• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 PERGURUAN TINGGI ISLAM BERBASIS PESANTREN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "1 PERGURUAN TINGGI ISLAM BERBASIS PESANTREN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

IJEMA : Indonesian Journal Of Educational Management and Administration E-ISSN :2962-3960

1 PERGURUAN TINGGI ISLAM BERBASIS PESANTREN:

SEBAGAI SEBUAH PENDIDIKAN ALTERNATIF MASA DEPAN

Mohammad Ridwan1

1 STIABI Riyadul ‘Ulum Email: [email protected]

Article details:

Received: 16th Okt, 2022 Revision: 15nd Nop, 2022 Accepted: 12nd Des, 2022 Published: 27nd Jan, 2023

This research presents an effort to develop pesantren-based Islamic tertiary education as an alternative education in an effort to prepare future cadres of leaders who have broad knowledge, strong faith, noble character, and established professionalism. This can be realized by paying attention to the quality of knowledge that is mixed through the educational curriculum undertaken by students in their academic and non-academic life.

So that it can produce graduates who are competent regionally, nationally, and globally. This research uses a qualitative approach with a case study type at the College of Islamic Adab and Culture (STIABI) Riyadul 'Ulum Tasikmalaya. The results of the study show that STIABI Riyadul 'Ulum is a pesantren-based tertiary institution by implementing a 24-hour dormitory for its students. All activities integrate between boarding college programs. The organizational structure at STIABI Riyadul 'Ulum is carried out in two ways, namely structurally and culturally.

Structural means that all members of the organization work according to their main duties and functions within the organization. while cultural means that every member of the organization tries to work optimally across a given structure in order to achieve a common vision, mission and goals.

Keywords: Revitalization, Education, Universities, Islamic Boarding Schools.

PENDAHULUAN

Catatan sejarah menuliskan peran besar pesantren dalam pendidikan keislaman masyarakat dari sebelum kemerdekaan Indonesia sampai saat ini. Sebagai bagian dari masyarakat, pesantren dengan peran figur kiai membentuk karakter dan mengembangkan mental bangsa melaui santri-santrinya. Oleh karena itu, pesantren dipandang sebagai sumber utama (fountainhead) pengaruh Islam dalam pembinaan moral bangsa Indonesia (Mahmud Arif. 2015:83). Bahkan, banyak pahlawan yang ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan republik Indonesia berasal dari kalangan santri.

Pondok pesantren tumbuh, berkembang, dan mengakar kuat di tengah-tengah masyarkat muslim Indonesia. Dalam perjalanan yang sangat panjang, pesantren tetap mampu mempertahankan dan menjaga eksistensi keberadaannya dengan melangsungkan

(2)

82 pendidikan yang multi aspek. Artinya, pendidikan yang dilakukan di pesantren tidak terbatas pada pengajaran saja, namun aspek penanaman nilai-nilai yang dilihat dalam kepemimpinan, kesederhanaan, kebersamaan, kemandirian, dan kesetaraan menjadi nilai- nilai penting yang diinternalisasikan kepada para santrinya. Dengan nilai-nilai tersebut, diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang bukan siap secara pemikiran (kognitif) saja, namun juga kuat secara amalan (psikomotorik atau behavior) agar mencapai akhlak (afektif) yang baik. Dengan realita tersebut, akhirnya pesantren dipandang sebagai lembaga pendidikan Islam tempat pengkaderan agen-agen perubahan (agent of change) ke arah yang lebih baik di masyarakat. Dalam bahasa Muhaimin menyatakan lulusan pesantren bukan hany bermanfaat secara personal tapi juga berguna bagi sosial (Umiarso dan Nur Zazin.

2011:xix).

Pentingnya tujuan pendidikan yang dilangsungkan di pesantren tersebut, menuntut stakeholder pesantren melakukan pembenahan sistem dengan melakukan transformasi dalam sistem pendidikan ke arah yang lebih baik dengan kualitis dan mutu yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dengan pendidikan yang disediakan oleh pesantren (link and match). Mau tidak mau kompromi-kompromi perubahan paradigma pemikiran para pemangku pesantren sebagai cara untuk mempertahankan eksistensi pesantren dan memperluas cakupan kemanfaatannya dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itulah, kategorisasis pesantren dengan ciri khasnya yang bervariasi merupakan siasat untuk ‘larut dan tidak larut’ dalam situasi saat ini. Larut artinya pesantren mampu membaca, melihat dan merespon perubahan. Dan tidak larut artinya meski tuntutan perubahan direspon, namun fondasi-fondasi utamanya untuk pendidikan pengkaderan dan dakwah Islam (Zamaksyari Dhofier,2011:269-270).

Munculnya arus globalisasi yang ditandai dengan kecanggihan sarana dan prasarana, kemajuan ekonomi, dan perkembangan pesat teknologi menuntut semua pihak untuk bisa menyesuaikan agar tidak tergerus dan ketinggalan. Hal ini juga menuntut lembaga pendidikan untuk melakukan respon positif untuk tetap memberikan konstribusi signifikan dalam ikut mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia dengan sistem yang diimbangi dengan mutu atau kualitas yang baik.

