PERBEDAAN LAMA PERSALINAN KALA II ANTARA DIBERI DAN TIDAK DIBERI NIPPLE STIMULATION PADA IBU MULTIPARA
DI RUMAH BERSALIN MARDIRAHAYU SEMARANG
Naning Aprilia *), Wagiyo **), Elisa ***)
*) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang **) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
***) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh angka kematian ibu di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup dengan 1,8% terjadi kematian ibu akibat persalinan lama pada kala II. Persalinan kala II dapat dipercepat dengan diberikan metode nipple stimulation. Nipple stimulation merupakan cara alamiah menstimulasi produksi oksitosin untuk menimbulkan kontraksi uterus yang adekuat yang dilakukan dengan menggosok satu atau dua puting susu ibu selama persalinan kala II. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran perbedaan lama persalinan kala II antara diberi dan tidak diberi nipple stimulation pada ibu multipara di Rumah Bersalin Mardirahayu Semarang. Pada penelitian ini menggunakan desain quasy eksperimen dengan rancangan post test only non equivalent control group.
Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling dengan responden penelitian sebanyak 32 ibu multipara. Hasil analisis data menggunakan Independent T-test didapatkan nilai t hitung sebesar 2.636 dan nilai t tabel sebesar 2.132, sehingga 2.636 > 2.132 (t hitung > t tabel), sedangkan p-value (2-tailed) sebesar 0.013 atau < 0.05. Jadi dari hasil tersebut dapat disimpulk an bahwa ada perbedaan lama persalinan kala II antara diberi dan tidak diberi nipple stimulation pada ibu mulltipara di Rumah Bersalin Mardirahayu Semarang.
Kata Kunci : Nipple Stimulation, lama persalinan, kala II, ibu multipara ABSTRACT
The background of this research is based on a fact that the maternal mortality rate in Indonesia is amounted to 359 per 100,000 live births, and 1.8% occurs in maternal deaths due to prolonged labor in Stage II. The Stage II of labor can be accelerated by a nipple stimulation method. Nipple stimulation is a natural way to stimulate the production of oxytocin to induce adequate uterine contractions by rubbing one or two nipples of a mother during labor stage II. The purpose of this study is to obtain time difference in Stage II labor between the given and not given nipple stimulation to the multiparaous mother at Maternity Clinic Mardirahayu Semarang. This study uses quasy experiment with design of post-test only non equivalent control group. Sampling in this research uses accidental sampling with a total of 32 survey respondents multiparous mothers. The results of data analysis using Independent T-test obtain t value of 2.636 and t table value of 2.132 to 2.636 > 2.132 (t value > t table), while the p-value (two-tailed) of 0.013 or < 0.05. From these results, we can conclude that there is a time difference between the given and not given nipple stimulation to the multiparaous mother at Maternity Clinic Mardirahayu Semarang.
Keywords : nipple stimulation, labor duration, stage II, multiparaous mother
Perbedaan Lama Persalinan Kala II... ([email protected]) 1
PENDAHULUAN
Persalinan kala II adalah proses persalinan yang dimulai dari dilatasi serviks secara lengkap dan diakhiri dengan pelahiran atau kelahiran bayi, pada nullipara sekitar 1 jam dan multipara 15 menit sampai 30 menit (Reeder, 2011, hlm.595)
Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2014 menyebutkan angka kematian ibu di ASEAN tergolong paling tinggi di dunia.
Sementara ini total AKI di ASEAN sekitar 170 ribu per tahun. Sebanyak 98% dari seluruh AKI di kawasan ini salah satunya adalah Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI tahun 2014, menyebutkan angka kematian ibu di Indonesia yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini cukup tinggi dibandingkan tahun 2002-2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2003-2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk partus lama adalah 1,8% dari penyebab kematian ibu di Indonesia (Kemenkes RI, 2014, ¶3).
Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2014, menjelaskan terdapat sebesar 711 kasus kematian ibu karena melahirkan (Nugroho, 2015, ¶6). Penyebab hal tersebut salah satunya adalah partus lama karena lemahnya kontraksi uterus sehingga mengakibatkan kala II yang memanjang. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Hutagalung tahun 2013 dengan judul “Hubungan Antara Usia, Paritas dengan Persalinan Kala II Lama di RSUD dr. Moch. Soewandhie Surabaya”, menunjukkan bahwa kala II memanjang merupakan salah satu penyebab kematian ibu, dimana dari 240 ibu bersalin terdapat 17 ibu yang mengalami kala II memanjang.
Dalam persalinan dipengaruhi oleh 5 faktor yang salah satunya adalah kekuatan (power).
Kekuatan (power) diantaranya yaitu kekuatan
yang mendorong janin dalam proses persalinan yang disebut his atau kontraksi uterus.
Menurut Simpkin (2000, dalam Chapman, 2006, hlm.99) menjelaskan bahwa kontraksi uterus dapat ditingkatkan secara nonfarmakologis dengan menstimulasi produksi oksitosin secara alamiah, salah satunya adalah dengan cara menstimulasi puting susu (nipple stimulation). Nipple stimulation dilakukan dengan menggosok satu atau kedua puting susu ibu. Akan tetapi fenomena yang terjadi saat ini sangat jarang sekali nipple stimulation dilakukan saat persalinan terutama pada kala II. Hal ini terjadi di Rumah Bersalin Mardirahayu Semarang dari bulan Januari-November tahun 2015 dengan persalinan sebanyak 216 ibu multipara tidak dilakukan nipple stimulation pada kala II.
Padahal menurut Nugraheny (2010, hlm.28) kontraksi saat persalinan kala II sangat berperan penting mendorong janin kebawah dan menimbulkan keregangan yang bersifat pasif.
Selain data penunjang di atas ada hasil penelitian lain yang mendukung bahwa nipple stimulation memberikan pengaruh yang baik saat persalinan. Penelitian tersebut adalah penelitian dari Yunita tahun 2010 yang berjudul “Pengaruh Pemberian Rangsangan Puting Susu Dengan Pemilinan Pada Manajemen Aktif Kala III Terhadap Waktu Kelahiran Plasenta Di Kota Surakarta”.
Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan waktu 2.582 menit lebih cepat dari kelahiran plasenta yang menggunakan MAK III dengan pemilinan putting susu. daripada yang tidak menggunakan MAK III dengan pemilinan putting susu.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah quasy eksperimen (eksperimen semu) dengan rancangan post test only non equivalent control group. Desain penelitian ini untuk membandingkan hasil intervensi program
2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK) Vol ... No ...
kesehatan dengan suatu kelompok kontrol yang serupa, tetapi tidak perlu kelompok yang benar-benar sama. Sedangkan dalam pengelompokan anggota sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara random atau acak.
Desain ini tidak diadakan pretest karena kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dianggap sama sebelum dilakukan perlakuan (Notoatmodjo, 2012, hlm.61).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu multipara yang melahirkan pada kala II.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 5 Desember 2015 di Rumah Bersalin Mardirahayu Semarang, didapatkan jumlah ibu multipara yang melahirkan pada tahun 2015 (bulan Januari-November) sebanyak 216 orang.
Dalam penelitian keperawatan kriteria sampel dapat meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat tidaknya sampel yang digunakan (Hidayat, 2007, hlm.60).
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Dharma, 2011, hlm.130). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu ibu multipara, persalinan kala II normal, kehamilan cukup bulan, jumlah bayi tunggal, tidak ada suspek panggul sempit, bersedia menjadi responden.
Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Dharma, 2011, hlm.130).
Dalam penelitian ini yaitu ibu primipara, persalinan dengan komplikasi (lilitan tali pusat, penebalan perineum, ketuban pecah dini) dan ibu dengan indikasi operasi Caesar.
Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara aksidental (accidental) yaitu mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di
suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2012, hlm.125).
