• Tidak ada hasil yang ditemukan

peredaran dan penilaian buku pelajaran sd - Direktori File UPI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "peredaran dan penilaian buku pelajaran sd - Direktori File UPI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

RESUME by Tarunasena

PEREDARAN DAN PENILAIAN BUKU PELAJARAN SD

Supriadi. D. 2000b. Anatomi Buku Sekolah di Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

A. Peredaran Buku Pelajaran SD

1. Meluasnya Penggunaan Buku yang Belum Disyahkan

Hasil studi mengenai penggunaan terbitan swasta, sekitar 37% yang telah mendapatkan rekomendasi dari Dirjen Dikdasmen, untuk itu ditarik kesimpulan bahwa:

(1) sekolah-sekolah pada umumnya menggunakan buku terbitan swasta (2) penggunaan buku–buku yang tidak mendapatkan pengesahan merupakan

gejala yang meluas di hampir semua sekolah yang memakai buku terbitan swasta, sementara itu di pihak lain,

(3) pengedaran buku-buku swasta yang belum disyahkan itu dilakukan oleh hampir semua penerbit.

Hasil temuan di Bandung tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan kedua studi tersebut: studi pertama terhadap 160 penerbit di Indonesia, ternyata hanya 24% penerbit yang mengaku mengedarkan buku yang belum mendapatkan rekomendasi dari Dirjen Dikdasmen, studi kedua survei terhadap 867 sekolah (714 SD/ 149 MI) di Indonesia untuk Proyek Pengembangan Buku dan Minat Baca, hasilnya adlah buku terbitan hanya digunakan pada 42% sekolah dan sekitar 2/3 buku terbitan swasta yang digunakan di sekolah pada lima mata pelajaran pokok (PPKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS) telah mendapatkan pengesahan dari Dikdasmen.

Ada tiga kemungkinan penjelasan yang dapat diberikan terhadap perbedaan hasil studi tersebut, yaitu:

(1) perbedaan tersebut di satu pihak menggambarkan adanya perubahan di tingkat sekolah dalam penggunaan buku yang telah dan belum disyahkan dan di pihak lain terjadi perubahan sikap penerbit dalam mengedarkan buku-bukunya

(2)

(2) perbedaan tersebut kemungkinan berkaitan dengan validitas informasi pada studi terdahuluyang bersumber dari cara pengumpulan data yang mengandalkan pengakuan Kepala Sekolah

(3) Tingginya penggunaan buku yang telah disyahkan pada studi yang terdahulu kemungkinan berkaitan dengan sampel penelitian.

2. Rekomendasi Pejabat dan Kemandirian Sekolah dalam Memilih Buku Pelajaran

Untuk lebih jelasnya peranan rekomendasi pejabat dapat dilihat pada tabel penentuan buku terbitan swasta yang digunakan di SD/MI pada 10 propinsi

“tertinggi” dan “terendah” serta peranan rekomendasi pejabatnya.

Propinsi Rekomendasi Pejabat Ditentukan

Sekolah Rekomendasi Dominan

1. Jawa Barat 2. Maluku 3. Jawa Tengah 4. Jambi

5. Kalimantan Tengah

76%

73%

61%

58%

58%

24%

27%

39%

42%

42%

Sekolah Dominan 1. DKI Jakarta 2. Kalimantan Barat 3. Sumatera Barat 4. Sulawesi Utara 5. Sumatera Utara

15%

21%

22%

35%

35%

85%

79%

78%

65%

64%

Untuk memahami lebih lanjut hubungan antara (1) perilaku birokrasi (yang direpresentasikan oleh kuat lemahnya peranan rekomendasi pejabat) yang di pihak lain mencerminkan tinggi rendahnya kemandirian sekolah dalam menentukan pilihan, (2) potensi pasar buku di suatu propinsi (sebagai variabel independen) dengan tingkat penggunaan buku

(3)

oleh siswa/ sekolah (sebagai variabel dependen), dapat dikemukakan empat varian yang digambarkan dalam bentuk kuadran A, B, C, dan D pada matrik berikut:

Hubungan antara Keputusan tentang Penggunaan Buku Pelajaran dan Potensi Pasar Buku

Penentuan Buku Teks Terbitan Swasta

Potensi Pasar Buku

A B

Pejabat Dominan Jabar

Jateng

B Maluku Kalteng Jambi

Sekolah Dominan C

DKI Sumut Sumba

D Sulut Kalbar

B. Problematik Penilaian Buku Pelajaran

1. Sikap Ambivalen Pemerintah dalam Penilaian Buku

Berkenaan dengan relevansi penilaian buku sebagai syarat dikeluarkannya rekomendasi Dirjen Dikdasmen, pertama-tama perlu dikemukakan bahwa rekomendasi itu mempunyai tujuan yang sangat penting dan bahkan mulia yaitu melindungi siswa sekolahdari penggunaan b uku yang belum dijamin kelayakannya.

