• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PRODUSEN ROTI DITINJAU DARI ETIKA BISNIS ISLAM (Studi Kasus Pada Industri Roti Rumahan Seleste

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PERILAKU PRODUSEN ROTI DITINJAU DARI ETIKA BISNIS ISLAM (Studi Kasus Pada Industri Roti Rumahan Seleste "

Copied!
114
0
0

Teks penuh

DISAJIKAN OLEH ETIKA BISNIS ISLAM (Studi Kasus Pada Industri Roti Rumahan Celeste. Ganjar Agung 14/I Kota Metro). PERILAKU PRODUSEN ROTI DITINJAU DENGAN ETIKA BISNIS ISLAM (Studi Kasus Pada Home Industri Roti Seleste Ganjar Agung 14/I Kota Metro) ABSTRAK.

Latar Belakang

Misalnya produksi barang dengan bahan baku yang tidak sesuai dengan yang tertera pada kemasan produk. Perilaku produsen yang sering menggunakan adonan yang sudah jatuh ke lantai dalam proses produksinya, dan menggunakan sisa bahan baku roti bahkan kadaluwarsa sebagai campuran selai coklat, dan pemanfaatannya.

Pertanyaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pelaku produksi roti (produsen) untuk berperilaku sesuai dengan syariah yang telah ditetapkan, sehingga pelaksanaan usahanya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Penelitian Relevan (Prior Research)

Macam-macam Perilaku

Tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang timbul pada penerima rangsangan, dan tidak dapat diamati dengan jelas oleh orang lain. Respon terhadap rangsangan ini jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dapat dengan mudah diamati atau dilihat oleh orang lain.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Semua jenis input yang masuk ke dalam proses produksi untuk menghasilkan output disebut faktor produksi 37. Kegiatan produksi berarti menjadikan nilai manfaat suatu barang atau jasa, produksi dalam hal ini diartikan bukan dengan membentuk fisik saja. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa produksi adalah kegiatan menambah atau menciptakan kegunaan atau nilai kegunaan barang atau jasa, sehingga dalam prosesnya memerlukan faktor produksi.

Produksi dalam Islam

Berdasarkan pernyataan di atas, memberikan kerangka bagaimana perilaku produksi dalam Islam mencakup tiga hal, yaitu input, proses, dan output produksi akhir. Jadi yang dimaksud dengan etika bisnis Islam adalah rangkaian kegiatan bisnis yang dilakukan oleh seseorang dengan menerapkan aturan-aturan yang sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits. Mengingat sumber Islam adalah Al-Qur'an dan al-Hadits, maka sumber utama etika/moral bisnis dalam Islam otomatis juga Al-Qur'an dan Al-Hadits. 64 Al-Qur'an Surah As-saff : 10 -11. Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apakah kamu ingin aku menunjukkan kepadamu suatu jual beli yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?

Indikator prinsip tauhid dalam kegiatan produksi di lapangan adalah menghasilkan barang yang halal dan baik. Indikator prinsip kejujuran dalam kegiatan produksi di lapangan adalah produsen memberikan informasi yang tepat mengenai bahan baku utama yang digunakan produsen untuk memproduksi barang pada kemasan produk. Indikator asas keadilan dalam kegiatan produksi di lapangan adalah memperhatikan secara proporsional tingkat kesejahteraan karyawan, misalnya penetapan jam kerja dan pemberian insentif serta jaminan sosial bagi karyawan.

Indikator prinsip tanggung jawab dalam kegiatan produksi di lapangan adalah produsen banyak memberikan perhatian kepada pemangku kepentingan produksi terutama masyarakat sekitar dalam bentuk CSR (socially responsibility business).

Jenis Dan Sifat Penelitian 1. Jenis Penelitian

Sifat Penelitian

Menurut Juliansyah Noor, penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan suatu gejala, peristiwa, peristiwa yang sedang terjadi sekarang.82. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan kondisi yang dialami oleh subjek di lapangan dan dideskripsikan dengan kata-kata atau kalimat untuk menarik kesimpulan. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan mengenai perilaku produsen dalam proses produksi roti ditinjau dari etika bisnis Islami yang dijabarkan dalam kata-kata atau kalimat untuk menarik kesimpulan.

