• Tidak ada hasil yang ditemukan

Percobaan Perbandingan Kecepatan Penggunan Oksigen (O2) Pada Proses Respirasi Antar Beberapa Macam Hewan

N/A
N/A
Cabi Comel

Academic year: 2024

Membagikan "Percobaan Perbandingan Kecepatan Penggunan Oksigen (O2) Pada Proses Respirasi Antar Beberapa Macam Hewan "

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Percobaan Perbandingan Kecepatan Penggunan Oksigen (O2) Pada Proses Respirasi Antar Beberapa Macam Hewan

Adelia Putri Farnas 210210103122 Fisiologi Hewan B

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Jember, Jalan Kalimantan Nomor 37 Kampus Bumi Tegal Boto, Krajan Timur, Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68121

[email protected]

ABSTRAK

Respirasi atau pernapasan adalah proses menghirup udara bebas yang mengandung O2

(oksigen) dan mengeluarkan udara yang mengandung CO₂ (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Proses respirasi melibatkan beberapa tahapan, diantaranya ialah inspirasi, pertukaran gas di paru-paru, ekspirasi. Mekanisme pernapasan dikendalikan oleh otak dan otot-otot pernapasan.

Setiap hewan memiliki sistem respirasi yang berbeda karena perbedaan dalam struktur, habitat, dan kebutuhan metabolisme mereka. Tujuan dari praktikum acara 3 ialah untuk membuktikan bahwa respirasi membutuhkan oksigen, menghitung kecepatan penggunaan O2 dalam proses respirasi beberapa macam hewan. Alat yang digunakan ialah alat respirometer, beaker glass, pipet tetes, stopwatch, dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan ialah belalang hijau, belalang coklat, jangkrik, cicak, cacing tanah, kapas, vaselin, eosin, dan KOH/NaOH kristal. Hasil dari percobaan ini ialah pada jangkrik setelah dibandingkan, kedua jangkrik memiliki kecepatan respirasi yang tidak sama, lebih cepat respirasi pada jangkrik ke 2 daripada jangkrik ke 1. Perbedaan dalam kecepatan respirasi antara dua cacing tanah dengan berat yang tidak sama, setelah dibandingkan lebih cepat respirasi cacing tanah ke 2 daripada cacing tanah ke 1. Perbandingan kedua belalang hijau, setelah dibandingkan belalang hijau 1 lebih cepat respirasinya daripada belalang hijau ke 2. Dari kedua cicak tersebut setelah dibandingkan, cicak ke 1 lebih cepat respirasinya daripada cicak ke 2. Perbandingan dari kedua belalang coklat dengan berat yang berbeda, dapat memiliki kecepatan respirasi yang berbeda, setelah dibandingkan belalang coklat ke 1 cepat dan konstan, sedangkan belalang ke 2 cepat tetapi tidak stabil. Setiap hewan memiliki sistem respirasi yang berbeda dalam struktur, habitat, dan kebutuhan metabolisme.

Kata kunci: Respirasi, Respirometer, Pernafasan Internal, Pernafasan Eksternal, Bernafas PENDAHULUAN

Bernafas adalah proses memasukkan oksigen ke dalam alat pernapasan dan menghilangkan karbondioksida dan uap air. Ada 2 jenis pernapasan pada manusia, yaitu pernapasan dada & perut (Amalia & Suryani., 2019). Fungsi utama pernafasan sistem ini menyediakan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dalam tubuh sebagai hasil metabolisme, saluran yang membawa udara ke paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Serangga dan burung mewakili invertebrata dan vertebrata. Sistem pernafasan pada serangga merupakan sistem trakea dilengkapi dengan sepuluh pasang spirakel, sistem pernapasan pada burung menggunakan paru-paru dan kantung udara alat pernafasan hewan invertebrata yang paling kompleks dan efisien (Ningsih et al., 2019).

Respirasi atau yang biasa disebut dengan pernapasan adalah proses menghirup

udara bebas yang mengandung O2 (oksigen) dan mengeluarkan udara yang mengandung CO₂ (karbondioksida) sebagai sisa oksidasi keluar dari tubuh. Proses menghirup oksigen ini disebut inspirasi sedangkan proses mengeluarkan karbondioksida disebut ekspirasi. Dalam proses pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan utama. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara di lingkungan sekitar (Utama., 2018: 2).

Ada dua jenis respirasi, diantaranya ialah respirasi internal dan respirasi eksternal.

