1
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK MENGGUNAKAN METODE RGEC (RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNING, & CAPITAL): STUDI PADA PT BANK J TRUST INDONESIA,
TBK.
Radita Rizki Ramadhina Nuraini Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang
Email: [email protected]
Abstract
PT Bank J Trust Indonesia, Tbk., formerly PT Bank Mutiara, Tbk. was originally established under the name of PT Bank Century Intervest Corporation. Bank soundness is important since it reflects the bank's condition and performance over a one-year period. This study aims to determine the level of bank soundness based on RGEC (Risk profile, Good corporate governance, Earning, and Capital) and determine the supervisory status of PT Bank Mutiara, Tbk. in 2014 and PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. in 2015. The object of this research are PT Bank Mutiara, Tbk. year 2014 and PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. year 2015. This qualitative research uses descriptive approach. The data were obtained through documentation method and analyzed using peer group analysis and trend analysis. The results of this study suggest that the bank soundness composite rating of PT Bank Mutiara, Tbk. in 2014 is 4 and its supervisory status is Bank Under Intensive Control. Meanwhile, bank soundness rating of PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. 2015 is 3 and its supervisory rating is Bank Under Normal Control.
Keywords: Bank Soundness, RGEC Method, Bank Mutiara, and Bank J Trust Indonesia
Abstrak
PT Bank J Trust Indonesia, Tbk., dahulu PT Bank Mutiara, Tbk. semula didirikan dengan nama PT Bank Century Intervest Corporation. Tingkat kesehatan bank merupakan hal penting karena mencerminkan kondisi bank terhadap risiko dan kinerja bank dalam periode satu tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank berdasarkan RGEC (Risk profile, Good corporate governance, Earning, dan Capital) dan menentukan tingkat status pengawasan bank pada PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 serta PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015. Objek penelitian ini adalah PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan akan dianalisis menggunakan analisis peer group dan analisis trend. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesehatan bank pada PT Bank Mutiara, Tbk.
Tahun 2014 adalah Peringkat Komposit 4 dan termasuk Bank Dalam Pengawasan Intensif. Sedangkan, tingkat kesehatan bank pada PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. Tahun 2015 adalah Peringkat Komposit 3 dan termasuk Bank Dalam Pengawasan Normal.
Kata kunci: Tingkat Kesehatan Bank, Metode RGEC, Bank Mutiara, dan Bank J Trust Indonesia
PENDAHULUAN
Sesuai annual report PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015, sejarah PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. adalah sebagai berikut :
PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. (dahulu PT Bank Mutiara, Tbk.) semula didirikan dengan nama PT Bank Century Intervest Corporation. Sejak 6 November 2008 sampai dengan 10 Agustus 2009, PT Bank Century, Tbk. ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Dalam Pengawasan Khusus (BDPK). Sesuai Perpu No.4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengamanan Sistem Keuangan, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melalui Keputusan No.04/KSSK.03/2008 tanggal 21 November 2008 menetapkan PT Bank Century, Tbk. sebagai bank yang berdampak sistemik dan menyerahkan penanganannnya kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sesuai Pasal 40 UndangUndang No.24 Tahun 2004 tentang LPS, terhitung sejak LPS melakukan penanganan bank gagal, maka LPS mengambil alih segala hak dan wewenang rapat umum pemegang saham, kepemilikan, kepengurusan, dan/atau kepentingan lain pada bank dimaksud. Kemudian, LPS mendirikan bank perantara atas PT Bank Century, Tbk. yang telah ditetapkan sebagai bank gagal berdampak sistemik yang diberi nama PT Bank Mutiara, Tbk. di tahun 2009. Sesuai Undang-Undang No.9 Tahun
2016 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), bank yang ditetapkan sebagai bank gagal berdampak sistemik dan telah dialihkan aset maupun kewajibannya kepada LPS akan dibentuk bank perantara oleh LPS guna memenuhi kewajiban dari bank gagal berdampak sistemik. Pembentukan bank perantara harus memenuhi syarat dan persetujuan prinsip sesuai Undang-Undang No.9 Tahun 2016 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada Pasal 25 Ayat (4) dan (5). Sesuai ketentuan Pasal 30 Undang-Undang No.24 Tahun 2004 yang telah diubah menjadi Undang-Undang No.7 Tahun 2009 tentang LPS yang mengatur bahwa LPS wajib menjual saham dari bank yang diselamatkan pada tahun kelima sejak diserahkannya saham bank kepada LPS, maka LPS telah melakukan program divestasi atas mayoritas saham milik LPS pada bank kepada calon investor yang memenuhi syarat melalui penjualan strategis. Hasilnya adalah mayoritas saham LPS di bank PT Bank Muiara, Tbk. telah dialihkan kepada J Trust Co., Ltd., Jepang melalui Perjanjian Penjualan dan Pembelian Saham Bersyarat tanggal 12 September 2014.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 4/POJK.03/2016 tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum pada Pasal 6, “bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara individu dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating) dengan cakupan penilaian terhadap faktor-faktor yaitu RGEC (Risk profile, Good corporate governance, Earning, dan Capital)”. Sesuai POJK tersebut, pada Pasal 9 ayat (2) menjelaskan bahwa peringkat komposit tingkat kesehatan bank ada 5 kategori. Semakin rendah Peringkat Komposit, tingkat kesehatan bank semakin sehat. Sesuai POJK tersebut, penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan sesuai kelompok BUKU yang sama (peer group). Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.6/POJK.03/2016 pada Pasal 3 Ayat (1) tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank, bank dikelompokkan sesuai modal inti yang dimiliki yaitu ada 4 (empat) kategori Bank Umum Berdasarkan Kegiatan Usaha (BUKU). Semakin tinggi BUKU, maka semakin besar modal inti yang dimiliki bank dan sebaliknya. Sesuai POJK tersebut, maka PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 yang kemudian berganti nama menjadi PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 termasuk dalam BUKU 2, yaitu bank dengan jumlah modal inti paling sedikit sebesar Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) sampai dengan kurang dari Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah). Setelah melakukan penilaian tingkat kesehatan bank, bank akan ditetapkan status tingkat pengawasannya. Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 15/POJK.03/2017 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut
Pengawasan Bank Umum pada Pasal 2 Ayat (2), status pengawasan Bank terdiri atas Bank Dalam Pengawasan Normal (BDPN), Bank Dalam Pengawasan Intensif (BDPI), dan Bank Dalam Pengawasan Khusus (BDPK). Bank termasuk Bank Dalam Pengawasan Intensif (BDPI) atau Bank Dalam Pengawasan Khusus (BDPK) apabila memenuhi salah satu atau lebih kriteria sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 15/POJK.03/2017 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum pada Pasal 3 Ayat (2) dan Pasal 5 Ayat (2).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan bank berdasarkan RGEC (Risk profile, Good corporate governance, Earning, dan Capital) serta status pengawasan pada PT Bank Mutiara, Tbk. Tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. Tahun 2015.
