkan stroke, emboli paru, atau serangan jantung. Fase inflamasi adalah fase kedua penyembuhan luka dan dimulai segera setelah cedera ketika pembuluh darah yang rusak mengalami kebocoran transudat (terbuat dari air, garam dan protein) yang menyebabkan pembengkakan lokal. Sel darah putih (leukosit), faktor pertumbuhan, nutrisi, dan enzim menyebabkan pembengkakan, panas, nyeri, dan kemerahan yang biasanya terlihat selama fase penyembuhan luka.
Peradangan atau inflamasi merupakan bagian alami dari proses penyembuhan luka dan hanya bermasalah jika berkepanjangan atau berlebihan. Fase proliferatif penyembuhan luka adalah saat luka dibangun kembali dengan jaringan baru yang terdiri dari kolagen dan matriks ekstraseluler. Selain itu, jaringan pembuluh darah baru harus dibangun untuk membuat jaringan granulasi menjadi sehat dan menyediakan oksigen dan nutrisi yang cukup.
Pada tahap penyembuhan luka yang sehat, jaringan granulasi berwarna merah muda atau merah dan memiliki tekstur yang tidak rata. Cara sunat konvensional menggunakan staples 3 arah searah jarum jam dan memotong kulup dari arah jam 12 satu per satu melalui kelenjar penis. H0 : Tidak ada perbedaan penyembuhan luka setelah sunat dengan metode smart clip dan dorsumcision.
METODE PENELITIAN
- Definisi Operasional
- Jenis Penelitian
- Waktu dan Lokasi Penelitian
- Waktu Penelitian
- Lokasi Penelitian
- Populasi dan Sampel
- Populasi Penelitian
- Sampel Penelitian
- Kriteria Penelitian Sampel
- Kriteria Inklusi
- Kriteria Eksklusi
- Teknik Pengumpulan Data
- Besar Sampel
- Pengolahan Data dan Analisis Data
- Pengolahan Data
- Analisis Data
- Alur Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan proses penyembuhan luka pasca sunat dengan metode smart clip dan dorsumcision. Berikut adalah anak usia 60 tahun yang menjalani sunat dengan metode smart clip dan metode dorsumcision. Analisis satu sisi merupakan rangkuman proses penyembuhan luka pasca sunat dengan menggunakan metode smart clip dan dorsumcision.
Selain itu, pada follow up terakhir hari ke-14, semua anak yang disunat dengan metode smart clip dinyatakan sembuh dengan skor 0 (sembuh). Pada penelitian ini akan diuji perbandingan proses penyembuhan luka sunat menggunakan smart clip dan metode dorsumcision pada setiap tahap observasi. Pada penelitian ini akan diuji perbandingan proses penyembuhan luka sunat menggunakan smart clip dan metode dorsumcision.
Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima yang artinya terdapat perbedaan proses penyembuhan luka pasca sunat dengan menggunakan metode smart clamp dan dorsumcision. Sehingga dapat disimpulkan bahwa luka anak yang disunat dengan metode smart clamp memiliki proses penyembuhan luka yang lebih cepat dengan skor luka yang lebih rendah dibandingkan anak yang disunat dengan metode dorsumcision. Proses penyembuhan luka terutama pada saat penyembuhan luka metode smart clip memiliki proses yang lebih cepat dibandingkan dengan metode dorsumsi.
Pada hari ke 14 setelah sunat, semua anak (100%) yang disunat dengan metode smart clamp dinyatakan sembuh. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Proses Penyembuhan Luka Pasca Sunat Menggunakan Metode Smart Clamp dan Dorsumption”. Lampiran 6 Dokumentasi penis setelah sunat Hasil penis setelah sunat menggunakan metode smart clamp pada hari ke 5, 7, 12 dan 14.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Data
- Usia Responden
- Analisis Data Univariat
- Uji Normalitas
- Perbandingan Proses Penyembuhan Luka Pasca Sirkumsisi
- Perbandingan Proses Penyembuhan Luka Pasca Sirkumsisi
Distribusi subjek penelitian berdasarkan usia anak yang menjadi subjek penelitian ini, berdasarkan tabel 4.1.1 menunjukkan bahwa dari total 60 anak, 5 diantaranya (8,3%) berusia 7 tahun, dan 4 anak (6,7%) berusia 8 tahun, dimana anak yang berusia 7 tahun dan 8 tahun adalah semua anak yang menjalani sunat dengan metode smart clamp. Kemudian terdapat 4 anak (6,7%) berusia 9 tahun, diantaranya 3 anak yang menjalani sunat dengan metode klem pintar, dan terdapat 1 anak yang menjalani sunat dengan metode eksisi dorsum. Terdapat 14 anak usia 10 tahun (23,3%), dimana 8 anak menjalani sunat dengan metode klem pintar, dan 6 anak lainnya menjalani sunat dengan metode eksisi dorsum.