Respirasi internal adalah proses yang bertanggung jawab atau berfungsi atas konsumsi oksigen yang terjadi di dalam sel. Sedangkan respirasi eksternal adalah proses pengangkutan oksigen yang berasal dari luar tubuh menuju ke dalam sel yang membutuhkan oksigen (dan secara bersamaan mengangkut karbondioksida (CO2) dari sel ke atmosfer) (Scheid et al., 2020).

Respirasi Eksternal adalah proses pernafasan yang melibatkan inhalasi dan pernafasan gas.

(2)

Sedangkan respirasi internal adalah proses pernapasan yang melibatkan pertukaran gas antara darah dan sel-sel tubuh (Sharma &

Sharma., 2023: 96).

Sistem pernapasan bagian atas secara interacing berhubungan dengan sistem rongga yang saling berhubungan yang mencakup lubang hidung, badak-faring, dan oropharynx, dan berkomunikasi dengan laring dan rongga tengah telinga melalui tabung Eustachian.

Fungsi utama sistem pernapasan bagian atas adalah menyaring, memanaskan dan melembutkan udara yang melewatinya sebelum mencapai paru-paru (Santacroce et al., 2020).

Sistem pernapasan selalu menyediakan pertukaran gas di paru-paru, pengangkutan gas melalui darah dan proses oksidatif dijaringan, memainkan peran penting dalam adaptasi manusia terhadap lingkungan gas hiperbarik.

Perubahan pernapasan menentukan efektivitas mekanisme adaptif dan stabilitas organisme (Gulyar & Barats., 2019).

Sistem pernafasan merupakan salah satu sistem yang paling kompleks dan organ yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Paru-paru adalah organ fungsional yang paling penting di seluruh sistem pernafasan, dan terutama dibagi menjadi dua bagian: perpindahan dalam dan porsi pertukaran gas. Perjalanan yang terbang, yang terutama untuk peran galat transmisi, terdiri dari 16 generasi bronkus, dan struktur setiap generasi juga sangat kompleks (Wang et al., 2021).

Alur penyebaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) dari atmosfer (udara) yaitu melalui hidung, tenggorokan, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveoli. Difusi adalah proses pertukaran gas lingkungan luar berupa oksigen (O2) dan darah dengan pertukaran gas di dalam jaringan tubuh. Setelah proses difusi, gas oksigen (O2) memasuki aliran darah dan diangkut oleh eritrosit. Eritrosit adalah sejenis sel darah yang berfungsi sebagai pengikat oksigen (O2), yang penting bagi semua makhluk hidup yang memiliki tulang belakang (Soedradjat et al., 2023).

METODE PENELITIAN Observasi

Praktikum acara 3 membahas mengenai kecepatan penggunaan oksigen pada respirasi hewan, dengan hewan yang digunakan pada praktikum acara 3 diantaranya ialah jangkrik, cacing, belalang hijau, belalang coklat, dan cicak. Praktikum acara 3 ini membutuhkan alat

dan bahan yang sesuai untuk meperlancar kegiatan dalam praktikumnya. Praktikan dapat memulai praktikum dengan prosedur yang sesuai dengan etika, mengenai bagaimana cara memperlakukan hewan uji coba sesuai dengan prosedur yang baik dan benar, supaya tidak menyakiti hewan uji coba yang sedang digunakan untuk praktikum tersebut.

Waktu dan tempat

Praktikum acara 3 mengenai kecepatan penggunaan oksigen pada respirasi hewan, dilaksanakan pada hari Jum’at, 22 September 2023 pada pukul 06.00-08.40 di laboratorium zoologi yang bertempatan di program studi pendidikan biologi, FKIP, UNEJ. Praktikum acara 3 ini dilakukan secara berkelompok dan pastinya akan membutuhkan kekompakan antar anggota kelompok supaya praktikum berjalan dengan lancar dan sukses.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan sangat penting untuk menunjang keberlangsungan saat praktikum.

Alat yang dibutuhkan pada praktikum acara 3 ialah alat respirometer, beaker glass, pipet, pencatat waktu atau stopwatch, dan timbangan analitik. Untuk bahan yang dibutuhkan pada praktikum acara 3 ialah hewan coba (belalang hijau, belalang coklat, jangkrik, cacing tanah, cicak), kapas, vaselin, KOH/NaOH Kristal, eosin. Alat dan bahan tersebut mempunyai fungsi atau kegunaan masing-masing yang dapat memperlancar proses praktikum acara 3 ini berlangsung.

Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum acara 3 kecepatan penggunaan oksigen dalam respirasi hewan ialah langkah pertama menyediakan alat respirometer, lalu menimbang hewan percobaan (belalang hijau, belalang coklat, jangkrik, cacing tanah, dan cicak) dan memasukkan hewan tersebut kedalam tabung respirometer serta masukkan kapas yang sudah diberi beberapa tetes KOH/NaOH kristal, lalu menutup tabung dengan pipet kapiler yang ada pada respirometer dengan posisi alat diletakkan secara horizontal, lalu memasukkan eosin ke dalam ujung pipa kapiler respirometer dengan menggunakan pipet sebanyak 1 tetes, lalu mengamati dan mengukur gerakkan eosin tiap satu menit sampai 10 kali percobaan, lalu menghitung kecepatan penggunaan oksigen (O2) tiap menit pada hewan (belalang hijau, belalang coklat, jangkrik, cacing tanah, dan cicak) dalam 10 kali percobaan.

(3)

TABEL HASIL PENGAMATAN

NO. Hewan

Berat hewan (gram)

Perpindahan Kedudukan Eosin (Dalam Skala) Pada Menit Ke…..

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Jangkrik 0,78 g 0.00-0.04 0.04-0.05 0.05-0.07 0.07-0.09 0.09-0.16 0.16-0.18 0.18-0.21 0.21-0.23 0.23-0.24 0.24-0.26 2. Jangkrik 2 0,78 g 0.00-0.10 0.10-0.24 0.24-0.37 0.37-0.46 0.46-050 0.50-0.62 0.62-0.68 0.68-0.74 0.74-0.79 0.79-0.84 3. Cacing tanah 1,15 g 0 0-0.01 0.01-0.05 0.05-0.09 0.09-0.11 0.11-0.12 0.12-0.15 0.15-0.16 0.16 0.16-0.18 4. Cacing tanah 2 2,95 g 0-0.16 0.16-0.26 0.26-0.43 0.43-0.55 0.55-0.66 0.66-0.75 0.75-0.84 0.84-0.86 0.86-0.88 0.88-0.9 5. Belalang hijau 1,1 g 0.00-0.01 0.01-0.13 0.13-0.19 0.19-0.23 0.23-0.24 0.24-0.35 0.35-0.39 0.39-0.45 0.45-0.56 0.56-0.67 6. Belalang hijau 2 0,56 g 0.00-0.03 0.03-0.06 0.06-0.10 0.10-0.11 0.11-0.12 0.12-0.13 0.13 0.13-0.14 0.14 0.14-0.15 7. Cicak 0,75 g 0.00-0.08 0.08-0.19 0.19-0.27 0.27-0.34 0.34-0.41 0.41-0.46 0.46-0.52 0.52-0.59 0.59-0.67 0.67-0.72 8. Cicak 2 1,91 g 0.00-0.04 0.04-0.13 0.13-0.17 0.17-0.21 0.21-0.27 0.27-0.32 0.32-0.38 0.38-0.43 0.43-0.47 0.47-0.52 9. Belalang coklat 0,42 g 0.00-0.08 0.08-0.2 0.2-0.31 0.31-0.4 0.4-0.49 0.49-0.56 0.56-0.61 0.61-0.66 0.66-0.72 0.72-0.75 10. Belalang coklat 2 0,62 g 0.00-0.01 0.01-0.21 0.21-0.32 0.32-0.45 0.45-0.54 0.54-0.61 0.61-0.68 0.68-0.71 0.71-0.72 0.72-0.76

(4)

PEMBAHASAN

Pernapasan atau biasa disebut juga dengan respirasi adalah sebuah proses pengambilan oksigen dan pelepasan karbohidrat dan penggunaan energi yang ada di dalam tubuh, bahkan ketika kita tertidur sekalipun.

Pernapasan dibedakan menjadi dua yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.

Pernapasan luar adalah di mana terjadinya pertukaran udara di dalam alveolus dengan darah yang berada di dalam kapiler. Sedangkan pernapasan dalam adalah di mana terjadinya pernapasan antara darah yang ada di dalam kapiler dengan semua sel-sel yang ada di dalam tubuh (Putranadi et al., 2021). Pernapasan adalah proses biologis dimana tubuh mahluk hidup mengambil oksigen (O2) dari udara dan membuang karbondioksida (CO2) melalui pernapasan sebagai produk sampingan. Oksigen diperlukan oleh sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi melalui respirasi seluler dan untuk kelangsungan hidup pada mahluk hidup.