Menurut Sugiyono (2013, hlm.74), jumlah sampel untuk penelitian eksperimen yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, jumlah anggota sampel masing-masing kelompok antara 10 sampai dengan 20 responden. Jadi, sampel pada penelitian ini berjumlah 32 responden yang terdiri dari 16 kelompok eksperimen dan 16 kelompok kontrol.
Pengambilan data akhir dilaksanakan tanggal 1 Februari-15 Maret 2016 di Rumah Bersalin Mardirahayu Semarang. Salah satu Rumah Bersalin yang berada di wilayah Kota Semarang yang berdiri sejak tahun 1977.
Rumah Bersalin Mardirahayu Semarang mempunyai pelayanan bersalin 24 jam, suntik KB, imunisasi bayi, imunisasi calon pengantin, poliklinik ANC (Antenatal Care), USG, rawat inap dengan 4 kelas yaitu kelas I, II, III dan VIP dengan rata-rata pasien setiap bulannya adalah sekitar 45 pasien.
Untuk dapat mengukur variabel penelitian ini peneliti menggunakan instrument untuk mengumpulkan data, hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2012, hlm.87), bahwa instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data.
Instrument pada penelitian ini berupa lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti sendiri dan alat pengukuran berupa arloji dengan batu baterai yang masih baru.
Pada penelitian ini analisa univariat akan dilakukan dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan mencari mean, median, modus, standart deviasi, minimum dan maximum dari hasil ukur lama persalinan kala II antara yang diberi dan tidak diberi nipple stimulation pada ibu multipara.
Sedangkan uji normalitas data yang bertujuan untuk menguji apakah sebaran data yang ada dalam distribusi normal atau tidak dilakukan
Perbedaan Lama Persalinan Kala II... ([email protected]) 3
dengan Shapiro-Wilk karena data kurang dari 50 sampel. Hasil uji normalitas pada data kelompok yang diberi nipple stimulation sebesar 0.438 dan pada data kelompok yang tidak diberi nipple stimulation sebesar 0.211.
Hasil uji normalitas kedua data kelompok tersebut > 0.05, sehingga kedua data tersebut berdistribusi normal. Maka uji bivariat yang digunakan adalah uji Independent t-test.
Hasil analisis tabel 5.1 didapatkan hasil bahwa usia responden yang diberi nipple stimulation menunjukkan rata-rata sebesar 28.88 tahun, median sebesar 29 tahun dengan standar deviasi sebesar 3.594 tahun. Usia termuda adalah 22 tahun dan usia tertua adalah 34 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata- rata usia responden yang diberi nipple stimulation adalah diantara 26.96 tahun sampai dengan 30.79 tahun.
Sedangkan usia responden yang tidak diberi nipple stimulation menunjukkan hasil rata-rata sebesar 30.50 tahun, median sebesar 31 tahun dengan standar deviasi sebesar 4.211 tahun.
Umur termuda adalah 21 tahun dan umur tertua adalah 35 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini bahwa rata-rata umur responden yang tidak diberi nipple stimulation adalah diantara 28.26 tahun sampai dengan 32.74 tahun.
Pada penelitian ini analisis bivariat dipakai untuk menguji perbedaan lama persalinan kala II antara yang diberi dan tidak diberi nipple stimulation pada ibu multipara.
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik responden berdasarkan usia, usia kehamilan dan lama persalinan kala II antara diberi dan tidak diberi nipple stimulation.
Pada analisis berdasarkan usia kehamilan didapatkan hasil bahwa usia kehamilan responden yang diberi nipple stimulation menunjukkan rata-rata sebesar 38.50 minggu, median sebesar 28 minggu dengan standar deviasi sebesar 0.894 minggu. Usia kehamilan termuda adalah sebesar 38 minggu dan usia kehamilan tertua adalah 41 minggu. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata usia kehamilan responden yang diberi nipple stimulation adalah diantara 38.02 minggu sampai dengan 38.98 minggu.