Keseriusan kiai dan pengurus pesantren dalam memadu tradisi pesantren dengan modernitas dan kemajuan peradaban dapat dilihat dalam beberapa aspek, antara lain:

pengembangan ekonomi kemandirian pesantren dengan melibatkan masyarakat sekitar dalam pengembangannya, pembangunan format politik yang demokratis, pemahaman pengetahuan atau ajaran-ajaran agama dengan kualitas akademik yang tinggi, dan pembangunan kesejahteraan sosial dan pengembangan kebudayaan yang mampu bersaing dengan kebudayaan dunia yang lain (Zamaksyari Dhofier,2011:268).

Usaha yang dilakukan oleh pesantren adalah dengan menyelenggarakan pendidikan formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Qadri. A. Azizy, 2002:viii).

Dalam pengelolaan pendidikan yang diselenggarakan di pesantren tersebut, pesantren terbagi menjadi dua, yaitu:1) pesantren yang mewajibkan seluruh siswa yang ada di lembaga tersebut tinggal di asrama dan melaksanakan seluruh kegiatan yang diselenggarakan oleh asrama, dan 2) pesantren yang ‘hanya’ menyediakan lembaga pendidikan formal tetapi tidak mewajibkan siswa yang bersekolah di lembaga pendidikan tersebut untuk tinggal di asrama. Artinya, siswa datang ke pesantren saat bersekolah di lembaganya saja. Tanpa mengikuti kegiatan pesantren.

(3)

83 Salah satu pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi adalah Pondok pesantren Riyadlul ‘Ulum Wadda’wah Condong Tasikmalaya. Dengan konsep keterpaduan, kecuali sekolah dasar, semua siswa yang bersekolah di lembaga pendidikan formal wajib tinggal di asrama. Termasuk mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya Islam (STIABI) Riyadul ‘Ulum yang memiliki status sebagai mahasiswa dan mahasantri. Seluruh kegiatan disusun 24 jam dalam sistem asrama. Dengan ikhtiar yang dilakukan, harapanya akan menghasilakan output yang memiliki kader-kader yang menjadi ulam intelek dan intelek yang ulama. Selaras dengan tulisan M. Natsir yang menekankan pentingnya pendirian Sekolah Tinggi Islam sebagai lembaga yang mampu menghasilkan kelompok intelektual yang memiliki basis pengetahuan keislaman dan kebudayaan yang kuat sebagai alternatif pendidikan ala barat (Fuad Jabadi dan Jamhari, 2002:3-4).

Metode Penelitian

Artikel yang akan membahas tentang revitalisasi perguruan tinggi islam berbasis pesantren sebagai sebuah pendidikan alternatif masa depan ini merupakan penelitian kualitatif (qualitative research). Penelitian ini mengungkapkan tentang perguruan tinggi berbasis pesantren di Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya Islam (STIABI) Riyadul

‘Ulum Tasikmalaya. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, wawancara, observasi partisipan dan menganalisis data. Tahapan yang digunakan dalam menganalisis data yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi.

A. Pondok Pesantren dan Perguruan Tinggi

Pondok pesantren merupakan dua kata yang dijadikan sebagai istilah untuk lembaga pendidikan Islam, khususnya di Indonesia. Pondok dalam kamus Al-Munjid didefiniskan sebagai KhÔn yaitu setiap tempat singgah yang disediakan untuk menginap para turis dan orang yang berkreasi (Louis Ma’ lûf. 1986:597) Pesantren merupakan kata yang diderivasi dari kata “santri”, yaitu seorang yang belajar agama Islam. Dan pesantren adalah tempat tinggal yang digunakan untuk para santri mempelajari agama Islam (Soegarda. 1976:223).

Bukanlah suatu kebetulan jika sampai saat ini pesantren masih eksis di tengah-tengah masyarakat dan tidak dapat dipisahkan dari tuntutan umat dilihat dari sejarah yang melatar belakangi pesantren yang mengandung keaslian Indonesia (indigenous). (Nurcholis Madjid, 1997:3).

Pesantren hadir dalam perjalanan kehidupan bangsa Indonesia jauh sebelum merdeka sampai saat ini dengan melewati berbagai karakteristik zaman dan berbagai problematika yang dihadapinya. Menurut Harry J. Benda, sejarah Islam Indonesia adalah sejarah perluasan peradaban santri dan pengaruhnya terhadap kehidupan agama, sosial dan politik Indonesia. (Harry J. 1983:33). Berkenaan dengan hal ini, dokter Soetomo pernah mengatakan:

“Pesantren-lah jang mendjadi soember pengetahoean, mendjadi mata air ilmoe, bagi bangsa kita seboelat-boelatnya” (Ahmad Baso. 2015:171)

Pengaruh sentral kiai dalam memimpin pesantren menjadikan pesantren berdiri sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam yang paling otonom dan tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun kecuali keputusan kiai tersebut. Hal ini menjamin keberlangsungan pesantren berada pada jalan dan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

Dengan pengaruhnya yang besar di lingkungan masyarakat seperti itu, pembacaan pesantren terhadap kebutuhan masyarakat dengan perkembangan zaman diperlukan

(4)

84 sebagai jaminan kualitas atau mutu lulusan yang harus berkompetensi dengan kompetitor lainnya yang kian kompetitif. Sehingga mau tidak mau, pesantren melakukan rekonstruksi bahkan dekonstruksi strategi pendidikan untuk menghasilkan out put atau lulusan yang berdaya saing dan berdaya guna di lingkungan masyarakat.

