• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ORDE BARU Moch. Iqbal UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ORDE BARU Moch. Iqbal UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ORDE BARU

Moch. Iqbal

UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu

m

och_iqbal@iainbengkulu.ac.id

Yesa Satriya Dwi Hardiyanti UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu

yesasatriyadh@gmail.com Abstrak

Pembelajaran Pendidikan Islam di Indonesia erat kaitannya dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia.

Sejarah Pendidikan Islam dimulai saat Agama Islam masuk ke Indonesia itu sendiri. Masa orde baru adalah periode pemerintahan yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam di Indonesia. Kebijakan pemerintah tentang sistem pendidikan nasional pada masa orde baru didasarkan pada Tap MPRS No.27, pasal 1 tanggal 5 Juli 1966; yang menetapkan bahwa

"Pendidikan agama menjadi mata pelajaran pokok dan wajib diikuti oleh setiap murid/mahasiswa sesuai dengan agamanya masing-masing” Meskipun pemerintah Orde Baru lebih memberikan prioritas pada aspek pembangunan ekonomi daripada aspek pendidikan, namun pemerintah tetap berupaya meningkatkan aspek pendidikan agama, khususnya Islam seperti madrasah dan pesantren. Beberapa kebijakan pendidikan Islam masa Orde Baru membawa perubahan terhadap pendidikan Islam.

Lahirnya SKB 3 Menteri yang menyatakan bahwa alumni madrasah bisa melanjutkan ke sekolah umum, sehingga kurikulum madrasah pun harus diseimbangkan dengan kurikulum sekolah umum. Pada masa Orde Baru inilah pendidikan agama menjadi pelajaran wajib mulai dari Sekolah Dasar sampai universitas.

Kata Kunci:Perkembangan, Pendidikan Islam, Orde Baru Abstract

Learning Islamic Education in Indonesia is closely related to the history of the entry of Islam into Indonesia. The history of Islamic Education began when Islam entered Indonesia itself. The New Order period was a period of government that had an important role in the world of education, especially Islamic education in Indonesia. Government policy regarding the national education system during the New Order era was based on MPRS Decree No.27, article 1 dated 5 July 1966; which stipulates that "Religious education is a main subject and must be followed by every pupil/student according to their respective religion." Islam such as madrasah and pesantren. Several Islamic education policies during the New Order brought changes to Islamic education. The issuance of the Ministerial Decree of 3 stated that madrasah alumni could continue to public schools, so that the madrasah curriculum had to be balanced with the public school curriculum. It was during this New Order era Religious education is a compulsory subject starting from elementary school to university.

Keywords: History, Islamic Education, New Order

(2)

A. PENDAHULUAN

Islam sebagai salah satu agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia merupakan salah satu komponen yang turut membentuk dan mewarnai corak kehidupan masyarakat Indonesia. Kesuksesan Islam dalam menembus dan mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia serta menjadikan dirinya sebagai agama mayoritas merupakan prestasi luar biasa. Hal ini terlihat dari letak geografis, dimana jarak negara Indonesia dengan negara Jazirah Arab sebagai negara asal Islam cukup jauh. Apalagi bila dilihat sejak dimulainya proses penyebaran Islam itu sendiri, di Indonesia belum terdapat suatu metode atau organisasi dakwah yang dianggap cukup mapan dan efektif untuk memperkenal-kan Islam kepada masyarakat.

Pendidikan Islam merupakan pewarisan dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman pada ajaran dasar agama islam yakni Alquran dan Hadits Sebagaimana dijelaskan bahwa “dasar pendidikan Islam sudah jelas dan tegas, yaitu firman Tuhan dan sunah Rasulullah SAW., kalau pendidikan diibaratkan bangunan, maka Al-Qur’an dan haditslah yang menjadi fundamennya”.1

Berbicara tentang pendidikan Islam di Indonesia sangat erat hubungannya dengan sejarah kedatangan Islam itu sendiri ke Indonesia.

Sebagaimana pendapat Yunus yang menjelaskan bahwa sejarah pendidikan Islam di Indonesia sama tuanya dengan masuknya agama tersebut

1Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Bandung: Kencana, 2007), hal. 346-347

ke Indonesia. Dalam perjalanan yang panjang itupun sejarah pendidikan Islam selalu mengalami pasang surut dalam babakan yang berbeda-beda dengan mengikuti situasi dan kondisi perjalanan tersebut.

