• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN LATIHAN SQUAT THRUST TERHADAP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN LATIHAN SQUAT THRUST TERHADAP"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN LATIHAN SQUAT THRUST TERHADAP

KEMAMPUAN TENDANGAN SABIT PADA SISWA PENCAK SILAT PERGURUAN

PAGAR NUSA GRESIK

SKRIPSI

ASFAN SUHADAK NIM 125900064

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

2016

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pencak Silat adalah satu dari sekian banyak olahraga khususnya beladiri yang cukup lama berkembang di Indonesia. Pada hakikatnya pencak silat merupakan perpaduan antara kerohanian, akal, kehendak, dan kesadaran kodrat manusia sebagai mahkluk hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pencak silat dapat berfungsi sebagai ; seni, beladiri, pendidikan akhlak serta olahraga prestasi. Dilihat dari fungsinya pencak silat sebagai olahraga seni dan prestasi, olahraga ini masuk dalam kategori cabang olahraga beladiri yang dipertandingkan pada event-event resmi seperti ; PORKAB, PORDA, PON, SEA GAMES, dan Kejuaraan Dunia. Pencak silat adalah salah satu cabang olahraga yang cukup popular baik dikalangan pelajar maupun masyarakat di Kabupaten Gresik, hal ini terlihat dengan banyaknya perguruan pencak silat dari berbagai aliran yang tedaftar sebagai anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). didalamnya terdiri dari dua kategori yakni ; kategori tanding dan kategori seni. Kategori tanding dulu dikenal dengan istilah pencak silat olahraga, kemudian menjadi wiralaga dan sekarang menjadi kategori tanding. Sedangkan nomor seni meliputi ; kategori tunggal, ganda, dan regu. Dulu dikenal dengan istilah pencak silat seni, kemudian menjadi wiragana (seni silat tunggal), wirasanggha (seni silat berpasangan), dan wiraloka (seni silat beregu). Akan tetapi sekarang lebih dikenal dengan istilah kategori TGR (Tunggal, Ganda, dan Regu).

(3)

Salah satu kategori yang menjadi titik perhatian ini adalah kategori tanding.

Menurut perturan pertanding Pencak Silat tahun 2012 pasal 1, Kategori tanding adalah Kategori yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari sudut yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu : menangkis/ mengelak/ mengena/ menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan; menggunakan teknik dan taktik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah dengan memanfaatkan kekayaan teknik dan jurus. Untuk meningkatkan prestasi olahraga, khususnya dalam cabang olahraga pencak silat diperlukan latihan yang dapat meningkatkan seluruh komponen kondisi fisik, karena kemampuan kondisi fisik yang prima sangat menentukan tinggi rendahnya prestasi. Seperti yang di katakana Sajoto (1988:57) bahwa “kondisi fisik merupakan salah satu prasyaratan yang sangat di perlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi”. Dengan demikian peneliti mengganggap perlu melakukan penelitian di cabang olahraga pencak silat untuk dapat lebih mengembangkan kemampuan tekhniknya.

Menurut Harsono (1993:1) bahwa “kondisi fisik yang dimaksud adalah kekuatan, daya tahan, kelentukan, kelincahan, kecepatan, dan power”. Kebutuhan kondisi fisik tersebut tidak dapat disamakan untuk masing-masing cabang olahraga, karena setiap cabang oalahraga memiliki karakteristik gerak tersendiri. Hal ini akan berkaitan dengan metode dan bentuk-bentuk latihan yang akan dilaksanakan sehingga bentuk latihan yang

(4)

dilakukan sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga yang bersangkutan. Di sini penulis sangat tertarik untuk melakukan suatu penelitian pada siswa Pencak Silat Perguruan Pagar Nusa Gresik karena penulis melihat bahwa kecepatan tendangan sabit siswa Pencak Silat Pagar Nusa Gresik masih lemah dan kurang cepat mengarah sasaran, sehingga sangat mudah ditangkap dan diantisipasi oleh lawan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya power otot tungkai dan juga kecepatan pada atlet saat melakukan tendangan Sabit. Di sini pesilat tersebut sudah berlatih kurang lebih 1 ( satu ) tahun. Untuk mendapatkan tendangan sabit yang cepat dan akurat kearah sasaran maka para siswa bukan saja di tekankan pada penguasaan teknik dan taktik saja, tetapi kondisi fisik yang baik juga merupakan syarat yang penting. Tendangan sabit yang cepat dan akurat kearah sasaran akan memperoleh angka. Sesuai dengan peraturan pertandingan bahwa tendangan yang masuk secara mutlak memperoleh nilai 2 ( dua ). Perolahan nilai 2 (dua) lebih tinggi daripada penilaian untuk pukulan yaitu 1 (satu), sehingga penulis lebih tertarik untuk meneliti teknik kemampuan menendang sabit dari atlet.

Akhirnya penulis termotivasi untuk melakukan penelitian di Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa Gresik, untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mendukung dalam pelaksanaan tendangan sabit tersebut. Penulis melihat kemampuan tendangan sabit sudah benar namun power otot tungkai dan kecepatan tendangan perlu untuk ditingkatkan, karena di dalam pertandingan sangat dituntut untuk bisa menendang dengan

(5)

power yang maksimal dan juga kecepatan agar lawan sulit untuk menangkis atau menangkap serangan yang dilakukan dan juga tidak menciderai diri sendiri. Banyak bentuk latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan tendangan, diantaranya adalah zig-zag run. Nala, (1998:74) mengemukakan bahwa “Zig-zag run adalah berlari secepatnya berbelak- belok melewati beberapa objek atau tiang dalam jarak tertentu”. Selain bentuk latihan zig-zag run banyak bentuk latihan lain, diantaranya latihan squat thrust. Latihan Squat Thrust yaitu latihan mengubah tubuh dari posisi berdiri kemudian jongkok dengan mengkombinasikan latihan push up.

Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang membandingkan latihan yang diperlukan dalam kemampuan melakukan tendangan sabit dengan judul “Perbedaan Pengaruh Latihan Zig-zag Run Dengan Latihan Squat Thrust Terhadap Kemampuan Tendangan Sabit Pada Siswa Pencak Silat Perguruan Pagar Nusa Gresik.”

B. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah penulisan proposal penelitian ini dan agar lebih terarah dan berjalan dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu pembatasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan proposal penelitian ini, yaitu :

1. Peneliti hanya membahas tentang latihan zig-zag run dengan latihan squat thrust.

2. Kemampuan melakukan tendangan sabit pencak silat

(6)

C. Rumusan Masalah

Atas dasar uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah latihan zig-zag run dapat meningkatkan kemampuan tendangan sabit pada atlet pencak silat?

2. Apakah latihan squat thrust dapat meningkatkan kemampuan tendangan sabit pada atlet pencak silat?

3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara latihan zig-zag run dengan latihan squat thrust terhadap tendangan sabit pada atlet pencak silat?

