• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan ruang terbuka hijau (RTH) berkelanjutan untuk adaptasi terhadap perubahan iklim di kecamatan tanjung senang, bandar lampung

N/A
N/A
Melisa Siti Febiane Ad'ha

Academic year: 2023

Membagikan "Perencanaan ruang terbuka hijau (RTH) berkelanjutan untuk adaptasi terhadap perubahan iklim di kecamatan tanjung senang, bandar lampung "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH

e-ISSN: 2502 – 4205 Vol.x., No.x, Bulan Tahun http://ojs.uho.ac.id/index.php/ppw

Perencanaan ruang terbuka hijau (RTH) berkelanjutan untuk adaptasi terhadap perubahan iklim di kecamatan tanjung senang,

bandar lampung

Sustainable green open space (RTH) Planning for Adaptation to Climate Change in Tanjung Senang, Bandar Lampung

Melisa Siti Febiane Adha 1)*), Muhammad Saddam Ali 2)

1) Program Studi Arsitektur Lanskap,Fakultas Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan, Institut Teknologi Sumatera

2)Lab. Manajemen dan Material Lanskap, Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan, Institut Teknologi Sumatera

ABSTRACT

Climate change adaptation is the effort and strategy undertaken to reduce human and ecosystem vulnerability to the impacts of climate change. Green open space (RTH) planning based on climate change adaptation in the Tanjung Senang District, Bandar Lampung City, aims to reduce the risks of climate change impacts through the development of climate-resilient infrastructure and the enhancement and preservation of ecosystems in urban areas, as stipulated in the Spatial Planning (RTRW) of Bandar Lampung City. With the Resilient City concept, this RTH area is designed to be interconnected and establish a balance between humans and the environment, involving various stakeholders in management and partnerships. The implementation of this concept is expected to create a resilient city capable of optimal adaptation to climate change, natural disasters, as well as social and economic crises.

Keywords: Climate Change Adaptation, Green Open Spaces, Landscape Planning, Urban

ABSTRAK

Adaptasi perubahan iklim adalah upaya dan strategi yang diambil untuk mengurangi kerentanan manusia dan ekosistem terhadap dampak perubahan iklim. Perencanaan ruang terbuka hijau (RTH) berbasis Adaptasi perubahan iklim pada kawasan Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung dilakukan untuk mengurangi risiko dampak perubahan iklim melalui pengembangan infrastruktur tahan iklim, peningkatan dan pelestarian ekosistem di area perkotaan sebagaimana telah diatur dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung. Dengan konsep Resilient City, kawasan RTH ini dirancang agar terhubung dan menciptakan keseimbangan antara manusia dan lingkungan, melibatkan beragam stakeholders dalam pengelolaan dan kemitraan. Penerapan konsep ini diharapkan menciptakan kota yang tangguh dan mampu bertahan optimal terhadap perubahan iklim, bencana alam, serta krisis sosial dan ekonomi

Kata Kunci: Adaptasi Perubahan Iklim, Ruang Terbuka Hijau, Perencanaan Lanskap, Perkotaan

DOI: http://dx.doi.org/10.33772/ppw.v1n1.xxxx(Times New Roman 10, bold) PENDAHULUAN

(2)

Perubahan iklim global merupakan tantangan serius yang dihadapi oleh dunia saat ini. Pemanasan global, peningkatan suhu rata-rata, perubahan pola hujan, kenaikan permukaan laut, dan fenomena ekstrem lainnya menjadi umum. Indonesia berada di antara 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT.

Menurut letak geografisnya Indonesia terletak di antara dua benua, yakni Asia dan Australia, dan di antara dua samudra, yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Letak geografis Indonesia yang diapit dua benua dan berada di antara dua samudra berpengaruh besar terhadap keadaan alam maupun kehidupan penduduk. Letak ini juga disebut/dikenal sebagai posisi silang (cross position). Perubahan iklim tidak hanya mempengaruhi lingkungan alam, tetapi juga memiliki dampak signifikan terutama pada kawasan perkotaan di Indonesia. Peningkatan urbanisasi telah menyebabkan meningkatnya kepadatan penduduk di kawasan perkotaan tidak terkecuali kota Bandar Lampung. Hal ini menghasilkan permintaan akan RTH yang lebih baik dan berkelanjutan dalam upaya menjaga kualitas hidup dan kesehatan warga kota.