Kehidupan sosial, agama, dan politik di Indonesia sejak tahun 1966 mengalami perubahan yang sangat besar. Periode ini disebut Zaman Orde Baru dan munculnya angkatan baru yang disebut angkatan 66. Pemerintahan Orde Baru bertekad sepenuhnya untuk kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945 dan melaksanakannya secara murni dan konsekuen.

Pemerintah dan rakyat akan membangun manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Berdasarkan tekad dan semangat tersebut, maka kehidupan beragama dan pendidikan agama khususnya, makin memperoleh tempat yang kuat dalam struktur organisasi pemerintahan dan dalam masyarakat pada umumnya.

Dalam sidang-sidang MPR yang menyusun GBHN sejak tahun 1973 selalu ditegaskan, bahwa pendidikan agama menjadi mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah negeri dalam semua jenjang pendidikan. Bahkan pendidikan agama sudah dikembangkan sejak Taman Kanak-Kanak (Bab V pasal 9 ayat 1 PP Nomor 27 Tahun 1990 dalam UU Nomor 2 Tahun 1989).2

2Depag RI, Himpunan Peraturan Perundang- Undangan Sistem Pendidikan nasional, Dirjend Bimbaga Islam,(Jakarta: 1991/1992), h. 50.

(3)

Pada tahun 1973, Suharto membangun sekolah-sekolah dasar atas dasar Instruksi Presiden. Pembangunan sekolah-sekolah Inpres dimulai pada tahun 1974 dengan konstruksi bangunan dan perbaikan termasuk pengadaan fasilitas sekolah dasar dengan merampungkan pembangunan hingga tahun 1980an dengan jumlah sekolah 40.000 SD. Pada tahun 1990an, masyarakat Indonesia dengan anak usia 7 hingga 12 tahun diwajibkan untuk masuk sekolah 6 tahun.

Mereka dapat memilih sekolah negeri dibawa naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan atau sekolah-sekolah semi swasta agama (khususnya agama Islam) yang dinaungi dan didanai oleh Departemen Agama. Sekolah-sekolah

Islam dimasukkan

sebagai bagian sistem pendidikan formal sejak tahun 1975. Meskipun 89% populasi Indonesia dicatat sebagai Muslim menurut sensus tahun 1990, namun kurang dari 15% yang masuk sekolah agama.3

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan dalam kondisi alamiah dengan melihat realitas sosial sebagai sesuatu yang utuh, dinamis, penuh makna, hubungan gejala bersifat interaktif. Penelitian berfokus pada objek alamiah, yang mana peneliti menjadi

3OECD/Asian Development Bank. Education in Indonesia: Rising to the Challenge, (Paris: OECD Publishing, 2015), h. 72

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan gabungan, analisa bersifat deskriftif dan hasil penelitiannya lebih menekankan pada arti dari keseluruhan/general. 4 Prosedur pengumpulan data menggunakan data sekunder, disini peneliti mengambil data melalui studi pustaka, meliputi sumber dari jurnal, buku, artikel dan literatur terkait dengan penelitian.5 Teknik anaisia data menggunakan melalui 3 tahaapan yaitu observasi, reduksi data dan penarikan kesimpulan. Teknik ini bermaksud agar memperoleh informasi tentang pendidikan Islam pada masa Orde Baru.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada masa Orde Baru, pemerintah melakukan pembinaan terhadap pesantren melalui Proyek Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Dana pembinaan pesantren diperoleh dari pemerintahan terkait, dari pemerintahan pusat hingga daerah.

Tahun 1975, muncul gagasan untuk mengembangkan pondok pesantren dengan model baru. Lahirlah Pondok Karya Pembangunan, Pondok Modern, Islamic Centre, dan Pondok Pesantren Pembangunan. Kemudian banyak pesantren yang mendirikan sekolah umum dengan kurikulum sekolah umum yang ditetapkan oleh pemerintah. Bahkan, pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri No. 03

4Sugiyono,“Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D”,(Bandung: Alfabeti, 2017).h.8-9

5N. K. & Yvonna S. L Denzin,Handbook of Qualitative Reserch(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009).h.54

(4)

Tahun 1975 (SKB 3 Menteri), menetapkan mata pelajaran umum sekurang-kurangnya sebanyak 70

% dari seluruh kurikulum madrasah. Banyak juga madrasah yang mendirikan perguruan tinggi seperti Pesantren Al-Syafi’iyah dan Pesantren Al- Tahiriyah.6

SKB ini merupakan model solusi yang memberikan pengakuan kepada eksistensi madrasah dan sebagai usaha yang mengarah pada pembentukan Sistem Pendidikan Nasional yang intergratif. Dalam SKB tersebut diakui ada tiga tingkatan madrasah yaitu, Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah yang ijazahnya diakui sama dan setingkat dengan SD, SMP, SMA.

