• Tidak ada hasil yang ditemukan

perbedaan hasil belajar metode tipe jigsaw dengan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "perbedaan hasil belajar metode tipe jigsaw dengan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR METODE TIPE JIGSAW DENGAN METODE TIPE TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN IPS

KELAS VII DI SMP NEGERI 5 PADANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)

RAFIKA TRIANA NPM 11090324

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR METODE TIPE JIGSAW DENGAN METODE TIPE TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII

DI SMP NEGERI 5 PADANG Oleh :

Rafika Triana1 Dra. Mirna Tanjung, MS2, Rika Verawati, M.Pd3

Mahasiswa dan Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Jl. Gunung Pangilun No.1, Padang Sumatera Barat, Telp (0751) 7053731, Fax (0751)

7053826

Email : [email protected] ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan perbedaan hasil belajar menggunakan metode pembelajaran tipe jigsaw dengan metode pembelajaran tipe Talking Stick pada mata pelajaran IPS kelas VII SMP Negeri 5 Padang tahun pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan dengan rancangan penelitian Randomized Control Group Only Design. Populasi dari penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 5 Padang semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling dan dipilih kelas VII8 sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas VII9 sebagai kelas eksperimen 2. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan perhitungan uji Z.

Hasil analisis data menggunakan uji Z diperoleh bahwa (Zhitung sebesar 3.10 >

Ztabel sebesar 0.9991) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar menggunakan metode pembelajaran tipe Jigsaw dengan metode Talking Stick pada mata pelajaran IPS kelas VII SMP Negeri 5 Padang.

Kata kunci : Perbedaan hasil belajar, Metode tipe jigsaw, Metode tipe talking stick ABSTRACT

This study aims to prove the difference in learning outcomes using the learning method jigsaw type with Talking Stick-type learning methods in social studies class VII SMP Negeri 5 Padang academic year 2015/2016. This research is a quasi-experimental aimed at obtaining information that is approximate to the information obtained by actual experiment in a state that does not allow for control and / or manipulate all variables relevant to the study design Randomized Control Group Only Design. The population of the study were all students of class VII SMP Negeri 5 Padang second semester in the academic year 2015/2016. Sampling was done by purposive sampling technique and selected class VII8 as an experimental class 1 and class VII9 as an experimental class 2.

Data were analyzed using the Z-test calculation

The results of data analysis using the Z test was obtained that (Zhitung $ 3.10>

Ztabel at 0.9991), then H0 rejected and Ha accepted. This means that there are differences in learning outcomes learning methods Jigsaw with Talking Stick method in social studies class VII SMP Negeri 5 Padang.

Keywords: Differences in learning outcomes, jigsaw-type method, the type of talking stick method

(4)

PENDAHULUAN

Kemajuan suatu bangsa pada umumnya dapat diukur dari seberapa jauh bangsa tersebut menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan meneliti, mengkaji dan mengembangkan teori-teori baru yang ditemukan.

Penelitian dan pengujian teori-teori yang berhubungan dengan penemuan ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi tidak terlepas dari kemampuan bangsa dalam menguasai suatu ilmu, salah satu diantaranya ilmu pengetahuan sosial.

Ilmu Pengetahuan Sosial atau social studies merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Di Indonesia pelajaran ilmu pengetahuan sosial disesuaikan dengan berbagai prespektif sosial yang berkembang di masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.

Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan IPS khususnya, salah satunya adalah perbaikan di bidang kurikulum.

Penggunaan Kurikulum 1994 diganti menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan KBK diubah menjadi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang

pelaksanaannya dimulai pada tahun pelajaran 2007/2008. Dan disempurnakan ke Kurikulum 2013, dan ditahun 2014 kembali lagi ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Bukan hanya itu, pemerintah telah mengupayakan peningkatan kemampuan guru dengan mengadakan penataran IPS dan sertifikasi tenaga pengajar.

Perbaikan sarana dan prasarana pendidikan juga marak dilakukan seperti memperbaiki gedung sekolah, dan memberikan bantuan berupa buku-buku pelajaran IPS. .

Mengingat pentingnya mata pelajaran IPS diperlukan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa merupakan salah satu indikator untuk melihat sejauh mana pencapaian standar kompetensi yang di tetapkan dalam proses pembelajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam

(5)

proses pembelajaran. Pada kenyataannya menumbuh kembangkan sikap aktif, kreatif, dan inovatif pada siswa tidaklah mudah, kenyataan yang terjadi guru dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar sehingga siswa menjadi pasif.