KAJIAN PUSTAKA Bank
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pada Pasal 1 Angka 2,
“bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 1, secara garis besarnya jenis bank dibagi menjadi dua yaitu :
1) Bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum Konvensional adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan, Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2) Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Tingkat kesehatan bank
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 4/POJK.03/2016 tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum pada Pasal 1 Angka 4, “tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank”. Sesuai peraturan tersebut pada Pasal 9 Ayat (2) dan (3) dijelaskan mengenai Peringkat Komposit (PK) sebagai berikut :
3
1) Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
2) Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi bank yang secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
3) Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi bank yang secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
4) Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi bank yang secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
5) Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi bank yang secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
RGEC (Risk profile, Good corporate governance, Earning, dan Capital) a.
Risk profile
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 4/POJK.03/2016 tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum pada Pasal 7 Ayat (1), “penilaian terhadap profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional bank yang wajib dilakukan terhadap delapan risiko, yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko kepatuhan, risiko reputasi, dan risiko stratejik”.
Sesuai Salinan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dijelaskan bahwa penetapan risiko inheren untuk setiap jenis risiko dikategorikan ke dalam peringkat 1 (low), peringkat 2 (low to moderate), peringkat 3 (moderate), peringkat 4 (moderate to high), dan peringkat 5 (high).
b. Good Corporate Governance (GCG)
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, “bank wajib melaksanakan prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi yang meliputi Dewan Komisaris dan Direksi sampai dengan pegawai tingkat pelaksana yang bertujuan untuk menghindari benturan kepentingan (conflict of interest) dalam pelaksanaan tugas seluruh tingkatan atau jenjang organisasi bank, check and balance, serta melindungi kepentingan stakeholders khusunya pemilik dana atau pemegang saham minoritas”. Sesuai peraturan tersebut, bank wajib untuk menilai sendiri GCG-nya. Walaupun GCG dinilai dengan self assessment oleh bank, GCG tersebut akan dievaluasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Sehingga, bila terdapat perbedaan hasil self assessment GCG bank yang material, yaitu mengakibatkan hasil peringkat faktor GCG berbeda dengan hasil penilaian atau evaluasi yang dilakukan oleh OJK, maka bank harus melakukan revisi terhadap hasil self assessment GCG (Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.13/SEOJK.03/2017).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, peringkat faktor GCG dikategorikan dalam lima peringkat yaitu peringkat 1 (sangat baik), peringkat 2 (baik), peringkat 3 (cukup baik), peringkat 4 (kurang baik), dan peringkat 5 (tidak baik). Peraturan tersebut juga menjelaskan bahwa penilaian terhadap pelaksanaan GCG dikelompokkan dalam suatu governance system yang terdiri dari tiga aspek, yaitu governance structure, governance process, dan governance outcome. c. Earning
Earning sering disebut juga rentabilitas. Gilarso, T. (2003:196), “rentabilitas ialah kemampuan perusahaan untuk memperoleh hasil bersih (laba) dengan modal yang digunakannya. Rentabilitas merupakan tolak ulur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan dan kemampuan pimpinan dalam mengelola usahanya. Pada dasarnya rentabilitas adalah soal penerimaan dan biaya atau hasil dan pengorbanan”.
Berdasarkan Salinan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penetapan faktor rentabilitas dikategorikan dalam 5 peringkat yakni peringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat 4, dan peringkat 5. Urutan peringkat faktor rentabilitas yang lebih kecil mencerminkan kondisi rentabilitas bank yang semakin baik. d. Capital
Berdasarkan Salinan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dijelaskan bahwa penilaian permodalan (capital) terdiri atas :
1. Penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan. Dalam melakukan perhitungan permodalan, termasuk mengaitkan kecukupan modal dengan profil risiko, bank mengacu pada ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum. Semakin tinggi risiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko tersebut.
2. Dalam melakukan penilaian, bank perlu mempertimbangkan tingkat, tren, struktur, dan stabilitas permodalan dengan memperhatikan kinerja peer group serta kecukupan manajemen permodalan bank. Penilaian dilakukan baik dengan menggunakan parameter atau indikator kuantitatif maupun kualitatif. Dalam menentuan peer group, bank perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha bank serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki.
3. Parameter/indikator dalam menilai permodalan meliputi : a) Kecukupan modal bank
Penilaian kecukupan modal bank perlu dilakukan secara komprehensif, minimal mencakup : i. Tingkat, trend, dan komposisi modal bank;
ii. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) dengan memperhitungkan risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional; dan
iii. Kecukupan modal bank dikaitkan dengan profil risiko.
b) Pengelolaan permodalan bank
Analisis terhadap pengelolaan permodalan bank meliputi manajemen permodalan dan kemampuan akses permodalan.
Penetapan faktor permodalan dikategorikan dalam lima peringkat yakni peringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat 4, dan peringkat 5. Urutan peringkat faktor permodalan yang lebih kecil mencerminkan kondisi permodalan bank yang lebih baik (Salinan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum).
