Perlindungan Hukum bagi Manajer Sumber Daya Manusia (HRD) dengan Perjanjian Kerja Lisan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 761 K/Pdt.Sus-PHI/2018)” dapat terselesaikan dengan baik. dan lebih maju lagi, mayoritas pekerja masih mengikatkan diri dalam hubungan kerja dengan perjanjian kerja lisan. Tak hanya mereka yang berprofesi sebagai kuli bangunan, bahkan manajer HRD suatu perusahaan pun juga mengikatkan diri dalam hubungan kerja dengan perjanjian kerja lisan.
Dalam keputusan ini, Majelis Pengadilan tidak menganggap bahwa undang-undang sebenarnya mengakui kontrak kerja lisan. MANAJER PEMBANGUNAN (SDM) DENGAN KONTRAK KERJA LISAN (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 761 K/PDT.SUS-PHI/2018)”. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan dan penguatan teori keabsahan kontrak kerja lisan di Indonesia.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penyempurnaan regulasi terkait perjanjian kerja lisan di Indonesia. Berdasarkan judul penelitian “Perlindungan Hukum Pekerja Manajer Pengembangan Sumber Daya Manusia (HRD) dengan Perjanjian Kerja Lisan (Studi.
PENDAHULUAN
- FokusPenelitian
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian
- Definisi Istilah
- Perlindungan Hukum
- Tenaga Kerja
- Human Resource Development (HRD) Manager
- Perjanjian Kerja Secara Lisan
- Putusan Mahkamah Agung
- Sistematika Pembahasan
- Konsepsi Perlindungan Hukum Tenaga Kerja
- Konsepsi Human Resource Development (HRD) Manager
- Konsepsi Keabsahan Perjanjian Kerja Secara Lisan
- Definisi Perjanjian Kerja
- Syarat-syarat Sah Perjanjian Kerja
- Subjek Perjanjian Kerja
- Unsur-unsur Dalam Perjanjian Kerja
- Jenis-jenis Perjanjian Kerja
- Bentuk Perjanjian Kerja
- Definisi Ijarah
- Dasar Hukum Ijarah
- Rukun dan Syarat-Syarat Sah Ijarah
- Macam-Macam Ijarah
- Konsepsi Keadilan
Berdasarkan penjelasan pengertian istilah-istilah di atas, maka apa yang penulis pikirkan dalam penelitian yang berjudul “Perlindungan hukum bagi pengembangan sumber daya manusia (HRD) Pekerja Manajer dengan Perjanjian Kerja Lisan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 761 K/Pdt.Sus- PHI/2018)”, bahwa peneliti ingin mengkaji secara mendalam terhadap putusan Mahkamah Agung dalam perkara nomor 761 K/Pdt.Sus-PHI/2018, dimana putusan tersebut mengacu pada persoalan pembuatan kontrak lisan atas pekerjaan buruh. Penelitian ini berupaya untuk memperkuat teori tentang sahnya perjanjian kerja lisan agar nantinya dapat dijadikan acuan dalam menetapkan peraturan yang belum mengatur tentang perjanjian kerja lisan. Dengan adanya peraturan yang mengatur tentang sahnya perjanjian kerja lisan, maka pekerja di Indonesia dapat memperoleh perlindungan hukum di kemudian hari sebagaimana diatur dalam UUD 1945 pada Pasal 28 D angka (1).31.