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian untuk menguji hipotesis di atas, maka di tetapkan variable sebagai berikut :

a. Variabel bebas

X1 yaitu bentuk latihan zig-zag run

X2 yaitu bentuk latihan squat thrust

(7)

b. Variabel terikat

Y yaitu tendangan sabit

2. Definisi Operasional Variabel

Guna menghindai penafsiran yang berbeda-beda tentang yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya batasan operasional dari masing-masing variabel batasan tersebut adalah

a. Latihan zig-zag run

Zig-zag run adalah bentuk tes lari dengan berlari secepatnya berbelak-belok melewati beberapa objek atau tiang dalam jarak tertentu. Nala, (1998:74). Bentuk tes ini dalam penelitian akan dijadikan bentuk latihan, maka yang dimaksud latihan zig-zag run adalah seseorang yang berlari dengan melewati beberapa objek atau tiang dengan kecepatan maksimal.

b. Latihan squat thrus

Latihan squat thrust adalah latihan mengubah tubuh dari posisi berdiri kemudian jongkok dengan mengkombinasikan latihan push up.

c. Tendangan sabit

Menurut R. Kotot Slamet Hariyadi (2003: 75) mengatakan bahwa tendangan sabit merujuk pada namanya, merupakan teknik

(8)

tendangan yang lintasan geraknya membentuk garis setengah lingkaran, atau tendangan ini cara kerjanya mirip dengan sabit (clurit/arit) yaitu diayun dari samping luar menuju samping dalam.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ingin mengetahui pengaruh latihan zig-zag run terhadap kemampuan tendangan sabit.

2. Ingin mengetahui pengaruh latihan squat thrust terhadap kemampuan tendangan sabit.

3. Ingin menegetahui perbedaan pengaruh antara latihan zig-zag run dengan latihan squat thrust

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif dalam upaya mengembangkan dan membina prestasi khususnya pencak silat. Dengan demikian, manfaat penelitian yang diharapkan adalah :

1. Sebagai informasi yang dapat dijadikan pegangan bagi guru pendidikan jasmani dan pelatih di dalam upaya untuk meningkatkan prestasi cabang olahraga pencak silat khususnya

(9)

2. Sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan permasalahan penelitian seminar, diskusi guna peningkatan prestasi cabang olahraga pencak silat pada kemampuan tendangan sabit.

3. Sebagai bahan referensi untuk rekan-rekan mahasiswa pada Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini dengan melibatkan variabel-variabel lain serta dengan populasi yang lebih luas.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pencak Silat

Pencak adalah permainan (keahlian) untuk mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak dan sebagainya. Sedangkan Silat adalah kepandaian berkelahi dengan ketangkasan menyerang dengan membela diri. Pencak silat dan dewasa ini berlaku sebagai istilah nasional yang dibakukan pada saat dibentuknya wadah persatuan

(10)

perguruan pencak dan silat di Indonesia dalam suatu pertemuan di Surakarta pada tahun 1948 yang melahirkan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Terbentuknya Ikatan Pencak Silat Indonesia ini dipelopori oleh sepuluh perguruan Pencak Silat Besar yaitu: (1) Persaudaraan Setia Hati, (2) Persaudaraan Setia Hati Terate, (3) Perpi Harimurti, (4) Phasadja Mataram, (5) Persatuan Pencak Silat Indonesia, (6) Perisai Diri, (7) Tapak Suci, (8) Perisai Putih, (9) Keluarga Pencak Silat Nusantara dan (10) Putra Betawi.

Didalam pencak silat terdapat unsur seni yang cukup menonjol terutama jika dilihat dari elemen kembangan atau bunga pencak silat dan unsur tarung pencak silat telah menjadi olahraga prestasi yang di pertandingkan. Dengan diperkuat adanya Munas IPSI XII bahwa pencak silat adalah olahraga prestasi yang terdiri dari empat kategori yaitu kategori tanding, tunggal, ganda dan regu (Munas XII IPSI, 2007:

ii). Seorang atlet yang bertanding dalam kategori tanding dibutuhkan teknik, taktik, mental dan stamina yang baik. Kategori tanding adalah kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan 2 (dua) orang pesilat dari kubu yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis/

mengelak/ menyerang/ menghindar pada sasaran dan menjatuhkan lawan. Penggunaan taktik dan teknik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah dan pola langkah yang memanfaatkan kekayaan teknik jurus, mendapatkan nilai terbanyak

(11)

(Munas XII IPSI, 2007:1). Notosoejitno (1997:59), mengatakan bahwa pencak silat dikategorikan menjadi beberapa cabang yaitu: (a) Pencak Silat Seni adalah cabang pencaksilat yang keseluruhan teknik dan jurusnya merupakan modifikasi dari teknik dan jurus pencak silat beladiri sesuai dengan kaidah-kaidah estetika dan penggunaannya bertujuan untuk menampilkan keindahan pencak silat; (b) Pencak Silat Mental Spiritual adalah cabang pencak silat yang keseluruhan teknik dan jurusnya merupakan modifikasi dari teknik dan penggunaannya bertujuan untuk menggambarkan dan sekaligus juga menanamkan ajaran falsafah pencak silat; (c) Pencak Silat Olahraga adalah cabang pencak silat yang keseluruhannya teknik dan jurusnya merupakan modifikasi dari teknik dan jurus pencak silat beladiri dan penggunaanya bertujuan untuk menciptakan serta memelihara kebugaran dan ketangkasan jasmani maupun prestasi olahraga; (d) Pencak Silat Beladiri adalah cabang pencak silat yang tujuan penggunaan keseluruhan teknik dan jurusnya adalah untuk mempertahankan atau membela diri.

Pencak silat kategori tanding merupakan pertandingan yang menampilkan dua orang pesilat dari kubu yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis/ mengelak/ menghindar/ menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan dengan mengunakan taktik dan teknik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan pola langkah

(12)

yang memanfaatkan kekayaan teknik jurus untuk mendapatkan nilai terbanyak (Munas IPSI, 2007: 1). Kategori tunggal adalah kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan seorang pesilat memperagakan kemahirannya dalam jurus tunggal baku secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan bersenjata serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini (Munas IPSI, 2007: 1). Kategori ganda adalah kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan dua orang pesilat dari kubu yang sama, memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela pencak silat yang dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis, mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seri yang teratur, baik bertenaga dan cepat maupun dalam gerakan lambat penuh penjiwaan dengan tangan kosong dan dilanjutkan dengan bersenjata, serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini (Munas IPSI, 2007: 1).

Kategori regu adalah kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan tiga orang pesilat dari kubu yang sama, memperagakan kemahirannya dalam jurus regu baku secara benar, tepat, mantap, penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini (Munas IPSI, 2007: 2).

Pesatnya perkembangan pencak silat hingga keluar negeri, maka pada tahun 1980 dibentuklah International Pencak Silat Federation yang

(13)

melibatkan 4 negara yaitu: Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam dengan nama persekutuan pencak silat antar bangsa (Persilat). Perkembangan pencak silat di Indonesia sekarang ini telah tersebar di sekolah baik sekolah dasar, sekolah pertama, sekolah menengah, maupun perguruan tinggi sebagai pelestarian budaya khas Indonesia

2. Tendangan

Tendangan yang dinilai dalam pertandingan pencak silat adalah tendangan yang mengenai sasaran togok (tubuh), kecuali leher ke atas dan kemaluan. Tendangan yang diperbolehkan dalam kategori tanding ada beberapa macam, diantaranya:

a. Tendangan lurus / tendangan depan.