Sedangkan usia kehamilan responden yang tidak diberi nipple stimulation didapatkan hasil rata-rata sebesar 38.63 minggu, median sebesar 38 minggu dengan standar deviasi sebesar 0.957 minggu. Usia kehamilan termuda adalah 37 minggu dan usia kehamilan tertua adalah 40 minggu. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata- rata usia kehamilan responden yang tidak Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, usia kehamilan, lama persalinan kala II diberi dan tidak diberi nipple stimulation
di RB Mardirahayu Semarang 1 Februari - 15 Maret 2016
(n=32)
Variabel n Mean Median S.D Min Maks CI 95%
Usia
kelompok eksperimen
16 28.88 29.00 3.594 22 34 26.96-30.79 Usia
kelompok kontrol
16 30.50 31.00 4.211 21 35 28.26-32.74 Usia kehamilan kelompok eksperimen 16 38.50 38.00 0.894 38 41 38.02-38.98 Usia kehamilan kelompok kontrol 16 38.63 38.00 0.957 37 40 38.11-39.14 Lama kala II kelompok eksperimen 16 19.88 20 4.485 14 30 17.49-22.26 Lama kala II kelompok kontrol 16 24.81 23.50 6.002 17 35 21.61-28.01
Hasil analisis tabel 5.1 didapatkan hasil bahwa usia responden yang diberi
4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK) Vol ... No ...
diberi nipple stimulation adalah diantara 38.11 minggu sampai dengan 39.14 minggu.
Pada analisis berdasarkan lama kala II yang diberi nipple stimulation menunjukkan rata- rata sebesar 19.88 menit, median sebesar 20 menit dengan standar deviasi sebesar 4.485 menit. Waktu kala II paling cepat adalah 14 menit dan waktu kala II paling lama adalah 30 menit. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata- rata lama kala II yang diberi nipple stimulation adalah diantara 17.49 menit sampai dengan 22.26 menit.
2. Hasil uji normalitas data
Hasil analisis tabel 5.2 didapatkan bahwa hasil uji normalitas data dengan menggunakan Shapiro-Wilk karena jumlah responden <50, didapatkan nilai Sig pada variabel yang diberi nipple stimulation sebesar 0.438, sedangkan nilai Sig (p-value) pada variabel yang tidak diberi nipple stimulation sebesar 0.211.
3. Hasil analisis data menggunakan uji Independent T-test.
Sedangkan lama kala II yang tidak diberi nipple stimulation didapatkan hasil rata-rata sebesar 24.81 menit, median sebesar 23.50 menit dengan standar deviasi sebesar 6.002.
Waktu kala II paling cepat adalah 17 menit dan waktu kala II paling lama adalah 35 menit.
Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata lama kala II yang tidak diberi nipple stimulation adalah diantara 21.61 menit sampai dengan 28.01 menit.
Kedua data dari variabel di atas berdistribusi normal karena nilai Sig (p-value) ≥ 0.05. Maka uji parametrik yang digunakan adalah uji Independent T-test
Tabel 5.2
Hasil uji kenormalan data dengan menggunakan uji Shapiro-wilk Variabel
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Lama persalinan kala II Kelompok
eksperimen 0.947 16 0.438
Kelompok kontrol 0.926 16 0.211
Tabel 5.3
Hasil uji analisis data dengan menggunakan uji Independent T-test.
Variabel Mean SD t Mean
Difference
CI 95% Asymp.Sig (2-tailed) Kelompok eksperimen 19.88 4.485
2.636 4.938 1.112-
8.763
0.013
Kelompok kontrol 24.81 6.002
Perbedaan Lama Persalinan Kala II... ([email protected]) 5
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan hasil rata- rata kelompok yang diberi nipple stimulation sebesar 19.88 menit dengan standart deviasi sebesar 4.485 menit. Sedangkan rata-rata kelompok yang tidak diberi nipple stimulation sebesar 24.81 menit dengan standar deviasi sebesar 6.002 menit. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini bahwa perbedaan rata-rata lama kala II 1.112 menit sampai dengan 8.763 menit dengan selisih rata-rata lama kala II antara kedua kelompok sebesar 4.938 menit.