Berdasarkan UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang secara tegas menentukan bahwa proporsi RTH kota minimal 30% dari luas wilayahnya.

Ruang terbuka hijau memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan membantu manusia beradaptasi dengan perubahan iklim. RTH berperan dalam menyediakan penyerapan karbon, mengurangi suhu permukaan kota, dan mengurangi resiko banjir. Perencanaan RTH yang berkelanjutan dan adaptif adalah bagian integral dari pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGS), untuk kesejahteraan kota, lingkungan dan iklim.

METODE PENELITIAN

Perencanaan dilaksanakan selama empat bulan dimulai dari Bulan September 2023 hingga Bulan Desember 2023. Tapak berlokasi di Wilayah Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung dengan luas kawasan perencanaan

±530.000m2 atau 53 hektare.

Gambar 1. Lokasi Tapak Perencanaan RTH

Perencanaan dilakukan dengan metode survei yang dilakukan dengan observasi langsung ke tapak dan studi literatur. Perencanaan ini bersifat deskriptif kualitatif yang didukung dengan studi literatur serta gambar-gambar desain penulis. Dalam proses perencanaan terdapat beberapa tahapan, yakni tahap inventarisasi, analisis dengan metode scoring, rencana fisik dan nonfisik, hingga rencana induk (Masterplan). Tahapan perencanaan dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Tahapan Perencanaan Modifikasi Gold (1980)

HASIL DAN PEMBAHASAN Inventarisasi

Tapak perencanaan berada di Kecamatan Tanjung Senang Kota Bandar Lampung dengan luasan tapak perencanaan ±53 hektare. Tapak berada di area perkotaan sehingga dapat diakses dengan mudah melalui Jalan Terusan Ryacudu.

Tapak perencanaan memiliki bentuk topografi tergolong cukup landai dengan titik elevasi tertinggi pada 114 mdpl dan titik terendahnya 94 mdpl. Jenis tanah pada tapak ialah luvisol dengan subgroup chromic.

Tapak perencanaan merupakan lahan pertanian dan area pemukiman. Vegetasi yang terdapat pada area tapak ialah vegetasi pada area pertanian dan area pemukiman, diantaranya ialah mahoni, ketapang, dan akasia pada area pemukiman.

Sedangkan pada area pertanian didominasi dengan sawah. Hal tersebut membentuk mosaik pada tapak yang terdiri dari beberapa patch, yaitu lahan pertanian dan area pepohonan akasia. Aktivitas pada tapak perencanaan didominasi dengan kegiatan bermukim, bertani, dan berkebun.

(3)

Analisis Sintesis Perencanaan

Proses analsis perencanaan dilakukan dengan metode analisis kesesuaian lahan dengan kebutuhan konsep dalam perencanaan yaitu konsep, yaitu dari adaptasi terhadap perubahan iklim, penilaian analisis scoring dilakukan berdasarkan tiga aspek yaitu, fisik, lingkungan, biologis, dan sosial budaya.

Analisis Sintesis Aspek Fisik Lingkungan

Berdasarkan analisis dan sintesis scoring atribut fisik yang meliputi jenis tanah, hidrologi, dan sirkulasi di tapak, dihasilkan skor (1-3) adalah area yang tidak sesuai untuk perencanan RTH adaptasi iklim sehingga perlu ada perencanaan lebih lanjut.