Pelaksanaan tendangan ini adalah dengan cara mengangkat lutut terlebih dahulu ke arah depan kemudian meluruskan bagian tungkai kaki. Tendangan jenis ini sangat cocok digunakan untuk pertarungan jarak jauh, dan bagi pesilat yang memiliki tungkai yang panjang sangat evektif digunakan karena jangkauannya pasti lebih panjang pula. Kelemahan dari tendangan ini adalah jika gerak balikan tidak cepat maka sangat mudah tendangan tersebut untuk ditangkap. Tendangan depan merupakan tendangan termudah pelaksanaannya. Banyak perguruan pencak silat bahkan aliran- aliran beladiri lain menempatkan tendangan lurus sebagai teknik yang diperkenalkan kepada siswa-siswa baru. Prinsip kerja

(14)

tendangan lurus memang sederhana, yakni melempar tungkai ke depan, setelah terlebih dahulu mengangkat lutut setinggi sasaran.

Untuk melatih tendangan depan dengan benar, dalam gerakan lambat langkah pertama yang dilakukan adalah berdiri pada posisi sikap pasang yang baik, kemudian angkat lutut setinggi pinggang. Kedua, julurkan tungkai bawah ke depan diikuti oleh dorongan pinggul searah tendangan. Kunci lutut (untuk latihan dengan tenaga penuh, hindari cara mengunci lutut ini) dan rasakan bahwa kaki (yang menendang) telah berada dalam posisi lurus.

Selanjutnya tarik tungkai bawah anda dan kembali pada posisi semula. Perkenaan tendangan lurus adalah pada pangkal jari-jari kaki.

b. Tendangan sabit/ busur.

Seperti namanya tendangan sabit adalah tendangan berbentuk busur dengan menggunakan punggung kaki seperti pada gambar 2.1 dibawah ini.

Gamb ar 2.1 sumber: http//www.fresnocountryfire.org/index.php

Pelaksanaan tendangan ini adalah sama dengan prinsip tendangan depan namun lintasanya berbentuk busur dengan

(15)

tumpuan satu kaki dan perkenaannya pada punggung kaki.

Tendangan sabit atau busur pada pencak silat, kalau perkenaan tendangan lebih mendekati ujung jari, maka kekuatan tendangan lebih besar dari pada kalau perkenaan lebih dekat ke pangkal paha.

Tendangan menggunakan punggung atau ujung kaki c. Tendangan belakang

Tendangan belakang merupakan tendangan ke arah belakang atau dengan membelakangi musuh, tendangan ini jarang digunakan karena pelaksanaanya cukup sulit yaitu membelakangi lawan atau dengan tak melihat lawan sehingga perkenaanya tidak bisa maksimal.

d. Tendangan “T”

Tendangan T adalah sebutan lain untuk macam tendangan dengan nama gerakan tendangan ke arah Samping. Terdapat berbagai macam variasi tendangan samping ini. Semua varian diatas, khususnya untuk permainan atas, awalan boleh berbeda tetapi bentuk akhirnya sama yaitu seperti huruf T. Pada dasarnya tendangan samping memakai tumit sebagai alat serang atau menggunakan sisi luar telapak kaki atau ada yang menyebut sebagai pisau kaki. Tendangan Samping mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.Beberapa kelebihan antara lain

1) Jangkauan lebih panjang

2) Jarak kepala dengan lawan lebih jauh, maka lebih aman

(16)

3) Eksplorasi tenaga bisa maksimum.

Untuk kelemahannya antara lain :

1) Sulit digunakan untuk pertarungan jarak pendek.

2) Lebih mudah dijatuhkan baik dengan permainan bawah maupun dengan tangkapan, dan semakin rebah sikap badan semakin mudah dijatuhkan dengan tangkapan.

3) Kurang menghadap lawan sehingga bisa kehilangan pandangan.

3. Kemampuan

Pengertian kemampuan dalam olahraga adalah semua kemampuan jasmani yang menentukan prestasi yang reaalisasinya dilakukan melalui kemapuan pribadi. Dengan semua kemampuan jasmani tentu saja terdiri dari elemen-elemen fisik yang tentu saja peranannya berbeda-beda dari satu cabang kecabang olahraga yang lain. Dengan jumlah kemampuan jasmani yang menentukan prestasi di cabang olahraga tertentu, keadaan fisik yang seperti itu disebut juga sebagai "keadaan latihan".

Kualitas keadaan kemampuan fisik seorang atlet menurut kacamata pengetahuan latihan oahraga saat ini, terutama tergantung pada:

a. Perkembangan usia (anak, remaja, dewasa, orang yang lebih tua) b. Bawaan organ secara genetik (jantung terutama, peredaran darah dan

system pertukaran zat) dan otot.

c. Mekanisme pengendalian koordinasi system persyarafan pusat, jadi kerjasama antara otak, system saraf dan otot.

(17)

4. Latihan

Latihan mengandung beberapa makna seperti : practice, exercise dan training, yang mempunyai arti sama yaitu latihan dan setelah diaplikasikan di lapangan memang nampak sama kegiatannya yaitu aktivitas fisik”. Practice adalah aktivitas untuk meningkatkan ketrampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya, sedangkan pengertian exercise adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Training adalah suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga dapat meningkatkan kesiapan dan kemampuan olahragawan.

Latihan yang baik adalah dengan adanya beban latihan, yang diperlukan selama proses berlatih melatih agar hasil latihan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap dan sosial olahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu yang singkat dan dapat bertahan relatif lebih lama.

a. Prinsip latihan

Prinsip latihan adalah landasan konseptual yang merupakan suatu acuan. Prinsip latihan merupakan landasan konseptual sebagai acuan untuk merancang, melaksanakan dan mengendalikan

(18)

suatu proses berlatih – melatih. beberapa prinsip latihan yang diterapkan selama proses berlatih melatih secara simultan adalah sebagai berikut :

1) Prinsip Individual

Individual yang dimaksud adalah setiap orang memiliki kemampuan yang tidak sama antara yang satu dan yang lainnya. Artinya bahwa setiap olahragawan memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda – beda. Selain potensi dan kemampuannya berbeda, faktor kematangan, lingkungan, latar belakang kehidupan, makan dan istirahat juga ikut berpengaruh terhadap kemampuan dan cara olahragawan dalam mensikapi kegiatan latihan. Oleh karena itu, dalam menentukan beban latihan harus disesuaikan dengan kemampuan setiap individu. Dengan demikian untuk setiap olahragawan beban latihannya harus tepat sesuai dengan kemampuan dan tidak dapat disamaratakan dengan yang lainnya

2) Prinsip Adaptasi

Organ tubuh manusia cenderung selalu mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Keadaan ini menguntungkan dalam proses berlatih – melatih, sehingga kemampuan manusia dapat dipengaruhi dan diubah melalui latihan. Latihan menyebabkan timbulnya proses adaptasi bagi

(19)

organ tubuh. Berkaitan dengan prinsip progresivitas, bila beban latihan selalu ditingkatkan secara progresif, maka organ tubuh akan menyesuaikan terhadap perubahan tersebut.

Tingkat kecepatan olahragawan dalam mengadaptasi setiap beban latihan berbeda -beda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini antara lain tergantung dari usia olahragawan, usia (lama) latihan, kualitas kebugaran otot, kualitas kebugaran sistem energi dan kualitas (mutu) latihannya.

3) Prinsip Beban Lebih ( Overload )

Beban latihan harus mencapai atau sedikit melampaui ambang rangsang, namun tidak boleh selalu melebihi ambang rangsang saat latihan. Hal itu akan mengakibatkan sakit dan latihan yang berlebihan (overtraining). Beban latihan harus diberikan secara progresif dan diubah sesuai dengan tingkat perubahan kemampuan olahragawan. Untuk meningkatkan kualitas fisik, cara yang harus ditempuh ialah berlatih dengan melawan atau mengatasi beban latihan. Bila tubuh sudah beradaptasi dengan beban latihan yang sudah ditentukan selama waktu tertentu, maka beban latihan berikutnya harus ditingkatkan.