Hasil uji Independent T-test didapatkan nilai t hitung sebesar 2.636, sehingga 2.636 > 2.132 (t hitung > t tabel) dan p-value atau Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0.013 atau < 0.05. Maka dapat diartikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada perbedaan lama waktu kala II yang signifikan antara diberi dan tidak diberi nipple stimulation pada ibu multipara di Rumah Bersalin Mardirahayu Semarang.
INTERPRESTASI DAN DISKUSI HASIL
1. Karakteristik responden berdasarkan usia Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran karakteristik usia responden menunjukkan rata-rata usia responden pada kelompok yang di beri nipple stmulation adalah berusia 28.88 tahun dan rata-rata usia responden pada kelompok yang tidak diberi nipple stimulation adalah berusi 30.50 tahun. Usia responden dari kedua kelompok merupakan usia produktif. Sesuai dengan pendapat Salin (2009) dalam Pratiwi (2015, hlm.50) bahwa usia wanita reproduksi yakni 15-45 tahun, karena pada usia tersebut organ tubuh wanita yang disebut rahim telah mampu menghasilkan indung telur di dalam rahim dan bereproduksi.
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi terutama untuk usia 21- 35 tahun yang merupakan usia yang paling
baik untuk hamil dan bersalin. Pada usia kurang dari 20 tahun wanita belum siap secara psikis dan mental, meskipun secara biologis sudah mampu mengandung dan melahirkan (Wiknjosastro, 2007, hlm.36).
Sedangkan pada wanita usia di atas 35 tahun mengalami penurunan fungsi organ reproduksi dan memiliki risiko terjadinya diabetes saat kehamilan (Detiana, 2010, hlm.53).
Dalam penelitian ini usia responden bukan sebagai penganggu karena semua usia responden berada dalam kategori usia reproduksi. Sehingga ibu bisa lebih kooperatif dengan tenaga kesehatan dan organ reproduksinya sudah bisa bekerja dengan optimal serta ditambah adanya stimulasi putting susu yang dapat mempercepat proses persalinan kala II. Hal tersebut terbukti dengan usia pada responden yang diberi nipple stimulation memiliki nilai minimum (termuda) 22 tahun dan nilai maksimum (tertua) 34 tahun. Sedangkan usia pada responden yang tidak diberi nipple stimulation memiliki nilai minimum (termuda) 21 tahun dan nilai maksimum (tertua) 35 tahun.
2. Karakteristik responden berdasarkan usia kehamilan
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran karakteristik usia kehamilan responden menunjukkan rerata usia kehamilan responden pada kelompok yang di beri nipple stmulation adalah berusia 38.50 minggu. Sedangkan rerata usia kehamilan responden pada kelompok yang tidak diberi nipple stimulation adalah berusia 38.63 minggu. Usia kehamilan responden dari kedua kelompok merupakan usia kehamilan aterm. Sesuai dengan pendapat Prawirohardjo (2014), bahwa apabila hasil konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu disebut partus aterm.
6 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK) Vol ... No ...
Janin dikatakan cukup bulan (aterm) apabila usia kehamilannya mencapai 37 minggu lengkap hingga 42 minggu. Bila kurang daripada itu disebut sebagai prematur/preterm dan jika lebih dinamakan postmatur/postterm. Kedua masa tersebut merupakan masa yang berisiko tinggi pada janin. Apabila janin mengalami lebih bulan biasanya akan dilakukan tindakan merangsang proses persalinan (induksi persalinan) untuk mengurangi komplikasi pada bayi dan ibu (Prima, 2010, ¶3).
Dalam penelitian ini usia kehamilan responden bukan sebagai penganggu karena semua usia kehamilan responden pada kedua kelompok berada dalam kategori usia kehamilan aterm. Hal tersebut terbukti dengan usia kehamilan pada responden yang diberi nipple stimulation memiliki nilai minimum 38 minggu dan nilai maksimum 41 minggu. Sedangkan usia kehamilan pada responden yang tidak diberi nipple stimulation memiliki nilai minimum 37 minggu dan nilai maksimum 40 minggu.
