LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
HANDLING HEWAN COBA CARA PEGANG, PERAWATAN, PERHITUNGAN DOSIS DAN PEMEJANAN
Alifah Khalda Soraya 422021718010
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Darussalam Gontor
A. PENDAHULUAN
Handling Hewan Coba: Cara Pegang, Perawatan, Perhitungan Dosis dan Pemejanan
Tujuan :
1. Mampu melakukan penangan hewan coba dalam memgang dan merawat hewan coba
2. Mampu melakukan
perhitungan dan konversi dosis perlakuan pada hewan coba
3. Mampu mempraktikan
pemejanan dengan tepat berdasarkan jalur penggunaan obat
Dasar teori
Hewan sebagai sarana
percobaan haruslah memenuhi persyartan tertentu, antara lain persyaratan genetis dan lingkungan yang memadai, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia [ CITATION Tja071 \l 2057 ].
Masih dalam rangka hewan percobaan, cara memegang hewan serta cara oenentuan jenis kelaminnya perlu diketahui. Cara memegan hewan dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda yang ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisiknya serta tujuaannya [CITATION NDa18 \l 2057 ].
Keseluruhan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan dan juga bagi orang yang memegangnya [ CITATION Sul92 \l 2057 ].
Pengambilan tikus dari kandang agak berbeda dengan mencit, tidak
dilakukan dengan memegang ekornya, karena dapat menyebbakan hewan uji tikus mengalami stress. Memgang tikus dapat dilakukan dengan cara mengangkat tikus dari kandang pada pangkal ekornya dengan tangan kanan, dan tangan kiri dari belakang tibuh tikus kearah kepala, jari tengah dan telunjuk pada tengkuk [ CITATION Uni19 \l 2057 ].
Rute pemberian obat
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat, bahwa junlah obat yang dapat mencapi lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berebda, tergantung dari rute pemberian obat [ CITATION Kat89 \l 2057 ]. Rute pemberian obat yang cukup efektif adalah intra perinoteral (i.p), namun suntuikan i.p tidak dilakukan pada manusia karena bahaya injeksi dan adhesi terlalu besar [ CITATION Set95 \l 2057 ]. Berdasarkan percobaan juga diperoleh hasil bahwa pemberian obat secara i.p menunjukkan onset of action yang lebih cepat bila dibandingkan dengan pemberian obat secara oral [ CITATION Yas11 \l 2057 ].
Hewan laboratorium yang menderita stress atau sakit dapat memengaruhi hasil penelitian.
Perlakuan peneliti terhadap hewan coba sangat memengaruhi kualitas hewan coba yang dapat menentukan validitas pada hasil akhir penelitian [ CITATION Pre17 \l 2057 ]. Handling yang tidak dilakukan dengan benar dapat menimbulkan rasa nyeri pada hewan uji [ CITATION Nel15 \l 2057 ].
Dosis obat yang digunakan oada hewan tersebut dapat dipakai
untuk memprediksi besaran dosis apabila digunakan untuk manusia dengan tujuan yang sama, demikian pula sebaliknya [ CITATION Dew10 \l 2057 ].
Untuk dapat memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada setiap spesies hewan percobaan, diperlukan data mengenai dosis secara kuantitatif. Perhitungan konversi tersebut akan diperlukan bila obat akan dipakai pada manusia dan pendeketan terbaik adalah dengan menggunakan perbandingan luas permukaan tubuh [ CITATION DrR18 \l 2057 ].
B. RANGKUMAN
Hewan coba atau hewan uji
merupakan kunci dalam
mengembangkan suatu penelitian dan telah berjasa banyak bagi ilmu pengetahuan. Semua hewan coba atau hewan uji didalam laboratorium memiliki berbagai peraturan dan etika yang harus dipatuhi. Dari berbagai syarat-syaratnya, lingkungannya, maka dipatuhi. Dari berbagai syarat- syaratnya, makanannya, sampai cara memegangnya. Cara memegang hewan dari berbagai jenis berbeda-beda, yang ditentukan oleh sifatnya, keadaan fisiknya dan tujuannya.
Hewan uji yang akan dipakai didalam laboratorium memiliki berbagai macam tujuan, salah satunya adalah melihat maupun memprediksi aktivitas farmakologi obat. Dosis pada hewan uji tidaklah sama dengan dosis pada manusia. Maka, dosis haruslah dikonversi terlebih dahulu dengan perhitungan yang tepat.