Proses pernapasan atau respirasi melibatkan beberapa tahapan, diantaranya ialah pertama inspirasi yaitu udara atau oksigen (O2) dihirup melalui hidung atau mulut, kemudian melalui trakea (saluran udara) dan bronkus hingga mencapai paru-paru. Kedua pertukaran gas di dalam paru-paru, oksigen dari udara diambil oleh alveoli (kantung udara kecil) dan masuk ke dalam pembuluh darah kapiler. Pada saat yang sama, CO2 yang dibawa oleh darah dikeluarkan ke dalam alveoli untuk dikeluarkan saat bernapas. Ketiga ekspirasi yaitu karbondioksida (CO2) yang terkumpul di alveoli dikeluarkan dari paru-paru melalui proses ekspirasi saat kita menghembuskan udara atau oksigen (O2) keluar.

Mekanisme pernapasan dikendalikan oleh otak dan otot-otot pernapasan. Proses ini melibatkan otot-otot seperti diafragma dan otot- otot antar ruas tulang dada. Ketika otak mendeteksi peningkatan kadar karbondioksida (CO2) dalam darah, sinyal dikirim ke otot-otot pernapasan untuk menginspirasi udara (bernapas) agar lebih banyak oksigen (O2) masuk dan karbondioksida (CO2) dikeluarkan.

Mekanisme pernapasan ini berjalan secara otomatis dan terus menerus, dan akan memastikan pasokan oksigen (O2) yang cukup ke sel-sel tubuh dan pembuangan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh

metabolisme di dalam tubuh mahluk hidup tersebut.

Berdasarkan tempat terjadinya pernapasan, pernapasan dapat dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu pernapasan eksternal dan pernapasan internal. Pernapasan Eksternal (Eksternal Respiration) terjadi di organ pernapasan eksternal, yaitu paru-paru, merupakan tahap pertama dalam pernapasan di mana oksigen (O2) diambil dari udara yang dihirup ke dalam paru-paru melalui hidung atau mulut. Di dalam paru-paru, oksigen (O2) ini difusi ke dalam darah melalui membran tipis di alveoli (kantung udara kecil) dan sebaliknya, karbondioksida (CO2) yang terbawa oleh darah akan dikeluarkan dari alveoli ke dalam udara untuk dikeluarkan saat bernapas. Pernapasan eksternal bertujuan untuk mengambil oksigen (O2) dari lingkungan dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) dari dalam tubuh.

Pernapasan Internal atau (Internal Respiration terjadi di dalam sel-sel tubuh, tepatnya di mitokondria sel, merupakan tahap kedua dalam pernapasan yang terjadi setelah oksigen mencapai sel-sel tubuh melalui peredaran darah. Di dalam mitokondria, oksigen (O2) diubah menjadi energi melalui proses respirasi seluler, yang melibatkan reaksi kimia kompleks yang melibatkan glukosa dan oksigen (O2) untuk menghasilkan energi (ATP) dan karbon dioksida sebagai produk sampingan.

Pernapasan internal bertujuan untuk menghasilkan energi yang diperlukan oleh sel- sel tubuh untuk melakukan fungsi-fungsi biologis seperti kontraksi otot, pertumbuhan, pemeliharaan, dan lainnya.

Fungsi alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara 3 ialah untuk alat ada respirometer yang digunakan untuk mengukur tingkat pernapasan atau respirasi pada mahluk hidup, beaker glass digunakan untuk meletakkan hewan uji coba saat ditimbang, pipet digunakan untuk mengambil larutan eosin dan memasukkannya kedalam mulut ujung respirometer sebanyak 1 tetes, agar tidak berantakan, pencatat waktu atau stopwatch digunakan untuk mengukur waktu yang telah ditentukan utnuk mengamati kecepatan respirasi pada hewan coba setiap menitnya sebanyak 10 kali percobaan, timbangan analitik digunakan untuk menimbang hewan coba saat akan digunakan untuk praktikum.

Fungsi bahan yang digunakan pada praktikum acara 3 ialah hewan berupa belalang hijau, belalang coklat, cicak, cacing tanah, dan

(5)

jangkrik yang digunakan untuk hewan percobaan. Kapas yang digunakan untuk mengambil atau menampung beberapa tetes larutan KOH/NaOH kristal, vaselin digunakan untuk melapisi respirometer agar udara yang berada di dalam tabung tidak dapat masuk melalui celah mulut tabung dengan penutup sehingga eosin dapat bergerak karena udara melewati pipa kaca, KOH/NaOH Kristal digunakan untuk mengikat CO2 agar kadar oksigen (O2) dapat diukur dan tidak tercampur dengan udara lain, eosin digunakan untuk penanda laju pernapasan sehingga memudahkan pembacaan pada skala respirometer.