3. Lama persalinan kala II yang diberi nipple stimulation
Hasil penelitian didapatkan rata-rata lama persalinan kala II pada kelompok yang diberi nipple stimulation adalah 19.88 menit dengan standar deviasi 4.485. Waktu kala II paling cepat adalah 14 menit dan waktu kala II paling lama adalah 30 menit.
Sesuai pendapat Simkin (2008, hlm.230) bahwa rangsangan putting susu adalah upaya yang paling sering dilakukan untuk meningkatkan kontraksi pada kala II persalinan. Merangsang puting menyebabkan dilepaskannya oksitosin, yang menimbulkan kontraksi rahim dan sering kali berhasil dalam mematangkan leher rahim atau memulai persalinan.
Rangsangan puting dilakukan dengan mengusap atau menggosok secara lembut
salah satu puting payudara atau pilin puting dengan jari selama beberapa menit.
Pada nipple stimulation atau stimulasi puting, impuls neural yang terbentuk dari stimulasi pada papilla mammae merupakan stimulus primer untuk pelepasan oksitosin. Stimulasi ini kemudian dibawa oleh serabut afferent melalui jalur neural ke hipotalamus menuju lobus hipofisis posterior dan memicu nucleus neuron paraventrikel untuk mensekresikan hormon oksitosin.
Hormon oksitosin selanjutnya dibawa oleh aliran darah untuk berikatan dengan reseptor oksitosin yang berada di uterus.
Ikatan ini kemudian merangsang otot polos uterus untuk meningkatkan kekuatan serta frekuensi kontrkasi otot pada uterus yang sudah berkontraksi untuk mendorong janin lebih kuat (Guyton & Hall, 2014, hlm.980).
4. Lama persalinan kala II yang tidak diberi nipple stimulation pada ibu multipara.
Hasil penelitian didapatkan rata-rata lama persalinan kala II pada kelompok yang tidak diberi nipple stimulation adalah 24.81 menit dengan standar deviasi 6.002.
Waktu kala II paling cepat adalah 17 menit dan waktu kala II paling lama adalah 35 menit.
Menurut Nugroho (2011, hlm.4) bahwa persalinan kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung pada primipara selama 1-2 jam dan pada multipara tidak lebih dari 30 menit. Pada penelitian ini, dari 16 responden kelompok yang tidak diberi nipple stimulation ada 3 responden yang memiliki waktu kala II lebih dari 30 menit dikarenakan kurang adekuatnya kekuatan sekunder ibu dalam mengeran selama proses persalinan. Sesuai dengan pendapat Manurung (2011, hlm.42) bahwa kekuatan ibu merupakan power yang
Perbedaan Lama Persalinan Kala II... ([email protected]) 7
menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam persalinan.
5. Perbedaan lama persalinan kala II antara diberi dan tidak diberi nipple stimulation pada ibu multipara.
Perbedaan rata-rata antara kedua kelompok sebesar 4.938 menit , yaitu kelompok yang diberi nipple stimulation memiliki waktu lebih cepat dibanding kelompok yang tidak diberi nipple stimulation. Sedangkan hasil uji Independent t-test menunjukkan nilai t hitung sebesar 2.636, sehingga 2.636 >
2.132 (t hitung > t tabel) dan nilai p=0.013 yang artinya ada perbedaan lama persalinan kala II antara diberi dan tidak diberi nipple stimulation pada ibu multipara di Rumah Bersalin Mardirahayu Semarang.
Menurut Manurung (2011, hlm.42) ada 6 faktor yang berpengaruh selama proses persalinan berlangsung sering disebut dengan 6P (power, passage, passanger, psikologis, penolong dan peralatan).
Dalam penelitian ini semua responden berada dalam rentang usia produktif dan usia kehamilan aterm sehingga janin sudah terbentuk secara lengkap.
Responden juga dalam keadaan sehat secara fisik dan psikis yang sebagian bisa membantu timbulnya his yang adekuat.