Tantangan yang dihadapi pesantren saat ini dan masa yang akan datang berat.

Sebagaimana tantangan yang dihadapinya saat keberlangsungan pesantren belum banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Tantangan itu bersumber dari internal maupun eksternal. Tantangan yang dihadapi dari internal mencakup penyediaan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang mumpuni dengan penguasaan pada aspek pengetahuan keagamaan, pengetahuan umum, dan kecakapan teknologis. Kebutuhan pada tiga aspek ini merupakan turunan dan tuntutan modernitas dengan tetap mempertahankan nilai-nilai utama pesantren. Nilai-nilai yang menjadi karakteristik khas seperti mandiri, kebersamaan, heroik, ketulusan, mendahulukan kepentingan khalayak dari pada diri sendiri.

Tantangan eksternal berhubungan dengan posisi pendidikan Islam yang bersentuhan dan hidup dalam atmosfir globalisasi dan modernisasi yang dituntut untuk memainkan peran yang lebih proaktif dan dinamis (Ahmad Fauzi. 2015:155-156). Oleh karena itu, pesantren, dalam pandangan Matsuhu, telah mengalami dinamika yang luar biasa dalam berbagai bidang, baik dari sisi materi, metode pengajaran, maupun gaya kepemimpinannya (Matsuhu.1994:154). Termasuk adanya lembaga pendidikan formal di pesantren. Salah satunya adalah adanya perguruan tinggi berbasis pesantren. Fenomena pendidikan pesantren yang membuka perguruan tinggi semakin menjamur yang menandakan berkembangnya khazah keilmuan Islam. perguruan tinggi ini bukan untuk menyaingi pendidikan pesantren atau mereduksi nilai-nilai pesantren. Justru dengan perguruan tinggi ini dapat menjadi kelanjutan pendidikan pesantren.

Menurut pandangan A. Malik Fajar, pesantren dan perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang memiliki tradisi yang berbeda. Dalam pandangannya, perguruan tinggi merupakan gejala kota dan pesantren merupakan gejala desa. Yang pertama identik dengan kemodernan dan yang kedua identik dengan ketradisionala. Dalam pendekatan pendidikannya, yang pertama bersifat liberal, dan yang kedua menekankan sikap konservatif yang bersandar kepada figur kiai (Malik Fajar, 2005:219). Artinya, tokoh sentral dalam pendidikan pesantren yang memilki peran untuk mendidik, membimbing, membentuk sikap dan kepribadian santri adalah kiai.

Dalam sistem kurikulum perguruan tinggi memiliki orientasi langsung bertujuan pemenuhan kompetensi yang diperlukan dalam lapangan kerja yang dibutuhkan perusahaan atau industri atau paling tidak menyiapkan keperluan industrialisasi agar mahasiswa memiliki kemudahan karier atau pekerjaan dikemudian hari. Namun kelemahannya menghasilkan konsumtivisme mental, kreatifitas penciptaan lapangan kerja, kemandirian, daya juang. Sedangkan kurikulum pesantren tidak langsung berorientasi pada lapangan kerja.

Secara subtansi, dalam penyelenggaraan pendidikan perguruan tinggi, setiap pesantren memiliki corak yang berbeda. Artinya, klasifikasi perguruan tinggi pesantren memiliki keragaman sesuai dengan karakteristik atau nilai-nilai yang dijalankan oleh pesantren. Secara karakteristik, perguruan tinggi di pesantren dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

(5)

85 1) Perguruan tinggi pesantren yang mewajibkan seluruh mahasiswa untuk tinggal dan hidup di asrama selama masa studi dengan melakukan aktifitas yang terintegrasi dengan asrama. Artinya, mahasiswa tidak diperkenankan untuk sekedar kuliah saja, namun harus mengikuti semua rangkaian kegiatan yang dilaksanakan di asrama. Sehingga figur kiai atau rektor menjadi sentra figur, masjid sebagai pusat kegiatan, pengajaran pengetahuan keagamaan menjadi kewajiban dan asrama 24 jam menjadi keharusan.

Contoh dari model pertama ini adalah Universitas Darul Lughah Wadda’wah, STAI Imam Syafi’i, STIABI Riyadul ‘Ulum, Universitas Darussalam Gontor, dan lain sebagainya;

2) Perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pesantren namun tidak mewajibkan mahasiswanya untuk tinggal di asrama dan melakukan kegiatan atau aktifitas yang terintegrasi dengan perkuliahan. Contohnya adalah Institut Darussalam Ciamis, Institus Agama Islam Cipasung, dan lain sebagianya.

