• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa yang Terpapar Pornografi dengan Siswa yang Tidak Terpapar Pornografi di SMA X Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa yang Terpapar Pornografi dengan Siswa yang Tidak Terpapar Pornografi di SMA X Kota Medan"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Manfaat Teoritis
  • Manfaat Praktis

TINJAUAN PUSTAKA

Kecemasan

  • Definisi Kecemasan
  • Etiologi Kecemasan
  • Patofisiologi Kecemasan
  • Simtom Kecemasan
  • Skala Ukur Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan seperti ketakutan, terkejut, rasa bersalah, tidak berdaya, khawatir dan kesadaran akan sesuatu yang tidak jelas 14 Perasaan ini muncul karena kondisi atau dorongan yang datang dari dalam atau luar tubuh. Kecemasan diawali dengan adanya kejadian yang mengancam yang dianggap sebagai stimulus berbahaya oleh tubuh (stressor). Dari sudut pandang psikoanalitik, ada konflik tak sadar antara ego dan dorongan seksual.

GABA adalah neurotransmitter penghambat yang bekerja dengan cara mengurangi aktivitas neuron lain di sistem saraf pusat.Jika kadar neurotransmitter GABA menurun, neuron rangsang bekerja terus menerus dan menyebabkan peningkatan sistem saraf simpatis, yang akhirnya menyebabkan gejala kecemasan. . Glukokortikoid bekerja pada Locus Caeruleus (LC) dengan mengaktifkan norepinefrin dan merangsang saraf parasimpatis, yang berperan dalam pengaturan kecemasan. Tanda dan gejala kecemasan yang muncul pada setiap individu dapat berbeda-beda tergantung dari penyebab dan tingkat kecemasannya.5 Secara umum, gejala kecemasan dapat berupa ketakutan, kekhawatiran, dan peningkatan kesadaran akan hal-hal yang mengancam.1 Gejala kecemasan kecemasan dikelompokkan menjadi gejala kecemasan somatik dan gejala psikologis kecemasan.

Berbagai alat dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kecemasan pada individu, antara lain Beck Anxiety Inventory (BAI) yang dikembangkan pada tahun 1988 oleh Beck et al.

Pornografi

  • Definisi Pornografi
  • Paparan Pornografi
  • Media Pornografi
  • Faktor Penyebab Seseorang Menonton Pornografi
  • Tahapan Paparan Pornografi
  • Instrumen Paparan Pornografi

Paparan pornografi adalah keadaan individu melihat, mendengar atau membaca media yang mengandung pornografi.20 Dari penelitian yang dilakukan pada tahun 2019 pada siswa SMA oleh Maisya Iram, ditemukan bahwa 68,4% siswa pertama kali terpapar pornografi pada usia 12 tahun. -15 tahun, dan sisanya 18,3% siswa terpapar pornografi pertama kali pada usia di bawah 12 tahun. Pornografi berkembang dalam berbagai jenis media, antara lain media audio seperti kaset, lagu dan CD, media visual seperti majalah, buku dan gambar, serta media audiovisual seperti video dan film.7,19 ​​Menurut penelitian yang dilakukan dilakukan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, ada sekitar 25 ribu kegiatan di Indonesia terkait akses anak terhadap media pornografi. Faktor Internal: Faktor yang mendorong individu untuk melihat pornografi berasal dari dalam diri individu tersebut.

Faktor internal meliputi keinginan dan hasrat seksual, rasa ingin tahu, kesepian, dan menyukai hal-hal yang menantang. Faktor Eksternal : Faktor yang menyebabkan individu mengakses pornografi yang berasal dari luar individu. Faktor tersebut antara lain pengaruh pertemanan, lingkungan, pola asuh yang kurang perhatian, kemajuan teknologi, kemudahan akses internet dan media sosial yang sering menyajikan konten pornografi.