Semua responden pada penelitian tidak memiliki kelainan pada jalan lahir seperti panggul sempit. Selain itu responden juga dibantu oleh penolong persalinan yang profesional dan juga semua peralatan yang mendukung dan steril. Dengan demikian sebagian faktor-faktor yang memperngaruhi persalinan dapat terkendali.
Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian Christensson (2009, ¶1) yang berjudul “Effect of Nipple Stimulation on Uterine Activity and on Plasma Levels of
Oxytocin in Full Term, Healthy, Pregnant Women” menunjukkan hasil bahwa sembilan dari sepuluh wanita hamil mengalami kontraksi rahim. Seorang wanita menunjukkan tanda-tanda hiperaktif rahim (sering kontraksi) dan deselerasi denyut jantung janin. Sampel darah yang diambil diukur dengan radioimmunoassay menunjukkan tingkat oksitosin meningkat secara signifikan setelah di stimulasi putting.
Selain itu hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Beiranvad (2009) yang berjudul “A Comparison of the effect of nipple stimulation and oxytocin infusion on the duration of phases of labor” bahwa nipple stimulation adalah teknik yang efektif dan aman untuk induksi persalinan. Diperkuat juga oleh hasil penelitian Anggraeni (2012, hlm.16) yang berjudul “Pengaruh Rangsangan Putting Susu Terhadap Peningkatan Kontraksi Uterus Pada Ibu Inpartu Kala II di Polindes Anyelir Tunggalpager Pungging Mojokerto”, bahwa dari 22 responden hampir seluruh responden yang mengalami peningkatan kontraksi uterus setelah dilakukan stimulasi putting susu yaitu (86,3%) dan yang tidak mengalami peningkatan kontraksi uterus setelah dilakukan stimulasi putting susu yaitu (13,7%).
KETERBATASAN PENELITIAN
Pada penelitian ini, peneliti tidak lepas dari beberapa keterbatasan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan kemampuan peneliti.
Keterbatasan penelitian tersebut diantaranya adalah:
1. Peneliti sulit sekali menentukan kapan waktunya pembukaan lengkap dikarenakan pemeriksaan dalam tidak boleh dilakukan setiap saat.
2. Penelitian ini memerlukan waktu selama 2 bulan, karena sesuai aturan akademik
8 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK) Vol ... No ...
peneliti hanya boleh mengambil data pada satu tempat.
3. Bidan jaga di tempat penelitian kurang kooperatif dalam membantu proses penelitian karena kesibukannya sehingga tidak bisa semuanya dijadikan enumerator.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang perbedaan lama persalinan kala II antara diberi dan tidak diberi nipple stimulation pada ibu multipara di Rumah Bersalin Mardirahayu Semarang, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Rata-rata usia responden pada kelompok yang diberi nipple stimulation adalah 28.88 tahun dan rata-rata usia responden yang tidak diberi nipple stimulation adalah 30.50 tahun. Semua usia ibu pada kedua kelompok berada dalam rentan usia reproduksi. Sedangkan untuk rata-rata usia kehamilan responden pada kelompok yang diberi nipple stimulation adalah 38.50 minggu dan rata-rata usia kehamilan responden yang tidak diberi nipple stimulation adalah 38.63 minggu. Semua usia kehamilan ibu pada kedua kelompok berada dalam rentan usia kehamilan aterm yaitu 37-42 minggu.
2. Pada kelompok yang diberi nipple stimulation, lama kala II tercepat adalah 14 menit dan lama kala II terlama adalah 30 menit dengan rata-rata lama kala II 19.88 menit.
3. Pada kelompok yang tidak diberi nipple stimulation, lama kala II tercepat adalah 17 menit dan lama kala II terlama adalah 35 menit dengan rata-rata lama kala II 24.81 menit.
4. Hasil uji independent t-test didapatkan p- value = 0.013 dengan selisih rata-rata antara kedua kelompok adalah 4.938 menit.
Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan lama persalinan kala II antara diberi dan tidak diberi nipple stimulation pada ibu multipara di Rumah Bersalin Mardirahayu Semarang.