Hasil pengamatan pada jangkrik dengan berat 0,78 g dengan perpindahan kedudukan menit ke 1 hasilnya 0.00-0.04, pada menit ke 2 hasilnya 0.04-0.05, pada menit ke 3 hasilnya 0.05-0.07, pada menit ke 4 hasilnya 0.07-0.09, pada menit ke 5 hasilnya 0.09-0.16, pada menit ke 6 hasilnya 0.16-0.18, pada menit ke 7 hasilnya 0.18-0.21, pada menit ke 8 hasilnya 0.21-0.23, pada menit ke 9 hasilnya 0.23-0.24, pada menit ke 10 hasilnya 0,24-0,26. Dari data tersebut kecepatan respirasi jangkrik tidak stabil dan bahkan sangat lambat, dikarenakan kondisi fisik yang tidak aktif.

Pada jangkrik ke 2 dengan berat 0,78 g dengan perpindahan kedudukan menit ke 1 hasilnya 0.00-0.10, pada menit ke 2 hasilnya 0.10-0.24, pada menit ke 3 hasilnya 0.24-0.37, pada menit ke 4 hasilnya 0.37-0.46, pada menit ke 5 hasilnya 0.46-0.50 pada menit ke 6 hasilnya 0.50-0.62 pada menit ke 7 hasilnya 0.62-0.68 pada menit ke 8 hasilnya 0.68-0.74 pada menit ke 9 hasilnya 0.74-0.79, pada menit ke 10 hasilnya 0.79-0.84. Pada jangkrik ke 2 respirasi berlangsung dengan cepat hal ini dikarenakan kondisinya yang aktif

Dari hasil data kedua jangkrik dengan berat yang sama, dan dibandingkan hasilnya kedua jangkrik memiliki kecepatan respirasi yang tidak sama, lebih cepat respirasi pada jangkrik ke 2 daripada jangkrik ke 1. Dari hal tersebut dikarenakan kedua jangkrik mempunyai perbedaan yang signifikan, salah satunya adalah tingkat aktivitas fisik, pada jangkrik ke 2 lebih aktif daripada jangkrik ke 1.

Jangkrik yang lebih aktif dan bergerak lebih banyak akan memiliki kecepatan respirasi yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuhnya. Faktor-faktor lingkungan seperti suhu, tingkat stress, tingkat kelembaban juga dapat memengaruhi kecepatan respirasi jangkrik. Jangkrik mungkin akan mengatur laju

pernapasannya untuk mengatasi kondisi lingkungan yang berubah.

Cacing tanah dengan berat 1,15 g dengan perpindahan kedudukan menit ke 1 hasilnya 0, pada menit ke 2 hasilnya 0-0.01, pada menit ke 3 hasilnya 0.01-0.05, pada menit ke 4 hasilnya 0.05-0.09, pada menit ke 5 hasilnya 0.09-0.11, pada menit ke 6 hasilnya 0.11-0.12, pada menit ke 7 hasilnya 0.12-0.15, pada menit ke 8 hasilnya 0.15-0.16, pada menit ke 9 hasilnya 0.16, pada menit ke 10 hasilnya 0.16-0.18. Dari data tersebut didapatkan hasil bahwa kecepatan respirasi terbilang pelan, kemungkinan hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatam respirasi pada cacing tanah tersebut.

Cacing tanah ke 2 dengan berat 2,95 g dengan perpindahan kedudukan menit ke 1 hasilnya 0-0.16, pada menit ke 2 hasilnya 0.16- 0.26, pada menit ke 3 hasilnya 0,26-0,43, pada menit ke 4 hasilnya 0.43-0.55, pada menit ke 5 hasilnya 0.55-0.66, pada menit ke 6 hasilnya 0.66-0.75, pada menit ke 7 hasilnya 0.75-0.84, pada menit ke 8 hasilnya 0.84-0.86, pada menit ke 9 hasilnya 0.86-0.88, pada menit ke 10 hasilnya 0.88-0.9. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa respirasi pada cacing tanah ke 2 terbilang cepat.