BUKU
Berdasarkan POJK No.6/POJK.03/2016 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank pada Pasal 1 Angka 4 yang mengatur bahwa pengelompokan Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha, BUKU adalah pengelompokan Bank berdasarkan Kegiatan Usaha yang disesuaikan dengan Modal Inti yang dimiliki. Pasal 3 Ayat 1 menjelaskan bahwa berdasarkan modal inti yang dimiliki, bank dikelompokkan menjadi empat BUKU, yaitu :
a) BUKU 1 adalah Bank dengan Modal Inti sampai dengan kurang dari Rp1.000.000.000.000, 00 (satu triliun rupiah);
b) BUKU 2 adalah Bank dengan Modal Inti paling sedikit sebesar Rp1.000.000.000.000, 00 (satu triliun rupiah) sampai dengan kurang dari Rp5.000.000.000.000, 00 (lima triliun rupiah);
c) BUKU 3 adalah Bank dengan Modal Inti paling sedikit sebesar Rp5.000.000.000.000, 00 (lima triliun rupiah) sampai dengan kurang dari Rp30.000.000.000.000, 00 (tiga puluh triliun rupiah); dan
d) BUKU 4 adalah Bank dengan Modal Inti paling sedikit sebesar Rp30.000.000.000.000, 00 (tiga puluh triliun rupiah).
Status pengawasan bank
Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 15/POJK.03/2017 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum pada Pasal 2 Ayat (2), status pengawasan Bank terdiri atas : a) Pengawasan normal b) Pengawasan intensif
c) Pengawasan khusus
Masih dalam peraturan yang sama tetapi pada Pasal 3 Ayat (2) dijelaskan mengenai kriteria Bank dalam pengawasan intensif atau Bank yang dinilai memiliki potensi kesulitan yang membahayakan kelangsungan usaha. Bank termasuk dalam pengawasan intensif jika memenuhi satu atau lebih kriteria :
a) Rasio CAR (Capital Adequacy Ratio)/Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sama dengan atau lebih besar dari 8% namun kurang dari rasio CAR/KPMM sesuai profil risiko bank yang wajib dipenuhi oleh bank;
b) Rasio modal inti (tier 1) kurang dari persentase tertentu yang ditetapkan oleh OJK;
c) Rasio GWM dalam rupiah sama dengan atau lebih besar dari rasio yang ditetapkan untuk GWM dalam rupiah yang wajib dipenuhi oleh bank, namun berdasarkan penilaian OJK bank memiliki permasalahan likuiditas mendasar;
d) Rasio kredit bermasalah secara neto (Non Performing Loan/NPL net) atau rasio pembiayaan bermasalah secara neto (Non Performing Financial/NPF net) lebih dari 5% dari total kredit atau total pembiayaan;
e) Tingkat kesehatan bank dengan peringkat komposit 4 atau peringkat komposit 5; dan/atau
f) Tingkat kesehatan bank dengan peringkat komposit 3 dan tata kelola dengan peringkat faktor tata kelola 4 atau peringkat faktor tata kelola 5.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 15/POJK.03/2017 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum pada Pasal 5 Ayat (2) dijelaskan mengenai kriteria Bank dalam pengawasan khusus atau Bank yang dinilai mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usaha. Bank termasuk dalam pengawasan khusus jika memenuhi satu atau lebih kriteria :
a) Rasio CAR (Capital Adequacy Ratio)/Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) kurang dari 8%;
dan/atau
b) Rasio GWM dalam rupiah kurang dari rasio yang ditetapkan untuk GWM dalam rupiah yang wajib dipenuhi oleh Bank, dan berdasarkan penilaian OJK:
1)
5
2) Bank mengalami perkembangan likuiditas yang memburuk dalam waktu singkat.
METODE PENELITIAN Desain penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dikarenakan data-data yang bersifat kuantitatif pada penelitian ini tidak diproses secara statistik dan tingkat kesehatan bank pada PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 serta PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 akan dianalisis untuk mengetahui kejadian riil yang mempengaruhi tingkat kesehatannya. Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuantemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik (Sugiarto, E., 2015:8). Penelitian deskriptif menurut Hamdi, A. S., dan Bahruddin, E. (2014:5), suatu metode penelitian yang menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, sedang berlangsung pada saat ini maupun saat lampau. Penelitian ini tidak mengadakan pengubahan pada variabel-variabel bebas tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya”. Hamdi, A. S., dan Bahruddin, E. (2014:5) dalam Nazir, tujuan penelitian deskriptif ialah untuk membuat deskripsi, gambaran maupun lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat ataupun hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Subjek dan objek penelitian
Subjek penelitian ini adalah PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. Sementara itu, objek penelitian ini adalah informasi keuangan dan/atau informasi kuantitatif yang tersedia pada laporan keuangan dan laporan tahunan publikasi dari PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015.
Jenis dan sumber data
Jenis data pada penelitian ini adalah data primer. Menurut Umar, H. (2002:84), data primer merupakan data yang didapat langsung melalui sumber utama. Sumber data penelitian ini adalah laporan keuangan publikasi serta laporan tahunan publikasi dari PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 yang seluruhnya diperoleh langsung melalui situs internet PT Bank J Trust Indonesia, Tbk.
Parameter/indikator penelitian
Parameter/indikator penelitian adalah faktor kuantitatif pada aspek RGEC, berikut rinciannya.
1. Risk profile
Ada empat risk profile yang akan diteliti pada penelitian ini, yaitu : a.
Risiko kredit
a) Rasio konsentrasi aset per akun neraca
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
b) Rasio konsentrasi kredit per sektor ekonomi
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
c) Rasio NPL (Non Performing Loan) gross
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
d) Rasio NPL (Non Performing Loan) net
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
e) Rasio kecukupan pencadangan kredit
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. b. Risiko pasar
a) Rasio PDN (Posisi Devisa Neto)
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
b) Rasio Signifikansi Derivatif
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
c) Rasio unrealized loss surat berharga (AFS)
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. c. Risiko likuiditas
a) Rasio aset likuid primer dan sekunder terhadap total aset
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
b) Rasio aset likuid primer dan sekunder terhadap pendanaan jangka pendek
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
c) Rasio LDR (Loan to Deposit Ratio)
Sumber: Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia No.13/30/DPNP Tanggal 16 Desember 2011. d.
Risiko Operasional
Pada penelitian ini frekuensi fraud internal akan dilihat pada laporan tahunan publikasi bank.
2. Good Corporate Governance (GCG)
Pada penelitian ini, GCG akan dinilai menggunakan self assessment dari bank yang terdapat di laporan tahunan publikasi (annual report). Walaupun GCG dinilai dengan self assessment oleh bank, GCG tersebut akan dievaluasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sehingga, bila terdapat perbedaan hasil self assessment GCG bank yang material, yaitu mengakibatkan hasil peringkat faktor GCG berbeda dengan hasil penilaian atau evaluasi yang dilakukan oleh OJK, maka bank harus melakukan revisi terhadap hasil self assessment GCG (Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.13/SEOJK.03/2017).