Anak usia 12 tahun sebanyak 9 (15%) dengan mayoritas 7 anak menjalani sunat dengan metode smart clamp, dan 2 anak lainnya menjalani sunat dengan metode dorsum excision. Berikutnya adalah seorang anak berusia 13 tahun dengan total 8 anak disunat dengan metode smart clamp, dan 6 anak lainnya disunat dengan metode eksisi dorsum. Berdasarkan tabel 4.1.2 di atas terlihat skor proses penyembuhan luka pada kelompok smart clamp pada hari ke 5 didominasi sebesar 83,3% dengan jumlah 25 anak dengan skor 6-10 (sembuh sedang).
Kemudian didapatkan kelompok klem pintar memiliki skor 1-5 (sembuh ringan) dengan jumlah anak sebanyak 2 orang (6,7%), sedangkan pada hari ke 5 kelompok klem pintar tidak mencapai skor 1-5 (sembuh ringan). ) . kelompok. Kemudian pada pengamatan hari ke 7, anak yang disunat dengan metode smart clip memperoleh skor 6-10 (sedang sembuh) dengan jumlah 20 anak (66,7%), pada kelompok yang disunat proporsinya semakin tinggi. dari hasil ini. dengan 22 anak (73,3%). Pada kelompok smart clamp skor 1-5 (sembuh ringan) dengan total 9 anak (30,0%) meningkat dari hari ke 5, sedangkan pada kelompok dorsum hanya 3 anak (10,0%).
Pada kelompok klem pintar 28 anak (93,3%) dinyatakan dengan skor 0 (sembuh) atau sembuh, sedangkan pada kelompok dorsumsi sebanyak 20 anak (66,7%). Hal ini menunjukkan bahwa proses penyembuhan luka pasca sunat antara metode smart clamp dan metode dorsumcision menunjukkan perbedaan proses penyembuhan yang signifikan pada setiap pengamatan pada hari ke 5, 7, 12 dan 14. Tabel di atas juga menunjukkan rata-rata nilai rangking pada masing-masing kelompok, dimana rata-rata rangking pada kelompok dorsumsi memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata rangking pada kelompok smart clamp.
Pembahasan
- Karakteristik Anak yang Menjalani Sirkumsisi
- Perbandingan Proses Penyembuhan Luka Pasca Sirkumsisi
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proses penyembuhan luka setelah sunat menggunakan metode smart clamp dan dorsumcision, hal ini dibuktikan dengan pengujian dengan Mann Whitney yang mencapai angka signifikansi (p-value) sebesar 0,000 (p < 0,05 ). Dalam penelitian Jadhav dilakukan perbandingan antara metode sutureless atau metode modern dengan metode konvensional, sehingga diperoleh proses penyembuhan luka pada metode sutureless jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode konvensional dengan waktu proses penyembuhan pada kelompok sutureless sekitar 12 hari. dan pada kelompok konvensional sekitar 14 hari. Hal ini berkaitan erat dengan penelitian yang menunjukkan bahwa penyembuhan luka dengan metode smart clamp jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode dorsumcision yang termasuk metode konvensional.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh Abdullah, dimana terdapat perbedaan yang signifikan dengan salah satu metode modern yang cukup sering digunakan yaitu metode plastibell untuk dorsumisi atau metode dorsal slit mehods, dimana terdapat perbedaan panjang penyembuhan luka dimana metode plastibell membutuhkan waktu yang lama. Hal ini sejalan dengan cara kerja metode smart clamp pada penelitian ini, dimana metode smart clamp bekerja dengan cara menjepitnya dengan tube sehingga proses hemostasis lebih maksimal dibandingkan dengan metode dorsumsi sehingga proses penyembuhan luka jauh lebih cepat. penelitian yang dilakukan oleh Yavuz, perbedaan waktu penyembuhan luka menggunakan klem mogen dengan metode dorsal slit atau metode dorsumisisi tidak tampak signifikan, namun metode dorsumisis memiliki kelebihan dari segi komplikasi total, perdarahan mayor dan perdarahan minor, serta revisi sirkumsisi yang lebih sedikit dibandingkan klem mogen meskipun metode eksisi dorsum memakan waktu lebih lama. Dalam kasus sunat tertentu, seperti phimosis, metode dorsumisisi jauh lebih unggul dalam hal keamanan glans penis dan lebih efektif daripada metode smart clamp.