Semakin lama seseorang mengakses media pornografi, maka individu tersebut dapat memasuki fase eskalasi, yaitu fase dimana seseorang membutuhkan media pornografi yang berisi materi seksual yang lebih provokatif dan sensasional dari materi yang dilihatnya sebelumnya. Individu pada tahap ini memandang norma yang tidak pantas, tabu, dan asusila dalam masyarakat sebagai hal yang lumrah. Individu yang kecanduan pornografi dan berada pada tahap ini akan menerapkan dan melakukan perilaku seksual dari media pornografi yang dilihatnya selama ini.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mark B dan Donald Hilton dari University of Texas, ditemukan bahwa seseorang yang banyak terpapar dan menonton konten pornografi dapat menyebabkan kerusakan otak yang mungkin terkait dengan perubahan dan kerusakan perilaku. salah satunya terletak di prefrontal cortex (PFC). PFC merupakan bagian dari otak besar yang letaknya di bagian depan lebih tepatnya di dahi, fungsi dari PFC sendiri adalah untuk membuat penilaian dan keputusan dalam kehidupan sehari-hari, selain itu juga berfungsi dalam mengatur konsentrasi, membedakan mana yang benar dan mana yang salah. , memperhatikan yang baik dan yang buruk, pengendalian diri dan merencanakan masa depan.23,24. Kenangan yang tercipta saat menonton pornografi merangsang sistem limbik dan mengaktifkan neurotransmitter di otak yang disebut dopamin.12 Pelepasan dopamin menghasilkan perasaan senang, membangkitkan rasa ingin tahu, dan berujung pada kecanduan.20 Setiap kali seseorang melihat menonton pornografi, otak merangsang secara berlebihan pelepasan dopamin (hiperstimulasi), otak kemudian mendistribusikan dopamin ke sistem limbik dan terjadi peningkatan kadar dopamin di PFC, peningkatan kadar dopamin ini akan menyebabkan gangguan fungsi dan dapat menyebabkan penyusutan otak. daerah korteks prefrontal.

Pornografi memiliki banyak dampak negatif bagi pecandu, selain dapat merusak otak, pornografi juga akan mengakibatkan kerusakan mental dan perilaku. 11 Individu yang sering terpapar pornografi dapat mengalami kecemasan atau depresi, kondisi ini disebabkan oleh terganggunya regulasi neurotransmiter di otak, selain itu mereka akan sulit berkonsentrasi, mereka akan merasa rendah diri, mereka akan menarik diri dari lingkungan dan mereka akan berpikir bahwa perempuan dan anak-anak hanyalah objek seksual dari menonton pornografi. 25. Untuk mengidentifikasi siswa yang terpapar pornografi dan yang tidak terpapar pornografi dalam penelitian ini digunakan kuesioner sosiodemografi yang meliputi usia dan jenis kelamin, serta pertanyaan “Pernahkah Anda membaca, menonton dan mendengarkan media yang mengandung konten pornografi? " dengan jawaban.

Kerangka Teori

Kerangka Konsep

Hipotesis

Tingkat kecemasan paldal saat ini mengalami halsil sebanyak 38 lisan juga 18,1% siswa paldal terpajan pornografi dalam 14 lisan juga 6,7%. Berdasarkan tingkat kecemasan, siswa yang terpapar pornografi sebanyak 5 siswa yang juga 2,4% dan siswa yang tidak terpapar pornografi sebanyak 0 siswa yang juga 0%. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang terpajan pornografi dengan siswa yang tidak terpajan pornografi dengan nilai signifikan P = 0,000.

Hal ini terlihat pada tingkat kekecewaan siswa yang terpapar pornografi terhadap siswa yang tidak terpapar. Terdapat perbedaan tingkat kecemasan mental pada siswa terpajan pornografi dan siswa tidak terpajan konten pornografi di SMAl X Kotal Medaln. Tingkat kecemasan siswa terpajan pornografi paling seimbang dan tingkat kecemasannya ringan dengan persentase 24,3%.

Tingkat kecemasan siswa yang tidak terpapar pornografi paling tinggi dan tingkat kecemasan ringan sebesar 32,4%. Dengan judul penelitian “Perbedaan Tingkat Kekecewaan Mental Siswa yang Terpapar Pornografi dan Siswa yang Tidak Terpapar Pornografi di SMA X Kotal Medaln”. PERBEDAAN TINGKAT KETAKUTAN PADA SISWA PORNOGRAFI YANG TERPENGARUH DENGAN SISWA YANG TIDAK TERPENGARUH PORNOGRAFI.

Analisis Halsil untuk perbedaan tingkat kecemasan mental yang terpapar pornografi dan yang tidak terpapar pornografi adalah aldallalh P = 0,000 (P<0,05). Simpulan: Pada penelitian ini terdapat perbedaan tingkat kecemasan mental siswa yang terpapar pornografi dan siswa yang terpapar konten pornografi di SMA Negeri X Kotal Medaln. Selain itu, nilai signifikan yang diperoleh melalui uji Fisher Exalt menunjukkan P = 0,000, P value < 0,05 yang artinya ada perbedaan tingkat kecemasan mental siswa yang terpapar pornografi dan siswa yang tidak terpapar pornografi. . di Medali SMAl X Kotal.

Berdasarkan tabel 4 responden yang terpapar pornografi sebanyak 105 responden (50%), pada responden yang tidak terpapar pornografi sebanyak 105 responden (50%). paparan pornografi memiliki tingkat kecemasan ringan tertinggi (32,4%).