SARAN
1. Bagi layanan kesehatan.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi managemen dalam meningkatkan mutu pelayanan khususnya pelayanan asuhan keperawatan pada ibu bersalin dengan menggunakan metode nipple stimulation.
2. Bagi perkembangan pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk menambahkan bahan ajar khususnya asuhan keperawatan ibu bersalin dengan menggunakan metode nipple stimulation.
3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan atau dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai persalinan dengan memperhatikan terkait faktor yang mempengaruhi persalinan selain kekuatan kontraksi dalam persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, A. (2012). Pengaruh Rangsangan Putting Susu Terhadap Peningkatan Kontraksi Uterus Pada Ibu Inpartu Kala II di Polindes Anyelir Tunggalpager Pungging Mojokerto.
http://www.kampusmajapahit.ac.id /wp-content/ uploads /2012 /05/hospital-vol-4-no-2.pdf (diakses tanggal 9 April 2016 Jam 12.00 WIB) Beiranvand, S.P. (2009). A Comparison of the
effect of nipple stimulation and oxytocin infusion on the duration of
phases of labor.
http://journals.kums.ac.ir
/ojs/index.php/jkums/article/download/
344/764 (diakses tanggal 9 April 2016 Jam 12.30 WIB)
Perbedaan Lama Persalinan Kala II... ([email protected]) 9
Chapman, V. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Christensson, K. (2009). Effect of Nipple Stimulation on Uterine Activity and on Plasma Levels of Oxytocin in Full Term, Healthy, Pregnant Women.
http://www.tandfonline.com/doi/abs/1 0.3109/00016348909020990#.Vxoc- k_lvMw (diakses tanggal 9 April 2016 Jam 11.00 WIB)
Detiana, P. (2010). Hamil Aman Dan Nyaman di Atas Usia 30 Tahun. Yogyakarta : PT.Buku Kita
Dharma, K.K. (2011), Metodologi Penelitian
Keperawatan (Pedoman
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta : CV. Trans Info Medika
Guyton & Hall. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Editor : M.
Djauhari dan Antonia Tanzil.
Singapore : Saunders Elsevier
Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika
Hutagalung, F. (2011). Hubungan Antara Usia, Paritas dengan Persalinan Kala II Lama di RSUD dr. Moch.
Soewandhie Surabaya
Kemenkes RI. (2014). Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id/download.ph p?file=download/pusdatin/infodatin/in fodatin-ibu.pdf (diakses tanggal 25 November 2015 jam 09.15 WIB) Manurung, S. (2011). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas Asuhan Keperawatan Intranatal. Jakarta : CV. Trans Info Medika
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugraheny, E., & Sulistyawati. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, S.A (2015). Angka Kematian Ibu Melahirkan Tinggi, Jateng Buru Ibu Hamil.
http://nasional.news.viva.co.id/news/re ad/609481-angka-kematian-ibu- melahirkan-tinggi--jateng-buru-ibu- hamil (diakses tanggal 25 November 2015 jam 09.00 WIB)
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika Pratiwi, D. (2015) Perbedaan Efektifitas
Tehnik Counter-Pressure Dan Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di RSUD Sunan Kalijaga Demak
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan.
Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prima, P. (2010). Pengertian, Lama dan Periode Kehamilan Manusia.
http://drprima.com/kehamilan/pengerti an-lama-dan-periode-kehamilan- manusia.html (diakses tanggal 9 April 2016 Jam 13.00 WIB)
Reeder, S. (2011). Keperawatan Maternitas : Kesehatan Waita, Bayi & Keluarga Edisi 8. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Simkin, P., Jannet W., & Ann K. (2008).
Panduan Lengkap Kehamilan, Meahirkan & Bayi. Jakarta : Arcan Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian.
Bandung : Alfabeta
10 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK) Vol ... No ...
Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Yunita, F.A. (2010). Pengaruh Pemberian Rangsangan Puting Susu Dengan pemilinan Pada Manajemen Aktif Kala III Terhadap Waktu Kelahiran Plasenta Dl Kota Surakarta
Perbedaan Lama Persalinan Kala II... ([email protected]) 11