Begitu juga dengan pesantren mahasiswa, secara pengelolaannya dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu: pesantren yang dikelola oleh masyarakat secara mandiri tanpa berafiliasi dengan perguruan tinggi terkait (Ridwan.2018:8) seperti pesantren sabilurrasyad Gasek Malang, pesantren Miftahul Huda Gading Malang Gading dan Pesantren Darus Sunah Jakarta dan pesantren eksklusif yang dikelola oleh perguruan tinggi yang disediakan khusus untuk mahasiswa internal kampus. Di perguruan tinggi pesantren maupun pesantren mahasiswa, status mahasiswa disebut juga sebagai ‘mahasantri’. Artinya tidak ada dikotomi antara statusnya sebagai ‘santri’ pesantren dengan mahasiswa kampus. Corak pendidikan yang disediakan dalam lingkup pesantren memberikan pilihan yang beragam bagi masyarakat untuk pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan yang beragam.

Kehadiran perguruan tinggi pesantren maupun pesantren mahasiswa merupakan sebuah usaha untuk mencetak dan mengkader ulama yang intelek. Dengan melihat integrasi program pendidikan yang dapat terpantau oleh dosen selama 24 jam yang juga berinteraksi langsung dalam lingkungan yang sama. Interaksi seperti ini memungkinkan transfer nilai- nilai berupa uswah hasanah (contoh yang baik), pembinaan lahir dan batin, pengarahan, motivasi, pendekatan psikologis, dan pengarahan personal dan sosial.

B. Keterpaduan Pendidikan Perguruan Tinggi Islam dan Pesantren: Pengalaman STIABI Riyadul ‘Ulum

Sejarah Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya Islam (STIABI) Riyadul ‘Ulum tidak bisa dilepaskan dari perjalanan program pendidikan di pondok pesantren Riyadlul ‘Ulum Wadda’wah Condong. Sebuah pesantren tua di kota Tasikmalaya yang berdiri sejak abad 19 lebih tepatnya tahun1864 masehi (https://www.pesantren-condong.net/profil_sejarah- singkat_pg-1.html). Dinamika perjalanan dalam keikutsertaan mencerdaskan kehidupan bangsa akhirnya mengharuskan melaksanakan pendidikan formal Madrasah Wajib Belajar (WMB) setingkat sekolah dasar dilanjutkan dengan pendirian sekolah menengah pertama dan atas. Karena melihat antusias dan kepercayaan masyarakat yang terus meningkat dan kebutuhan memperkuat dan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, akhirnya berdirilah Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya Islam (STIABI) Riyadul ‘Ulum pada tahun 2018 dengan dua program studi, yaitu Bahasa dan Sastra Arab dan Sejarah Peradaban Islam (https://www.stiabiru.ac.id/profil_sejarah-singkat_pg-1.html).

1. Sistem Asrama

(6)

86 Sistem pendidikan yang dilaksanakan di STIABI Riyadul ‘Ulum menggunakan sistem sistem asrama total. Artinya semua mahasiswa wajib tinggal dan melakukan aktifitas pendidikan di asrama. Semua fasilitas penunjang disediakan, mulai dari ruang perkuliahan, laboratorium sejarah dan bahasa, lapangan olahraga, masjid, dan perpustakaan sebagai usaha untuk memberikan pendidikan terbaik bagi para mahasiswa. Adanya asrama dalam lingkungan kampus diharapkan mewujudkan lembaga pendidikan Islam yang religius- ilmiah sehingga mampu mencetak out put yang intelek-profesionalitas.

Keberadaan asrama memiliki peranan penting dalam kehidupan mahasiswa karena adanya interaksi intensif antar mahasiswa maupun mahasiswa dengan dosen. Interaksi yang terjadi akan memicu nilai-nilai baik yang dapat tumbuh, baik berupa simpati, empati, toleran, saling menghargai, manidiri, maupun sifat kepemimpinan. Sehingga akan membentuk mental mahasiswa yang memiliki soft skill yang mumpuni untuk siap berkiprah di masyarakat. Juga proses transfer velues yang dilihat dari dosen yang hidup dalam satu lingkungan menghadirkan contoh yang baik bagi mahasiswa. Semua hal itu menjadi proses internalisasi visi, misi dan tujuan STIABI Riyadul ‘Ulum secara kondusif kepada seluruh sivitas akademika yang ada di STIABI Riyadul ‘Ulum dan pemberdayaan potensi yang dimiliki mahasiswa untuk mencapai target profil lulusan.

Asrama antara mahasiswa dan mahasiswi dipisah di tempat yang berbeda. Setiap asrama memiliki pembimbing yang ditugaskan untuk mengatur dan mendisiplinkan kegiatan mahasiswa. Sehingga program kampus dapat diikuti dengan baik dan seksama oleh para mahasiswa. Hasil out put yang dimiliki oleh mahasiswa dari hasil sistem asrama ini adalah:

1) Pengetahuan luas dengan program-program penguatan keilmuan didalam perkuliahan dan diluar perkuliahan;

2) Hati yang lembut yang diisi dengan pemahaman keagamaan dan pengamalan keilmuan dalam kehidupan sehari-hari;

3) Profesionalitas yang matang dengan berdasarkan pada ilmu ilmiah dan amal amaliah.