3. Earning
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
7
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Sumber: Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia No.13/30/DPNP Tanggal 16 Desember 2011.
Sumber: Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia No.13/30/DPNP Tanggal 16 Desember 2011. 4.
Capital
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Sumber: Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Teknik analisis data
Setiap parameter/indikator pada faktor RGEC (Risk profile, Good corporate governance, Earning, dan Capital) akan dianalisis sesuai Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum sebagai berikut.
a. Membandingkan kinerja keuangan bank dengan bank lain yang berada dalam kelompok BUKU yang sama (peer group).
PT Bank Mutiara, Tbk. yang kemudian berganti nama menjadi PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. termasuk dalam kategori BUKU 2, yaitu bank dengan jumlah modal inti paling sedikit sebesar Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) sampai dengan kurang dari Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah). Hal tersebut disebabkan bahwa berdasarkan laporan keuangan PT Bank Mutiara, Tbk. per 31 Desember 2014 dan 31 Maret 2015, jumlah modal inti Bank hanya sebesar Rp995.594.000.000 dan telah meningkat menjadi Rp1.289.666.000.000,00 pada triwulan 1 per 31 Maret 2015. Meskipun jumlah modal inti per 31 Desember 2014 dibawah Rp 1.000.000.000.000,00, PT Bank Mutiara, Tbk. masih dikelompokkan dalam BUKU 2 karena jumlah modal inti Bank telah kembali memenuhi persyaratan modal inti BUKU 2 dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.14/26/PBI/2012 pada Pasal 16 Ayat (1) tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank,
“dalam hal bank mengalami penurunan modal inti sehingga terjadi perubahan BUKU selama 3 bulan berturutturut, bank wajib menyampaikan rencana tindak (action plan) dalam rangka pemenuhan persyaratan modal inti sesuai BUKU”.
Untuk tahun 2015, paska pengalihan saham dari LPS ke J Trust Co, Ltd dan paska pergantian nama menjadi
PT Bank J Trust Indonesia, Tbk., Bank masih dikelompokkan dalam BUKU 2, dengan jumlah modal inti sebesar Rp1.027.898.000.000. PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dikelompokkan dalam BUKU 2 bersama 34 bank lainnya dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 dikelompokkan dalam BUKU 2 bersama 41 bank lainnya.
b. Membandingkan perkembangan kinerja keuangan sebelum pengalihan saham dari LPS kepada J Trust, Co. Ltd dan masih bernama PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dengan setelah berganti nama menjadi PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 (analisis trend).
Perbandingan ini dilakukan berdasarkan Salinan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Sesuai peraturan tersebut pada prinsip umum penilaian tingkat kesehatan bank umum di poin 4 mengenai komprehensif dan terstruktur dijelaskan bahwa analisis harus didukung oleh fakta-fakta pokok dan rasio-rasio yang relevan untuk menunjukkan tingkat, tren, dan tingkat permasalahan yang dihadapi oleh Bank. Analisis tren melibatkan perbandingan pada beberapa data (absolut, ukuran umum, ataupun rasio) bagi lebih dari dua periode akuntansi untuk mengidentifikasi perubahan penting yang mungkin tidak nyata dari perbandingan yang terbatas masa periode saat ini maupun periode masa lalu (Boynton, dkk, 2002:296).
Penentuan peringkat komposit setiap faktor RGEC (Risk profile, Good corporate governance, Earning, dan Capital) dilakukan berdasarkan range yang dibuat oleh peneliti. Range dibagi menjadi 5 bagian sebagai dasar dalam menetapkan peringkat yang terdiri dari 5 kategori, yaitu peringkat 1, 2, 3, 4, dan 5. Nilai peringkat terkecil merupakan nilai terbaik, dan sebaliknya. Pendekatan yang dilakukan dalam menetapkan peringkat dari masing-masing parameter yang dievaluasi adalah dengan menetapkan nilai rata-rata dari peer group sebagai nilai tengah dan diberikan peringkat 3. Peringkat 1, 2, 3, 4, dan 5 ditetapkan dari nilai rata-rata peer group, sebagai berikut :
Tabel 3. 1 Range Parameter/Indikator Risk Profile, Earning, dan Capital
Peringkat
Range
Batas Bawah Batas Atas Batas Bawah Batas Atas Peringkat 1 < P x 60% > (P x 180%)
Peringkat 2 P x 60% P - 0,01% P x 180% (P x 140%) + 0,01%
Peringkat 3 P P x 140% P x 140% P
Peringkat 4 (P x 140%) + 0,01% P x 180% P - 0,01% P x 60%
Peringkat 5 > (P x 180%) < P x 60%
Keterangan: P = nilai rata-rata peer group
Sumber: Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017
Khusus untuk penilaian peringkat frekuensi fraud internal pada risiko operasional, berikut range-nya :
Tabel 3. 2 Range Frekuensi Fraud Internal
Peringkat Range
Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5
Sumber: Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian 1. Risk profile
Risk profile pada penelitian ini menganalisis 4 risiko utama, yakni risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko operasional, sebagai berikut. a. Risiko kredit
Penelitian ini mengambil 5 parameter/indikator risiko kredit untuk dianalisis pada tahun 2014 dan 2015, yaitu : 1) Konsentrasi aset per akun neraca
Berdasarkan Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, rasio konsentrasi aset per akun neraca pada PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 dapat dihitung dengan rumus berikut.
Sedangkan, rata-rata rasio konsentrasi aset per akun neraca BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
2) Konsentrasi kredit per sektor ekonomi
Kredit per sektor ekonomi diambil dari konsentrasi sektor ekonomi yang terbesar jumlahnya. Pada PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015, sektor ekonomi yang nilainya terbesar adalah sektor rumah tangga. Sehingga pada bank lainnya dalam BUKU 2, sektor ekonomi yang diambil juga hanya sektor rumah tangga yang nilainya terbesar.
Berdasarkan Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, rasio kredit per sektor ekonomi pada PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 dapat dihitung dengan rumus berikut.
