• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Putusan Hakim Dalam Perkara Izin Poligami (Analisis Putusan Nomor 0495/Pdt.G/2020/PA.Pas. dengan Putusan Nomor 339/Pdt.G/2020/PTA.Sby.)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Perbedaan Putusan Hakim Dalam Perkara Izin Poligami (Analisis Putusan Nomor 0495/Pdt.G/2020/PA.Pas. dengan Putusan Nomor 339/Pdt.G/2020/PTA.Sby.)"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

Hukum/contra legem, seperti dalam putusan Pengadilan Agama Pasuran no. 0495/Pdt.G/2020/PA.Pas., isi permohonan dan pertimbangan hakim dalam putusan tersebut meninggalkan ketentuan tentang izin poligami tersebut di atas. Dalam putusan Pengadilan Agama Pasuran no. 0495/Pdt.G/2020/PA.Pas, dijelaskan bahwa permohonan izin poligami diajukan oleh penggugat yang berprofesi sebagai pedagang beras, berusia 54 tahun, dengan tergugat yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

Rumusan masalah

Tujuan penelitian

Perbedaan mendasar antara karya ilmiah di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah bahwa penelitian ini dilakukan dengan mengkaji putusan tingkat pertama dan banding dalam perkara yang sama melalui UU Perkawinan Indonesia dan Hukum Islam. Izin poligami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 alinea kedua adalah izin beristri lebih dari seorang yang merupakan kewenangan mutlak pengadilan agama, sepanjang subjek hukumnya beragama Islam dan perkawinannya dilakukan sesuai dengan syariat Islam. Bab Dua: Pembahasan ketentuan poligami menurut hukum Islam dan UU Perkawinan Indonesia.

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum agama dan kepercayaan apapun. Perkawinan dan permasalahannya di Indonesia diatur secara hukum dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor. Hal ini tentu melanggar Pasal 2 ayat (2) UU Perkawinan yang menyatakan bahwa setiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

32 Esther Masr, Poligami Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI), Majalah Krtha Bhayangkara, Volume 13 Nomor 2, Desember 2019, hal. Pentingnya cuti bagi perempuan tertuang dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan juga dalam Intisari Hukum Islam yang menyatakan bahwa poligami harus atas izin istri, kecuali dalam hal tidak dapat dimintakan izin istri. Menurut penulis, alasan pemohon mengajukan permohonan poligami adalah karena merasa kasihan dengan calon istrinya, tidak ada yang memastikan hal tersebut tidak relevan dengan hukum yang berlaku di Indonesia, karena tidak termasuk dalam keadaan yang disebutkan dalam pasal 4 ayat (2) undang-undang no. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Esther Masr, Poligami dalam Perspektif UU Perkawinan No. I Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI), Jurnal Krtha Bhayangkara, Volume 13 Nomor 2, Desember 2019.

12. Foto  copy  Sertpikat  Hak  Milik  Nomor  208  tanggal  09  Nopember  2012  atas  nama  Maskur  yang  dikeluarkan  oleh  Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan, bermeterai  cukup dan sesuai dengan aslinya (bukti P.12)
12. Foto copy Sertpikat Hak Milik Nomor 208 tanggal 09 Nopember 2012 atas nama Maskur yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan, bermeterai cukup dan sesuai dengan aslinya (bukti P.12)

Kajian kepustakaan

Penjelasan istilah

Putusan berarti kesimpulan akhir oleh majelis hakim yang berwenang untuk mencoba menyelesaikan atau mengakhiri perselisihan antara para pihak yang berperkara dan mengucapkannya di pengadilan. 9 Majelis hakim yang dimaksud peneliti disini adalah majelis hakim Pengadilan Agama Pasuruan dan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya.

Metode penelitian

Apalagi dalam hal ini tidak ada izin istri dan pemohon/suami tidak dapat bertindak jujur ​​dan memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya. Persamaan pertimbangan hakim pada tingkat pertama dan tingkat banding adalah bahwa poligami harus memenuhi syarat izin istri dan jaminan suami mampu bertindak adil serta jaminan suami mampu memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya.

Sistematika pembahasan

Pengertian Dan Sejarah

Monogami adalah perkawinan seorang laki-laki dengan seorang perempuan, sedangkan poligami adalah perkawinan seorang laki-laki dengan beberapa perempuan sekaligus. seks pada waktu yang sama. pada waktu yang sama." 2 Sedangkan poligami dalam Kamus Ilmiah Populer adalah perkawinan antara satu orang dengan dua orang atau lebih, tetapi cenderung berarti perkawinan satu laki-laki dengan dua istri atau lebih. Dari segi bahasa, poligami berarti perkawinan ganda atau lebih dari satu perkawinan 4 Para ahli membedakan istilah laki-laki yang beristri lebih dari satu dengan istilah poligani yang berasal dari kata polus yang berarti banyak dan gune yang berarti istri, sehingga istilah poligami secara langsung menggantikan istilah poligami dengan pengertian perkawinan antara laki-laki. dan beberapa wanita disebut poligami.