Kemudian lulusannya dapat melanjutkan ke sekolah umum yang setingkat lebih tinggi, serta siswanya dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat.7

Menurut Anzar Abdullah, kebijakan pemerintah Orde Baru mengenai pendidikan Islam dalam konteks madrasah di Indonesia bersifat positif dan konstruktif, khususnya dalam dua dekade terakhir tahun 1980-an sampai dengan 1990-an. Pada masa pemerintah Orde Baru, lembaga pendidikan madrasah

6Heni Yuningsih, Kebijakan Pendidikan Islam Masa Orde Baru. JURNAL TARBIYA Volume: 1 No: 1 - 2015 (175-194 h. 184

7Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam:

Perubahan konsep,filsafat dan metodologi dari era Nabi SAW sampai ulama

Nusantara. (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), h.

354-355

dikembangkan dalam rangka pemerataan kesempatan dan peningkatan mutu pendidikan.8

Setelah SKB (Surat Keputusan Bersama) Tiga menteri, selanjutnya diperkuat lagi dengan dikeluarkannya SKB Menteri P&K No.

299/U/1984 Dikbud) ; No 45 Tahun 1984 (Agama) tentang Pengaturan Pembakuan Kurikulum Sekolah Umum dan Sekolah Madrasah yang isinya antara lain mengizinkan kepada lulusan madrasah untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah umum yang lebih tinggi.9SKB 2 Menteri dalam rangka penyesuaian sistem pendidikan sejalan dengan adanya kebutuhan pembangunan di segala bidang, antara lain dilakukan melalui perbaikan kurikulum sebagai salah satu upaya perbaikan penyelengaraan pendidikan di madrasah maupun sekolah umum.

Upaya dalam pengaturan dan pembaruan kurikulum madrasah dikembangkan dengan menyusun kurikulum sesuai dengan yang ditetapkan. Khusus untuk MA, waktu untuk setiap mata pelajaran berlangsung selama 45 menit dan memakai semester. Sementara itu, jenis program pendidikan dalam kurikulum madrasah terdiri dari program inti dan program pilihan. Pengembangan kedua program kurikulum ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

8Anzar Abdullah, Pendidikan Islam Sepanjang Sejarah: sebuah Kajian Pendidikan Politik Indonesia, SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol. 1, no. 2. September 2013, h. 217.

9Karel A Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1994), h. 91-92.

(5)

pendidikan agama terdiri atas: al-Qur’an, Hadis, Aqidah Akhlak, Fiqih, SKI, dan Bahasa Arab.

Pendidikan umum antara lain: PMP, PSPB, Bahasa dan Sastra Indonesia, Pengetahuan Sains, Olahraga dan Kesehatan, Matematika, Pendidikan Seni, Pendidikan Keterampilan, Bahasa Inggris (MTS dan MA), Geografi (MA), Biologi (MA), Fisika (MA) dan Kimia (MA).10

Substansi dari pembakuan kurikulum di sekolah umum dan madrasah ini memuat antara lain:

1. Kurikulum sekolah umum dan madrasah terdiri dari program inti dan program khusus.

2. Program inti untuk memenuhi tujuan pendidikan pada sekolah umum dan madrasah secara kualitatif sama.

3. Program khusus (pilihan) diadakan untuk memnberikan bekal kemampuan siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi bagi sekolah dan madrasah tingkat menengah atas.

4. Pengaturan pelaksanaan kurikulum sekolah dan madrasah mengenai sistem kredit, bimbingan karir, ketuntasan belajar dan sistem penilaian adalah sama.