Perkembangan penilaian buku selama 17 tahun (1979 – 1995) menunjukkan tingginya jumlah buku (terdiri atas buku-buku pelajaran dan buku-buku bacaan).

Penilaiannya dlakukan oleh Direktorat Sarana Pendidikan.

Antara tahun 1995 –1997 terjadi diskusi yang intensif di lingkungan Ditjen Dikdasmen dan Pusat Perbukuan yang sesekali melibatkan IKAPI mengenai penilaian buku. Ditjen Dikdasmen menunjukkan sikap ambivalen terhadap penilaian buku dan perlu tidaknya rekomendasi Dirjen diberikan atas buku-buku terbitan swasta. Ditjen

(4)

Dikdasmen masih merasakan perlunya mekanisme unt uk melindungi sekolah dari pengggunaan buku yang tidak laik pakai.

2. Kontroversi tentang Kontribusi Penerbit

Penerbit yang bukunya disertakan dalam penilaian diimbau untuk memenuhi dua hal:

1) menyeleksi terlebih dahulu buku-buku yang akan disertakan dalam penilaian dengan membentuk tim penilai intern penerbit sehingga dapat meringankan beban tim penilai.

2) Untuk ikut serta berkontribusi menanggung sebagian biaya penilaian, mengingat anggaran yang tersedia pada Ditjen Dikdasmen amat terbatas dibandingkan dengan beban kerja Tim Penilai.

Terhadap himbauan itu, sebagian penerbit ada yang menyatakan dukungannya dan siap memberikan kontribusinya. Sedangkan sebagian lainnya, menyatakan menolak himbauan tersebut dengan alasan bahwa biaya penilaian sepenuhnya merupakan tanggung jawab pihak penyelenggara. Menanggapi kontroversi tersebut, Ditjen Dikdasmen memutuskan untuk membatalkan prakarsa tersebut, dan menghimbau IKAPI untuk mengembalikan semua dana yang telah diterimanya dari penerbit.

3. Reaksi IKAPI terhadap Surat Edaran Sekjen Depdikbud

Kebijakan tentang pembelian buku oleh siswa tertuang dalam Surat Edaran Sekretaris Jenderal Depdikbud bulan Mei 1997 yang isinya melarang sekolah untuk mewajibkan siswanya, baik secara perorangan maupun secara kolektif untuk membeli buku terbitan swasta dan kepada pelanggar akan dikenakan sangsi. Kebijakan tentang penilaian adalah dihentikannya hingga batas waktu yang tidak ditentukan proses penilaian buku pelajaran terbitan swasta.

IKAPI menanggapi surat edaran tersebut secara serius, karena menurut penilaiannya di tingkat sekolah hal itu dapat ditafsirkan sebagai larangan peluangpenerbit untuk memasarkan bukunya ke sekolah. Tiga tahun sejak diberlakukannya larangan tersebut, studi menyatakan bahwa tingkat penggunaan

(5)

buku terbitan swasta di sekolah-sekolah tetap tinggi, bahkan semakin tinggi dengan sebagian besar buku-buku tersebut tanpa pengesahan Dirjen Dikdasmen sekalipun mulai diterbitkan sebelum penilaian dihentikan pada tahun 1997.

C. Penilaian Buku, Rekomendasi Dirjen Dikdasmen dan Buku-Buku Paket: opsi-opsi kebijakan

1. Implikasi opsi pertama: mengulang dilema klasik 2. Implikasi opsi kedua : jarak Pemerintah dan Swasta

3. Implikasi opsi ketiga : subsidi bagi siswa yang tidak mampu

4. Prioritas Opsi Kebijakan yang perlu dihindari dan ditempuh

Referensi

Dokumen terkait