Skor (4-6) adalah area yang cukup sesuai untuk perencanaan RTH adaptasi perubahan iklim dengan mempertahankan lahan eksisting. Skor (7-9) adalah area yang sesuai untuk perencanaan RTH adaptasi perubahan iklim

Gambar 3. Sintesis Aspek Fisik Lingkungan

Analisis Sintesis Aspek Biologis Lingkungan

Berdasarkan analisis dan sintesis scoring atribut biologis berkaitan dengan vegetasi di tapak, dihasilkan skor (1-3) adalah area yang tidak sesuai dengan konsep RTH adaptasi perubahan iklim karena area tersebut merupakan area pertanian yang di tanami padi dan sayur-mayur. Skor (4-6) adalah area yang cukup sesuai dengan vegetasi eksisting berupa pepohonan buah dan tanaman estetika. Skor (7-9) adalah vegetasi yang memiliki kriteria sesuai sebagai RTH adaptasi perubahan iklim. Sehingga dapat simpulkan bahwa tapak sesuai dan dapat memenuhi kriteria untuk perencanaan RTH sebagai adaptasi perubahan iklim.

Gambar 4. Sintesis Aspek Biologis Lingkungan

Analisis Sintesis Aspek Sosial Budaya

Berdasarkan analisis dan sintesis scoring atribut biologis berkaitan dengan vegetasi di tapak, dihasilkan skor (1-3) adalah area yang tidak sesuai dengan konsep RTH adaptasi perubahan iklim karena area tersebut merupaka area pertanian yang di tanami padi dan sayur-mayur. Skor (4-6) adalah area yang cukup sesuai dengan vegetasi eksisting berupa pepohonan buah dan tanaman estetika. Skor (7-9) adalah vegetasi yang memiliki kriteria sesuai sebagai RTH adaptasi perubahan iklim. Sehingga dapat simpulkan bahwa tapak sesuai dan dapat memenuhi kriteria untuk perencanaan RTH sebagai adaptasi perubahan iklim.

Gambar 5. Sintesis Aspek Sosial Budaya

Rencana Pengembangan Fisik

Perencanaan Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Berbasis Adaptasi Perubahan Iklim dengan nama “Climascape” yang berarti Lanskap yang mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim.

Latar belakang perencanaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Climascape disebabkan oleh kuatnya isu

(4)

perubahan iklim terutama di Kota Bandar Lampung Perencanaan ini merupakan upaya menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan dan adaptif di tengah perkembangan perkotaan yang pesat.

Dengan memasukkan aspek iklim dan pemandangan iklim dalam perencanaan RTH, diharapkan dapat mengurangi risiko dampak perubahan iklim dan meningkatkan ketahanan kota.

Penekanan pada integrasi vegetasi yang sesuai dengan iklim, infrastruktur tahan iklim, dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu lingkungan menjadi bagian integral dari perencanaan ini. Melalui RTH Climascape, diharapkan dapat tercipta ruang terbuka di tengah pemukiman kota yang tidak hanya memberikan manfaat estetika tetapi juga berkontribusi pada mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Visi dan Prinsip Perencanaan Lanskap

Perencanaan kawasan RTH Climascape memiliki beberapa visi yang disesuaikan

dengan nilai SDGs:

1. Menciptakan kota dan permukiman yang inklusif, aman, tahan bencana, dan berkelanjutan.

(SDGs 11 Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan).

2. Mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim, infrastruktur yang tahan terhadap iklim. (SDGs 14 Tindakan terhadap Perubahan Iklim).

3. Melindungi dan melestarikan keberagaman hayati, pengelolaan sumber daya alam. (SDGs 15 Menjaga Ekosistem Daratan).

Untuk mencapai visi tersebut adapun prinsip- prinsip yang perlu diterapkan dalam melakukan perencanaan RTH adaptasi perubahan ikllim, diantaranya:

1. Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim yaitu mengakomodasi perubahan iklim seperti peningkatan suhu, curah hujan yang tidak teratur, dan perubahan pola angin. Mencakup strategi adaptasi seperti pengelolaan air yang efisien, penanaman tanaman tahan kekeringan, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem.

2. Pengelolaan Air yang Efisien yaitu pengelolaan air yang efisien dan berkelanjutan. Mencakup pengumpulan air hujan, penyaringan air, dan desain sistem drainase yang mampu menangani banjir dan genangan air.