Jadi, kata yang tepat untuk laki-laki yang beristri lebih dari satu dalam waktu yang bersamaan adalah poligini, bukan poligami. Namun dalam percakapan sehari-hari, poligami diartikan sebagai perkawinan seorang laki-laki dengan lebih dari satu perempuan dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena itu poligami adalah sistem perkawinan yang memungkinkan seorang laki-laki beristri lebih dari satu (maksimal empat) dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh agama (al-Qur'an) dan negara.

Penyebab Poligami

Dengan adanya batasan jumlah wanita yang akan menikah sehingga menguntungkan keturunan, pranata sosial dan kesiapan pihak laki-laki. Faktor penyebab perlunya poligami sejati hanya timbul dari syarat dan keadaan perkawinan yang sekarang, seperti ketidakmampuan istri memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri. Wanita tersebut memiliki cacat fisik atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan wanita tersebut tidak dapat memiliki anak.

Fenomena unik poligami yang terjadi di masyarakat saat ini adalah poligami karena ada perempuan lain, dalam artian poligami diawali dengan perselingkuhan. Padahal, praktek poligami dalam Islam hanya diperbolehkan dalam keadaan darurat, selain mengandung unsur sosial dan ekonomi serta memenuhi syarat yang ditentukan dalam Islam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu UU No. 12 Zaitunah Subhan, pembahasan ilmiah “Poligami tidak sesuai syariah berpotensi merugikan perempuan” Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan Indonesia.

Dampak Poligami

Bahkan, tidak jarang poligami yang tidak sehat berakhir dengan perceraian.15 Begitu banyak ketakutan yang dirasakan oleh perempuan, atau istri, dan kemudian berpikir sinis tentang "perkawinan poligami". Hal lain yang tidak bisa dihindari adalah munculnya masalah antara wanita satu dan lainnya karena adanya perbedaan pemahaman. 16 Nur Hikmah dkk, Dampak Poligami terhadap Kesejahteraan Perempuan dan Anak Perspektif Maqasid Al-Syari'ah (Studi di Kecamatan Mowila, Konawe Selatan), Koran Kalosara, Vol.

Dampak negatif poligami terjadi karena praktik poligami tergolong tidak sehat, misalnya tidak berlaku adil antara satu istri dengan istri lainnya. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu: pertama, prokreasi suami yang subur dan istri yang mandul sebagai penyebab poligami “istri tidak dapat melahirkan anak”. Hal ini berkaitan dengan ayat asbabun nuzul tentang poligami, yaitu kondisi sosial pasca perang Uhud banyak janda dan anak yatim yang terlantar, maka menurut konteks sosial pada saat itu, cara terbaik untuk menjaga dan memelihara janda dan anak yatim adalah untuk menikahkan mereka, tetapi dengan syarat yang masuk akal dan dengan batas maksimal empat.

POLIGAMI DALAM HUKUM ISLAM

Pemohon akan dapat berlaku adil, namun Pemohon tetap berkeyakinan bahwa ia akan dapat memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya serta dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya. Untuk mengajukan permohonan ke pengadilan, harus ada izin dari pihak istri, adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin kebutuhan hidup istri dan anak-anaknya, dan adanya jaminan bahwa suami mampu bertindak adil. . Dengan demikian, menurut hukum acara kedudukan pemohon dianggap menerima dalil jawaban pemohon bahwa ia belum dapat menjamin syarat-syarat untuk dapat berlaku adil terhadap istri dan anak-anaknya.

Meskipun menurut majelis hal itu adalah fakta, namun syarat tersebut telah dipenuhi berdasarkan pernyataan Pemohon bahwa ia akan jujur ​​kepada istri dan anak-anaknya. Penilaian majelis hakim tingkat banding Pengadilan Tinggi Agama Surabaya menolak permohonan izin poligami pemohon dengan memperhatikan fakta-fakta yang terungkap selama persidangan di Pengadilan Agama Pasuruan berdasarkan berita acara persidangan, yaitu: tidak ada restu/persetujuan dari pihak istri, Pemohon/suami tidak dapat bertindak adil dan Pemohon tidak dapat menafkahi kebutuhan pokok istri dan anak-anaknya. Syarat kumulatif yang dimaksud adalah persetujuan istri, jaminan bahwa suami mampu menjamin kebutuhan hidup yang pokok bagi istri dan anak-anaknya, dan jaminan bahwa suami akan memperlakukan istri dan anak-anaknya secara adil.