Berdasarkan pengamatan penulis selama observasi dilapangan SMP Negeri 5 Padang, bahwa pada saat memberikan materi guru telah melaksanakan pembelajaran dengan terurut mulai dari penjelasan materi, pemberian contoh, hingga pemberian tugas. Namun hal ini mengakibatkan guru menjadi sumber belajar yang dominan dalam kelas, sedangkan siswa pasif ditempat duduk mendengar dan menerima pembelajaran dari guru karena siswa terfokus pada apa yang disampaikan oleh guru tanpa adanya umpan balik dari siswa seperti bertanya dan menjawab bahkan menyampaikan pendapat. Hal ini di sebabkan karena siswa takut untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, karena siswa tidak di tuntut aktif di setiap pelajaran yang sedang berlangsung dan apabila disaat guru memberikan pertanyaan sedikit siswa yang menjawab pertanyaan dari guru, bahkan hanya didominasi oleh siswa itu-itu saja. Siswa kurang termotivasi terhadap pembelajaran IPS selain itu interaksi antara siswa dengan siswa, antara siswa

dengan guru juga kurang aktif, hal ini juga menyebabkan hasil belajar siswa rendah.

Indikator menunjukkan bahwa siswa kurang aktif dalam pembelajaran diantaranya: sewaktu guru menjelaskan materi pelajaran IPS, siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Jika guru memberikan waktu kepada siswa untuk tanya jawab, hanya sedikit siswa yang mau memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya dan berargumentasi. Siswa merasa takut untuk bertanya kepada guru dan kalaupun ada yang bertanya siswa tersebut kurang terampil untuk menyatakan pendapatnya.

Interaksi dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 5 Padang lebih banyak berlangsung satu arah saja yaitu dari guru kepada siswa. Sedangkan interaksi dan kerjasama antar siswa kurang terlihat. Siswa tidak terbiasa belajar dengan cara berdiskusi kelompok, sehingga pertukaran informasi antar siswa jarang terjadi.

Selain itu, soal-soal diberikan guru secara klasikal dan dibahas bersama, sehingga siswa-siswa tertentu saja yang mau mengerjakan soal tersebut. Hal ini membuktikan bahwa siswa pasif dan kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran IPS.

(6)

Minimnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri 5 Padang. Dalam proses pembelajaran IPS di kelas VII8 guru menggunakan model pembelajaran konvensional, yaitu ceramah maka dapat dilihat bahwa siswa di kelas banyak yang kurang antusias dalam melaksanakan KBM tersebut. Dikatakan demikian, karena dari 34 siswa di kelas VII8 yang memperhatikan hanya berkisar 10 orang saja, sementara yang

lain terlihat tidak memperhatikan karena mengantuk dan sibuk bermain atau bercerita sendiri dengan teman sebangkunya. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya nilai hasil belajar IPS siswa, sehingga tidak semua siswa mampu memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditentukan sekolah, yaitu 75. Hal ini terlihat pada Tabel 1 yang memaparkan nilai ujian mid semester I tahun 2015/2016 siswa kelas VII SMP Negeri 5 Padang untuk mata pelajaran IPS.

Tabel 1. Data Nilai Ujian Mid Semester I IPS Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Padang Tahun Pelajaran 2015/2016

Kelas Jumlah Siswa

KKM Nilai Rata-rata

Ketuntasan Siswa

Tuntas Tidak Tuntas Jumlah (%) Jumlah (%) VII1

VII2

VII3

VII4

VII5

VII6

VII7

VII8

VII9

36 35 35 34 35 35 35 34 33

75 75 75 75 75 75 75 75 75

60,88 57,94 56,97 53,23 64,45 55,20 54,45 56,68 56,72

6 2 2 0 10

0 2 1 0

16,6 5,7 5,7 0 28,6

0 5,7 3,0 0

30 33 33 34 25 35 33 33 33

83,4 94,3 94,3 100 71,4 100 94,3 97,0 100

Total 312 23 7,4 289 92,6

Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 5 Padang Tahun Pelajaran 2015/2016

(7)

Dari Tabel di atas terlihat bahwa nilai Mid Semester I kelas VII SMP Negeri 5 Padang ada yang berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75. Siswa yang nilainya dibawah KKM paling banyak terdapat dikelas VII4, VII6 dan VII9. Dari 312 siswa kelas VII SMP Negeri 5 Padang terdapat 23 orang siswa yang tingkat prestasi belajarnya tinggi sedangkan siswa yang tingkat prestasi belajarnya rendah terdapat 289 orang siswa.