Struktur kepengurusan asrama berasal dari sivitas akademika STIABI Riyadul

‘Ulum bagian kepengasuhanan yang memberikan penugasan kepada pembimbing untuk melakukan pengawasan, bimibingan, dan pendisiplinan kegiatan mahasiswa.

Berikut kegiatan mahasiswa di asrama:

1. HARIAN

NO WAKTU KEGIATAN KETERANGAN

1 04.00 Bangun Tidur Mahasiswa/i dibangunkan oleh staf direktorat kepengasuhanan /wali kamar beserta satpam

2 04.10 s/d

04.30 Tahajjud dan persiapan sholat subuh berjamaah

Semua Mahasiswa/i diarahkan ke Masjid oleh staf direktorat kepengasuhanan /wali kamar.

Mahasiswa/i melaksanakan sholat Sunnah tahajjud.

3 04.30 s/d

05.15 Sholat Subuh Berjama’ah

Mahasiswa/i melaksanakan sholat shubuh berjamaah

Mahasiswa/i Membaca adzkar shobah Mahasiswa/i tadarrus Al-qur’an 4 05.15 s/d

06.00 Kegiatan Bahasa (senin, rabu, sabtu)

Mahasiswa/i mengikuti kegiatan Bahasa arab dan inggris dari penanggung jawab pusat Bahasa dengan 4 maharot; kitabah, qiro’ah, istima’ dan kalam.

(7)

87

5 06.00 s/d

06.30 Sholat Sunnah Dhuha Mahasiswa/i melaksanakan sholat Sunnah dhuha

6 06.30 s/d

07.15 Mandi dan Sarapan Pagi Kebersihan kamar

Mahasiswa/i mempersiapkan diri untuk mandi, cuci dan kakus dilanjutkan dengan sarapan pagi yang telah dipersiapkan di dapur umum dan diawasi oleh staf kepengasuhanan

Piket kamar membersihkan kamarnya masing masing dibawah pengawasan tim kebersihan kampus

7 07.15 s/d

07.30 Persiapan perkuliahan

Mahasiswa/I menuju ke ruang kuliah masing masing.

Pengecekan kamar kamar oleh staf direktorat kepengasuhanan mahasiswa.

8 07.30 s/d

12.00 Kegiatan perkuliahan Mahasiswa/i mengikuti kegiatan perkuliahan sesuai prodinya masing masing

9 12.00 s/d

13.30 Sholat Dhuhur berjamaah, istirahat dan makan siang

Mahasiswa/i di giringkan untuk sholat berjamaah di masjid oleh bagian ta’mir masjid DEMA.

Mahasiswa/i makan siang di dapur umum 10 13.30 s/d

15.00 Kegiatan praktek/ perkuliahan Mahasiswa/i menuju ruang perkuliahan atau ke tempat praktek di bawah pengawasan dosen.

11 15.00 s/d

16.00 Sholat Ashar berjamaah dan Tadarrus Al-Quran

Mahasiswa/i di giringkan untuk sholat berjamaah di masjid oleh staf direktorat kepengasuhanan dan bagian ta’mir masjid.

Mahasiswa/i membaca Al-Qur’an.

12 16.00 s/d 17.00

Olahraga dan Pengembangan bakat minat mahasiswa/i bidang olahraga/seni/kepemimpinan/

keahlian

Kegiatan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di bidang olahraga, bidang seni dan bidang kepemimpinan sesuai minat dan bakat masing masing.

Pengelolaan UKM, kegiatan DEMA, HIMMA Mahasiswa/I bebas memilih UKM yang meliputi:

Nadzom al-qur’an, Tahfidz al-qur’an, hadroh, dakwah, jurnalistik, sepak bola, futsal, takraw, bulu tangkis, tenis meja, volly, pencak silat, karate, paskibra, kepramukaan, SAINS, Tata boga dan kepemimpinan, dll yang di kelola oleh pembina UKM masing-masing.

13 17.00 s/d 18.00

Makan malam dan mandi untuk persiapan sholat Maghrib

Kebersihan kamar

Makan malam di dapur umum yang dipandu oleh pengurus dapur umum.

Mandi untuk persiapan sholat Maghrib

Kebersihan kamar oleh piket kamar masing masing 14 18.00 s/d

18.30 Sholat mahgrib berjama’ah

Sholat maghrib, wirid, do’a dan muroja’ah suroh pilihan secara berjama’ah bersama direktorat kepengasuhan

15 18.30 s/d 19.00

Muroja’ah dan setoran hafalan Al- Qur’an

Mahasiswa/i muroja’ah dan setoran hafalan Al- Qur’an secara mandiri dan berkelompok dibawah pengawasan pembimbing dan pengasuh.