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yaitu adanya persetujuan istri/istri, adanya kepastian suami mampu memenuhi kebutuhan hidup istri dan anak-anaknya, dan adanya jaminan bahwa suami akan menafkahi anaknya. istri. dan anak-anaknya secara adil. Sidang Pengadilan Tingkat I Pengadilan Agama Pasuran menilai perkara ini memenuhi syarat kumulatif izin istri, kesanggupan suami, dan jaminan suami akan bertindak jujur ​​agar dapat dikabulkan. Sedangkan menurut Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Surabaya, Pemohon tidak mendapatkan izin dari termohon/istri dan Pemohon dinyatakan tidak mampu memenuhi kebutuhan istri (baik uang belanja maupun hubungan suami-istri). . dan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan anak-anak mereka dan mereka tidak dapat bertindak jujur. .

Selain memenuhi syarat untuk memenuhi kebutuhan istri dan anaknya serta memperlakukan istri dan anaknya secara adil, mereka juga harus mendapatkan persetujuan/persetujuan dari pasangannya.

ATURAN TENTANG POLIGAMI DI INDONESIA

Poligami Dalam UU Perkawinan No. 1 Tahun1974

Poligami Dalam Kompilasi Hukum Islam

Secara umum pengaturan terkait poligami dalam Kompendium Hukum Islam (KHI) dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu regulasi terkait syarat-syarat poligami dan regulasi terkait proses poligami. Penerapan poligami diatur dalam Kompendium Hukum Islam Buku I tentang Hukum Perkawinan Bab IX Pasal 55 sampai dengan 59. Ketentuan yang terdapat dalam Kompendium Hukum Islam pada hakekatnya adalah hukum Islam, yang dalam arti sempit adalah fikih lokal yang berciri khas Indonesia.

Tujuan penyusunan hukum Islam adalah penyatuan hukum Islam yang diberlakukan bagi umat Islam sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hukum masyarakat muslim Indonesia. Asas perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) juga menganut asas monogami terbuka, artinya apabila seorang suami tidak dapat menegakkan hak-hak isterinya padahal isterinya lebih dari seorang, maka cukup seorang perempuan saja. Poligami dalam Hukum Islam dan Hukum Positif Indonesia serta Urgensi Izin Poligami di Peradilan Agama, Hukum Perdata, Vol.

KONSEP PERTIMBANGAN HAKIM

Pengertian dan Unsur-Unsur dalam Pertimbangan Hakim

Menurut majelis hakim banding, alasan menikah lagi karena kasihan pada calon istri kedua. Namun demikian, Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur/syarat tersebut terpenuhi berdasarkan keyakinan Majelis Hakim atas keterangan Pemohon bahwa ia yakin dapat menafkahi istri dan anaknya dan karena Pemohon memiliki penghasilan yang cukup. Perbandingannya, menurut penulis, majelis hakim tingkat pertama dan tingkat banding sepakat bahwa ketentuan izin poligami harus memenuhi syarat kumulatif yang tercantum dalam Pasal 5(1) UU No.

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, sedangkan alasan permohonan poligami menurut majelis hakim tingkat banding tidak boleh melampaui ketentuan Pasal 4 ayat 2 UU No. Dalam kasus ini, majelis hakim tingkat pertama Pa Pasuruan melakukan penemuan hukum dengan cara berangkat. Namun demikian, Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur/syarat tersebut telah terpenuhi berdasarkan keyakinan Majelis Hakim atas pernyataan Pemohon yang meyakini akan menafkahi istri dan anak-anaknya dan karena Pemohon berkecukupan. penghasilan . .

Pertimbangan majelis hakim tingkat pertama Pengadilan Agama Pasuruan dalam memberikan izin poligami adalah permintaan poligami tidak boleh dilakukan dengan alasan istri tidak dapat memenuhi kewajibannya, istri sedang sakit. tidak dapat disembuhkan atau wanita tersebut mandul. Peninjauan majelis hakim tingkat banding Pengadilan Agama Surabaya dalam menolak permohonan pemohon adalah poligami harus dengan alasan istri tidak mampu memenuhi kewajibannya, istri sakit keras atau istri mandul . .

Pertimbangan Hakim Dalam Kaitannya Dengan Putusan

Gambar

12. Foto  copy  Sertpikat  Hak  Milik  Nomor  208  tanggal  09  Nopember  2012  atas  nama  Maskur  yang  dikeluarkan  oleh  Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan, bermeterai  cukup dan sesuai dengan aslinya (bukti P.12)

Referensi

Dokumen terkait

Abstract: Penelitian ini mengangkat permasalahan pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Bengkulu dalam putusan Nomor 642/Pdt.G/2020/PA.Bn dalam pembagian harta bersama istri ikut