Di negara bagian ini, manfaat terus menggunakan mata uang sendiri (dalam hal seignorage dan independensi dari kebijakan moneter) kurang dari manfaat penyatuan mata uang (dalam hal biaya transaksi yang rendah, stabilitas dan kredibilitas kebijakan). Fleksibilitas harga dan upah di dalam dan di antara negara-negara OCA meminimalkan penyesuaian nilai tukar jika terjadi guncangan. Mobilitas faktor produksi, termasuk tenaga kerja, antar negara OCA meminimalkan penyesuaian harga faktor produksi dan nilai tukar terhadap guncangan.
Untuk membahas perilaku nilai tukar pada properti OCA yang tidak tercakup, model di atas dapat diperpanjang lagi. Guncangan sisi penawaran (upah, siklus bisnis, hubungan perdagangan, dll.) memiliki dampak yang tidak dapat ditentukan pada nilai tukar. Pertama, nyatakan sj sebagai nilai tukar negara j (yang diasumsikan sebagai anggota OCA yang terdiri dari n negara) terhadap mata uang yang diasumsikan sebagai tolok ukur (misalnya USD).
Beberapa Studi Empiris Terdahulu
Selanjutnya, sebagai akibatnya, OCA mata uang harus bergerak ke arah yang sama dengan mata uang jangkar. Menggunakan teknik estimasi regresi first-difference, mereka menemukan bahwa mata uang suatu negara umumnya memiliki hubungan yang erat dengan mata uang utama dunia (USD, Yen dan Deustchmark). Kajian yang lebih khusus mengkaji hubungan mata uang di kawasan Asia (yaitu IDR, THB, PHP, SGD, KRW, MYR) dengan dua mata uang utama dunia yaitu USD dan JPY dilakukan oleh Takagi (1996).
Dengan kata lain, terjadi peningkatan pangsa JPY dalam menentukan nilai tukar mata uang negara Asia pada saat JPY terdepresiasi. Di sini mereka mencoba memperkirakan bobot mata uang utama dunia (USD, JPY dan Deutschmark) dalam menentukan nilai tukar beberapa negara Asia (yaitu Korea, Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina, Hongkong dan Taiwan). Bobot dihitung dengan melakukan regresi OLS antara mata uang terhadap USD, JPY dan Deutschmark dalam penyebut yang sama (Special Drawing Right/SDR).
Di sini mereka menemukan bahwa negara-negara Asia tidak dapat dicirikan sebagai blok mata uang tunggal (misalnya terhadap USD atau JPY). Lebih lanjut, mereka menduga bahwa kerangka kerja penentuan nilai tukar negara-negara tersebut searah dengan keranjang mata uang. Interaksi antara variabel nilai tukar dengan variabel ekonomi makro dapat bersifat dua arah yang semuanya merupakan variabel endogen.
Dengan demikian, hanya menyelidiki co-movement nilai tukar tanpa memasukkan variabel makroekonomi dapat menyebabkan masalah misspecification. Pemodelan yang mencakup co-movement nilai tukar (terhadap dua mata uang jangkar USD dan JPY) dan co-movement variabel makroekonomi lainnya (yaitu tingkat harga, suku bunga, output nasional dan jumlah uang beredar).
METODOLOGI
OCA1: verander endogenous mar: IDR, SGD agus verander exogene mar: IDUS_INF, IDUS_IRT, IDUS_GRW, IDUS_M1C, SGUS_INF, SGUS_IRT, SGUS_GRW, SGUS_M1C agus JPY_FX. OCA2: verander coltach ri endogenous: IDR, PHP agus exogene veranderlike: IDUS_INF, IDUS_IRT, IDUS_GRW, IDUS_M1C, PHUS_INF, PHUS_IRT, PHUS_GRW, PHUS_M1C agus JPY_FX. OCA3: verander endogenous mar: IDR, THB agus verander exogene mar: IDUS_INF, IDUS_IRT, IDUS_GRW, IDUS_M1C, THUS_INF, THUS_IRT, THUS_GRW, THUS_M1C agus JPY_FX.
OCA4: endogeenveranderlike: SGD, PHP en eksogene veranderlike: SGUS_INF, SGUS_IRT, SGUS_GRW, SGUS_M1C, PHUS_INF, PHUS_IRT, PHUS_GRW, PHUS_M1C en JPY_FX. OCA5: endogeenveranderlike: SGD, THB en eksogene veranderlike: SGUS_INF, SGUS_IRT, SGUS_GRW, SGUS_M1C, THUS_INF, THUS_IRT, THUS_GRW, THUS_M1C en JPY_FX. OCA6: endogeenveranderlike: PHP, THB en eksogene veranderlike: PHUS_INF, PHUS_IRT, PHUS_GRW, PHUS_M1C, THUS_INF, THUS_IRT, THUS_GRW, THUS_M1C en JPY_FX.