16 19.00 s/d

19.15 Sholat isya’ berjamaah

Staf direktorat kepengasuhanan menggiringkan mahasiswa/i ke masjid

Sholat isya’ berjamaah di masjid dibawah pengawasan ta’mir masjid

17 19.15 s/d 21.30

Belajar terbimbing/munaqosyah Mengerjakan tugas-tugas perkuliahan

Mahasiswa/i belajar terbimbing oleh dosen Munaqosyah keilmuan dan keagamaan

18 21.30 s/d Istirahat Mahasiswa/i melakukan Kegiatan mandiri seperti;

(8)

88

22.00 istirahat, belanja, absensi malam dan do’a sebelum

tidur dibawah pengawasan direktorat kepengasuhanan

19 22.00 s/d

04.00 Tidur Mahasiswa/i tidur di kamar masing masing

20 02.00 s/d

04.00 Sholat sunnah MahasiswaiI melakukan sholat malam (tahajjud, dll) secara mandiri

II. MINGGUAN

NO HARI WAKTU KEGIATAN KETERANGAN

`1 Senin &

kamis Puasa sunnah mandiri

Mahasiswa melaksanakan puasa sunnah

senin dan kamis secara mandiri 2 Kamis 18.30 s/d 19.40 Aorodan dan Membaca surah

yaasiin

Family gathering

Aorodan dan Pembacaan suroh yaasiin secara berjamaah yang dipimpin dosen pembimbing yang terjadwal

3 Jum’at 05.25 s/d 06.00 Kuliah subuh

Mahasiswa/i mendengarkan dan mencatat materi kuliah yang disampaikan oleh narasumber yang telah dijadwalkan

4 Jum’at 06.20 s/d 07.30 Olah raga bersama

(lari, senam) Lari sekitar kampus

5 Jum’at 07.30 s/d 08.30 Jumsih

Masjid dan sekitarnya dibersihkan untuk persiapan sholat jum’at Mahasiwa/I membersihkan seluruh area kampus dari asrama, ruang kuliah, wc, masjid, lapangan, aula dll.

6 Jum’at 08.30 s/d 10.30 Kegiatan UKM Latihan dan olah raga

Mahasiswa/i memilih kegiatan yang di minati/ kegiatan kemahasiswaan

7 Sabtu 16.00 s/d 17.00 Sparring bola kaki antara

mahasiswa dan dosen Dilaksanakan di lapangan hijau kampus

8 Ahad 19.30 s/d 21.00 Latihan debat dengan 3 bahasa

Latihan debat dengan 3 bahasa; bahasa Arab, Inggris dan Indonesia yang diawasi oleh staf direktorat kepengasuhan dan pengasuh

9 senin 19.30 s/d 21.30 Munaqosyah perkelompok Seluruh mahasiswa/i mengikuti kegiatan munaqosyah diawasi oleh dosen dosen pembimbing

Program kewirausahaan merupakan program wajib yang harus diikuti oleh seluruh mahasiswa di bawah bimbingan dosen kewirausahaan. Adapan kegiatannya dilaksanakan di kelas dengan kajian-kajian teori dan di luar kelas ketika praktik. Diharapkan dengan program seperti ini, akan menghasilkan santripreneur yaitu manusia yang alim dalam agama, bermoral dalam perilaku, mapan dalam mentalitas, cakap dalam berbisnis, dan berdedikasi dalam karya.

Untuk hari libur perkuliahan kampus di hari jum’at dan ahad. Namun untuk kegiatan keasramaan atau kepesantrenan tetap terlaksana sebagaimana hari-hari biasa.

Hanya saja, untuk mengisi kekosongan perkuliahan, diadakan kegiatan olah raga dan praktik kewirausahaan yang dilaksanakan di luar kampus. Adapun kegiatan rutinan mingguan, bulanan dan tahunan yaitu: tahlilan setiap malam jum’at, pembacaan shalawat

(9)

89 kepada nabi Muhammad SAW malam jum’at awal setiap bulan dan peringatan-peringatan hari-hari besar Islam lainnya.

Selain itu, pengembangan bahasa Arab dan Inggris di asrama merupakan hal yang wajib bagi para mahasiswa atau mahasantri yang diawasi dan dibimbing oleh pembina atau mentor yang ditunjuk oleh lembaga pengembangan bahasa. Pembelajaran bahasa dilakukan dengan sistem pemberian langsung kosa kata, hafalan dan pengalaman langsung dalam berbicara dan membuat kalimat dengan kosa kata yang diberikan. Baik bahasa Inggris maupun bahasa Arab merupakan bahasa resmi Persatuan bangsa-Bangsa (PBB) yang mutlak harus dikuasai minimal salah sataunya oleh masyarakat akademik. Sehingga out put lulusan dapat hidup dalam masyarakat global. Lebih jauh nilai-nilai Islam secara umum, dan keindonesiaan secara khusunya dapat disebar luaskan dan dikembangkan dalam kancah internasional dan dapat saling menghargai perbedaan budaya.

Berdasarkan jadwal kegiatan tersebut, lembaga menuntut mahasiswa untuk mengisi waktu dengan efektif dan efisien yang diisi dengan pengembangan ilmu pengetahuan, ubudiyah, dan soft skill. Hal ini sebagai penyiapan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam konteks globalisasi, yaitu: 1) manusia yang berwatak, yaitu memiliki kejujuran dan social capital: dapat dipercaya, kerja keras, jujur, dan inovatif. 2) cakap dan intelegen. 3) wiraswasta (enterpreneur). Sikap kewiraushaan atau enterpreneur mampu menghadapi tantangan yang dihadapi dengan pemikiran yang kreatif dan inovatif terhadap permasalahan yang diahadapi sehingga tidak akan berdiam diri tanpa melakukan sesuatu (menganggur). 4) kompetitif artinya memiliki daya saing untuk bersaing di dunia terbaku dengan selalu meningkatkan kualitas atau mutu diri dan produktivitasnya (Azyumardi, 2001:46-47).