Sedangkan, rata-rata rasio kredit per sektor ekonomi BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
3) NPL (Non Performing Loan) net
Rasio NPL net PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 masingmasing sebesar 5.45% dan 2.19%. Rasio tersebut diperoleh dari laporan keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014. Sedangkan, rata-rata rasio NPL net BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
4) NPL (Non Performing Loan) gross
Rasio NPL gross PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 masingmasing sebesar 12.24% dan 3.71%. Rasio tersebut diperoleh dari laporan keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014. Sedangkan, rata-rata rasio NPL gross BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
5) Kecukupan pencadangan kredit
Berdasarkan Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, rasio kecukupan pencadangan kredit pada PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 dapat dihitung dengan rumus berikut.
11
Sedangkan, rata-rata rasio kecukupan pencadangan kredit BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
Tabel 4. 1 Rasio NPL net, NPL gross, dan Rata-Rata Bank-Bank BUKU 2 Tahun 2014-2015
Risiko kredit
PT Bank Mutiara, Tbk.
tahun 2014
PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015
Rata-rata bank BUKU 2
2014 2015
NPL net 5.45% 2.19% 1.47% 1.47%
NPL gross 12.24% 3.71% 2.62% 2.68%
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014
Tabel 4. 2 Rasio Kecukupan Pencadangan Kredit dan Rata-Rata Bank-Bank BUKU 2 Tahun 2014-2015
Risiko kredit PT Bank Mutiara, Tbk.
tahun 2014
PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015
Rata-rata bank BUKU 2
2014 2015
Konsentrasi aset per akun neraca (akun kredit)
61.82% 71.05% 64.86% 65.59%
Konsentrasi kredit per sektor ekonomi (rumah tangga)
35.91% 37.94% 52.30% 31.77%
Kecukupan
pencadangan kredit 8.51% 5.60% 1.68% 1.75%
Sumber: Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017 b. Risiko pasar
Penelitian ini mengambil 3 parameter/indikator risiko pasar untuk dianalisis pada tahun 2014 dan 2015, yaitu : 1) Posisi Devisa Neto (PDN)
Rasio PDN PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 masing-masing sebesar 1.40% dan 7.13%. Rasio tersebut diperoleh dari laporan keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014. Sedangkan, rata-rata rasio PDN BUKU 2 tahun 2014 dan tahun 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
2) Signifikansi Derivatif
Berdasarkan Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, rasio signifikansi derivatif PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 dapat dihitung melalui rumus berikut.
13
Sedangkan, rata-rata rasio signifikansi derivatif BUKU 2
tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
0.36%
3) Unrealized loss surat berharga (AFS)
Berdasarkan Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, rasio unrealized loss surat berharga (AFS) pada PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 dapat dihitung melalui rumus berikut.
Sedangkan, rata-rata rasio unrealized loss surat berharga (AFS) BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
Tabel 4. 3 Rasio PDN dan Rata-Rata Bank-Bank BUKU 2 Tahun 2014-2015
Risiko pasar PT Bank Mutiara, Tbk.
tahun 2014
PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015
Rata-rata bank BUKU 2
2014 2015
PDN 3.22% 7.13% 1.82% 2.08%
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014
Tabel 4. 4 Rasio Signifikansi Derivatif dan Rata-Rata Bank-Bank BUKU 2 Tahun 2014-2015
Risiko pasar PT Bank Mutiara, Tbk.
tahun 2014
PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015
Rata-rata bank BUKU 2
2014 2015
Signifikansi Derivatif -0.0001% 0.02% -0.36% -0.51%
Unrealized loss surat
berharga (AFS) -1.79% -1.75% -0.77% -0.68%
Sumber: Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017 c. Risiko likuiditas
Penelitian ini mengambil 3 parameter/indikator untuk dianalisis pada tahun 2014 dan 2015, yaitu : 1) LDR (Loan to Deposit Ratio)
Rasio LDR PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 masing-masing sebesar 71.14% dan 85.00%. Rasio tersebut diperoleh dari laporan keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014. Sedangkan, rata-rata rasio LDR BUKU 2 dapat dihitung sebagai berikut.
2) Aset likuid primer dan sekunder terhadap total aset
Berdasarkan Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, rasio aset likuid primer dan sekunder terhadap total aset PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 dapat dihitung dengan rumus berikut.
Sedangkan, rata-rata rasio aset likuid primer dan sekunder terhadap total aset BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
15
3) Aset likuid primer dan sekunder terhadap pendanaan jangka pendek
Berdasarkan Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, rasio aset likuid primer dan sekunder terhadap total aset PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 dapat dihitung dengan rumus berikut.
Sedangkan, rata-rata rasio aset likuid primer dan sekunder terhadap pendanaan jangka pendek BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
43.54%
pendek (2015)
Tabel 4. 5 Rasio LDR dan Rata-Rata Bank-Bank BUKU 2 Tahun 2014-2015
Risiko likuiditas PT Bank Mutiara, Tbk.
tahun 2014
PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015
Rata-rata bank BUKU 2
2014 2015
LDR 71.14% 85.00% 92.64% 96.75%
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014
Tabel 4. 6 Rasio Aset Likuid Primer dan Sekunder dan Rata-Rata Bank-Bank BUKU 2 Tahun 2014-2015
Risiko likuiditas PT Bank Mutiara, Tbk.
tahun 2014
PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015
Rata-rata bank BUKU 2
2014 2015
Aset likuid primer dan sekunder terhadap total aset
34.50% 25.96% 22.03% 19.63%
Aset likuid primer dan sekunder terhadap pendanaan jangka pendek
0.42% 31.09% 43.54% 37.26%
Sumber: Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017 d. Risiko operasional
Penelitian ini mengambil 1 parameter/indikator risiko operasional yang akan dianalisis untuk tahun 2014 dan 2015, yakni frekuensi fraud internal. Frekuensi fraud internal pada PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 terjadi 2 kali dan 3 kali dalam 1 tahun. Frekuensi fraud internal tersebut diperoleh dari annual report PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015. Sedangkan, rata-
rata frekuensi fraud internal bank BUKU 2 dapat dihitung sebagai
berikut.
Tabel 4. 7 Frekuensi Fraud Internal dan Rata-Rata Bank-Bank BUKU 2 Tahun 2014-2015
Risiko operasional PT Bank Mutiara, Tbk.
tahun 2014
PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015
Rata-rata bank BUKU 2
2014 2015
Frekuensi fraud
internal 2 3 2 2
Sumber: Annual Report PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 2.