Berdasarkan nilai mid semester I tersebut, dapat disimpulkan bahwa hampir 92,6% siswa kelas VII berada pada ukuran tingkat prestasi belajar dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75.

Melihat kondisi yang demikian, sudah saatnya guru membuat suatu perubahan baru dalam memilih dan menerapkan suatu metode pambelajaran.

Guru hendaknya dapat menarik minat siswa dan mengaktifkan siswa dalam belajar serta memancing rasa keingintahuan siswa. Serta guru dapat membangkitkan interaksi siswa dengan siswa lain sehingga menyadarkan siswa bahwa pelajaran IPS ini tidak membosankan. Untuk mengatasi permasalahan diatas perlu dilakukan pembaharuan salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran

untuk dapat meningkatkan hasil belajara siswa.

Dengan mengatasi masalah yang terjadi maka penulis ingin menciptakan pembelajaran yang membantu siswa agar aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Dari berbagai macam metode pembelajaran penulis mencoba menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan metode pembelajaran Talking Stick karena metode ini dianggap lebih efektif dalam mengungkapkan masalah-masalah siswa yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung.

Metode Jigsaw merupakan metode pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen. Materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa berupa teks dan setiap anggota bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari.

Metode Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “Siswa saling tergantung satu dengan yang lain

(8)

dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”.

Menurut Ibrahim (2000:70) Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan, yaitu: dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain, siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan, setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya, dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif, setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.

Menurut Ibrahim (2000:71) Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kekurangan, yaitu: membutuhkan waktu yang lama, siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandaipun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.

Metode pembelajaran Talking Stick adalah suatu metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat

terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Dalam penerapan metode pembelajaran talking stick ini, guru membagi kelas menjadi kelompok- kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan mempersentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

Adapun keunggulan metode ini adalah untuk menguji kesiapan siswa, melatih siswa untuk mengungkapkan gagasan, meningkatkan kesiapan siswa, dan menjadikan siswa lebih giat belajar.

Di dalam metode pembelajaran Talking Stick, metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model ini adalah menguji kesiapan siswa, melatih membaca dan memahami dengan cepat, agar lebih giat dalam belajar. Sedangkan kekurangan metode ini adalah waktu yang di butuhkan melebihi jam pelajaran yang ditentukan, membuat siswa senam jantung.

Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam suatu

(9)

penelitian yang berjudul “Perbedaan hasil belajar metode tipe Jigsaw dengan metode tipe Talking Stick pada mata pelajaran IPS kelas VII di SMP Negeri 5 Padang”.

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experimental research). Menurut Sumadi Suryabrata (2006:92) menyatakan bahwa “Penelitian eksperimental semu bertujuan memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan”. Disebut eksperimen semu karena eksperimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen yang sebenarnya.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Padang pada kelas VII.

Waktu penelitiannya dilaksanakan di semester genap pada bulan April tahun ajaran 2015/2016. Penelitian dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan pembelajaran, pertemuan 1-3 kegiatan belajar mengajar, khusus pertemuan keempat post tes.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 5 Padang yang terdaftar pada Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.

Dalam pengambilan sampel diambil haruslah sampel yang representatif yaitu sampel yang dapat menggambarkan keseluruhan karakteristik dari suatu populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas eksperimen.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling.

Dalam pengambilan sampel secara Purposive Sampling yang mana di lakukan secara sengaja. Jadi teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Jadi sampel diambil tidak secara acak, tapi ditentukan sendiri oleh peneliti.

Setelah didapat dua kelas sampel maka peneliti menetapkan kelas VII8

sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas VII9 sebagai kelas eksperimen 2. Sampel penelitian ini berjumlah 67 orang terdiri dari 34 orang siswa kelas eksperimen 1 dan 33 orang kelas eksperimen 2.

(10)

HASIL PENELITIAN

Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data tes akhir yang diberikan kepada kedua kelompok sampel yang diberikan perlakuan yang berbeda.