5. Hal-hal yang berhubungan dengan tenaga guru dan sarana pendidikan dalam rangka keberhasilan

10Heni Yuningsih, Kebijakan Pendidikan Islam Masa Orde Baru, h. 189

pelaksanaan kurikulum akan diatur bersama oleh kedua departemen yang bersangkutan.11

Secara formal, madrasah sudah menjadi sekolah umum yang menjadikan agama sebagai ciri khas kelembagannya. Sebenarnya, materi pengetahuan umum bagi madrasah secara kuantitas dan kualitas mengalami peningkatan, tetapi di sisi lain penguasaan murid terhadap pengetahuan agama menjadi serba tanggung.

Menyadari kondisi tersebut, muncul keinginan pemerintah dalam hal ini menteri Agama Munawir Sadzali untuk mendirikan Madrasah Aliyah yang bersifat khusus, yang kemudian dikenal dengan Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK).

Dalam MAPK ini terlihat pendidikan agama memperoleh porsi persentase yang lebih tinggi seperti tertuang dalam kurikulum MAPK tahun 1993 (70 % agama – 30 % umum). Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan program pembibitan calon-calon ulama melalui sistem asrama (program tutorial) dan mengembangkan kemahiran berbahasa arab dan Inggris.12

1. Pemerintah memberlakukan pendidikan agama dari tingkat SD hingga universitas (TAP MPRS N0.XXVII/MPRS/1966).

2. Madrasah mendapat perlakuan dan status yang sejajar dengan sekolah umum.

11Ramayulis,Sejarah Pendidikan Islam, h. 357.

12Depag RI, Panduan Kurikulum Madrasah Aliyah 1994,(Depag RI, 1994), h. 137.

(6)

3. Pesantren mendapat perhatian melalui subsidi dan pembinaan.

4. Berdirinya MUI (Majelis Ulama Indonesia) pada tahun 1975.

5. Pelarangan SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah) mulai tahun 1993 setelah berjalan sejak awal tahun 1980- an.

6. Pemerintah memberi ijin pada pelajar muslimah untuk memakai rok panjang dan busana jilbab di sekolah-sekolah negeri sebagai ganti seragam sekolah yang biasanya rok pendek dan kepala terbuka.

7. Terbentuknya UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

8. Terbentuknya UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

9. Adanya Kompilasi Hukum Islam.

10. Dukungan pemerintah terhadap pendirian Bank Islam, Bank Muamalat Islam.

11. Pendirian BAZIS (Badan Amil Zakat Infak dan Sadaqah).

12. Pemberian label halal dan haram oleh MUI bagi kemasan produk makanan dan minuman, terutama bagi jenis olahan.

13. Pemerintah menfasilitasi penyebaran da’i ke daerah terpencil dan lahan transmigrasi.

14. Mengadakan MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an).

15. Mengadakan peringatan hari besar Islam di Mesjid Istiqlal.

16. Mencetak dan mengedarkan mushab al-Qur’an dan buku-buku agama Islam yang kemudian disalurkan ke masjid dan perpustakaan Islam.

17. Terpusatnya jama’ah haji di asrama haji.

18. Penayangan pelajaran bahasa Arab di TVRI.

19. Berdirinya MAN PK (Program Khusus).

20. Mengadakan pendidikan Pascasarjana untuk dosen IAIN, baik ke dalam maupun ke luar negeri. Khusus mengenai kebijakan ini, Departemen Agama telah membuka program Pascasarjana IAIN sejak 1983 dan join cooperation dengan negara-negara Barat untuk studi lanjut jenjang Magister maupun Doktor.

1. Lembaga Pendidikan Islam pada Masa Orde Baru

a. Madrasah

1) Penegerian Madrasah Swasta Pada tahun 1967 terbuka kesempatan untuk menegerikan madrasah swasta untuk semua tingkatan, Madrasah Ibtidayah Negeri (MIN), Madrasah Tsanawiyah Islam Negeri (MTsIN) dan Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN).

(7)

Namun ketentuan itu hanya berlangsung 3 tahun, dan dengan alasan pembiayaan dan fasilitas yang sangat terbatas, maka keluarnya Keputusan Menteri Agama No. 213 tahun 1970 tidak ada lagi penegerian bagi madrasah madrasah swasta.

Namun kebijakan tersebut tidak berlangsung lama, memasuki tahun 2000 kebijakan penegerian dimunculkan kembali.13

2) Kesejajaran Madrasah dan Sekolah Umum

Lahirnya Surat

Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri No. 6 tahun 1975 dan No.