Setelah dosis pada hewan uji telah ditetapkan, maka obat telah siap dipakai, tetapi sebelum obat dipakai.
Kita haruslah mengetahui, jalur penggunaan obat yang akan dipakai dari berbagai macam jalur penggunaan obat yang sesuai dengan tujuan dan metodenya masing-masing.
C. METODE
Pada praktikum kali ini hanya berisi penjelasan yang menggunakan alat dan bahan :
Alat : papan tulis dan proyektor Bahan : spidol
Prosedur Percobaan 1. Handling mencit
2. Handling tikus
ditenangkan terlebih dahulu
diangkat ekor mencit dan dibiarkan jalan dahulu tangan kiri dipakai untuk menjepit tengkukanya
dengan telunjuk dan ibu jari ekor mencit dijepit diantara jari manis dan
kelingking
dipegang erat sampai siap untuk diberi perlakuan
D. PEMBAHASAN
Percobaan pada praktikum farmakologi dilakukan terhadap hewan hidup, oleh karena itu hewan coba atau hewan uji haruslah diperlakukan dengan bijaksana. Perlakuan yang tidak wajar ataupun menyimpang dari aturan yang sudah ada dapat menimbulkan hasil pengamatan yang menyimpang sehingga tujuan pengamatan tidak tercapai.
Beberapa hewan coba yang dapat digunakan untuk mengganti efek farmakologi obat beberapa diantaranya adalah mencit dan tikus. Hewan coba tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk dapat menangani hewan coba dengan baik dan benar, perlu dipahami masing-masing karakteristik hewan coba.
Mencit adalah hewan coba yang mudah ditangani dan jika saat pengambilan mencit janganlah menarik ekor mencit dengan paksa dan terlalu kuat, ikuti gerakan mencit dan tarik
ketika tahanan mencit tidak terlalu kuat.
Karena mnecit merupakan hewan uji yang lebih kecil dari hewan uji lainnya.
Mencit ini dapat dengan mudah digenggam dengan seluruh tangan.
Tikus adalah hewan yang mudah ditangani, tetapi apabila diperlakukan dengan kasat atau makanannya kurang. Tikus menjadi galak atau liar dan sering menyeran si pemegang. Saat handling tikus, bagian ekor yang dipegang adalah bagian pangkal ekornya, agar tikus tidak berputar=putar di udara, yang akan membuat tikus menjadi stress.
Setelah hewan uji dihandling dan siap diberi perlakuan, maka kita hruslah tahu lebih dahulu berapa dosis yang akan kita gunakan dan berikan kepada hewan uji. Dikarenakan dosis obat yang lazim pada manusia berbeda dengan dosis pada hewan uji.
Perhtiungan dosis juga harus benar- benar diperhatikan untuk menghindari kelebihan dan kekurangan dosis, yang keduanya mempunyai efek yang kurang baik pada mencit hingga berujung stress dan kematian. Perhitungan dosis dapat dilakukan dengan cara mengonversi dosis lazim ke dosis hewan uji sesuai beratnya. Konversi dosis kepada hewan uji telah diterapkan, sehingga hanya perlu perhitungan yang tepat saja.
Dosis yang telah dihitung dan ditetapkan tidak boleh melewati batas maksimal dosis hewan uji, nantinya setelah siap akan diberikan kepada hewan uji sesiao dengan jalur pemberian atau rute obat yang paling tepat digunakan.
pegang tikus dari pangkal ekornya
dibiarkan tikus mencengkram alas
tangan kiri diselipkan diantara jari tengah
diselipkan jari telunjuk pada tengkuk tikus
jari lain diselipkan di perut tikus dipegang erat tikus sampai siap untuk diberi
perlakuan
Bentuk sediaan dan cara pemberian merupakan penentuan dalam memaksimalkan proses aborsi obat dalam tubuh, karena keduanya sangat menentukan efek biologis suatu obat, seperti absorbsi, kecepatannya dan bioavailibilitas, cepat atau lambatnya obat mulai bekerja, lamanya durasi obat bekerja, intensitas kerja obat, respon farmakologik obat yang dicapai serta dosis yang tepat untuk memberikan respons tertentu. Berikut adalah jalur- jalur rute pemberian obat pada hewan uji:
1. Pemberian oral :
Diberikan dengan alat suntuk yang dilengkapi dengan jarum atau kanula berujung tumpul dan berbentuk bola.
