Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar dan bobot basah panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan senyawa MOL yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada.
Experiment of various composition of local microogranism (MOL) against growth and production of lettuce (Lactuca sativa). Led by Retno Astuti, as head of advisor and Maimunah, as member of advisor. This research was conducted at the Experimental Garden of the Faculty of Agriculture, University of Medan Area located at 1 dam street Medan Estate, Perci Sei Tuan District with elevation 12 m above sea level, flat topography and alluvial soil type.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan disertasi yang berjudul “Percobaan Komposisi Berbeda Mikroorganisme Lokal (MOL) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa )". Penulis menyadari bahwa selama penyusunan disertasi ini, bantuan-bantuan yang telah diberikan kepada penulis tentunya tidak dapat dipisahkan, baik berupa sumbangan moril maupun materil, yang tidak seluruhnya dapat penulis balas. Maimunah, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan saran dan masukan yang berharga sehingga disertasi ini dapat terselesaikan.
Akhir kata, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Tujuan Penelitian
- Hipotesis Penelitian
- Kegunaan Penelitian
Tanaman selada berfungsi sebagai pembentuk tubuh, mengandung cukup banyak nutrisi dan vitamin serta baik untuk kesehatan manusia. Mengkonsumsi sayuran tersebut secara rutin setiap hari dalam jumlah yang cukup dapat menunjang dan menjaga kesehatan fisik manusia (Aziz, 2006). Menurut Teoteot (2007), manfaat selada bagi kesehatan tubuh membantu mengurangi risiko gangguan jantung dan stroke, mengurangi risiko kanker, risiko terkena katarak, membantu mengurangi risiko spina bifda (sejenis) mengurangi . gangguan gender pada tulang belakang), membantu pencernaan dan kesehatan hati, mengurangi anemia dan membantu meringankan insomnia akibat ketegangan saraf.
Permasalahan pada sektor pertanian saat ini, termasuk budidaya selada, adalah tingginya penggunaan bahan-bahan kimia, baik untuk pemupukan, pemacu pertumbuhan maupun pengendalian hama, penyakit dan gulma. Hasil survei di sentra penanaman sayuran menunjukkan bahwa petani terutama mengendalikan hama dengan insektisida sintetik dengan intensitas penyemprotan lebih dari 6 kali dalam satu musim tanam dan tingginya penggunaan pupuk kimia (Sidauruk, 2016). Untuk mengurangi penggunaan pupuk sintetik kadar tinggi pada budidaya sayuran diperlukan tindakan yang bijaksana dan aman bagi kesehatan dan lingkungan, namun biaya produksi tetap murah.
Solusi yang terbaik adalah dengan menanam dengan sistem pertanian organik, yaitu menanam dengan bahan-bahan organik yang aman bagi lingkungan, seperti penggunaan pupuk kandang, kompos, bakteri penyubur tanah dan penggunaan mikroorganisme lokal/MOL (Pracaya, 2002) . Zat-zat tersebut terdiri dari mineral baik makro maupun mikro, asam amino, hormon pertumbuhan dan mikroorganisme. Kandungan zat dan unsur hara berada dalam keadaan seimbang sehingga dapat merangsang pertumbuhan tanaman (Pranata, 2004).
Pemanfaatan rebung dan ragi buah pada penelitian ini dimaksudkan sebagai sumber bakteri (mikroorganisme) yang sangat penting bagi tanaman, antara lain Rhizobium sp., Azosprillium sp., Pseudomonas sp. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada tanaman selada dengan judul “Percobaan Perbedaan Komposisi Mikroorganisme Lokal (MOL) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa)”. Pemberian komposisi mikroorganisme lokal yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada (Lactuca sativa).
TINJAUAN PUSTAKA
- Botani dan Klasifikasi Tanaman Selada
- Syarat Tumbuh
- Ketinggian Tempat dan Suhu
- Tanah
- Peran Pertanian Sayuran Dalam Pembangunan Pertanian
- Pertanian Organik
- MOL (Mikro Organisme Lokal)
Sayuran sangat penting dan erat kaitannya dengan kesehatan manusia karena mengandung banyak vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Menurut ilmu gizi, menu makanan sehari-hari harus mengandung sayuran dalam jumlah yang cukup, dari semua jenis sayuran diperoleh mineral yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh manusia (Warsito, 2004). Secara tidak langsung tanaman sayuran mempunyai nilai estetika dan dikenal sebagai tanaman perkebunan rakyat, namun kini lebih dikenal dengan sebutan hortikultura.
Jumlah ini masih lebih rendah dari kebutuhan minimum yang direkomendasikan FAO yaitu 65 kg/ekor/tahun. Meningkatnya jumlah hotel dan restoran yang menyajikan masakan dengan menggunakan daun selada akan meningkatkan permintaan terhadap selada. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam Sidauruk (2016), pertanian organik adalah sistem manajemen produksi holistik yang meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keanekaragaman hayati, siklus biologis, dan aktivitas biologis tanah.