Good Corporate Governance (GCG)
Pada penelitian ini, GCG akan dinilai menggunakan self assessment pada laporan GCG yang dipublikasikan bersamaan dengan publikasi laporan tahunan. Berdasarkan laporan dimaksud, diketahui bahwa peringkat GCG PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 hasil self assessment Bank
masingmasing adalah peringkat 4 yaitu kurang baik dan peringkat 3 yaitu cukup baik. Sedangkan, rata-rata GCG bank
BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
Tabel 4. 8 GCG dan Rata-Rata Bank-Bank BUKU 2 Tahun 2014-2015
GCG PT Bank Mutiara, Tbk.
tahun 2014
PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015
Rata-rata bank BUKU 2
2014 2015
Peringkat 4 3 2 2
Sumber: Annual Report PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 3.
Earning
Penelitian ini mengambil 4 parameter/indikator dari earning yang akan dianalisis untuk tahun 2014 dan 2015, yaitu :
a. ROA (Return On Assets)
17
Rasio ROA PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 masing-masing sebesar -4.97% dan -5.37% diperoleh dari laporan keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014. Sedangkan, rata-rata rasio ROA BUKU 2 tahun 2014 dan tahun 2015
dapat dihitung sebagai berikut.
b. NIM (Net Interest Margin)
Rasio NIM PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 masing-masing sebesar 0.24% dan 0.93% diperoleh dari laporan keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014. Sedangkan, rata-rata rasio NIM BUKU 2 tahun 2014 dan tahun 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
c. Pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata total aset
Berdasarkan Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, rasio pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata total aset PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 dapat dihitung dengan rumus berikut.
Sedangkan, rata-rata rasio pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata total aset BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
d. Pendapatan operasional selain pendapatan bunga (net) terhadap rata-rata total aset
Berdasarkan Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, rasio pendapatan operasional selain pendapatan bunga (net) terhadap rata-rata total aset PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 dapat dihitung dengan rumus berikut.
Sedangkan, rata-rata rasio pendapatan operasional selain pendapatan bunga (net) terhadap rata-rata total aset BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
19
e. Beban overhead terhadap rata-rata total aset Berdasarkan Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, rasio beban overhead terhadap rata-rata total aset PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 dapat dihitung dengan rumus berikut.
Sedangkan, rata-rata rasio beban overhead terhadap rata-rata total aset BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
f. ROE (Return On Equity) Rasio ROE PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 masing-masing sebesar -58.07% dan -59.03% diperoleh dari laporan keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014. Sedangkan, rata-rata rasio ROE BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
g. BOPO (Beban Operasional dan Pendapatan Operasional)
Rasio BOPO PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 masing-masing sebesar 136.39% dan 143.68% diperoleh dari laporan keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014. Sedangkan, rata- rata rasio BOPO BUKU 2 tahun 2014 dan tahun 2015
dapat dihitung sebagai berikut.
Tabel 4. 9 Rasio ROA, NIM, ROE, BOPO, dan Rata-Rata Bank-Bank BUKU 2 Tahun 2014-2015
Earning PT Bank Mutiara, Tbk.
tahun 2014
PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015
Rata-rata bank BUKU 2
2014 2015
ROA -4.97% -5.37% 2.31% 1.60%
NIM 0.24% 0.93% 5.33% 5.14%
ROE -58.07% -59.03% 10.91% 7.57%
BOPO 136.39% 143.68% 83.01% 88.34%
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014
Tabel 4. 10 Rasio Pendapatan Bunga Bersih Terhadap Rata-Rata Total Aset, Pendapatan Operasional selain Pendapatan Bunga (net) Terhadap Rata-Rata Total Aset, Beban Overhead Terhadap Rata-Rata Total Aset, dan
Rata-Rata Bank-Bank BUKU 2 Tahun 2014-2015
Earning
PT Bank Mutiara, Tbk.
tahun 2014
PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015
Rata-rata bank BUKU 2
2014 2015
Pendapatan bunga bersih terhadap ratarata total aset
3.40% 11.23% 56.29% 56.95%
Pendapatan operasional selain pendapatan bunga (net) terhadap ratarata total aset
20.40% 39.79% 14.20% 13.61%
Beban overhead terhadap rata-rata total aset
48.03% 51.69% 39.67% 39.92%
Sumber: Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017 4. Capital
Penelitian ini mengambil 2 parameter/indikator permodalan (capital) untuk dianalisis pada tahun 2014 dan 2015, yaitu :
a. CAR
Rasio CAR PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 masing-masing sebesar 13.48% dan 15.49%. Rasio tersebut diperoleh dari laporan keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014. Sedangkan, rata-rata rasio CAR BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
b. CAR berdasarkan profil risiko
Rasio CAR berdasarkan profil risiko PT Bank Mutiara, Tbk. bulan Juni tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. bulan Juni tahun 2015 masing-masing sebesar 14.00% dan 14.00%. Rasio tersebut diperoleh dari laporan keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014. Sedangkan, rata-rata rasio CAR berdasarkan profil risiko BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
c. Modal inti (tier 1) Rasio modal inti (tier 1) PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015 masing-masing sebesar 12.83% dan 11.05%. Rasio tersebut diperoleh dari laporan keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014. Sedangkan, rata-rata rasio modal inti (tier 1) BUKU 2 tahun 2014 dan 2015 dapat dihitung sebagai berikut.
Tabel 4. 11 Rasio CAR, CAR Berdasarkan Profil Risiko, Modal Inti (tier 1), dan Rata-Rata Bank-Bank BUKU 2 Tahun 2014-2015
Capital PT Bank Mutiara, Tbk.
tahun 2014
PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. tahun 2015
Rata-rata bank BUKU 2
2014 2015
CAR 13.48% 15.49% 20.33% 23.72%
CAR berdasarkan
profil risiko 14.00% 14.00% 10.40% 10.83%
Modal inti (tier 1) 12.83% 11.05% 18.52% 21.34%
Sumber: Laporan Keuangan PT Bank J Trust Indonesia, Tbk. per 31 Desember 2015 dan 2014
Pembahasan
1. Penilaian dan analisis (peer group) PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014
Penetapan peringkat komposit Bank dilakukan dengan pendekatan pengelompokan range peringkat komposit sebagaimana diulas dalam BAB III. Peringkat komposit dikategorikan menjadi 5 kelompok, dimana nilai peringkat yang semakin kecil mencerminkan kondisi bank yang semakin baik, dan sebaliknya. Berikut tabel penetapan peringkat komposit PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014.