Perbedaan dalam kecepatan respirasi antara dua cacing tanah dengan berat yang tidak sama, setelah dibandingkan lebih cepat respirasi cacing tanah ke 2 daripada cacing tanah ke 1, hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti metabolisme, tingkat stress, habitat, kondisi dan posisi tubuhnya. Cacing yang lebih berat mungkin memiliki metabolisme yang lebih lambat atau lebih cepat daripada cacing yang lebih ringan. Faktor-faktor lain yang memengaruhi kecepatan respirasi meliputi suhu lingkungan, kelembaban, dan ketersediaan oksigen, posisi dan kondisi tubuhnya.

Belalang hijau dengan berat 1,1 g dengan perpindahan kedudukan menit ke 1 hasilnya 0.00-0.01, pada menit ke 2 hasilnya 0.01-0.13, pada menit ke 3 hasilnya 0.13-0.19, pada menit ke 4 hasilnya 0.19-0.23, pada menit ke 5 hasilnya 0.23-0.24, pada menit ke 6 hasilnya 0.24-0.35, pada menit ke 7 hasilnya 0.35-0.39, pada menit ke 8 hasilnya 0.39-0.45, pada menit ke 9 hasilnya 0.45-0.56, pada menit ke 10 hasilnya 0.56-0.67. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa kecepatan respirasi dari belalang hijau terlihat konstan dan stabil.

Belalang hijau ke 2 dengan berat 0,56 g dengan perpindahan kedudukan menit ke 1

(6)

hasilnya 0.00-0.03, pada menit ke 2 hasilnya 0.03-0.06, pada menit ke 3 hasilnya 0.06-0.10, pada menit ke 4 hasilnya 0.10-0.11, pada menit ke 5 hasilnya 0.11-0.12, pada menit ke 6 hasilnya 0.12-0.13, pada menit ke 7 hasilnya 0.13, pada menit ke 8 hasilnya 0.13-0.14, pada menit ke 9 hasilnya 0.14, pada menit ke 10 hasilnya 0.14-0.15. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa kecepatan respirasi awalnya konstan, tapi lama kelamaan terlihat lebih lambat,hal ini mungkin karena lama-kelamaan belalang hijau ke 2 tambah lemas.

Dari kedua belalang hijau tersebut setelah dibandingkan belalang hijau 1 lebih cepat respirasinya daripada belalang hijau ke 2, perbedaan dari keduanya kemungkinan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti ukuran tubuh dari belalang hijau, habitat dari keduanya (ada yang hidup di daerah darat, dan satu lagi hidup di daerah dekat perairan), suhu lingkungan tempat kedua belalang tersebut hidup, posisi tubuh, umur, dan kondisi tubuh dari kedua belalang hijau tersebut, sehingga dapat mempengaruhi kecepatan respirasinya.

Cicak dengan berat 0,75 g dengan perpindahan kedudukan menit ke 1 hasilnya 0.00-0.08, pada menit ke 2 hasilnya 0.08-0.19, pada menit ke 3 hasilnya 0.19-0.27, pada menit ke 4 hasilnya 0.27-0.34, pada menit ke 5 hasilnya 0.34-0.41, pada menit ke 6 hasilnya 0.41-0.46, pada menit ke 7 hasilnya 0.46-0.52, pada menit ke 8 hasilnya 0.52-0.59, pada menit ke 9 hasilnya 0.59-0.67, pada menit ke 10 hasilnya 0.67-0.72. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa kecepatan respirasi dari cicak terlihat konstan, stabil, dan cepat.

Cicak ke 2 dengan berat 1,91 g dengan perpindahan kedudukan menit ke 1 hasilnya 0.00-0.04, pada menit ke 2 hasilnya 0.04-0.13, pada menit ke 3 hasilnya 0.13-0.17, pada menit ke 4 hasilnya 0.17-0.21, pada menit ke 5 hasilnya 0.21-0.27, pada menit ke 6 hasilnya 0.27-0.32, pada menit ke 7 hasilnya 0.32-0.38, pada menit ke 8 hasilnya 0.38-0.43, pada menit ke 9 hasilnya 0.43-0.47, pada menit ke 10 hasilnya 0.47-0.52. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa kecepatan respirasi dari cicak terlihat tidak stabil, kemungkinan karena aktivitas yang terkadang pasif atau aktif, bahkan posisi dan kondisi cicak tersebut tidak stabil.