3. Pemilihan Tanaman yang Tahan Iklim yaitu mempertimbangkan tanaman yang tahan terhadap perubahan suhu ekstrem, kekeringan, dan cuaca

ekstrem lainnya. penggunaan tanaman endemik dan tanaman asli yang sudah beradaptasi dengan iklim lokal harus didorong untuk pelestarian biodiversitas.

Rencana Zonasi Kawasan

Rencana zonasi kawasan (gambar 6) pada tapak perencanaan RTH disesuaikan dengan kondisi eksisting tapak. Oleh karena itu, pembagian zonasi pada tapak dibagi menjadi empat zona berbeda.

Zona tersebut diantaranya zona restorasi dan resapan air, zona ruang terbuka hijau aktif, zona plaza dan komersil, dan zona area parkir kendaraan

Gambar 6. Rencana Zonasi Kawasan

Rencana Aksesibilitas dan Sirkulasi

Rencana aksesibilitas dan sirkulasi pada tapak berguna untuk menghubungkan satu ruang ke ruang lainnya agar mudah diakses. Rencana sirkulasi dan aksesibilitas pada tapak meliputi sirkulasi kendaraan (usulan dan eksisting), sirkulasi pejalan kaki (usulan dan eksisting). Peta rencana aksesibilitas dan sirkulasi dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Rencana Akssesibilitas dan Sirkulasi

(5)

Rencana Sarana Prasarana

Rencana sarana prasarana menjelaskan

mengenai sarana prasarana yang dapat menunjang aktivitas manusia yang terdapat pada area tapak.

Peta rencana sarana prasarana dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Rencana Sarana dan Prasarana

Rencana Ruang Terbuka Hijau

Rencana ruang terbuka hijau terbagi menjadi empat ruang terbuka hijau yang berbeda berdasarkan luasan dan peruntukkannya. RTH tersebut diantaranya, RTH adaptasi perubahan iklim, RTH pertanian, RTH jalur hijau, dan ruang terbuka biru. Peta rencana RTH dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 10. Rencana Ruang Terbuka Hijau

Rencana Tata Vegetasi

Rencana tata vegetasi dibagi berdasarkan

stratifikasi ketinggian dari vegetasi tersebut.

Rencana penataan vegetasi menyesuaikan dengan rencana peruntukkan ruang terbuka hijau. Peta rencana tata vegetasi dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Rencana Tata Vegetasi

Rencana Mitigasi Bencana

Rencana mitigasi bencana merupakan perencanaan zona mitigasi atau zona evakuasi ketika terjadi bencana pada tapak. Rencana mitigasi bencana ditunjukkan dalam tiga bentuk yang berbeda, diantaranya jalur evakuasi utama, jalur evakuasi susulan, titik kumpul (meeting point), dan papan jalur evakuasi, serta jalur exit. Peta rencana mitigasi bencana dapat dilihat pada

gambar 12.

Gambar 12. Rencana Mitigasi Bencana

Rencana Pentahapan Pembangunan

Rencana dan tahapan pembangunan dibagi dalam tiga periode, dimana tiap periode dibagi menjadi dua tahap. Rencana tahapan Pembangunan lebih detil dapat dilihat pada gambar 13.

(6)

Gambar 13. Rencana Pentahapan Pembangunan

Rencana Induk (Masterplan)

Perencanaan RTH berbasis Adaptasi Perubahan Iklim berfokus untuk menciptakan ruang-ruang yang mampu beradaptasi dengan peningkatan frekuensi dan intensitas peristiwa iklim. Selain itu, perencanaan berbasis Adaptasi Perubahan Iklim bertujuan untuk mengurangi kerentanan manusia dan ekosistem terhadap dampak perubahan iklim di lingkungan perkotaan. Sehingga perencanaan RTH ini tidak hanya dibuat untuk menunjang aktivitas dan kebutuhan manusia, namun juga mempertimbangkan upaya yang dapat dilakukan untuk keberlanjutan bumi.