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan cara-cara budaya, biologis dan mekanis, dibandingkan dengan menggunakan bahan-bahan sintetis, untuk memenuhi fungsi-fungsi tertentu dalam sistem. (c) pemeliharaan kesuburan tanah dalam jangka panjang; d) mendaur ulang limbah tumbuhan dan hewan untuk mengembalikan unsur hara ke dalam tanah, sehingga mengurangi penggunaan sumber daya tak terbarukan; (e) mengandalkan sumber daya. dapat diregenerasi dalam sistem pertanian yang dikelola secara lokal;. f) meningkatkan penggunaan tanah, air dan udara secara sehat dan mengurangi segala bentuk polusi yang disebabkan oleh praktik pertanian; (g) penanganan produk pertanian dengan penekanan pada metode pengolahan untuk menjaga integritas organik dan kualitas produk pada semua tahap; dan (h) dapat diterapkan pada seluruh lahan pertanian yang ada selama suatu periode konversi, yang lamanya ditentukan oleh faktor-faktor spesifik lokasi seperti sejarah lahan tersebut dan jenis tanaman dan hewan yang akan ditanam. Dengan produksi tanaman organik, kita akan meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, melestarikan alam dan lingkungan, serta menghasilkan pangan yang aman dan bergizi, sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat.
Selain itu, produk pertanian organik juga mengandung vitamin C, potasium, dan beta karoten yang lebih tinggi (Lairon, 2010 dalam Sidauruk, 2016). Pertanian organik dipelopori oleh Jerome Irving Rodle dari Emmaus, Lehig County, seorang pionir pertanian berkelanjutan dan pertanian organik di Amerika Serikat yang sangat serius dalam mempromosikan kesehatan dan gaya hidup berbasis pangan organik. Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang tidak menggunakan input sintetik (pupuk dan pestisida) dalam proses produksinya, sehingga produk yang dihasilkan bebas dari residu bahan kimia yang dapat membahayakan tubuh manusia yang mengkonsumsi produk tersebut (Nurhasanah, 2011).
Prinsip pertanian organik menyangkut cara masyarakat berhubungan dengan lingkungan, berhubungan satu sama lain dan menentukan warisan bagi generasi mendatang (Nurhasanah, 2011). Pengembangan pertanian organik di Indonesia tidak memerlukan struktur kelembagaan baru, karena sistem ini hampir sama dengan pertanian intensif seperti saat ini. Permasalahan umum dalam pertanian organik antara lain kurangnya lahan dan penggunaan teknik pertanian organik di lahan yang tidak terkontrol dengan baik.
Asumsinya petani organik identik dengan pertanian primitif/tradisional/non-teknologi sehingga hasilnya rendah (Ashari, 1995). Biasanya dalam MOL tidak hanya terdapat 1 jenis mikroorganisme saja antara lain Rhizobium sp., Azospirilium sp., Azotobacter sp., Pseudomonas sp., Bacillus sp., dan bakteri pelarut fosfat.
BAHAN DAN METODE
- Waktu dan Tempat Penelitian
- Bahan dan Alat
- Metode Penelitian
- Metode Analisa Data
- Cara Pembuatan Pupuk Organik Cair atau MOL
- Transplanting
- Pemanenan
- Jumlah Daun (helai)
- Panjang Akar (cm)
- Bobot Basah Panen (g)
Apabila hasil penelitian ini mempunyai pengaruh yang nyata, maka dilakukan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan uji jarak Duncan, dan jika tidak terdapat pengaruh yang nyata maka tidak perlu dilakukan pengujian lebih lanjut (Gomez dan Gomez, 2005). Pembuatan bedengan dilakukan sebelum penanaman dengan cara membersihkan dan menata tanah dari gulma dan kotoran lainnya, mengolah tanah dengan cara memperbaiki tanah atau membuang tanah. Setelah lahan tanam didesinfeksi, dibuat lapisan semai yang terdiri dari tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1:2.
Bedengan semai dibuat berukuran 1 m x 1 m kemudian benih selada ditanam pada media semai pada setiap lubang tanam pada bedengan semai. ¼ kg digiling, dicampur dengan ¼ kg gula aren, air kelapa, dan lilin beras masing-masing 2 liter, lalu ditambah air bersih hingga volume wadah mencapai empat liter. Bibit yang berumur 2 minggu dipindahkan secara hati-hati ke bedengan, usahakan tidak merusak akar dan media semai, setiap bedengan ditanami sembilan tanaman.
Setelah bibit berumur kurang lebih 7 hari dan tanaman sudah beradaptasi dengan media tanam yang baru, dilakukan penjarangan dengan cara membuang satu tanaman selada sehingga setiap bedengan hanya terdapat satu tanaman. Pemupukan pertama dilakukan dengan menambahkan pupuk cair (MOL) sebanyak 20 cc/L air, yang ditambahkan pada minggu ke-2. Pemanenan tanaman selada dilakukan pada saat daun selada bagian bawah mulai menyentuh tanah yaitu 30 hari setelah tanam.
Tinggi tanaman diamati pada saat tanaman berumur 2 – 5 minggu setelah tanam (MBS) dengan interval 1 minggu. Jumlah daun dihitung mulai dari daun yang terbuka penuh sampai dengan daun yang paling tua. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 – 5 minggu setelah tanam (MBS) dengan interval seminggu sekali.
Berat basah tanaman yang ditimbang adalah berat batang, akar dan daun termasuk daun segar, layu dan rusak dengan menggunakan timbangan digital. Pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.) dengan pemberian mikroorganisme lokal (MOL) dan kotoran ayam. Pengelolaan Lahan Pertanian Ramah Lingkungan dengan Sistem Intensifikasi Tanaman Padi Melalui Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal Dalam Produksi Kompos (Studi Kasus di Desa Sidodadi Kabupaten Deli Serdang).
Penerapan pupuk organik cair pada produksi bahan kering, kandungan protein kasar gajah rapuh varietas Thailand. Budidaya Tanaman Selada Daun (Lactuca sativa) di Kelompok Tani Manunggal Sambi, Pakembinangun, Pakem Sleman, Yogyakarta.