Sebelum pengujian normalitas dan homogenitas, terlebih dahulu dilakukan perhitungan rata-rata, standar deviasi, dan varians dari alat tes kedua sampel. Hasil perhitungan rata-rata, standar deviasi dan varians tes akhir kelas eksperimen 1 dan kelas ekperimen 2 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil Perhitungan Rata-rata (

x

), Standar Deviasi (s), dan Varians (s²) Tes Akhir Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2SMP Negeri 5 Padang.

N o

Kelas Sampel

N

x

S

1 Eksperimen 1

34 77, 68

8,9 0

73, 59 2 Eksperimen

2

33 71, 30

8,2 6

68, 14 Sumber: Pengolahan Data Primer 2016

Dari Tabel diatas tersebut dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen 1 dengan rata-rata sebesar 77.68 terjadi penyimpangan 8,90 dan varians sebesar 73,59. Pada kelas eksperimen 2 dengan nilai rata-rata 71,30 terjadi

penyimpangan 8,26 dan varians sebesar 68,14.

Pengolahan data ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis seperti yang telah dirumuskan pada bagian metode penelitian. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians terhadap data hasil tes akhir kedua kelas sampel.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan uji chi- kuadrat. Hasil uji normalitas tes akhir kedua sampel dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 SMP Negeri 5 Padang

N o

Kelas sampel

n X2

hitung

X2 tabel Ket

1. Eksperimen 1

34 -2,617 11,070 Normal

2. Eksperimen 2

33 -

71,774

11,070 Normal

Sumber: Pengolahan Data Primer 2016

(11)

Berdasarkan uji normalitas pada Tabel diatas dilihat bahwa pada kelas eksperimen 1 di dapat X2hitung = -2,617<

X2tabel = 11,070 dan pada kelas

eksperimen 2 di dapat bahwa X2hitung = - 71,774 < X2tabel = 11,070. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data mempunyai varians yang homogen atau tidak. Hasil uji homogenitas tes akhir diantara kedua kelas sampel diperoleh harga Fhitung

adalah 1,07 sedangkan Ftabel untuk taraf nyata 0,05 dengan dkpembilang34 dan dkpenyebut32 adalah 1,82. Dengan demikian Fhitung< Ftabel berarti kedua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen.

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Varians Tes Akhir Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2SMP Negeri 5 Padang

N o

Kelas sampel

n V F

hit

Ftab Ket

1 Eks 1 34 73.

59 1,

0 7

1,8 2

hom ogen 2 Eks 2 33 68,

14

Sumber: Pengolahan Data Primer 2016

Berdasarkan uji homogenitas pada Tabel diatas diketahui bahwa pada kelas eksperimen 1 dengan N=34 dan Varians sebesar 73,59 dan kelas eksperimen 2 dengan N=33 dan Varians sebesar 68,14 di dapat Fhitung = 1,07 yang lebih kecil dari pada Ftabel = 1,82 maka sampel mempunyai varians yang Homogen.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah pengujian data mengenai adanya perbedaan hasil belajar IPS siswa dalam model pembelajaran Jigsaw dengan model Talking Stickkelas VII SMP Negeri 5 Padang. Untuk melihat perbedaan tersebut digunakan uji kesamaan dua rata-rata yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:203) yaitu uji Z. Dari penggunaan uji Z di dapa tZhitung

sebesar 3.10. Perumusan dalam penelitian ini adalah hasil siswa yang proses belajar mengajarnya metode Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang proses belajar mengajarnya menggunakan metode Talking Stick pada mata pelajaran IPS.Penggunaan rumus rata-rata, standar deviasi, dan Zhitung didapat nilai sebagai berikut:

(12)

Tabel 5. Hasil perhitungan Mean, Standar deviasi dan Thitung

Uraian Besaran

n1 34

n2 33

x

1 77,68

x

2 71,30

s1 73.59

s2 68,14

Zhitung 3.10

Ztabel 0.9991

Sumber: Pengolahan Data Primer 2016

Dari Tabel diatas diketahui nilai

x

1 = 77.68 (rata-rata nilai dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw) dan

x

2 = 71.30 (rata-rata nilai dengan menggunakan metode Talking Stick). Hal ini berarti hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode Talking Stick.