Tabel 4. 12 Hasil Penilaian (Peer Group) PT Bank Mutiara, Tbk. Tahun 2014
RGEC
Rasio PT Bank Mutiara, Tbk. (2014)
Rasio Peer Group BUKU 2
Range Peringkat Pertimbangan Peringkat
Risk profile 1. Risiko kredit
1a. Aset per akun neraca (akun
kredit) 61.82% 64.86%
p-1: < 38.92%
p-2: 38.92% - 64.85% p-3: 64.86%
- 90.80%
p-4: 90.81% - 116.75% p-5: 116.75% - 2
1b. Kredit per sektor ekonomi
(sektor rumah tangga) 35.91% 52.30%
p-1: < 31.38%
p-2: 31.38% - 52.29% p-3: 52.30% - 73.22% p-4: 73.23% - 94.14% p-5: >
94.14%
Kredit kepada sektor rumah tangga tidak berisiko tinggi
2
1c. NPL net 5.45% 1.47%
P-1: < 0.90%
P-2: 0.90% - 1.49%
P-3: 1.50% - 2.10%
P-4: 2.11% - 2.70% P-5: > 2.70%
- 5
1d. NPL gross 12.24% 2.62%
P-1: < 1.57%
P-2: 1.57% - 2.61%
P-3: 2.62% - 3.67%
P-4: 3.68% - 4.72% P-5: > 4.72%
- 5
1e. Kecukupan pencadangan
kredit 8.51% 1.68%
P-1: > 3.05%
P-2: 3.02% - 2.36%
P-3: 2.35% - 1.68%
P-4: 1.67% - 1.01% P-5: < 1.01%
- 1
2. Risiko pasar
23
2a. PDN 3.22% 1.82%
P-1: < 1.09%
P-2: 1.09% - 1.81%
P-3: 1.82% - 2.55%
P-4: 2.56% - 3.28%
P-5: > 3.28% Atau P-1: < -1.09%
P-2: -1.09% - -1.81%
P-3: -1.82% - -2.55%
P-4: -2.56% - -3.28% P-5: > -3.28%
- 4
2b. Signifikansi derivarif -0.0001% -0.36%
P-1: > -0.22%
P-2: -0.22% - -0.37%
P-3: -0.36% - -0.50%
P-4: -0.49% - -0.65%
P-5: < -0.65% Atau P-1: < 0.22%
P-2: 0.22% - 0.37%
P-3: 0.36% - 0.50%
P-4: 0.49% - 0.65% P-5: > 0.65%
- 1
2c. Unrealized loss surat berharga
(AFS) -1.79% -0.77%
P-1: > -0.46%
P-2: -0.46% - -0.78%
P-3: -0.77% - -1.08%
P-4: -1.07% - -1.39% P-5: < -1.39%
- 5
3. Risiko likuiditas
3a. LDR 71.14% 92.64%
P-1: < 55.58%
P-2: 55.58% - 92.63%
P-3: 92.64% - 129.70%
P-4: 120.71% - 166.75% P-5: > 166.75%
- 2
3b. Aset likuid primer dan sekunder
terhadap total aset 22.69% 22.03%
P-1: > 39.65%
P-2: 39.65% - 30.85%
P-3: 30.84% - 22.03%
P-4: 22.02% - 13.22%
P-5: < 13.22%
- 3
3c. Aset likuid primer dan sekunder terhadap pendanaan jangka pendek
0.42% 43.54%
P-1: > 78.37%
P-2: 78.37% - 60.97%
P-3: 60.96% - 43.54%
P-4: 43.53% - 26.12%
P-5: < 26.12%
- 5
4. Risiko operasional
4a. Frekuensi fraud internal 2 2
P-1: 0 P-2: 1 P-3: 2 P-4: 3 P-5: ≥ 4
Materialitas fraud internal signifikan
> Rp100,000,000
4
Peringkat Risk Profile - 4
Good Corporate Governance Peringkat GCG (self assessment )
4 2 - - 4
Earning
1. ROA -5.37% 2.31%
P-1: > 4.16%
P-2: 4.16% - 3.24%
P-3: 3.23% - 2.31%
P-4: 2.30% - 1.39% P-5: < 1.39%
- 5
2. NIM 0.93% 5.33%
P-1: > 9.59%
P-2: 9.59% - 7.47%
P-3: 7.46% - 5.33%
P-4: 5.32% - 3.20% P-5: < 3.20%
- 5
3. Pendapatan bunga bersih
terhadap rata-rata total aset 3.40% 56.29%
P-1: > 101.32%
P-2: 101.32% - 78.81%
P-3: 78.807% - 56.29%
P-4: 56.28% - 33.77%
P-5: < 33.77%
- 5
4. Pendapatan operasional selain pendapatan bunga (net ) terhadap
ratarata total aset 20.40% 14.20%
P-1: > 25.56%
P-2: 25.56% - 19.89%
P-3: 19.88% - 14.20%
P-4: 14.19% - 8.52%
P-5: < 8.52%
- 2
5. Beban
overhead terhadap rata-rata total aset 48.03% 39.67%
P-1: < 23.80%
P-2: 23.80% - 39.66%
P-3: 39.67% - 55.54%
P-4: 55.55% - 71.41%
P-5: > 71.41%
- 3
6. ROE -59.03% 10.91%
P-1: > 19.64%
P-2: 19.64% - 15.28%
P-3: 15.27% - 10.91%
P-4: 10.90% - 6.55%
P-5: < 6.55%
- 5
7. BOPO 143.68% 83.01%
P-1: < 49.81%
P-2: 49.81% - 83.00%
P-3: 83.01% - 116.21%
P-4: 116.22% - 149.42% P-5: > 149.42%
- 4
Peringkat Earning - 4
Capital
1. CAR 13.48% 20.33%
P-1: > 36.59%
P-2: 36.59% - 28.47%
P-3: 28.46% - 20.33%
P-4: 20.32% - 12.20%
P-5: < 12.20%
CAR dibawah CAR sesuai profil
risiko 5
2. CAR sesuai profil risiko 14.00% 10.40%
P-1: 8.00% - 8.99%
P-2: 9.00% - 10.00%
P-3: 10.10% - 11.00%
P-4 atau P-5: 11.10% - 14.00%
- 4 atau 5
3. Modal inti
(tier 1) 12.83% 18.52%
P-1: > 33.34%
P-2: 33.34% - 25.94%
P-3: 25.93% - 18.52%
P-4:18.51% - 11.11% P-5: < 11.11%
- 4
Peringkat Capital - 5
Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank Mutiara - 4
Sumber: Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017
Berdasarkan tabel 14.12 diatas, maka analisa setiap parameter/indikator RGEC pada PT Bank Mutiara, Tbk.
tahun 2014 adalah sebagai berikut.