Memotong kulup pada phimosis membuatnya lebih mudah untuk melihat kelenjar daripada saat menggunakan smart clamp phimosis dengan metode dorsumasi. Dalam kasus pasca sunat, ketika sunat gagal, seperti kulup tidak dipotong sepenuhnya dan kemudian terjadi infeksi sekunder pada kulup, metode dorsumcision sering menjadi pilihan karena memiliki mobilitas dan perluasan kulit yang lebih besar dibandingkan dengan metode lain, termasuk metode smart. metode penjepit. Sehingga dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa metode dorsumcision tetap dapat digunakan dengan alasan lebih murah, namun tetap dapat dipercaya dari segi medis, walaupun metode modern seperti metode smart clamp lebih memiliki keunggulan. bukan hanya dari segi waktu penyembuhan luka, namun komplikasi yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan cara konvensional.
Ada juga luka yang akan diobservasi pada hari ke 5, 7, 12 dan 14 dengan cara melihat langsung luka pada penis anak yang sudah disunat dengan metode masing-masing, setelah itu luka akan dicocokkan dengan lembar penilaian proses penyembuhan luka. dan melihat apakah ada perbandingan proses penyembuhan luka pasca khitan dengan menggunakan dua metode yaitu metode Smart Clamp dan metode Dorsumption. Setelah mendapat informasi yang detail dan jelas mengenai penelitian yang berjudul “Hubungan Proses Penyembuhan Luka Pasca Sunat dan. Menggunakan Metode Smart Clamp and Dorsumption” dan setelah mengetahui sepenuhnya segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini saya dengan sukarela dan tanpa paksaan menyatakan diri berpartisipasi dalam penelitian.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada hari ke-14 setelah sunat, 83,3% anak yang menjalani sunat dengan metode dorsumcision dinyatakan sembuh.
Saran
Comparison of a modified Mogen clamp and classic dorsal slit excision under local anesthesia: A clinical study. Comparison of post-cesarean wound healing methods based on Reeda scale and platelet-lymphocyte ratio. Differences of Reeda Scale in Wound Incision Abdomen Post Obstetrics / Gynecology Laparotomy with Topical Virgin Coconut Oil (VCO) and Without Topical Virgin Coconut Oil (VCO).
Banihashemrad S, Nasrabadi N, Rajabi O, Kanafi A, Taher M. Dampak Bromelain pada penyembuhan luka dan komplikasi setelah operasi periodontal menggunakan SKALA REEDA. https://archivepp.com/storage/models/article/36Z0SSG7LkhCc6M7YLw6. 9TSEtiam4eFRYbpf9skrs1Aacnhs7QLLUdu2Fata/dampak-of-bromelain-pada-penyembuhan-luka-dan-komplikasi-setelah-operasi-periodontal.pdf. Dalam penelitian ini, anak Anda yang akan disunat dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini akan diamati atau dipantau proses penyembuhan luka pada anak Anda yang disunat tanpa intervensi apapun atau hanya menonton proses penyembuhan lukanya.
Oleh karena itu, saya meminta melalui Anda untuk mengizinkan anak Anda berpartisipasi dalam penelitian yang akan saya lakukan. Setelah memahami berbagai hal terkait penelitian ini, diharapkan Anda bersedia untuk mengisi formulir persetujuan yang akan kami lampirkan.