Pada perhitungan uji hipotesis di dapat nilai Zhitung sebesar 3.10 dan Ztabel

sebesar 0.9991 pada taraf nyata 0,05 dengan demikian Z0 = 3.10> Zt = 0.9991 maka hipotesis nol (H0) ditolak, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya hasil belajar pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari

pada hasil belajar pada kelas eksperimen 2, sehingga pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Jigsawyang diterapkan sesuai dengan yang diharapkan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, selanjutnya dilakukan pembahasan terhadap hasil belajar penelitian tersebut.

Dari uji hipotesis diketahui bahwa hasil belajar IPS siswa berbeda antara yang menggunakan metode pembelajaran tipe Jigsaw dengan yang menggunakan metode pembelajaran tipe Talking Stick.

Hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran tipe Jigsawl ebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran tipe Taking Stick.

Dilihat dari persiapan kelas eksperimen dalam proses pembelajaran, sudah disiapkan dengan baik. Hal ini sudah terencana melalui tahap-tahap yang akan menuntun siswa untuk menggali lebih jauh tentang konsep inflasi yang dipelajarinya. Disamping itu juga siswa mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama terhadap materi yang dipelajari, sehingga siswa menjadi lebih paham dan mengerti serta dapat

(13)

mengerjakan soal dengan baik dan benar.

Hasil belajar dapat memperlihatkan ketuntasan siswa yang dapat dijadikan salah satu alat evaluasi oleh guru untuk mengetahui keberhasilan mengajarnya. Ini sesuai dengan pendapat Oemar (2003:30) mengemukakan bahwa “Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.

Berdasarkan pengamatan peneliti, Pada perhitungan uji hipotesis di dapat nilai Zhitung sebesar 3.10 dan Ztabel

sebesar 0.9991 pada taraf nyata 0,05 dengan demikian Z0 = 3.10> Zt = 0.9991 maka hipotesis nol (H0) ditolak, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya hasil belajar pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari pada hasil belajar pada kelas eksperimen 2, sehingga pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsawyang diterapkan sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam penelitian menggunakan metode pembelajaran Jigsaw dapat dilihat bahwa siswa lebih aktif saat proses pembelajaran berlangsung, dalam berdiskusi kelompok siswa juga saling bertukar informasi. Siswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “Siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”.

Menurut Ibrahim (2000:70) Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan, yaitu: dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain, siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan, setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya, dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif, setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.

Dalam pembelajaran tipe talking stick ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan guru harus menyiapkan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru, setelah kelompok mempelajari materi kelompoknya.

Adapun kekurangan metode pembelajaran talking stick adalah membuat siswa menjadi meribut saat dilaksanakannya tanya jawab menggunakan tongkat dan siswa tidak

(14)

serius dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Sehingga yang dipelajari tidak dicerna dengan baik oleh siswa. Dan mengakibatkan proses pembelajaran menjadi kurang efisien.

Tingginya hasil belajar kelas dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw dibandingkan kelasyang menggunakan model pembelajaran Talking Stickdapat dilihat dari aktifitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran, karena pada kelas Jigsaw siswa dilibatkan secara langsung dan dibagi pada kelompok belajar dalam proses pembelajaran.

PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan pengggunaan model pembelajaran Jigsaw pada mata pelajaran IPS memberikan hasil dan lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar yang hanya menggunakan model pembelajaran Talking Stick. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata belajar siswa kelas eksperimen 1 adalah 77,68 sedangkan kelas eksperimen 2 adalah 71,30.

SARAN

1. Untuk mengantisipasi kesulitan- kesulitan dalam penggunaan metode pembelajaran Jigsaw pada mata pelajaran IPS hendaknya guru mempersiapkan secara matang agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

2. Interaksi penggunaan metode pembelajaran Jigsaw pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar, untuk itu guru perlu merancang pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar.

3. Diharapkan guru dapat memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dan siswa merasa belajar lebih menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA- University Press.

Suryabrata, Sumadi. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

07 51 -72101 J 2702, Faksinile : 07 5l -12102 Laman:b!!plz&[email protected] e-mail:dekan@/gl.unand.ac.id rcPUTUSAN DEXAN FAKULTAS PERTANIAN UNWERSITAS ANDALAS Noma : 256/UN16.01, D/KPT/2022

Abstract- The aim of this paper is to study of dependence of EL brightness on the applied voltage and dependence of threshold voltage on temperature of ZnS: Mn thin film EL devices The