Oleh karena itu dalam setiap latihan harus selalu dipantau dengan cara mencatat dan melakukan tes pada waktu tertentu sebagai dasar untuk menentukan beban latihan pada

(20)

latihan berikutnya. Selain itu para pelatih harus memiliki catatan mengenai biodata para olahragawan, sebagai salah satu dasar dalam menentukan beban latihan. Adapun cara meningkatkan beban latihan, antara lain melalui : (a) diperberat, (b) dipercepat, dan (c) diperlama proses pemberian bebannya.

4) Prinsip Beban Bersifat Progresif

Prinsip ini terkait erat dengan prinsip beban lebih (overload), karena dengan pemberian beban yang bersifat progresif akan berarti juga memberikan beban yang lebih (overload). Selain itu, latihan bersifat progresif, artinya latihan harus dilakukan secara ajeg, maju, dan berkelanjutan. Ajeg berarti latihan harus dilakukan secara kontinyu, tidak kadang – kadang. Maju berarti latihan semakin hari harus semakin meningkat. Sedangkan berkelanjutan berarti dalam setiap latihan merupakan lanjutan dari proses latihan – latihan sebelumnya. Untuk itu, dalam menerapkan prinsip beban lebih harus dilakukan secara bertahap, cermat, terus – menerus, dan tepat. Artinya setiap tujuan latihan memiliki jangka waktu tertentu untuk dapat diadaptasi oleh olahragawan. Setelah jangka waktu adaptasi dicapai maka beban latihan harus mulai ditingkatkan.

5) Prinsip Spesifikasi (Kekhususan)

(21)

Setiap bentuk rangsang akan direspons secara khusus oleh setiap olahragawan. Untuk itu, materi latihan harus dipilih sesuai dengan kebutuhan cabang olahraganya.

Hal – hal yang perlu dipertimbangkan dalam prinsip spesifikasi, antara lain mencakup : (a) spesifikasi kebutuhan energi, (b) spesifikasi bentuk atau model latihan, dan (c) spesifikasi pola gerak dan kelompok otot yang terlibat. Contoh, bentuk latihan kelincahan pada pesilat akan berbeda dengan pebolabasket.

6) Prinsip Latihan Bervariasi

Proses latihan yang lama dan monoton akan menimbulkan kejenuhan, keengganan dan keresahan pada olahragawan, sehingga akan mengakibatkan kelelahan baik yang bersifat fisik maupun psikis. Untuk itu, dalam menyusun program latihan perlakuannya harus bervariasi, agar olahragawan terhindar dari rasa bosan (boring). Dalam memvariasikan beban latihan dapat dilakukan dengan cara mengubah bentuk atau model, tempat, sarana dan prasarana latihan serta teman berlatihnya. Namun dengan catatan, meskipun latihan di buat bervariasi, tetapi latihan harus tetap mengacu kepada tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

7) Prinsip Pemanasan dan Pendinginan

(22)

Dalam satu pertemuan latihan selalu diawali dengan pemanasan dan diakhiri pula dengan pendinginan (penenangan). Oleh karena itu dalam satu sesi (tatap muka) laithan selalu mengandung unsur – unsur yang terdiri dari (a) pemanasan, (b) latihan inti, (c) latihan suplemen, dan (d) penutup. Untuk mengantar memasuki latihan ini harus melakukan pemanasan sesuai kebutuhan gerak cabang olahraganya. Setelah latihan ini diperlukan latihan suplemen yang dapat berupa bermain atau bentuk latihan fisik dengan intensitas yang disesuaikan dengan tujuannya. Untuk itu pada akhir latihan diperlukan gerak – gerak yang ringan untuk mengantarkan proses secara fisiologis agar tubuh kembali normal secara bertahap dan tidak mendadak.

8) Prinsip Periodisasi (Latihan Jangka Panjang)

Proses pelaksanaan latihan harus selalu mengacu pada periodisasinya, karena periodisasi merupakan pentahapan dan penjabaran dari tujuan lathan secara keseluruhan. Adapun tujuan akhir dari suatu proses latihan adalah mencapai prestasi optimal. Untuk dapat meraih prestasi terbaik, memerlukan proses latihan dan jangka waktu yang panjang. Oleh karena berbagai kemampuan dan keterampilan harus dikuasai, sehingga diperlukan waktu yang lama agar olahragawan dapat mengadaptasi dan mengaplikasikannya ke dalam bentuk gerak

(23)

yang otomatis. Dalam mencapai penampilan terbaiknya, Untuk itu latihan yang memerlukan waktu cukup lama tersebut, pentahapan tujuannya dijabarkan ke dalam periode – periode tertentu (periodisasi).

9) Prinsip Berkebalikan (Reversibilitas)

Arti dari berkebalikan (reversibiltas) yaitu bila olahragawan berhenti dari latihan, maka kualitas organ tubuhnya akan mengalami penurunan secara otomatis.

Adaptasi yang terjadi sebagai akibat dari hasil latihan akan menurun atau bahkan hilang, bila tidak dipraktekan atau dipelihara melalui latihan kontinyu. Untuk itu prinsip progresif harus selalu dilaksanakan agar kemampuan dan keterampilan olahragawan tetap terjaga baik.

10) Prinsip Beban Moderat (Tidak Berlebihan)

Keberhasilan latihan jangka panjang, yang dijabarkan pentahapannya ke dalam periodisasi latihan, akan tergantung pada pembebanan yang moderat atau tidak berlebihan. Artinya, pembebanan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan anak latih, sehingga beban latihan yang diberikan tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu ringan. Sebab, bila beban latihan terlalu ringan tidak akan berdampak terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan. Sebaliknya, bila beban terlalu berat akan

(24)

mengakibatkan cidera dan bahkan sakit atau disebut overtraining.

11) Prinsip Latihan Sistematik

Prestasi olahragawan sifatnya adalah labil dan sementara, sehingga prinsip latihan harus sistematik berkaitan terutama dengan takaran (dosis) dan skala prioritas dari sasaran latihan. Setiap sasaran latihan memiliki aturan dosis yang berbeda – beda, sehingga akan membantu proses adaptasi ke dalam organ tubuh. Dosis latihan yang selalu berat setiap tatap muka akan menyebabkan overtraining, sebaliknya dosis yang selalu ringan tidak memiliki dampak pada organ tubuh. Oleh karena itu latihan harus dilakukan secara sistematik, sehingga perlu skala prioritas latihan disesuaikan dengan tujuannya.

Adapun skala prioritas latihan merupakan urutan sasaran latihan utama yang disesuaikan dengan periodisasi. Senagai contoh urutan latihan secara garis besar selalu dimulai dari latihan fisik, teknik, strategi dan taktik, aspek psikologis dan kematangan bertanding

b. Zig-zag run

Zig-zag run adalah bentuk latihan lari dengan berlari secepatnya berbelak-belok melewati beberapa objek atau tiang dalam jarak tertentu. Nala, (1998:74). Contoh dari latihan lari zig- zag run yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

(25)

berikut : di awali dengan start melayang kemudian melewati rintangan yang ada didepannya dengan bergerak berlari ke samping kanan dan kiri kemudian kembali lagi dengan kecepatan maksimal.