Tahap kedua dilakukan dengan memodelkan ke-21 variabel di atas secara lengkap yaitu: 4 mata uang, 16 variabel eksogen OCA dan JPY_FX (sebut saja OCA Complete Model). Hubungan yang terbentuk bersifat jangka panjang jika variabel kointegrasi/error correction term negatif dan signifikan. Teori OCA dapat menjelaskan co-movement: karakteristik OCA yaitu perbedaan inflasi, pendapatan nasional, suku bunga dan jumlah uang beredar antar negara dapat digunakan sebagai faktor penjelas co-movement co-movement mata uang Asia.
Dampak global: Mata uang ASEAN4 memiliki jangkar mata uang yang identik (USD, JPY atau USD dan JPY). Alternatif: jika koefisien tidak signifikan, tetapi koefisien JPY signifikan (mengambil tanda apa saja), maka jangkar mata uang di wilayah ini adalah JPY.
HASIL DAN ANALISIS
Pre Test dan Validasi Model
Jika terdapat perbedaan antara kedua model yang dimaksud, maka akan terlihat model dengan kriteria signifikansi statistik yang lebih tinggi, baik sebagian maupun secara keseluruhan (goodness of fit). Seperti pada uji unit root, lag optimal dipilih dengan terlebih dahulu memilih lag maksimum yang diharapkan tidak lagi memiliki sifat autokorelasi. Di sini kami menggunakan rumus Said-Dickey (1984), yang memberikan keterlambatan maksimum 5 (lihat tabel IV.5).
Perhitungan kriteria informasi untuk masing-masing model OCA (bivariate dan full model) menunjukkan lag yang optimal pada lag 5 adalah. Teknik ini menggunakan Reduced Rank untuk menentukan jumlah persamaan kointegrasi yang ada pada variabel yang dianalisis. 13 Model terbaik yang dianggap mencerminkan persamaan kointegrasi akan dilihat dari nilai kriteria informasi (menggunakan AIC dan SIC).
Seperti dapat dilihat pada Tabel IV.6, kecuali untuk bivariat SGD-PHP, uji kointegrasi Johansen (1988) menunjukkan hasil yang signifikan. Di sini setidaknya ada satu persamaan kointegrasi bivariat: IDR-PHP, IDR-THB, SGD-THB dan model lengkapnya. Uji kointegrasi memberikan hasil lemah untuk pasangan PHP-THB dan negatif untuk SGD-PHP.
Namun demikian, kesimpulan yang lebih tegas belum dapat diperoleh melalui adanya mekanisme koreksi kesalahan yang signifikan. Kecuali bivariat PHP-THB, semua model OCA bivariat memiliki tingkat kecocokan (R2) model yang sedang (0,5 hingga 0,65) (lihat tabel IV.7).
Co-Movement Mata Uang ASEAN dan Faktor Penentunya
Pada OCA bivariat dengan IDR sebagai variabel dependen, tanda koefisien dari variabel kontrol itu sendiri1 4 secara umum konsisten dengan hipotesis dan memiliki tingkat signifikansi yang sesuai. Dalam OCA bivariat lainnya, beberapa koefisien dari variabel kontrol itu sendiri memiliki tanda yang salah (lihat, misalnya, variabel SGUS_INF dalam OCA bivariat SGD-PHP dan PHPUS_M1C dalam OCA bivariat PHP-THB). Hal ini dapat dilihat misalnya pada OCA bivariat SGD-PHP, dimana tidak ada satu pun variabel kontrol yang dapat dikatakan signifikan pada level standar.
Satu-satunya OCA bivariat di luar IDR yang memiliki koefisien signifikan terhadap variabel pengendalian diri adalah SGD-THB (yaitu SGUS_IRT). Misalnya, variabel kontrol itu sendiri dalam bivariat OCA IDR-SGD adalah semua variabel eksogen IDUS_X, di mana X adalah tingkat inflasi (INF), suku bunga (IRT), pertumbuhan (GRW) dan jumlah uang beredar (M1C). Pada beberapa OCA bivariat dan beberapa variabel tandanya konsisten dengan hipotesis, lihat misalnya THUS_INF pada IDR-THB OCA.