METODE PENELITIAN

Definisi Operasional

Jenis dan Rancangan Penelitian

Waktu dan Tempat Penelitian

  • Waktu Penelitian
  • Tempat Penelitian

Berdasarkan Tabel 4.2 pada altals diperoleh secara informal responden yang pernah terkena pornografi tercakup, sebanyak 105 responden yang tidak terpapar pornografi, sebanyak 105 responden, dengan data responden yang terpapar pornografi dengan ringan. tingkat kecemasan 51 orang yang altalu 24,3% , selama tingkat kecemasan ringan, anggaran responden tidak terealisasi pornografi sebalnyalk 68 oralng altalu 32,4%. Selain itu, nilai signifikansi yang diperoleh dengan uji Fisher Exaltation menunjukkan P = 0,000, nilai < 0,05 malcal H0 ditolak H1 diterima, artinya ada perbedaan tingkat kecemasan keseluruhan siswa yang terpapar pornografi dengan siswa. siapa mereka tidak terpapar pornografi palpalr di SMAl X Kotal Medaln. Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh pangsa paparan pornografi secara informal untuk responden yang terpapar pornografi sebanyak 105 responden dengan prosentase 50%, untuk responden yang tidak terpapar pornografi sebanyak 105 responden dengan persentase persentase 50%.

Berdasarkan hasil penelitian, populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 12 SMA Saltu Kotal Medal dengan jumlah 210 responden, dengan rincian 105 responden termasuk siswa yang terpapar pornografi dan 105 responden termasuk siswa yang terkena pornografi. tidak terpapar pornografi. Tingkat kecemasan siswa yang terpajan pornografi terbanyak juga tingkat kecemasannya paling tinggi yaitu sebanyak 51 responden juga 24,3%, begitu juga dengan siswa yang tidak terpajan pornografi tingkat kecemasannya adalah ringan, dan jumlah siswa yang tidak terpapar pornografi tergolong ringan, Ing paling ceroboh termasuk 68 responden juga 32,4%. Namun pada tingkat kecemasan sedang, siswa yang terpapar pornografi lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang tidak terpapar pornografi yaitu 38 responden ditambah 18,1%, sedangkan siswa yang tidak terpapar pornografi sebanyak 14 responden ditambah 6,7%. . .

Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Beiter, pelajar yang terpapar konten pornografi dilaporkan mengalami gejala gangguan depresi mayor, stres kecemasan, dengan persentase yang meningkat di tahun-tahun sebelumnya. 29 Semakin tinggi konsumsi konten pornografi, semakin malkal. gejala depresi adalah dialalmia yang terlalu parah. Berdasarkan hasil penelitian responden terdiri dari 141 perempuan (67,1%) dan 69 laki-laki (32,9%), pada penelitian ini tidak dapat dibedakan proporsi pornografi berdasarkan jenis kelamin, namun pada penelitian yang dilakukan oleh Malisyal percaya bahwa pandangan Malsitoh adalah responden laki-laki 3 kali lebih mungkin terpapar pornografi daripada perempuan. Kepucatan pornografi paldal usia yang lebih muda, lebih sering dan lebih alami.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa praktik pornografi dapat mempengaruhi keadaan psikologis siswa, peran sekolah dalam hal ini harus melakukan penanganan khusus terhadap siswa yang terpapar konten pornografi masing-masing. Intervensi juga harus mempertimbangkan pola pikir laki-laki dan perempuan, bahwa laki-laki berisiko terpapar pornografi dengan luka yang lebih serius. Tingkat kecemasan tertinggi bagi yang terpapar pornografi adalah kecemasan ringan (24,3%), dan bagi siswa yang tidak terpapar pornografi, tingkat kecemasan ringan juga mendapat angka tertinggi (32,4%).

Tingkat kecemasan dengan jumlah siswa terpajan pornografi terbanyak merupakan tingkat kecemasan tertinggi yaitu sebanyak 51 responden (24,3%), hal yang sama terjadi pada siswa yang tidak terpapar pornografi, tingkat kecemasan. ringan dan jumlah siswa yang mengikuti spa terbanyak sebanyak 68 responden (32,4%). Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Beiter, siswa yang terpapar konten pornografi dilaporkan mengalami gejala depresi berat, kecemasan pada stres, dengan persentase yang meningkat pada tahun-tahun sebelumnya. semakin malkal Gejala depresi dialalmi sangat parah.

Populasi dan Sampel Penelitian

  • Populasi Penelitian
  • Sampel Penelitian
  • Rumus Besar Sampel

Teknik Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data

  • Pengolahan Data
  • Analisis Data

Alur Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  • Distribusi Data Berdasarkan Karakteristik Demografi
  • Proporsi Tingkat Kecemasan Pada Siswa
  • Proporsi Paparan Pornografi Pada Siswa
  • Perbedaan Tingkat Kecemasan Berdasarkan Paparan Pornografi

Pembahasan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Referensi

Dokumen terkait

Based on the interview data above, the conclusion that can be drawn was teacher A have not been implemented problem-based learning models and collaborative