2. Kurikulum Pembelajaran

Kurikulum pembelajaran yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi di STIABI Riyadul ‘Ulum diintegrasikan antara kegiatan perkuliahan dengan kepesantrenan.

Artinya, perkuliahan dan kegiatan asrama merupakan satu kesatuan yang harus dilaksanakan oleh setiap mahasiswa. Penyelenggaraan pembelajarn disusun untuk menguatkan empat aspek kecerdasan, yaitu kecerdasan spiritual, emonional, intelektual, dan sosial. Sehingga realisasi pendidikan Islam ideal dapat dilaksanakan dengan tercapainya dua dimensi yang dimiliki mahasiswa, yaitu dimensi dialektika horizontal (hablum minallah) dan dimensi ketundukan vertikal (hablum minannas).

Pengembangan kurikulum tersebut mengacu kepada statuta sebagai pedoman dasar dalam perencanaan, pengembangan program, penyelenggaraan pendidikan, dan evaluasi pendidikan.

Pengembangan kurikulum pembelajarn dibagi menjadi dua, yaitu pembelajarn yang dikaji sesuai dengan program studi yang dipilih oleh mahasiswa dan pembelajaran kepesantren. Materi yang dikaji dalam program kepesantrenan berupa program tahfidz dari kajian kitab kuning. Kajian kitab kuning dilaksanakan dengan sistem pesantren pada umumnya, yaitu sistem bandongan atau sorogan yang disampaikan dengan cara ngalogat.

Ngalogat artinya memberikan terjemahan oleh santri terhadap setiap kata yang dibacakan oleh kiai menggunakan bahasa daerah atau nasional dalam bukunya. Istilah ini disetip daerah berbeda, misalnya di Jawa terkenal istilah maknani. Namun memilik makna yang sama. Dengan proses seperti ini, kekhasan pesantren tetap dipertahankan. Materi kitab kuning yang diajarkan yaitu: tauhid, fiqh, tafsir, tasawuf, hadis, dan akhlak.

(10)

90 Dengan konsep pengkajian kitab kuning dan program tahfidz ini, kekhasan lulusan perguruan tinggi pesantren yang bukan cakap atau cerdas dalam keilmuan program studi perguruan tingginya, tetapi bisa menjadi pemberi solusi terhadap persoalan-persoalan masyarakat dengan ilmu keagamaan yang didapatakan.

Untuk program kepesantrenan diawasi langsung oleh direktur kepesantren yang berkoordinasi dengan wakil ketua bidang akademik dan kemahasiswaan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasinya. Untuk menunjang dan menumbuhkan budaya akademik mahasiswa, selain melalui perkuliahan, juga diadakan diskusi mingguan di bawah bimbingan dosen. Ketika program ini dapat dilaksanakan dengan baik oleh mahasiswa, maka pengembangan keilmuan dapat dilakukan dengan frame wawasan moral dan etis (Azyumardi, 2001:46).

Untuk memudahkan pelaksanaan pembelajaran, kampus memfasilitasi dengan fasilitas SIAKAD yang memudahkan para mahasiswa untuk mengakses semua dokumen akademik, seperti melihat Kartu Hasil Studi (KHS), mengisi Kartu Rencana Studi (KRS), ataupun melakukan heregistrasi.

3. Struktur organisasi

Keberlangsungan organisasi dapat eksis jika semua unsur dalam organisasi tersebut mampu melaksanakan sesuai dengan tugas, fusngsi, dan peran dari setiap anggota organisasi. Struktur organisasi mampu untuk menjelaskan uraian tugas, jalur hubungan antar anggota, kedudukan setiap anggota dan masing-masing tanggung jawab yang harus dilaksanakan setiap bagian dalam organisasi tersebut.

Organsisai di STIABI Riyadul ‘Ulum terdiri dari tiga unsur, yaitu: unsur pimpinan, unsur pelaksana, dan unsur administrasi. Unsur pimpinan terdiri dari ketua dan wakil ketua. Unsur pelaksana adalah ketua program studi dan para dosen dan unsur administrasi terdiri dari bagian administrasi, akademik, dan kemahasiswaan. Ketua memiliki tugas untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, adminsitrasi dan keuangan, membina tenaga kependidikan, mahasiswa, dan tenaga administrasi. Dalam pelaksanaan tugasnya, ketua bertanggung jawab kepada pimpinan pesantren. Semua tugas yang dilaksanakan oleh ketua dibantu oleh para wakil dalam bidang akademik, kemahasiswaam, keuangan dan administrasi mapun kerjasama. Ketua program studi bertugas untuk menyelenggarakan tugas akademik program studi yang bertanggung jawab kepada ketua. Untuk memaksimalkan kinerja ketua program studi, dibantu oleh sekertaris yang diangkat langsung oleh ketua. Adapun bagian adminstratif dipimpin oleh bagian tata usaha. Selain bagian tersebut, untuk menunjang kesuksesan proses pendidikan, maka didukung unit-unit lainnya, seperti bagian perpustakaan, pengembangan bahasa, pengasuhan, laboratorium bahasa dan sejarah.