Pengecualian adalah variabel SGUS_INF dalam OCA bivariat IDR-SGD yang signifikan pada _ = 5%. Tanda koefisien variabel eksogen nilai tukar JPY (ke USD) adalah positif di semua OCA bivariat. Pada beberapa OCA ganda (IDR-SGD, IDR-PHP(lag=4), SGD-PHP, SGD-THB dan PHP-THB), koefisien yang diperoleh signifikan pada standar _ (5%).
Sedangkan pada OCA bivariat IDR-PHP (lag=5) dan IDR-THB variabel eksogen JPY tampaknya tidak memiliki efek penjelas yang signifikan. Dalam OCA bivariat IDR-SGD, semua variabel tersebut adalah variabel eksogen SGUS_X dimana X adalah tingkat inflasi (INF), suku bunga (IRT), pertumbuhan (GRW), dan jumlah uang beredar (M1C).
Eksistensi OCA dan Assessment Persayaratannya
Sekilas, dari analisis ini, terlihat kemungkinan adanya co-movement yang signifikan secara statistik antara beberapa mata uang ASEAN4. Lebih lanjut, keberadaan co-movement ini juga diduga dipengaruhi oleh mata uang selain USD, dimana makalah ini mengusulkan alternatif dari JPY. Hubungan positif antara mata uang ASEAN4 dan JPY telah menyebabkan tuduhan perubahan hubungan antara negara-negara di kawasan ini dan Jepang menjadi saingan (terutama dalam hal perdagangan).
Kesimpulannya disini dapat dikatakan bahwa adanya co-movement antar mata uang ASEAN4 tidak didukung kuat oleh data. Hal ini disebabkan oleh (1) lemahnya signifikansi koefisien kovarians jangka pendek dan (2) tanda koefisien koreksi kesalahan dan kovarians jangka panjang tidak homogen. Beberapa hal yang diduga menjadi penyebab kegagalan variabel pendekatan moneter untuk berperan sebagai variabel kontrol pada beberapa model OCA adalah.
Variabel suku bunga (dan juga ekspektasi suku bunga melalui inflasi) memiliki dampak terbesar dalam perannya sebagai variabel kontrol. Jika suatu negara menggunakan penetapan suku bunga dan suku bunga, misalnya, ditetapkan di atas tingkat bunga ekuilibrium, akan terjadi kelebihan jumlah uang beredar (relatif terhadap mata uang asing) dan akibatnya mata uang akan terdepresiasi. Kemampuan variabel OCA ini menjelaskan OCA dengan IDR sebagai variabel dependen nampaknya berkaitan dengan temuan Alesina et al (2002).
Analisis mereka terhadap pergerakan harga dan produksi secara simultan di berbagai wilayah di dunia menyimpulkan bahwa ada wilayah yang ditetapkan sebagai wilayah USD. Kesimpulannya, oleh karena itu, analisis ekonomi dan interpretasi kemampuan fitur OCA untuk menjelaskan co-movement mata uang ASEAN 4 terbatas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Di sini diduga terdapat mekanisme yang berbeda dalam penentuan kurs rupiah dibandingkan dengan negara ASEAN4 lainnya. Barro dan Sylvana Tenreyro, ∆Area Mata Uang Optimal∆, Biro Riset Ekonomi Nasional, Kertas Kerja No. Mengukur Integrasi Keuangan di Kawasan Euro, Occasional Papers∆, Bank Sentral Eropa, Kertas Kerja no.
Mauro.∆The Suitability Of ASean For A Regional Currency Arrangement∆, International Monetary Fund, Working Paper No. Bilson, John F.O ≈Recent Developments In Monetary Models Of Wisselkoersbepaling∆, IMF Staff Paper No. Monetary and Exchange Rate Policy Coordination In ASEAN+1∆, Nasionale Buro vir Ekonomiese Navorsing, Werksdokument No.
A., ≈A Monetary Approach To The Exchange Rate: Doctrinal Aspects and Empirical Evidence∆, Scandinavian Journal Of Economics hal 200-24. Opretter Japan en yenblok i Østasien og Stillehavet?∆, National Bureau of Economic Research, Working Paper No. Hawkins, John and Paul Masson,∆Economic Aspects Of Regional Currency areas and The Use Of Foreign Currency∆, BIS Working Paper , pp.
Kim, T-J dan Ryou, J-W, ≈The Optimum Currency Basket and The Currency Bloc in Asia∆, Bank Of Korea Economic Papers, Vol 4, No. Mongeli, Fransesco P.≈New Views On The Optimum Currency Area Theory: What Is EMU Fortæller USA?∆, ECB Working Paper No.