Selain untuk melatih kelincahan latihan zig-zag run juga dapat meningkatkan kecepatan gerak reaksi, seperti gambar 2.2 dibawah ini

Jarak antar cone ± 1 meter Finish

Start

Gambar 2.2 sumber: Ortiz et al. 2005

c. Squat Thrust

Latihan squat thrust adalah latihan mengubah tubuh dari posisi berdiri kemudian jongkok dengan mengkombinasikan latihan push up. Latihan squat thrust ini mampu melatih kekuatan otot dan daya tahan tubuh seorang atlit serta ke efektifan gerak, seperti pada gambar 2.3 dibawah ini.

(26)

Gambar 2.3 sumber: http//images.google.co.id B. Kajian Empiris

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah penulis baca yang judul penelitiannya hampir mendekati kesamaan judul diantarannya adalah : Dalam penelitian Nanda Alfian Mahardhika (2012) dengan judul “Hubungan Antara Daya Ledak Otot Tungkai, Kekuatan Perut, Dan Kelentukan Sendi Panggul Dengan kecepatan Tendangan Sabit Pada Pesilat Tapak Suci Kabupataen Klaten”

Penelitian Bermanhot Simbolon, S. Pd. (2013), dengan judul “ Perbedaan Pengaruh Latihan Skipping Dan Latihan Box Skip Terhadap Power Otot Tungkai Dan Kecepatan Tendangan Maegeri Chudan Pada Karateka Putra Sabuk Biru Wadokai Dojo UNIMED.

C. Kerangka Konseptual

Latihan zig-zag run dan latihan squat thrust mampu melatih komponen gerak biomotorik yang lainnya, seperti pada kerangka 2.1 dibawah ini

Latihan Squat Thrust Latihan Zig-zag Run

(27)

Kerangka 2.1 Konseptual

Dari kerangka diatas dapat dilihat, bahwa latihan zig-zag run dan latihan squat thrust mampu melatih komponen gerak biomotorik yang lainnya selain kecepatan, seperti kelincahan, kekuatan dan daya tahan. Akan tetapi dalam latihan zig-zag run yang sangan dominan terlatih adalah kelincahan, sedangkan dalam latihan squat thrust yang sangat dominan adalah kekuatan. Setelah melakukan program latihan tersebut diharapkan

Kecepatan Kelincahan Kekuatan Daya tahan

Teknik Dasar Serangan Pencak Silat silat

1. Pukulan 2. Tendangan

3. Jatuhan / bantingan 4. Sapuan

5. Guntingan 6. Rebahan

Kemampuan Tendangan Sabit

(28)

dapat meningkatkan teknik dasar serangan dalam pencak silat, karena dalam teknik pencak silat akan mendapatkan kualitas yang baik jika memiliki komponen biomotorik seperti kelincahan, kecepatan, kekuatan dan daya tahandalam melakukan serangan. Dalam hal ini peneliti ingin meningkatkan kemampuan menendang sabit pada atlet pencak silat Pagar Nusa Gresik.

D. Hipotesis

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari landasan teori atau kajian teori dan masih harus diuji kebenaranya” (Riduwan, 2009:

37). Dari pengertian ini, maka hipotesis dari permasalahan ini adalah sebagai beriku :

1. Apakah latihan zig-zag run dapat meningkatkan kemampuan tendangan sabit pada atlet pencak silat?

2. Apakah latihan squat thrust dapat meningkatkan kemampuan tendangan sabit pada atlet pencak silat?

3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara latihan zig-zag run dengan latihan squat thrust terhadap tendangan sabit pada atlet pencak silat?

BAB III

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

Alasan lain penulis menggunakan metode penelitian eksperimen adalah karena masalah yang dihadapi adalah untuk mengungkapkan faktor- faktor sebab akibat, penelitian ini bermaksud mencari suatu keterangan dari

(29)

suatu gejala sehingga penelitian mempunyai sifat mengungkapkan faktor- faktor sebab akibat merupakan perbandingan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan percobaan. Pendapat tersebut di atas telah cukup jelas menggambarkan tentang arti dan metode eksperimen.

Dalam arti kata yang luas, bereksperimen adalah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil. Hasil itu untuk menegaskan bagaimana kedudukan perhubungan kausal antara variabel-variabel yang diselidiki. Tujuan eksperimen bukanlah pada pengumpulan data dan deskripsi data melainkan pada penemuan-penemuan faktor-faktor akibat, karena itu di dalam eksperimen orang itu bertemu dengan dinamik dalam interaksi variabel-variabel. Ini adalah memisahkan antara kelompok A, dan kelompok B, dimana kedua (2) kelompok dikenai perlakuan pengukuran yang sama sebelum dikenai perlakuan percobaan dalam jangka waktu yang sama dengan materi yang berbeda. Dengan mengacu kepada pendapat- pendapat tersebut di atas serta uraiannya, penulis di dalam penelitian ini membagi dua (2) kelompok yaitu kelompok A sebagai kelompok percobaan dan kelompok B sebagai kelompok kontrol, sedangkan variabel eksperimennya yaitu : Latihan zig-zag run untuk kelompok A (kelompok percobaan), serta latihan squat thrust untuk kelompok B (kelompok control). Dengan pemberian latihan yang berbeda pada dua kelompok tersebut akan terlihat adanya kelompok kontrol sebagai pembanding agar diperoleh manakah yang terjadi perubahan yang berarti akibat dari variabel eksperimen. Dari uraian tersebut maka peneliti telah membuat sebuah bagan

(30)

yang digunakan untuk membuat rancangan penelitian. Secara diagramik rancangan penelitian ini dapat dilihat seperti kerangka 3.1 :

Keragka 3.1 Desain Penelitian (Suharsimi Arikunto, 1997 : 14) Keterangan :

R = Randomisasi

X1 = Pre-test kelompok eksperimen P1 = Perlakuan/ treatment

X2 = Post-test kelompok eksperimen Y1 = Pre-test kelompok kontrol P2 = Perlakuan/ treatment Y2 = Post-test kelompok control

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan objek penelitian yang sangat penting, karena tanpa objek yang akan diteliti otomatis tidak akan mendapatkan data atau informasi yang diperlukan untuk menguji hipotesis, sebagaimana dikemukakan oleh Sujana (1996 : 6) bahwa : Populasi itu adalah totalitas semua nilai yang

R

X2 P1

X1

P2 Y2 Y2

(31)

mungkin, hal menghitung atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Dalam perguruan pencak silat Pagar Nusa Gresik ini, kelompok umur 15-18 tahun yang aktif berlatih berjumlah 20 atlet.

2. Sampel

Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1996 : 115) yaitu

“Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh siswa Pagar Nusa Gresik usia 15-18 tahun yang aktif berlatih di cabang sejumlah 20 atlet.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah metode eksperimen, yaitu metode suatu gejala yang dinamakan latihan percobaan alat perlakuan. Dengan perlakuan tersebut akan terlihat hubungan sebab akibat dari perbedaan pengaruh pelaksanaan perlakuan tersebut. Adanya kelompok eksperimen A dan kelompok kontrol B tersebut sangat penting guna di dapatkan suatu hasil dari penelitian ini secara benar.

Dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yang di acak.

(32)

Adapun teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu tahap pembagian kelompok dengan menggunakan ordinal pairing.

Menurut Sugiyono (2006: 61) Ordinal pairing adalah pembagian kelompok menjadi dua kelompok dengan tujuan keduanya memiliki kesamaan atau kemampuan yang merata. Tahap ini sebelumnya melakukan pre-test terhadap seluruh sampel, setelah itu hasil pre-test disusun berdasarkan peringkat ataupun rangking.