037/U/1975 antara Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri, tentang Peningkatan Mutu Pendidikan pada Madrasah.

SKB ini muncul dilatarbelakangi bahwa setiap warga Negara Indonesia berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan pengajaran yang sama, sehingga lulusan madrasah yang ingin melanjutkan,

13Departemen Agama RI. Sejarah Madrasah di Indonesia”. ( Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2004)

diperkenankan melanjutkan ke sekolah-sekolah umum yang setingkat di atasnya. Dan bagi siswa madrasah yang ingin pindah sekolah dapat pindah ke sekolah umum setingkat.

Ketentuan ini berlaku mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi.

Dalam SKB tersebut disebutkan pula bahwa yang dimaksud dengan madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan sekurang- kuranya 30 % disamping mata pelajaran umum, meliputi Madrasah Ibtidaiyah setingkat dengan Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiyah setingkat SMP dan Madrasah Aliyah setingkat SMA.

SKB ini juga menetapkan hal-hal yang menguatkan posisi madrasah pada lingkungan pendidikan, diantaranya :

a) Ijazah madrasah mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum yang setingkat.

b) Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih diatasnya.

(8)

c) Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat.

d) Pengelolaan madrasah dan pembinaan mata pelajaran agama dilakukan Menteri

Agama, sedangkan

pembinaan dan pengawasan mata pelajaran umum pada madrasah dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bersama-sama Menteri Agama serta Menteri Dalam Negeri.14

b. Pondok Pesantren

Perkembangan pendidikan Pondok Pesantren pada periode Orde Baru, seakan tenggelam eksistensinya karena seiring dengan kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada kepentingan ummat Islam.

Setitik harapan timbul untuk nasib umat Islam setelah terjadinya era reformasi, pondok pesantren mulai berbenah diri lagi dan mendapatkan tempat lagi dikalangan pergaulan nasional. Salah satunya adalah pendidikan Pondok Pesantren diakui oleh pemerintah menjadi bagian dari sistem pendidikan

14Yuningsih, Heni. "Kebijakan Pendidikan Islam Masa Orde Baru." Tarbiya: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam1.1 (2015): 175-194.

nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pondok pesantren tidak lagi dipandang sebagai lembaga pendidikan tradisional yang illegal, namun pesantren diakui oleh pemerintah sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai kesetaraan dalam hak dan kewajibannya dengan lembaga pendidikan formal lainnya.

Peluang tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh Pondok Pesantren, agar dapat meningkatkan kembali peranannya dalam sistem pendidikan nasional. Namun yang terjadi peluang tersebut belum memberikan respon positif kearah peningkatan kualitas pendidikannya,

salah satunya dapat

diidentifikasikan bahwa hanya segelintir kecil saja masyarakat yang ingin menitipkan anaknya untuk dididik dilembaga pendidikan pondok pesantren, dibanding ke sekolah-sekolah umum.

Ketimpangannya cukup besar, mungkin hanya 10% nya saja anak-anak Indonesia yang mengenyam pendidikan di pondok pesantren dan selebihnya mereka mengenyam pendidikan disekolah- sekolah umum.

(9)

c. Perguruan Tinggi Agama Islam IAIN sebagai salah satu bagian dari PTAI, merupakan bagian dari salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia. IAIN di dirikan pada awal tahun 1960 sebagai suatu respon atas kebutuhan pemerintah akan tenaga pendidik yang ahli di bidang ilmu-ilmu keislaman, untuk mengembangkan sistem pendidikan madrasah.

Akhirnya dalam perkembangan nya IAIN jumlahnya semakin bertambah dan berkembang. Perkembangannya sejak masa orde baru bukan saja pada aspek fisiknya tetapi juga pada aspek tenaga pendidik atau dosennya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Sejalan dengan kebutuhan masyarakat Islam akan Ilmu dan pengetahuan serta teknologi peran perguruan tinggi agama Islam semakin bertambah, oleh karenan itu beberapa tahun ini beberapa IAIN telah berkembang menjadi universitas Islam. Dimana dalam pelayanannya, selain memberi pendidikan bidang studi keagamaan juga memberikan pelayanan pendidikan umum. Saat ini Perguruan Tinggi Agama Islam telah tersedia 15 IAIN, 6 UIN dan 31 STAIN. Untuk melakukan Koordinasi Pembinaan dan Peningkatan Mutu

Pendidikan pada Perguruan Agama Islam secara struktural sekarang ditangani oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Islam.

