PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dilihat dari proporsi rumah tangga yang mendapat ART untuk gangguan jiwa, skizofrenia/psikosis, ada yang dirantai dalam rumah tangga (14%), ada yang tidak banyak (86%), ada yang dirantai terakhir kali. tiga bulan adalah (31,5%), dan yang tidak (68,5%). Berdasarkan data pasien yang diperoleh dari Rumah Sakit Jiwa Atma Husada Mahakam Samarinda pada tahun 2016, rata-rata populasi pasien di RS Atma Husada Mahakam Samarinda sebanyak 249 orang, dengan persentase 38% mengalami halusinasi, 5% mengalami low self, 15% diantaranya, yang menarik diri, 1% mengalami delusi, 35% mengalami perilaku kekerasan, dan 6% kurang menjaga diri. Sebanyak 36% mengalami halusinasi, 32% mengalami perilaku kekerasan, 4% mengalami rendah diri, 13% mengalami isolasi sosial, 1% mengalami delusi, dan 5% mengalami kurang perawatan diri.
Berdasarkan uraian tersebut, perilaku kekerasan ditetapkan menjadi gangguan jiwa dengan prevalensi tertinggi kedua setelah halusinasi. Data tersebut menunjukkan adanya masyarakat yang mengalami gangguan jiwa, termasuk gangguan jiwa berupa perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk menyakiti seseorang secara fisik maupun psikis.
Berdasarkan pengertian tersebut, perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, ditujukan kepada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu ketika perilaku kekerasan sedang berlangsung atau riwayat perilaku kekerasan (Dermawan dan Rusdi, 2013).
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Manfaat Penulisan
- Bagi Penulis
- Bagi Tempat Penulisan
- Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Diskusikan dengan klien tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut). Diskusikan dengan keluarga mengenai perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang terjadi serta akibat dari perilaku tersebut).
TINJAUAN PUSTAKA
Pohon Masalah
Rentang Respon Marah
Setiap orang mempunyai kemampuan untuk bertindak secara pasif, asertif, dan agresif/kekerasan (Stuart dan Laraia, 2005 dalam Dermawan dan Rusdi 2013). Stres, kecemasan, rendah diri dan perasaan bersalah dapat menimbulkan kemarahan yang berujung pada perilaku kekerasan. Reaksi kemarahan dapat diekspresikan secara eksternal (perilaku kekerasan) atau secara internal (depresi dan penyakit fisik).
Mengekspresikan kemarahan dengan perilaku konstruktif, dengan kata-kata yang dapat dipahami dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan rasa lega, menurunkan ketegangan, sehingga perasaan marah teratasi. Perilaku non asertif seperti menekan perasaan marah dilakukan oleh individu, seperti berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari perasaan marah agar perasaan marahnya tidak diungkapkan.
Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
Konsep Dasar Keluarga
- Definisi
- Tipe-tipe Keluarga
- Ciri-ciri Keluarga
- Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Keluarga Dalam
Seringkali keluarga mengambil tindakan yang tepat, namun bila keluarga masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu melakukan tindakan atau pengobatan lebih lanjut agar tidak terjadi masalah yang lebih serius. Setelah klien menjalani pengobatan dan mendapat pengobatan di pelayanan kesehatan, maka penderita gangguan jiwa yang berisiko terhadap perilaku kekerasan dapat pulih dan kembali berfungsi di masyarakat, namun upaya tersebut tidak akan bertahan lama tanpa dukungan keluarga, sehingga keluarga diharapkan mampu memberikan dukungan. kepedulian terhadap anggota keluarga yang berisiko terhadap perilaku kekerasan. Apabila Anda mengalami gangguan atau permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan keluarga atau anggota keluarga Anda, sebaiknya Anda dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya.
Bilamana mengalami gangguan atau permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan jiwa anggota keluarga, diharapkan keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di daerahnya, sehingga klien segera mendapat pengobatan agar tidak memperburuk kondisi klien. dengan gangguan jiwa dengan risiko perilaku kekerasan. 2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa yang berisiko terhadap perilaku kekerasan. Merawat klien gangguan jiwa yang berisiko terhadap perilaku kekerasan. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa beresiko terjadinya perilaku kekerasan, dimana semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan menerima dan memahami informasi tentang merawat anggota keluarga yang beresiko. dari gangguan jiwa. perilaku kekerasan, sebaliknya jika pengetahuan keluarga rendah maka sulit menerima dan. Berdasarkan hal tersebut, pengetahuan menjadi penting agar keluarga dapat mempraktikkan cara merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, untuk mencegah kekambuhan.
Jadi berdasarkan uraian di atas, keluarga menjadi batu loncatan dalam upaya perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Pengetahuan mempunyai pengaruh yang besar terhadap peran keluarga dalam bertindak, pengetahuan yang baik tentang cara merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa akan menimbulkan peran yang baik seperti memberikan dukungan emosional kepada keluarga dalam kaitannya dengan motivasi pasien untuk sembuh atau menciptakan harapan dan optimisme, memantau asupan obat dan upaya pencegahan kekambuhan pada anggota keluarga yang mengalami penyakit jiwa (Yundari, 2018).
Konsep Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
- Diagnosa Keperawatan
- Rencana Keperawatan
- Strategi Pelaksanaan Klien Risiko Perilaku Kekerasan
- Strategi Pelaksanaan Keluarga Klien Risiko Perilaku Kekerasan
- Fase Fase Kunjungan Rumah
- Pelaksanaan
- Evaluasi
MODEL PENELITIAN
Desain Penelitian
Subyek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan adalah dua keluarga pasien risiko perilaku kekerasan di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja Kota Samarinda.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Prosedur Penelitian
Menerapkan SP 3 pada pasien beresiko melakukan perilaku kekerasan: Ajarkan klien untuk berbicara ramah ketika marah.