Tabel 2.1 Ordinal Pairing

A B

1 2

4 3

5 6

8 7

9 …

1. Pelaksanaan (treatment)

Kegiatan latihan ini dilaksanakan di Perguruan Silat Pagar Nusa Gresik yang bertempat TK Muslimat 08 Gresik di jalan Sindujoyo. Latihan dilakukan 3 kali dalam satu minggu yaitu pada hari senin, rabu, jumat. Setelah didapatkan sampel dari undian dan diketahui adanya 2 kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen A dan kelompok kontrol B kemudian diberi perlakuan yang berbeda. Pemberian perlakuan dalam penelitian ini mengikuti penyajian

(33)

latihan sebagai berikut : Sebelum pengumpulan data, ada beberapa hal yang perlu dilakukan tentang langkah-langkah penelitian :

a.Perijinan

Guna keperluan pelaksanaan penelitian maka dibuat surat ijin yang ditujukan kepada Padepokan Pagar Nusa, supaya diberi ijin untuk mendapatkan sampel

b.Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan adalah halaman TK Muslimat 08 gresik dan ijin penggunaannya melalui surat ijin yang ditujukan kepada Pimpinan Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa Gresik.

c.Tes Awal (Pre test)

Pelaksanaan tes awal (pretest) dilakukan di halaman TK Muslimat 08 Gresik. Sebelum tes dimulai sampel diberi penjelasan pelaksanaan tes yang akan dilakukan.

d.Persiapan Alat dan Perlengkapan

Alat dan pelengkapan latihan yang digunakan adalah : alat tulis, stop wach, dan peluit.

e.Tenaga Pembantu

Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh tenaga pembantu yang sebelumnya telah diberi penjelasan tentang jalannya penelitian sehingga petugas pembantu tersebut tahu tugas-tugas yang dilaksanakan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tes awal (pretest) tersebut adalah :

(34)

1) Sampel dipanggil per kelompok, tiap kelompok terdiri sebanyak 10 orang menurut daftar urut yang telah disusun.

2) Sampel yang telah dipanggil memasuki posisi yang telah ditentukan, yaitu di depan pecing bok sebagai sasaran tendangan.

3) Sebelum tes dimulai, sampel diberi kesempatan untuk pemanasan atau mencoba terlebih dahulu. Setelah sampel siap, oleh petugas diberi aba-aba peluit sebagai tanda tes dimulai, sample menendang alat pengukur kecepatan 3 kali kesempatan, dan diambil salah satu hasil yang terbaik

D. Instrumen Penelitian

Yang dibicarakan di dalam sub bab ini adalah langkah ketujuh dalam pola prosedur meneliti, yaitu menentukan dan menyusun instrument (Arikunto,2010:192)

Sesuai dengan uraian di atas maka peneliti memutuskan untuk memilih metode tes dalam mengumulkan data. Dengan instrument sebagai berikut : “Melakukan tes tendangan sabit secepat mungkin selama 15 detik tanpa berhenti”.

1. Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kecepatan tendangan pencak silat atlet (untuk teknik tendangan sabit) dalam penelitian ini peneliti secara khusus meneliti kemampuan tendangan sabit.

2. Alat/ perlengkapan: Pencak Silat yang di gunakan adalah target tendang (pecing/ target box), meteran dan stop watch.

(35)

3. Petugas bertugas mengukur ketinggian pecing/ target box, pencatat waktu, dan pemegang pecing/ target box

4. Atlet bersiap-siap berdiri di samping pecing dengan satu tumpuan kaki berada di belakang garis sejauh kurang lebih 60 cm sesuai dengan jangkauan kakinyai. Pada saat aba-aba “15 detik mulai‟, atlet melakukan tendangan dengan kaki kanan dan kembali ke posisi awal dengan menyentuh lantai yang berada di belakang garis, kemudian melakukan tendangan sabit kaki kanan secepat-secepatnya dan sebanyak-banyaknya selama 15 detik. Demikian juga dengan kaki kiri. Pelaksanaan dilakukan 3 kali kesempatan dan diambil hasil yang terbaik, dengan ketinggian pecing/ target box kurang lebih sekitar 100 cm untuk putra.

Tabel 2.2 Penilaian Kemampuan Tendangan Ketrampilan Atlet

Kategori Putri Putra

Baik sekali > 24 > 25

Baik 19 – 23 20 - 24

Cukup 18 – 16 17 - 19

Kurang 13 – 15 15 - 16

Kurang sekali < 12 < 14

Sumber : Johansyah Lubis 2003 E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Susunan Pelaksanaan 2) Pembukaan

Dalam pembukaan berisi penjelasan tentang tujuan latihan, dan harapan yang ingin dicapai pada latihan tersebut serta pemberian suatu penjelasan tentang materi yang akan dipelajari dalam latihan tersebut, kemudian diberikan motivasi tersendiri agar latihan dalam pertemuan itu

(36)

dapat berlangsung dengan baik sehingga dalam pelaksanaanya nanti tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

3) Pemanasan

Maksud diadakan pemanasan adalah siswa disiapkan agar beban latihan dapat diterima dengan baik. Pemanasan dilakukan selama kurang lebih 10 menit.

4) Kegiatan inti

Dalam kegiatan ini berisi latihan yang meliputi :

1) Kelompok A (eksperimen) : Melakukan lari zig zag berulang dengan interval statis.

2) Kelompok B (kontrol) : Melakukan squat thrust berulang dengan interval dinamis.

 Recoveri sekitar 2-3 menit antara giliran satu degan yang lain.

 Batasan dan pedoman waktu per giliran harus di tetapkan sebelumnya oleh pelatih.

5) Penenangan

Penenangan dilakukan selama 10 menit. Penenangan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengendalikan kondisi anak sesudah latihan agar menjadi pulih kembali seperti keadaan semula (recoveri).

6) Tes Akhir

Maksud dari pelaksanaan tes akhir dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan menendang sabit ke alat pecing/ target box yang terbaik dari 3 kali kesempatan. Setelah sampel menjalani latihan sebanyak

(37)

16 kali pertemuan diadakan tes akhir. Instrumen tes yang digunakan yaitu form tes kemampuan tendangan sabit.

F. Teknik Analisis Data

Data kuantitatif yang sudah terkumpul dalam penelitian korelasi, komparatif, ataupun eksperimen diolah dengan rumus-rumus statistik yang sudah disediakan, baik secara manual maupun dengan menggunakan jasa computer (Suharsimi,2010:282).

Dari uraian diatas, maka peneliti akan mengolah data dengan mengguanakan jasa komputer dengan SPSS V.23. Kerena pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen maka peneliti menggunakan Uji T (Independent Sample T test).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Data

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan desain penelitian two-group pretest-posttest yang

(38)

dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari treatment yang dikenakan pada sampel penelitian. Treatment yang akan dikenakan pada sampel penelitian ada dua macam, yaitu zig-zag run dan squat thrust.

Selanjutnya sampel dibagi menjadi menjadi dua kelompok dengan metode ordinal pairing, yaitu kelompok yang akan diberi treatment zig-zag run dan kelompok yang akan diberi treatment squat thrust. Untuk memperjelas alur pengembilan data dalam penelitian ini, berikut adalah urutan langkah- langkah yang telah dilakukan: (1) pretest tendangan sabit, (2) pembagian kelompok menjadi dua dengan menggunakan ordinal pairing, (3) pemberian treatment pada masing-masing kelompok, yaitu zig-zag run pada kelompok A dan squat thrust pada kelompok B (4) posttest tendangan sabit. Berikut adalah penjelasan hasil pretest dan posttest dalam penelitian ini.