2. Gerakan Organisasi GUPPI

Gerakan Usaha Pembaruan pendidikan Islam (GUPPI) terbentuk pada tanggal 3 Maret 1950 di Sukabumi Jawa Barat, sebagai gerakan idealisme pendidikan tradisional dari kalangan pesantren yang diketuai oleh KH Sanusi. Di antara idealisme yang dikembangkan adalah mempromosikan sistem lembaga pendidikan islam tradisional, terutama madrasah dan pesantren sebagai tempat ideal untuk pusat pengembangan sumberdaya bangsa Indonesia yang berkualitas. Disebut sebagai tempat ideal, karena lembaga pendidikan tradisional ini memiliki kekuatan yang menekankan pada pendidikan karakter bangsa.15

Awal revitalisasi idealisme GUPPI mencuat secara dramatis di Era Orde Baru pada tahun 1968, ketika GUPPI bergabung dengan Golkar, sebuah partai politik yang didukung oleh penguasa pada waktu itu. Salah satu pertimbangan penting mengapa GUPPI masuk berafiliasi dengan partai Golkar

15Imam Tholkhah, Rekonstruksi Idealisme Pendidikan Islam Dalam Perspektif GUPPI, https://wawasanislam.wordpress.com, 16 Maret 2013.

Diaksespada tanggal 5 Mei 2016.

(10)

adalah karena organisasi GUPPI pada masa itu tidak mempunyai dana dan fasilitas yang memadai untuk menggerakkan organisasi. Pertimbangan lain adalah untuk memperluas akses para fungsionarisnya terlibat dalam pengambilan keputusan dalam pengembangan sistem pendidikan di Indonesia.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Usaha Pembaruan Pendidikan Islam (DPP GUPPI) Drs H Marwan Saridjo mengatakan bahwa GUPPI di awal pemerintahan Orde Baru pernah di gadang-gadang untuk terjun ke dalam politik praktis. Dia bukan sekadar menjadi organisasi sayap, tetapi menjadi garda terdepan dalam Golkar.

Para kiai dari pesantren binaan GUPPI banyak yang menjadi jurkam Golkar.

Para kiai dan pimpinan pesantren itu dimunculkan untuk menunjukkan kepada masyarakat dan peserta pemilu bahwa Golkar juga "milik umat Islam"

dan memperjuangkan "aspirasi umat Islam." Sebagai kompensasi atas keterlibatannya dalam politik praktis itu, paparnya, banyak kiai dan tokoh Islam yang menjadi fungsionaris GUPPI menjadi anggota DPR dan DPRD.

"Bukan itu saja, pada waktu itu dana pun mengalir untuk membangun dan merehab gedung-gedung madrasah dan pesantren yang menjadi binaan GUPPI."

Namun, setelah Era Reformasi, sejalan dengan perkembangan situasi politik, dalam Muktamar VII dipusatkan GUPPI kembali ke khitahnya semula memusatkan perhatian di bidang pendidikan dan tidak lagi aktif dalam politik praktis. Kalau di masa lalu setiap memperingati hari jadi GUPPI, diadakan di daerah-daerah dan selalu meriah, belakangan ini setiap acara peringatan hari jadi GUPPI diisi dengan seminar dan diskusi- diskusi membahas konsep-konsep tentang pendidikan dan menulis buku- buku panduan penyelenggaraan lembaga pendidikan binaan GUPPI.16

Berbagai kontribusi penting GUPPI dalam dunia pendidikan Islam yang tercatat dalam sejarah GUPPI adalah adanya pemikiran-pemikiran, gagasan dan konsep para fungsionaris GUPPI untuk memodernisasi lembaga pendidikan Islam tradisional dengan pengembangan kurikulum pesantren pada bidang keterampilan kerja dan life skill serta penguatan sarana dan prasarana. Para fungsionaris GUPPI yang tergabung dalam birokrasi ikut memberikan kontribusi terhadap lahirnya konsep modernisasi madrasah sebagai lembaga pendidikan yang

16Yeyeng, Andi Tenri, and Muhammad Saleh Tajuddin. "Peranan Organisasi Politik Guppi dalam Pendidikan Islam pada Masa Orde Baru." (2016): 588- 593.