Jarum atau kanulas dimasukkan kedalam mulut perlahan-lahan dan obat diluncurukan melalui langit mulut ke belakang sampai ke esofagus
2. Pemberian intravena :
Dihangatkan ekor hewan uji kedalam air hangat dan dipegang ujung ekor lalu disuntik.
3. Pemberian sub-kutan : Penyuntikkan
dilakukan dibawah kulit pada daerah tengkuk
4. Pemberian intramuscular : Penyuntikkan
dilakukan pada otot gluteus maksimusa tau bisep fermoris atau semi tendinosus paha belakang
5. Pemberian intra peritoneal : Penyuntikkan
dilakukan pada perut sebelah kanan garis tengah, jangan terlalu tinggi agar tidak mengenai hati dan kandung kemih [ CITATION DrM19 \l 2057 ].
Setelah menemukan dosis serta jalur pemberian yang tepat, maka hewan uji telah siapa untuk diberi perlakuan untuk melihati aktivitas farmakologik suatu obat terhadap hewan uji tersebut.
E. KESIMPULAN DAN SARAN Dalam memegang hewan uji, ada beberapa Teknik yang harus diketahui, agar pada saat pengujiannya tidak adanya masalah yang terjadi, baik dari hewan maupun pelakunya. Serta dosis yang dibeirkan kepada hewan oca tidalkan sama dengan apa yang diberikan kepada manusia, maka dosis harus dikonversikan terlebih dahulu.
Begitupula jalur rute pemberian obat yang harus ditentukan sesuai dengan keadaan dan situasi yang diinginkan.
Kepada mahasiswi diharapkan melakukannya dengan hati-hati dan pada saat perhitungan konversi dosis haruslah teliti karena jika tidak akan menimbulkan kematian ataupun kegagalan.
F. LATIHAN SOAL
1. Dik : fenobarbital 70kg = 100mg Dit : pada anjing (12kg) ? Jwb : konversi dosis =
100 ×0,32=32 mg
2. Dik : fenobarbital 30kg = 100mg
Dit : pada tikus 250g ?
Jwb :konversi dosis =
100 × 0,018 =1,8 mg
Berat setara =
250 200 ×1,8
Volume yang diberikan =
2,25
1,8 × 2= 2,5mg
3. Dik : fenobarbital tikus 200g = 2mg
Dit : pada mencit 25g ?
Jwb : konversi dosis =
2× 0,14 =0,28 mg
ss Berat setara =25
20 ×0,28=0,35
Volume yang diberikan =
0,35
0,28 × 1=1,25 mg
DAFTAR PUSTAKA
Darusman, N. (2018). Teknik Penangan Kendali Hewan Sesuai Kaidah Kesejehateraan Hewan Meningkatkan Akurasi Pengukuran Profil Nerodinamkian Tikus Lab.
Jurnal Veteriner, 208-214.
Dewa, K. M. (2010). Peran uji praklinik dalam bidang farmakologi. Surabaya: FK UNAIR.
Katzung, B. (1989). Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Nelson, N. (2015). Model Home for model organisme Intersection of Animal Welfar &
Behavioral Neuroscience. Biosocietes , 46-66.
Prescot, M. (2017). Improving Quality of Science throuh better animal welfare. the NC3R : Strategy Lab Animal, 152-159.
Refdanita, D. (2018). Petunjuk dan Paket Materi Praktikum Farmakologi. Jakarta: Fakultas Farmasi ISTN.
Setawati, A. (1995). Pengantar Farmakologi Dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 11. Jakarta:
Gaya Baru.
Simatupang, D. M. (2019). Panduan Praktikum Farmakologi . FK Universitas Kristen Indonesia.
Sulaksono, M. (1992). Faktor keturunan dan lingkungan menentukan karakteristik hewan.
Jakarta.
Tjay, T. (2007). Obat Penting. Jakarta: PT Gramedia.
Udayana, U. (2019). Modul Praktikum Penanganan Hewan Coba . FK Universitas Udayana.
Yasir, A. (2011). Penanganan Hewan Coba. Makassar: Universitas Muslim Indonesia.
LAMPIRAN gambar 1. pegang mencit
gambar 2. jalur pemberian 1
gambar 3. jalur pemberian 2
LEMBAR PENGESAHAN