Metode dan Instrument Pengumpulan Data
- Format Pengkajian Keperawatan Jiwa
- Format Pengkajian Data Keluarga
Hasil
- Gambaran Tempat Penelitian
- Karakteristik Subjek Penulisan (Identitas Klien)
- Data Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
- Diagnosa Keperawatan
- Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan
Keluarga dapat mengendalikan perilaku kekerasan melalui pernapasan dalam dan relaksasi fisik kedua (memukul kasur dan bantal). O : Subyek dapat mendemonstrasikan cara mengendalikan perilaku kekerasan secara mental A : Risiko perilaku kekerasan pada pasien SP 4 telah teratasi.
Pembahasan
Keluarga dinilai sangat penting dalam penyembuhan pasien gangguan risiko perilaku kekerasan yang dirawat di rumah. Hal ini juga diperkuat dengan teori Keliat (2011) yang menyatakan bahwa keluarga merupakan faktor penting penentu keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan. Dukungan keluarga yang konsisten akan memungkinkan klien mempertahankan pengobatan secara optimal. Asuhan keperawatan terpadu dengan keluarga dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang berisiko mengalami perilaku kekerasan melalui: penerimaan keluarga yang baik, membangun hubungan saling percaya, lingkungan dan waktu luang yang sehat dan harmonis secara psikologis dalam keluarga. keluarga yang mengupayakan kesembuhan pasien.
Berdasarkan pemaparan fokus kajian dan pembahasan peningkatan kemampuan peran keluarga pada keluarga pasien berisiko perilaku kekerasan setelah diterapkannya strategi penerapan keluarga berisiko perilaku kekerasan selama 6 hari setiap hari. terapi dilakukan selama ±45 menit dan pada evaluasi hasilnya mengalami peningkatan dibandingkan sebelum dilakukan intervensi baik pada subjek I maupun subjek II. Hasil studi kasus dapat digunakan sebagai dasar pengembangan strategi lain, khususnya dalam pengobatan pasien yang berisiko mengalami perilaku kekerasan. Beliau merupakan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan Keperawatan yang akan melakukan penelitian dengan judul “Pelayanan Jiwa Keperawatan pada Klien Risiko Perilaku Kekerasan yang Terintegrasi dengan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja Samarinda".
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana pelayanan kesehatan jiwa pada klien risiko perilaku kekerasan diintegrasikan ke dalam keluarga di wilayah kerja Puskesmas Sempaja Samarinda yang akan terjamin kerahasiaannya. “Baiklah, sekarang kita akan membicarakan perasaan marahmu.” “Berapa lama kamu ingin kita bicara? Ada beberapa cara fisik untuk mengelola amarah, bagaimana kalau mempelajarinya terlebih dahulu?”
Iya, jadi ada 2 alasan kenapa Pak A marah...(nama) dan apa yang anda rasakan. sebutkan) dan apa yang Anda lakukan. Oke, bagaimana kalau saya datang 2 jam lagi dan kita praktikkan cara lain untuk mencegahnya. Baiklah, bagaimana perasaan marahnya?” “Sekarang bagaimana kita mengamalkan cara lain untuk mencegah perasaan marah, yaitu dengan beribadah sesuai agama kita.
Sekarang kita ngobrol dan praktek bagaimana cara minum obat yang benar untuk mengendalikan amarah?" “2 hari lagi ayo kita bertemu untuk mempraktekkan cara-cara yang sudah kita bahas sebelumnya langsung denganmu. Karena ibu akan segera pulang, 2 hari lagi ibu akan menemui saya untuk membahas jadwal kegiatan ibu selama di rumah.”
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
- Bagi Perawat dan Puskesmas
- Bagi Pengembang dan Studi Kasus Selanjutnya
- Bagi Keluarga
- Bagi Masyarakat
Jika ada alasan untuk marah, misalnya Pak A pulang dan istrinya belum menyediakan makanan (misalnya inilah penyebab pasien marah), apa yang dirasakan Pak A? (Tunggu respon pasien.). “Mumpung saya tidak di sini, coba ingat-ingat apa yang menyebabkan kemarahan Anda di masa lalu, apa yang Anda lakukan saat sedang marah, apa yang belum kita bahas, dan ingatlah untuk menarik napas dalam-dalam ya Pak.” Bagaimana pak, apakah anda sudah melakukan latihan tarik nafas dalam dan memukul alas kasur?apa yang anda rasakan setelah melakukan latihan secara rutin?
Tanda seseorang sedang marah adalah ia terlihat tegang dan memerah, kemudian terlihat gelisah, dan biasanya melampiaskannya dengan membenturkan furnitur, memukul, atau berbicara dengan suara keras. Jika dia marah, apa yang terjadi padamu? “Baik Bu, anda sudah melihat apa yang saya ajarkan kepada anda. Ketika tanda-tanda kemarahan muncul, saya dapat membantu anda dengan mengingatkan anda tentang rencana pelatihan manajemen amarah yang telah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan dengan pengobatan yang teratur.” Selamat pagi bu, sesuai janji kita 2 hari yang lalu, sekarang kita akan bertemu kembali untuk mempraktekkan cara mengendalikan amarah.
Ingatkah Anda, Tuan, apa yang harus dilakukan jika Anda merasakan tanda-tanda kemarahan?”