Sumber Data

Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data 84 Dalam penelitian ini data primer diperoleh langsung dari lapangan yaitu Seleste home-baked bakery. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.85 Peneliti hanya mengambil sampel 5 orang karyawan dari populasi sebanyak 68 karyawan karena karyawan tersebut merupakan karyawan yang sudah cukup lama bekerja di industri home bakery Seleste sehingga dianggap memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan karyawan lainnya, lain tentang perilaku produsen di industri kue rumahan, dan mereka juga karyawan yang telah dipercaya oleh pemilik industri kue rumahan untuk bertanggung jawab atas bagian-bagian tertentu dari pabrik, seperti bagian cetakan kue kacang dan pia. Sumber data primer diperoleh dari pemilik, karyawan dan masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar industri roti rumahan Seleste Ganjar Agung 14/I.

Sumber Data Sekunder

Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder berupa buku sebagai literatur utama maupun pendukung, seperti: Bambang Samsul Arifin, Psikologi Sosial, Mulyadi Nitisusastro, Konsumen dalam Perspektif Wirausaha, Sofjan Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi, Yusuf Qardhawi, Peran De nilai-nilai moral dalam ekonomi Islam, Irham Fahmi, Teori Kasus dan Solusi Etika Bisnis, Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, Abdul Aziz, Etika Bisnis dari Perspektif Islam, Idri, Hadits Ekonomi, Juhaya S. Pradja, Ekonomi Syariah, Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, Muhammad Amin Suma, Menggali Akar, Mengurai Serat Ekonomi &.

Teknik Pengumpulan Data

Wawancara adalah teknik pengumpulan data di mana pewawancara (peneliti atau orang yang ditugaskan untuk mengumpulkan data) mengajukan pertanyaan kepada orang yang diwawancarai dalam proses pengumpulan data. Wawancara terbimbing, yaitu wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan mengajukan serangkaian pertanyaan secara lengkap dan terperinci. Wawancara Bebas Terbimbing, yaitu gabungan dari wawancara terarah dan wawancara terbimbing 91 Dalam melakukan wawancara, pewawancara membawa pedoman yang hanya berupa garis besar dari hal-hal yang akan ditanyakan.

Metode wawancara yang digunakan adalah untuk memperoleh data tentang perilaku produsen roti ditinjau dari etika bisnis Islam. Sasaran dalam metode wawancara adalah Suparman, pemilik home industri roti Seleste Ganjar Agung 14/I, Viki Haryanto, karyawan divisi produksi kue kacang, Angga Nuari Nasa, karyawan divisi produksi kue pia cetak, Eko, karyawan bagian produksi biskuit, Rina Widiyanti dan Septi, karyawan bagian pengolahan selai, serta Ibu Triyana dan Ibu Surati, masyarakat yang tinggal di sekitar home bakery Seleste Ganjar Agung 14/I. Dokumentasi adalah pencarian data tentang hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, risalah rapat, janji, agenda, dll.92 Dalam hal ini, peneliti menggunakan data tentang perilaku produsen dalam proses produksi home bakery industri Seleste di Ganjaragung 14/I Kota Metro.

Dokumentasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data yang diperoleh dari tulisan atau dokumen, seperti foto dan audiovisual dan non visual.

Teknik Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan data dari industri roti rumahan Seleste di Ganjar Agung 14/I Kota Metro, untuk kemudian ditarik kesimpulan umum tentang perilaku produsen roti dalam berproduksi menurut Etika Bisnis Islam. Sejarah Home Baking Industri Selestes Ganjar Agung 14/I Kota Metro Selestes Home Baking Industri didirikan pada tahun 1993.

Sejarah Industri Roti Rumahan Seleste Ganjar Agung 14/I Kota Metro Industri roti rumahan Seleste berdiri sejak tahun 1993. Awal pendirian

Industri roti rumahan ini hanya dikelola oleh Pak Minuk sendiri dan istrinya dan hanya bisa memproduksi roti dengan volume penjualan yang kecil. Karena Bpk. Kegigihan Suparman, home-baked bakery Seleste berkembang pesat dan telah mendapatkan izin BPOM dan sertifikat halal. Permintaan konsumen akan produksi roti semakin meningkat, industri roti rumahan ini semakin besar dan mulai memperluas wilayah pemasarannya serta memiliki karyawan yang cukup banyak.