Tabel 4.1 Data Hasil Penelitian N

O NAMA Pretest Posttest Peningkatan

1 Dimas Muh. Haqiqul Amin (1) 23 28 5

2 Ach. Iehsan Maulana (8) 21 21 0

3 M. Sya'roni (4) 22 26 4

4 M. Iqbal Baihaqi (12) 19 22 3

5 Dadang Kurniawan (2) 23 25 2

6 Pria Tri Pamungkas (5) 22 25 3

7 Moch. Fernandes Rendondo (9) 21 22 1

8 Adi Maulana Saputra (13) 19 21 2

9 Andrey Airiansyah (6) 22 25 3

10 Danu Priyo H (3) 23 27 4

11 M. Khoirun Nasikin (10) 21 20 -1

12 M. Syahril (14) 19 21 2

13 M. Al A Raaf (7) 22 22 0

(39)

14 Erros Aprilliano (11) 21 23 3

15 M. Anim Iqbal (17) 17 21 4

16 Zainul Mustofa (16) 18 23 5

17 Gaguk Romadhon (15) 19 20 1

18 M. Rifqi Lazzudi (18) 17 19 2

19 Jefri Pradana (19) 16 19 3

20 M. Ainul Yakin (20) 16 17 1

Jumlah 401 447 47

Mean 20.05 22.35 2.35

Median 21 22 2.5

Standart Deviasi 2.35 2.889 1.663

Range 7 11 6

Mode 19a 21 3

Nilai Terbesar 23 28 5

Nilai Terkecil 16 17 -1

1. Kelompok Latihan Zig-zag Run

Latihan zig-zag run merupakan suatu bentuk latihan dengan gerakan lari berkelok-kelok mengikuti lintasan. Latihan zig-zag run dapat dilakukan dengan melewati rintangan dengan mengejar waktu yang sesingkat-singkatnya menempuh jarak tertentu. Latihan zig-zag run dapat digunakan untuk meningkatkan kelincahan karena unsur gerak yang terkandung dalam latihan zig-zag run merupakan komponen gerak kelincahan yaitu lari dengan mengubah arah, mengubah posisi tubuh, kecepatan dan keseimbangan. Berikut adalah data pretest tendangan sabit, posttest tendangan sabit dan peningkatan atau selisih dari pretest-posttest data tendangan sabit pada kelompok latihan lari

(40)

zig-zag run dari siswa pencak silat usia 15-18 tahun di Perguruan Silat Pagar Nusa Gresik 2015.

Tabel 4.2 Data Hasil Penelitian Pada Kelompok Zig-zag Run

NO Nama Pretest Posttest Peningkatan

1 Dimas Haqiqul 23 28 5

2 M. Sya'roni 22 26 4

3 Pria Tri Pamungkas 22 25 3

4 Ach. Ihsan Maulana 21 21 0

5 Moch. Fernandes Rendodndo 21 22 1

6 M. Iqbal Baihaqi 19 22 3

7 Adi Maulana Saputra 19 21 3

8 Zainul Mustofa 18 23 5

9 M. Anin Iqbal 17 21 4

10 M. Ainul Yakin 16 17 1

Untuk memperjelas data di atas, yaitu data hasil dari tendangan sabit zig-zag run yang terdiri dari: pretest tendangan sabit, posttest tendangan sabit dan peningkatan yang dialami kelompok latihan zig-zag run atau data selisih dari tendangan sabit pretest dengan posttest tendangan sabit pada siswa pencak silat usia 15-18 tahun di Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa Gresik tahun 2015, maka data yang dipaparkan di atas dianalisis menggunakan uji statistika sederhana, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.3 Analisis Statistik Data Hasil Penelitian Pada Kelompok Zig-zag Run N

O Jenis Penghitungan Pretest Posttest Peningkatan

1 Jumlah Total Nilai 198,00 226,00 29,00

2 Mean 19,80 22,60 2,90

3 Nilai Terbesar 23,00 28,00 5,00

4 Nilai Terkecil 16,00 17,00 0,00

(41)

5 Modus 22,00 21,00 3,00

6 Median 20,00 22,00 3,00

Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa pada kelompok zig-zag run memiliki rata-rata hasil pretest tendangan sabit sebesar 19,80 kali/ 15 detik, rata-rata hasil tendangan sabit posttest sebesar 22,60 kali/ 15 detik, dan rata-rata selisih dari tendangan sabit pretest dengan posttest tendangan sabit sebesar 2,90 kali/ 15 detik. Berikut adalah pemaparan data rata-rata hasil pretest tendangan sabit dan posttest tendangan sabit pada kelompok lari zig-zag run dalam bentuk diagram batang seperti pada gambar 4.1 dibawah ini.

Gambar 4.1 Diagram Batang Data Rata-rata Hasil Tendangan sabit Pretest dan Posttes Pada Kelompok Zig-zag Run

Diagram Batang Zig-zag Run 0

5 10 15 20

25 20.3 22.1

1.8

Pretest Posttest Peningkatan

(42)

2. Kelompok Latihan Squat Thrust

Latihan squat thust merupakan jenis latihan yang dilakukan dengan melakukan latihan mengubah gerak tubuh dari posisi berdiri kemudian jongkok dengan mengkombinasikan latihan push up dan memiliki tujuan khusus yaitu meningkatkan kekuatan kaki dan tangan. Dalam penelitian ini, latihan squat thrust dilakukan selama 15 detik. Berikut adalah data pretest tendangan sabit, posttest tendangan sabit dan peningkatan atau selisih dari pretest-posttest data tendangan sabit pada kelompok kontrol latihan squat thrust dari siswa pencak silat yang berusia 15-18 tahun di Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa Gresik tahun 2015.

Tabel 4.4 Data Hasil Penelitian Pada Kelompok Squat Thrust

NO Nama Pretest Posttes Peningkatan

1 Dadang Kurniawan 23 25 2

2 Danu Priyo H 23 27 4

3 Andrey Airiansyah 22 25 3

4 Moch. Al A'raaf 22 22 0

5 M. Choirun Nasikin 21 20 1

6 Erros Apriliand 21 23 2

7 M. Shahril L 19 21 2

8 Gaguk Ramadhan 19 20 1

9 Rifqi Lazuardi 17 19 2

10 Jefri Pradana 16 19 3

Untuk memperjelas data di atas, yaitu data hasil dari tendangan sabit kelompok kontrol latihan squat thrust yang terdiri dari pretest tendangan sabit, posttest tendangan sabit dan peningkatan yang dialami kelompok squat thrust atau data selisih dari tendangan sabit pretest dengan posttest tendangan sabit pada siswa pencak silat yang berusia 15-18 tahun di Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa Gresik tahun 2015, maka

(43)

data yang dipaparkan di atas dianalisis menggunakan uji statistika sederhana, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.5 Analisis Statistik Data Hasil Penelitian Pada Kelompok Squat Thrust

N O

Jenis Penghitungan Pretest Posttest Peningkatan

1 Jumlah Total Nilai 203,00 221,00 20,00

2 Mean 20,30 22,10 2,00

3 Nilai Terbesar 23,00 27,00 4,00

4 Nilai Terkecil 16,00 19,00 0,00

5 Modus 23,00 25,00 2,00

6 Median 21,00 21,50 2,00

Berdasarkan data analisis statistik di atas, terlihat bahwa pada kelompok kontrol squat thrust memiliki rata-rata hasil pretest tendangan sabit 20,30 kali/ 15 detik, rata-rata hasil posttest tendangan sabit sebesar 22,10 kali/ 15 detik, dan rata-rata selisih dari tendangan sabit pretest dengan posttest tendangan sabit sebesar 2,00 kali/ 15 detik. Berikut adalah pemaparan data rata-rata hasil pretest tendangan sabit dan posttest tendangan sabit pada kelompok kontrol latihan squat thrust pada gambar 4.2 seperti pada diagram batang dibawah ini.