(11)

setara dengan sekolah umum. Andil lainnya adalah ikut mendorong lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989. Melalui Undang- Undang ini lembaga pendidikan madrasah telah ditempatkan sebagai bagian integral dalam Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu, pada masa kejayaan Orde Baru, GUPPI

diberbagai daerah mampu

memanfaatkan peluang adanya akses yang baik untuk membangun lembaga pendidikan GUPPI, seperti madrasah, sekolah, maupun pesantren. Jumlah lembaga pendidikan GUPPI tergolong besar, mencapai ratusan satuan pendidikan, terutama di Jawa, Sulawesi, dan Lampung.

Bersamaan runtuhnya pemerintah Orde Baru, GUPPI mengalami stagnasi.

Pada Muktamar GUPPI ke VII November 1998, GUPPI melepaskan diri dari Golkar dan kembali ke khittahnya sebagai organisasi independen sebagaimana awal organisasi ini didirikan. Tentu mudah dipahami, bahwa salah satu faktor utama yang menyebabkan statisnya GUPPI adalah tertutupnya akses sumber dana organisasi GUPPI sebagaimana yang terjadi di masa Orde Baru.17

17Imam Tholkhah, Rekonstruksi Idealisme Pendidikan Islam dalam Perspektif GUPPI, https://wawasanislam.wordpress.com

Dalam konteks lokal Sulawesi Selatan, pesantren GUPPI di Samata Gowa tetap eksis, namun perannya dalam dunia pendidikan semakin menurun, baik kualitas siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang dimilikinya kurang memadai sebagai standar sebuah sekolah agama. Bahkan sebahagian tanah milik pesantren sudah dijual kepada pengembang perumahan.

Artinya, pada masa sekarang eksistensi pesantren GUPPI sebagai lembaga pendidikan di Sulawesi Selatan kurang mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain dalam upaya peningkatan sumber daya manusia. Hal ini berbeda dengan alumni-alumni awal yang pada umumnya sukses dalam dunia akademik.

D. KESIMPULAN

Kebijakan sistem pendidikan nasional pada masa orde baru didasarkan pada Tap MPRS No.27, pasal 1 tanggal 5 Juli 1966;

yang menetapkan bahwa "Pendidikan agama menjadi mata pelajaran pokok dan wajib diikuti oleh setiap murid/mahasiswa sesuai dengan agamanya masing-masing".

Pada pasal 4 TAP MPRS ini menyebutkan bahwa isi pendidikan untuk mencapai dasar dan tujuan pendidikan adalah:

1. Mempertinggi mental, moral, budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama.

(12)

2. Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan.

3. Membina dan mengembangkan fisik yang kuat dan sehat

Terjadinya kemajuan pendidikan Islam di zaman Orde Baru antara lain karena adanya hubungan yang harmonis antara umat Islam dengan pemerintah. Keadaan ini terjadi pada 16 tahun kedua dari masa pemerintahan Orde Baru yang berlangsung sekitar 32 tahun.

Selama 16 tahun pertama, hubungan antara umat Islam dengan pemerintah Orde Baru dalam keadaan tidak harmonis, tegang, saling curiga, bahkan terkadang diwarnai konflik. Ketegangan tersebut antara lain disebabkan pada akar-akar Islam Ideologis politik yang ingin menjadikan Islam sebagai dasar negara.

Meskipun pemerintah Orde Baru lebih memberikan prioritas pada aspek pembangunan ekonomi daripada aspek pendidikan, namun pemerintah tetap berupaya meningkatkan aspek pendidikan agama, khususnya Islam seperti madrasah dan pesantren. Beberapa kebijakan pendidikan Islam masa Orde Baru membawa perubahan terhadap pendidikan Islam. Lahirnya SKB 3 Menteri yang menyatakan bahwa alumni madrasah bisa melanjutkan ke sekolah umum, sehingga kurikulum madrasah pun harus diseimbangkan dengan kurikulum sekolah umum. Pada masa Orde Baru inilah pendidikan agama menjadi pelajaran wajib mulai dari Sekolah Dasar sampai universitas.

DAFTAR PUSTAKA

Anzar Abdullah. (2013), Pendidikan Islam Sepanjang Sejarah: sebuah Kajian Pendidikan Politik Indonesia, SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah &

Pendidikan Sejarah, Vol. 1, no. 2.