Toko roti rumah Seleste kini memiliki 60 pekerja (karyawan) dan didominasi oleh laki-laki daripada perempuan. Pekerjaan karyawan di home bakery Seleste dibagi menjadi tiga bagian yaitu produksi, penyimpanan dan distribusi. Dalam proses produksi yang berlangsung setiap hari, dihasilkan limbah berupa plastik kemasan bekas yang rusak atau plastik bekas roti bs-an dan kadaluarsa (expired) dan roti kacang yang ditarik kembali.

Sedangkan untuk limbah berupa perkedel kadaluarsa, produsen awalnya juga melakukan penanganan dengan cara dibakar.

Perilaku Produsen Roti Seleste Ganjar Agung 14/I Kota Metro

Produsen roti juga memberikan santunan kepada masyarakat sekitar berupa paket sembako menjelang hari raya idul fitri dan dalam beberapa kegiatan masyarakat seperti gotong royong, produsen sering menawarkan roti hasil produksinya untuk melayani masyarakat yang bekerja sama. Produsen roti termotivasi untuk memproduksi roti karena adanya tuntutan kebutuhan yang tidak terpenuhi, oleh karena itu produsen berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan menghasilkan produk yang akan memberikan nilai ekonomis. Produsen roti termotivasi untuk memproduksi roti karena tingginya permintaan masyarakat akan roti yang disajikan kepada para pekerja sebagai makanan pada saat panen padi di sawah dll.

Dijelaskan oleh seorang karyawan, apabila terjadi kecelakaan kerja, pembuat roti hanya memberikan santunan biaya pengobatan satu kali saja, jika luka tidak kunjung sembuh dalam satu kali perawatan, maka biaya pengobatan selanjutnya menjadi tanggung jawab karyawan yang mengalami kecelakaan pada saat itu. bekerja. 106. Produsen roti sering menggunakan roti bs-an, yaitu produk sisa yang tidak dapat dipasarkan atau dijual kepada konsumen karena kesalahan dalam proses pengemasan atau karena telah kadaluarsa, untuk dipanggang kembali dan dijadikan campuran coklat yang nantinya dijadikan selai untuk isian roti 107. Pada awal pendirian pabrik, pembuat roti tidak meminta izin kepada masyarakat sekitar, melainkan hanya kepada pejabat setempat seperti ketua RT dan RW.

Atas permasalahan yang ditimbulkan, produsen roti hanya memberikan sedikit paket sembako kepada warga di sekitar pabrik setahun sekali dan kemudian dalam jumlah kecil.

Analisis Perilaku Produsen Menurut Etika Bisnis Islam

Hal ini menunjukkan bahwa perilaku produsen roti pada home baking industry Selesta Ganjar Agung 14/I Kota Metro tidak sepenuhnya menerapkan prinsip tauhid dalam menjalankan usahanya. Para pembuat roti di home bakery Seleste memproduksi roti dimana roti tersebut adalah sesuatu yang halal kandungannya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa para pembuat roti di Home Bakery Seleste Ganjar Agung 14/I Kota Metro belum sepenuhnya menerapkan prinsip kejujuran dalam menjalankan usahanya.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dijelaskan bahwa perilaku pembuat roti pada industri home bakery Seleste Ganjar Agung 14/I di Kota Metro belum sepenuhnya menerapkan prinsip keadilan dalam kegiatan usahanya. Pembuat roti di industri roti rumahan Seleste 14/I di Kota Metro sering membakar sampah plastik yang mereka hasilkan. Berdasarkan pemaparan di atas dapat dijelaskan bahwa produsen roti pada industri home bakery Seleste Ganjar Agung 14/I di Kota Metro belum sepenuhnya menerapkan prinsip tanggung jawab dalam kegiatan produksinya.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa perilaku para produsen roti di home bakery Seleste tidak sepenuhnya menerapkan prinsip itikad baik.

Kesimpulan

Untuk masalah yang muncul, pembuat roti hanya memberikan beberapa paket sembako kepada tetangga di daerah sekitar pabrik setahun sekali, itupun dalam jumlah kecil.

Saran

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah biaya persediaan bahan baku roti (tepung terigu) yang diperhitungkan Perusahaan Oval Bakery di Kota Sangatta