(44)

Gambar 4.2 Diagram Data Batang Rata-rata Hasil Tendangan sabit Pretest dan Posttes Pada Kelompok Squat Thrust

3. Uji Prasyarat Penelitian a. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas merupakan salah satu uji prasarat yang bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data yang diperoleh menyimpang atau tidak dari distribusi normal.

Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Diagram Batang Squat Thrust

0 5 10 15 20

25 20.3 22.1

1.8

Pretest Posttest Peningkatan

(45)

normalitas Kolmogorov-smirnov dengan taraf signifikansi 5% yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS v.23. Jika diperoleh signifikansi hitung yang lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal, sebaliknya jika diperoleh signifikansi hitung yang lebih kecil dari 0,05 maka maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi tidak normal. Berikut ini adalah hasil pengujian normalitas data tes kemmpuan tendangan sabit pada siswa pencak silat usia 15-18 tahun di Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa Gesik tahun 2015 yang terdiri dari data pretest kelompok zig-zag run, posttest kelompok zig-zag run, pretest kelompok squat thrust, posttest kelompok squat thrust, peningkatan yang dialami kelompok zig-zag rundan peningkatan yang dialami kelompok squat thrust.

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas

NO Kelompok Kolomogrov-Smirnov

Keterangan Sig. Hitung Sig 5%

1 Pretest Zig-zag run 0,200 0,05 Normal

2 Posttest Zig-zag run 0,200 0,05 Normal

3 Pretest Squat Thrust 0,200 0,05 Normal

4 Posttest Squat Thrust 0,200 0,05 Normal

5 Peningkatan Zig-zag

run 0,172 0,05 Normal

6 Peningkatan Squat

Thrust 0.067 0,05 Normal

Berdasarkan data di atas, mengenai pengujian normalitas kolmogorov-smirnov data tes kemampuan tendangan sabit pada siswa pencak silat usia 15-18 tahun di Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa Gresik tahun 2015, yang dilakukan dengan bantuan program komputer

(46)

SPSS v.23, diperoleh hasil bahwa, data pretest kelompok zig-zag run memiliki signifikansi hitung sebesar 0,200, data posttest kelompok zig- zag run memiliki signifikansi hitung sebesar 0,200, data pretest kelompok squat thrust memiliki signifikansi hitung sebesar 0,200, data posttest kelompok squat thrust memiliki signifikansi hitung sebesar 0,200, data peningkatan yang dialami kelompok zig-zag run memiliki signifikansi hitung sebesar 0,172, data peningkatan yang dialami kelompok squat thrust signifikansi hitung sebesar 0,067. Dari ke enam kelompok data tersebut kesemuanya memiliki singifikansi hitung lebih besar dari 0.05 yang merupakan batas toleransi uji normalitas kolmogorov-smirnov pada taraf signifikansi 5% dengan bantuan program komputer SPSS v.23, yaitu (0,200, 0,200, 0,200, 0,200, 0,172, 0,067 >

0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa semua kelompok data yang ada dalam penelitian ini berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Dalam penelitian ini, uji homogenitas juga merupakan salah satu uji prasarat yang bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok data memiliki kesamaan varians atau tidak. Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan levene’s test pada taraf signifikasi 5% yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS v.23. Apabila signifikansi hitung lebih besar dari 0,05 berarti kedua kelompok data tersebut memiliki kesamaan varians atau homogen, sebaliknya apabila signifikansi hitung kurang dari 0,05 berarti kedua sampel tersebut tidak memiliki kesamaan varians atau tidak homogen.

(47)

Adapun hasil pengujian homogenitas mengenai data hasil pretest dan posttest pada kelompok zig-zag run, data hasil pretest dan posttest pada kelompok squat thrust, data peningkatan kelompok zig-zag run dengan data peningkatan kelompok squat thrust, adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas

No Kelompok Levene’s Test

Keterangan Sig Hitung Sig 5%

1 Pretest zig-zag run

Pretest squat thrust 0,937 0,05 Homogen

2 Posttest zig-zag run

Posttest squat thrust 1,000 0,05 Homogen

3 Peningkatan zig-zag run

peningkatan squat thrust 0,556 0,05 Homogen

Berdasarkan data di atas, mengenai pengujian homogenitas levene’s test data tes tendangan sabit pada siswa pencak silat usia 15-18 tahun di Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa tahun 2015, yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS v.23, diperoleh hasil bahwa, data hasil pretest zig-zag run – pretest squat thrust memiliki signifikansi hitung sebesar 0,937, dan data hasil posttest zig-zag run – posttest squat thrust memiliki signifikansi hitung sebesar 1,000, sedangkan data peningkatan kelompok zig-zag run dan squat thrust memiliki signifikansi hitung sebesar 0,556. Dari ketiga pasangan kelompok data tersebut kesemuanya memiliki signifikansi hitung lebih besar dari 0.05 yang merupakan batas toleransi uji homogenitas levene’s test pada taraf signifikansi 5% dengan bantuan program komputer SPSS v.23 yaitu (0,937; 1,000; 0,556 > 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ketiga pasangan kelompok data tersebut homogen.

B. Pengujian Hipotesis

(48)

1. Uji Hipotesis 1 dan 2

Dalam penelitian ini, hipotesis 1 dan 2 bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan zig-zag run dan latihan squat thrust terhadap kemampuan tendangan sabit pada siswa pencak silat usia 15-18 tahun Perguruan Pencak Silat Pagar Nusa Gresik tahun 2015. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari kedua latihan tersebut, maka perlu dianalisis menggunakan paired sample t test atau uji t dependent dengan taraf signifikansi 5%, yaitu dengan cara membandingkan data hasil pretest dan posttest pada masing-masing kelompok. Dalam penelitian ini pengujian paired sample t test atau uji t dependent dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS v.23. Jika diperoleh signifikansi hitung yang kurang dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima atau dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan yang diberikan pada siswa pencak silat terhadap kemampuan tendangan sabit, sebaliknya jika diperoleh signifikansi hitung yang lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh latihan yang diberikan pada siswa pencak silat terhadap kemampuan tendangan sabit. Berikut adalah hasil pengujian paired sample t test pada data hasil pretest dan posttest kelompok zig-zag run, data hasil pretest dan posttest pada kelompok squat thrust dalam penelitian ini.

Tabel 4.8 Hasil Penghitungan Paired Sample t Test Pretest-Posttest Kelompok Zig-zag Run dan Kelompok Squat Thrust

Kelompok Paired Sample Test

Keterangan t Sig Hitung Sig 5%

Pretest – Posttest zig-

zag run -5,056 0,001 0,05 Signifikan

Pretest – Posttest squat -3,857 0,004 0,05 Signifikan

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap gain pada kedua kelompok data peningkatan kemampuan mahasiswa dalam menyusun RPP menunjukkan hasil bahwa data