1. Risk profile (Profil risiko)
Ada 4 risk profile yang akan dianalisis pada penelitian ini, yaitu : 1) Risiko kredit
a. Konsentrasi aset per akun neraca
Risiko konsentrasi termasuk dalam Basel II, yang menyatakan bahwa risiko konsentrasi dapat menjadi penyebab permasalahan utama pada bank (Hardanto, S., 2006:126). Berdasarkan Fibriani, C. (2017) dalam The Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) 2016, pinjaman atau kredit merupakan sumber risiko terbesar bagi industri perbankan di Indonesia. Oleh sebab itu, risiko kredit merupakan tantangan terbesar bagi industri perbankan di Indonesia.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka penelitian ini mengambil akun kredit sebagai rasio konsentrasi aset per akun neraca.
Berikut perbandingan rasio konsentrasi aset per akun neraca (akun kredit) pada bank-bank dalam kelompok BUKU 2 tahun 2014.
Gambar 4. 1 Grafik Perbandingan Konsentrasi Aset Per Akun Neraca (Akun Kredit) Bank-Bank BUKU 2 Tahun 2014
Berdasarkan gambar grafik diatas, rasio konsentrasi aset per akun neraca (akun kredit) PT Bank Mutiara, Tbk.
tahun 2014 sebesar 61.82% lebih rendah dibandingkan rata-rata rasio konsentrasi aset per akun neraca (akun kredit) bank BUKU 2 sebesar 64.86%. Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko kredit PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 lebih rendah dibandingkan bank lainnya dalam kelompok BUKU 2. Kredit yang tinggi pada PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 adalah kredit lancar sebesar Rp6,315,213,000,000, kredit dalam perhatian khusus sebesar Rp492,279,000,000, dan kredit macet sebesar Rp412,757,000,000 (annual report PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014). b. Konsentrasi kredit per sektor ekonomi
Seperti rasio aset per akun neraca, rasio konsentrasi kredit per sektor ekonomi juga termasuk dalam parameter/indikator tingkat konsentrasi risiko kredit (Lampiran I Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum). Dalam hal penyaluran kredit berdasarkan sektor ekonomi, pada dasarnya bank memiliki fokus bisnis yang berbeda-beda. Dengan demikian, konsentrasi kredit pada sektor tertentu di satu bank dapat lebih tinggi dibandingkan di bank lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan adalah apakah penyaluran kredit bank terkonsentrasi pada sektor ekonomi yang berisiko tinggi atau tidak.
Berdasarkan penelitian, PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 memiliki jumlah kredit tertinggi kepada sektor rumah tangga. Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2016, sektor rumah tangga tidak termasuk dalam sektor industri yang tergolong berisiko tinggi. 5 sektor ekonomi yang berisiko tinggi menurut Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2016 adalah (i) sektor pertambangan, (ii) sektor konstruksi, (iii) sektor industri, (iv) sektor pengangkutan, dan (v)
25
sektor perdagangan. Berikut perbandingan rasio konsentrasi kredit per sektor ekonomi (rumah tangga) pada bank-bank dalam kelompok BUKU 2 tahun 2014.
Gambar 4. 2 Grafik Perbandingan Konsentrasi Kredit Per Sektor Ekonomi (Rumah Tangga) Bank-Bank BUKU 2 Tahun 2014
Berdasarkan gambar grafik diatas, rasio konsentrasi kredit per sektor ekonomi (rumah tangga) PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 sebesar 35.91% jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata rasio konsentrasi kredit per sektor ekonomi (rumah tangga) bank dalam kelompok BUKU 2 sebesar 52.30%. Lebih rendahnya kredit kepada sektor rumah tangga pada PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 dikarenakan kecukupan modal (CAR) juga rendah. Modal yang rendah tersebut dapat berdampak pada menurunnya pemberian kredit dari bank kepada sektor rumah tangga. c. NPL net dan NPL gross
Rasio NPL gross adalah hasil perhitungan dari kredit bermasalah yang dibagi dengan total kredit. Rasio NPL gross PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 yang sebesar 12.24% dapat menggambarkan besarnya jumlah kredit bermasalah bank. Semakin tinggi jumlah kredit bermasalah, risiko kredit semakin besar karena semakin kecil tingkat kemungkinan debitur-debitur bermasalah tersebut untuk mengembalikan pinjamannya kepada bank.
Rasio NPL net PT Bank Mutiara, Tbk. tahun 2014 sebesar 5.45%. Dalam rasio NPL net terdapat nilai Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebagai pengurang dari kredit bermasalah. CKPN merupakan cadangan kerugian yang dibebankan kepada modal untuk menjadi buffer dalam mengantisipasi kerugian dari kredit yang bermasalah. Jadi, apabila bank ingin menurunkan rasio NPL net, bank antara lain harus meningkatkan nilai CKPN atas kredit bermasalah.
Semakin tinggi nilai CKPN, semakin rendah rasio NPL net, dan semakin baik kemampuan modal bank untuk mengantisipasi risiko kredit yang ada. Berikut grafik perbandingan rasio NPL net dan NPL gross pada bankbank dalam kelompok BUKU 2 tahun 2014.
Gambar 4. 3 Grafik Perbandingan NPL net Bank-Bank BUKU 2 Tahun 2014
Gambar 4. 4 Grafik Perbandingan NPL gross Bank-Bank BUKU 2 Tahun 2014