4. Tata Pamong

STIABI Riyadul ‘Ulum lahir dari rahim pondok pesantren Riyadlul Ulum Wadda’wah yang berprinsip pada penguatan sistem perguran tinggi berbasis pesantren yang menerapkan sistem tata pamong yang bersifat berjalan berbarengan antara struktural dan kultural sekaligus. Sistem struktural menekankan kepada profesionalitas yang berjalan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dan bersifat rigid. Sedangkan sistem kultural lebih elastis menekankan kepada moralitas dan loyalitas dan bersifat elastis. Tugas yang dikerjakan dengan sistem kultural dikerjakan dengan adanya kerjasama, kekeluargaan, komunikatif antar anggota, dan mendahulukan skala prioritas dalam pengambilan

(11)

91 keputusan-keputusan. Oleh karena itu, sifat kultural ini berdampak kepada pemenuhan kerja secara maksimal tanpa kenal lelah dan waktu dan saling membantu tanpa sekat struktur.

Semua sistem tata pamong dilaksanakan dengan kredibel, adil, tanggungjawab, adil, akuntabel, dan transparan. Dengan pola yang ada saat ini, bukan hanya target saja yang diwujudkan, tetapi dapat berjalan secara otomatis.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa STIABI Riyadul ‘Ulum merupakan perguruan tinggi berbasis pesantren yang mewajibkan seluruh mahasiswa tinggal di asrama dalam pengawasan pengasuhan yang telah ditunjuk oleh kiai pimpinan pesantren. Seluruh kegiatan perguruan tinggi maupun kepesantrenan berintegrasi satu dengan lainnya. Program perguran tinggi memberikan pengalam pemahaman pengetahuan sesuai dengan program studi yang dipilih oleh mahasiswa dan program kepesantrenan memberikan nilai-nilai pesantren dalam keseharian para mahasiswa.

Struktur organisasi di STIABI Riyadul ‘Ulum dilakukan dengan dua cara, yaitu secara struktural dan kultural. Struktural artinya semua anggota organisasi bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam organisasi tersebut. sedangkan kultural artinya setiap anggota organisasi berusaha untuk bekerja secara maksimal lintas struktur yang diberikan dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan bersama.

BIBLIOGRAPHY

Abdilla, Masykuri. Status pendidikan pesantren dalam Sistem Pendidikan Nasional, Harian Umum Kompas, edisi 8 Juni 2001

Arif, Mahmud. Islam, Kearifan Lokal dan Kontekstualisasi Pendidikan: Kelenturan, Signifikasi, dan Implikasi Edukatifnya, jurnal At-Tahrir, Vol.15, no.1 Mei 2015

Azizy, Qadri A. Memperdayakan Pesantren dan Madrasah, dalam pengantar buku Dinamika pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002)

Azra, Azyumardi. Pendidika Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium, (Ciputat:

Kalimah, 2001)

Baso, Ahmad. Pesantren Studies 2a: Kosmpololitanisme Peradaban Kaum Santri di Masa Kolonial, (Tangerang Selatan: Pustaka Afid, 2015), Cet:III.

Benda, Harry J. Bulan Sabit dan Matahari Tertib, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1983)

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta:LP3ES, 2011)

Fajar, A. Malik. Holistika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005)

Fauzi, Ahmad. “Membangun Epistimologi Pendidikan Islam Melalui Kepemimpinan Spiritual: Suatu Telaah Diskursif”, Empirisma, Volume 24, No. 2 Juli 2015

https://www.pesantren-condong.netl https://www.stiabiru.ac.id

https://kbbi.web.id/wiraswasta

Jabadi, Fuad dan Jamhari (ed.), IAIN dan Modernisasi Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002)

Madjid, Nurcholis. Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997)

Matsuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994)

(12)

92 Ma’lûf, Louis. Kamus Munjid, (Beirut: Dâr al-Mishria, 1986)

Muhaimin, Pesantren dalam Bingkai Mutu Pendidikan Global: Meretas Mutu Pendidikan Pesantren Masa Depan (Suatu Kata Pengantar) dalam Umiarso dan Nur Zazin, Pesantren di Tengah Arus Mutu Pendidikan: Menjawab Problematika Kontemporer Manajemen Mutu Pesantren, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2011)

Ridwan, Mohammad. “Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Mahasiswa (Studi Multi Situs di Pondok Pesantren Mifahul Huda Gading, Lembaga Tinggi Pesantren Luhur (LPTPL) dan Pondok Pesantren Sabilurrasyad Gasek Kota Malang”, Tesis, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018

Purbakawitja, Soegarda. Ensikklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976)

Referensi

Dokumen terkait

Pada analisa struktur rangka atap gedung Rektorat Universitas Muara Bungo ini menggunakan penutup atap bahan seng superdeck, rusuk-rusuk atap menggunakan bahan kayu hal