Dari kedua cicak tersebut setelah dibandingkan, cicak ke 1 lebih cepat respirasinya daripada cicak ke 2, faktor yang mempengaruuhi ialah, metabolism cicak dengan berat tubuh yang lebih besar mungkin memiliki

tingkat metabolisme yang lebih tinggi, tingkat stress. Ukuran Paru-paru cicak yang lebih besar mungkin memiliki paru-paru yang lebih besar atau lebih efisien dalam pertukaran gas.

Aktivitas fisik juga memengaruhi kecepatan pernapasan. Cicak yang lebih berat mungkin memiliki kebutuhan energi yang lebih besar jika mereka lebih aktif, sehingga mereka perlu menghirup lebih banyak udara untuk mendukung aktivitas mereka.

Belalang coklat dengan berat 0,42 g dengan perpindahan kedudukan menit ke 1 hasilnya 0.00-0.08, pada menit ke 2 hasilnya 0.08-0.2, pada menit ke 3 hasilnya 0.2-0.31, pada menit ke 4 hasilnya 0.31-0.4, pada menit ke 5 hasilnya 0.4-0.49, pada menit ke 6 hasilnya 0.49-0.56, pada menit ke 7 hasilnya 0.56-0.61, pada menit ke 8 hasilnya 0.61-0.66, pada menit ke 9 hasilnya 0.66-0.72, pada menit ke 10 hasilnya 0.72-0.75. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa respirasi sangat cepat, hal tersebut kemungkinan karena cicak sangat aktif, posisi tubuh dan kondisi tubuhnya stabil.

Belalang coklat ke 2 dengan berat 0,62 g dengan perpindahan kedudukan menit ke 1 hasilnya 0.00-0.01, pada menit ke 2 hasilnya 0.01-0.21, pada menit ke 3 hasilnya 0.21-0.32, pada menit ke 4 hasilnya 0.32-0.45, pada menit ke 5 hasilnya 0.45-0.54, pada menit ke 6 hasilnya 0.54-0.61, pada menit ke 7 hasilnya 0.61-0.68, pada menit ke 8 hasilnya 0.68-0.71, pada menit ke 9 hasilnya 0.71-0.72, pada menit ke 10 hasilnya 0,72-0,76. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa kecepatan respirasi terlihat sangat cepat, dikarenakan belalang tersebut aktif, kondisi dan posisi tubuhnya stabil.

Perbandingan dari kedua belalang coklat dengan berat yang berbeda, dapat memiliki kecepatan respirasi yang berbeda, setelah dibandingkan belalang coklat ke 1 cepat dan konstan, sedangkan belalang ke 2 cepat tetapi tidak stabil, hal ini karena berbagai faktor seperti tingkat aktivitas fisik, metabolisme, dan suhu tubuh yang dapat memengaruhi tingkat oksigen (O2) yang dibutuhkan dan karbon dioksida yang dihasilkan. Belalang yang lebih berat mungkin memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dan oleh karena itu perlu lebih banyak oksigen untuk mendukung aktivitas tubuhnya, sehingga mereka perlu menghasilkan karbon dioksida lebih cepat melalui respirasi.

Setiap hewan memiliki sistem respirasi yang berbeda karena perbedaan dalam struktur, habitat, dan kebutuhan metabolisme mereka.

Pada jangkrik memiliki trakea, yaitu tabung-

(7)

tabung yang menghubungkan permukaan tubuhnya dengan udara, hal memungkinkan pertukaran gas terjadi langsung melalui trakea tanpa perlu paru-paru, dan cocok untuk hewan kecil dengan pernapasan pasif. Cacing tanah bernapas melalui kulitnya yang tipis dan lembab, memungkinkan pertukaran gas dengan lingkungan sekitarnya, metode ini efisien untuk hewan yang hidup di dalam tanah.

Belalang hijau memiliki paru-paru buku (book lungs) yang mirip dengan buku-buku dalam lembaran halaman buku, paru-paru buku memungkinkan pertukaran gas di dalamnya, hal ini merupakan adaptasi untuk hewan yang hidup di darat. Sama seperti belalang hijau, belalang coklat juga memiliki paru-paru buku. Ini adalah karakteristik umum pada kelompok hewan ini, karena mereka termasuk dalam ordo yang sama.

Cicak memiliki paru-paru yang mirip dengan manusia. Mereka adalah hewan yang hidup di darat dan perlu menghasilkan energi dalam jumlah besar, sehingga memerlukan sistem respirasi yang efisien seperti paru-paru. Jadi sistem respirasi yang berbeda pada hewan- hewan ini adalah hasil adaptasi terhadap lingkungan dan kebutuhan hidup mereka.