Gambar 14. Rencana Induk (Masterplan)

Visualisasi Perencanaan

Visualisasi perencanaan lanskap RTH Climascape terdiri dari beberapa ruang sesuai dengan rencana zonasi ruang. Berikut merupakan hasil visualisasi yang berada di kawasan perencanaan.

Gambar 15. Visualisasi Gerbang Masuk Utama

Gambar 16. Visualisasi Area Parkir

Gambar 17. Visualisasi Flowerbed

Gambar 18. Visualisasi Pusat Informasi

(7)

Gambar 19. Visualisasi Area Resapan Air

Rencana Pengembangan Non Fisik

Rencana Pengembangan Non Fisik (Manajemen dan Pengelolaan) Pengelolaan tapak berbasis Adaptasi Perubahan Iklim perlu dilakukan dengan melibatkan kerjasama berbagai stakeholder.

Pemerintah memegang peranan penting dalam perencanaan dan pengembangan kawasan RTH mengingat peruntukkan lahan sebagai RTH telah terdapat dalam Perda Kota Bandar Lampung Nomor 4 Tahun 2021 tentang RTRW.

Rencana Pengelolaan

Pengelolaan RTH berbasis Adaptasi Perubahan Iklim pada Kecamatan Tanjung Senang akan menjadi tanggung jawab dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Lampung dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Lampung.

Rencana Perlibatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Pengelolaan RTH berbasis Adaptasi Perubahan Iklim pada Kecamatan Tanjung Senang akan menjadi tanggung jawab dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Lampung dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Lampung.

Rencana Kemitraan

Perencanaan kawasan RTH Climascape memerlukan adanya skema kemitraan dalam pengembangannya. Untuk mengoptimalkan proses perencanaan dan proses perealisasian tapak perencanaan, maka skema kemitraan dapat dilakukan dengan skema pentahelix. Keterlibatan stakeholders tidak hanya berkontribusi dalam pengelolaan tapak, namun juga dari segi pengembangan, riset, pendanaan, serta pemberdayaan masyarakat. Keterlibatan lembaga dan instansi dapat dilihat pada gambar 19.

Gambar 20. Visualisasi Area Resapan Air

KESIMPULAN

Kawasan perencanaan di Wilayah Kecamatan Tanjung Senang telah direncanakan dalam RTRW Bandar Lampung sebagai RTH. Oleh karena itu, konsep resilient city yang diterapkan dalam RTH Climascape adaptasi perubahan iklim menciptakan ruang terbuka hijau yang mengurangi kerentanan manusia dan ekosistem terhadap dampak perubahan iklim. Fokusnya adalah membangun ketahanan terhadap perubahan cuaca ekstrem, peningkatan suhu, dan perubahan pola hujan, serta menghadapi ancaman lain yang dapat timbul sebagai hasil dari perubahan iklim pada lingkungan perkotaan. Untuk dapat menjaga keberlanjutan dan menjaga kualitas Kawasan RTH Climascape maka perlu melibatkan berbagai pihak untuk memaksimalkan upaya kolaboratif dalam pengelolaan dan pemeliharaan agar kawasan perencanaan dapat lebih berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

[LIPI]Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2017.

Menapak Tilas Kebun Raya Jompie Parepare. Jakarta:LIPI.

Rahman, N., & Prakoso, H. B. S. E. 2012.

Perspektif Stakeholders Terhadap Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo. Jurnal Bumi Indonesia, 1 (1).

DOI:http://doi.org/10.1017/CBO978110 7415324.004

Puspita, M. 2011. Pengelolaan Kebun Wisata Pasirmukti, Citeureup, Kabupaten Bogor Sebagai Kawasan Agrowisata Berkelanjutan [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Universitas Pertanian Bogor.

(8)

Chandra, H, S, Y., Arizal, H. 2022. Strategi

Pengembangan Pariwisata

Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development) Berbasis Lingkungan Pada Fasilitas Penunjang Pariwisata di Kabupaten Badung. KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa.16 (1).

DOI.org/10.22225/ kw.16.1.2022.35-44

Referensi

Dokumen terkait