September 2013, h. 217.

Depag RI, (1991/1992) Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Sistem Pendidikan nasional, Dirjend Bimbaga Islam, Jakarta:

Depag RI

Depag RI, (1994)Panduan Kurikulum Madrasah Aliyah 1994,Jakarta: Depag RI

Departemen Agama RI. (2004) “Sejarah Madrasah di Indonesia”. Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Heni Yuningsih, Kebijakan Pendidikan Islam

Masa Orde Baru JURNAL TARBIYA Volume: 1 No: 1 - 2015 (175-194

Imam Tholkhah, Rekonstruksi Idealisme Pendidikan Islam Dalam Perspektif GUPPI, https://wawasanislam.wordpress.com, 16 Maret 2013. Diaksespada tanggal 5 Mei 2016.

Imam Tholkhah, Rekonstruksi Idealisme Pendidikan Islam dalam Perspektif GUPPI, https://wawasanislam.wordpress.com Iqbal, M., & Wahyuni, B. (2020). Integrasi

Keilmuan yang Rumit: Wacana dan Praksis Integrasi Keilmuan Sain dan Agama di PTKIN.Nuansa : Jurnal Studi Islam dan Kemasyarakatan, 13(2), 168-175.

(13)

doi:http://dx.doi.org/10.29300/njsik.v13i2.3 944

Iqbal, M. 2020. Kritik Nalar Integrasi Keilmuan DI PTKIN: Mengusung Keilmuan Tabot Dan Domestifikasi Studi Keislaman Berwawasan Kebangsaan. El-Afkar: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Tafsir Hadis, 9(2).

Iqbal, M., & Adisel, A. 2021. Epistemology of Islamic Science: A searching for Ideal Form and Format of Scientific Design for Islamic Higher Education in Indonesia. Madania:

Jurnal Kajian Keislaman,25(1), 101-112.

Karel A Steenbrink, (1994) Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern, Jakarta: Pustaka LP3ES

OECD/Asian (2015), Development Bank.

Education in Indonesia: Rising to the Challenge, Paris: OECD Publishing Ramayulis, (2011)Sejarah Pendidikan Islam:

Perubahan konsep,filsafat dan metodologi dari era Nabi SAW sampai ulama Nusantara. Jakarta: Kalam Mulia

Samsul Nizar, (2007) Sejarah Pendidikan Islam, Bandung: Kencana

Yeyeng, Andi Tenri, and Muhammad Saleh Tajuddin. "Peranan Organisasi Politik Guppi dalam Pendidikan Islam pada Masa Orde Baru." (2016): 588-593.

Yuningsih, Heni. "Kebijakan Pendidikan Islam Masa Orde Baru." Tarbiya: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam1.1 (2015): 175-194.

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian pada masa Orde Baru, kebijakan pemerintah secara umum juga mempengaruhi perkembangan pendidikan islam, melalui SKB 3 menteri (Menteri Agama, Menteri Pendidikan

Salah satunya ialah Perkeretaapian Indonesia: Telaah tentang Perkembangan Sosial-Ekonomi pada Masa Orde Baru (1966-1998). Perkembangan sosial-ekonomi perkeretaapian

Pada masa orde baru pendidikan agama Islam tidak dapat berkembang, sehingga dengan adanya reformasi pendidikan diharapkan pendidikan Islam mampu berkembang di

Artikel ini ingin menganalisis proses dekonstruksi atas tafsir Sejarah Indonesia pada masa Orde Baru melalui kebijakan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa yang hadir dalam bentuk

Dalam salah satu nota Islamic education in Indonesia yang disusun oleh bagian pendidikan Departemen Agama pada tanggal 1 September 1956, tugas bagian pendidikan agama ada

Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa: (1) awal masa Orde Baru aspek pendukung pendidikan dasar sangatlah kurang, maka sejak lahirnya pemerintah Orde Baru,

Di zaman orde baru pemerintah mampu memberikan kebijakan dalam segi pendidikan umum dan juga pendidikan islam, buktinya pemerintah juga peduli pesantren dengan menstarakan pendidikan

Batasan Masalah Agar pembahasan dalam penulisan penelitian ini tidak meluas, maka penelitian ini akan dibatasi hanya membahas tentang Kehidupan Sosial Keagamaan Masa Orde Baru sampai