Faktor-faktor seperti ukuran tubuh, habitat, dan kebutuhan oksigen memengaruhi evolusi sistem respirasi pada setiap spesies.

Laju respirasi setiap individu dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya ialah aktivitas fisik mahluk hidup, usia, kondisi tubuhnya, lingkungan atau habitat tempat tinggal mahluk hidup tersebut, tingkat stress pada mahluk hidup, posisi tubuh, ukuran dan massa tubuh mahluk hidup, suhu, kelembaban, kadar oksigen (O2), kadar karbondioksida (CO2) dalam darah, dan sebagainya.

KESIMPULAN

Respirasi adalah proses menghirup udara bebas yang mengandung O2 (oksigen) dan mengeluarkan udara yang mengandung CO₂ (karbondioksida) sebagai sisa oksidasi keluar dari tubuh. Proses respirasi melibatkan beberapa tahapan, diantaranya ialah inspirasi, pertukaran gas di paru-paru, ekspirasi. Mekanisme pernapasan dikendalikan oleh otak dan otot-otot pernapasan. Setiap hewan memiliki sistem respirasi yang berbeda karena perbedaan dalam struktur, habitat, dan kebutuhan metabolisme mereka. Jangkrik dengan trakea, cacing tanah dengan kulit, belalang hijau memiliki paru-paru buku, cicak memiliki paru-paru yang mirip dengan manusia. Jadi sistem respirasi yang

berbeda pada hewan-hewan ini adalah hasil adaptasi terhadap lingkungan dan kebutuhan hidup mereka. Faktor-faktor seperti ukuran tubuh, habitat, dan kebutuhan oksigen memengaruhi evolusi sistem respirasi pada setiap spesies. Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan respirasi pada hewan disebut dengan alat respirometer yang di gunakan dengan menggunakan stopwatch atau alat pengukur waktu, dan eosin sebagai penanda dan memperjelas dalam melihat skala dalam respirometer.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, E. L., & Suryani, D. (2019). Augmented Reality Untuk Sistem Pernafasan Pada Manusia. Smartics Journal, 5(2), 55-59.

Gulyar, S. A., & Barats, Y. M. (2019). Habitable underwater hyperbaric facilities:

respiratory balance in the human organism during adapting to saturation nitrogen-oxygen hyperbaria. Polish Hyperbaric Research, 3(68), 93-118.

Ningsih, L. R., Rusdi, R., & Miarsyah, M.

(2019). Exploring respiratory system to improve biological learning motivation:

resysmart media application. Biosfer:

Jurnal Pendidikan Biologi, 12(2), 211- 222.

Putranadi, K., Wahyuni, D. S., & Agustini, K.

(2021). Pengembangan Media Pembelajaran Struktur Pernapasan Dan Ekskresi Manusia Untuk Kelas Xi Ipa

Di Sma Negeri 2

Singaraja. KARMAPATI (Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika), 10(3), 300-310.

Santacroce, L., Charitos, I. A., Ballini, A., Inchingolo, F., Luperto, P., De Nitto, E.,

& Topi, S. (2020). The human respiratory system and its microbiome at a glimpse. Biology, 9(10), 1-16.

Sharma, H., & Sharma, P. (2023). S.E.H.

Science Class 10th. India: Booksclinic Publishing.

Scheid, J. L., Lupien, S. P., Ford, G. S., & West, S. L. (2020). Commentary:

physiological and psychological impact

(8)

of face mask usage during the COVID- 19 pandemic. International journal of environmental research and public health, 17(18), 1-12.

Soedradjat, O. F., Magdalena, R., & Pratiwi, N.

K. C. (2023). Deteksi Gangguan Paru- Paru Berbasis Citra X-Ray Menggunakan Deep Learning.

eProceedings of Engineering, 9(6), 1-6.

Utama, S. Y. A. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi.

Yogyakarta: Deepublis.

Wang, D., Cong, Y., Deng, Q., Han, X., Zhang, S., Zhao, L., & Zhang, X. (2021).

Physiological and disease models of respiratory system based on organ-on-a- chip technology. Micromachines, 12(9), 1-23.

(9)

LAMPIRAN Dokumentasi Kegiatan

(10)

Jurnal

(11)

(12)

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

Buku

(18)
(19)

Lembar ACC

Referensi

Dokumen terkait