Untuk menjamin penyusunan penelitian ini terarah dan sesuai dengan bidang kajian yang akan diteliti serta dapat memudahkan pembaca dalam memahami isi penelitian ini, maka diperlukan pembahasan yang cair atau sistematis. Bab ini memuat penelitian-penelitian terdahulu, termasuk penelitian-penelitian yang sejenis dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, sehingga nantinya dapat merujuk pada ciri-ciri penelitian ini. Selain itu, bab ini juga menyajikan kerangka konseptual yang berkaitan erat dengan permasalahan yang diteliti, sehingga dapat memperkuat landasan konseptual yang digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
- Pendekatan Perundang-undangan
- Pendekatan Kasus
- Pendekatan Konseptual
Pendekatan hukum adalah pendekatan yang dilakukan dengan melihat peraturan perundang-undangan yang relevan dengan permasalahan yang akan diselidiki.132 Peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah undang-undang yang relevan dengan putusan Mahkamah Agung nomor 761 K/Pdt. Sus-PHI/2018 tentang perlindungan hukum yang diberikan kepada pekerja yang melakukan kontrak kerja lisan dengan perusahaan. Karena penelitian ini merupakan penelitian normatif yang menempatkan hukum sebagai sumber penelitian, maka peneliti menggunakan pendekatan ini agar permasalahan hukum yang ingin diteliti dapat terselesaikan. Pendekatan kasus merupakan salah satu jenis pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji kasus-kasus yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang dihadapi.
Dalam penelitian ini peneliti ingin menyelidiki suatu perkara yang telah menjadi putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap (incraht), yaitu putusan Mahkamah Agung Nomor 761 K/Pdt.Sus-PHI/2018. Pendekatan konseptual adalah suatu jenis pendekatan yang dilakukan dengan mempelajari pandangan dan doktrin para ahli ilmu hukum, yang kemudian memungkinkan peneliti menemukan pemahaman, konsep dan prinsip hukum yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.133 Pendekatan ini dianggap Hal ini diperlukan agar pemahaman terhadap konsep ini dapat dijadikan acuan atau penunjang bagi peneliti dalam membangun argumentasi hukum agar permasalahan yang akan diteliti nantinya dapat terselesaikan.
Sumber Bahan Hukum
- Bahan Hukum Primer
- Bahan Hukum Sekunder
- Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum penunjang yang digunakan untuk memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder dapat berupa berbagai macam buku, hasil penelitian (hukum) seperti disertasi dan tesis, hasil karya ilmiah dari kalangan hukum seperti jurnal, artikel dan risalah seminar hukum serta situs internet.134. Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Analisis Bahan Hukum
Teknik analisis deskriptif kualitatif atau dengan kata lain analisis isi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara menguraikan dan menguraikan bahan-bahan hukum dalam bentuk kalimat-kalimat yang teratur, runtut, dan logis, yang kemudian disusun secara sistematis.
Tahap-tahap Penelitian
Majelis hakim yang menangani perkara ini berkesimpulan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa memang ada perjanjian kerja antara penggugat dan tergugat. Bukti-bukti tersebut seharusnya dapat memperkuat fakta bahwa terdapat perjanjian kerja yang mengikat penggugat dan tergugat. Perjanjian kerja antara penggugat dan tergugat dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT).
Namun majelis tidak menemukan bukti adanya perjanjian kerja antara penggugat dan tergugat. 164. Majelis hakim juga berpendapat, apabila benar adanya perjanjian kerja lisan antara penggugat dan tergugat, maka harus ada Surat Penunjukan Tenaga Kerja bagi penggugat yang diterbitkan oleh perusahaan (tergugat) sebagaimana dimaksud dalam pasal 63. UU Ketenagakerjaan K. Namun majelis hakim tidak menemukan bukti adanya perjanjian kerja antara penggugat dan tergugat. 181.
Pertama, perjanjian yang dibuat oleh plaintif dan defendan tidak berkaitan dengan prinsip kebebasan berkontrak, kerana pekerja tidak mempunyai kebebasan untuk memilih bentuk perjanjian kerja yang dikehendakinya. Panel kehakiman dalam semakan undang-undang, yang pada asasnya membuat kesimpulan bahawa tidak ada bukti perjanjian pekerjaan antara plaintif dan defendan, hanya tertumpu kepada keterangan bertulis.209 Ini bermakna panel kehakiman dalam kes ini tidak mengambil undang-undang ke dalam akaun. yang hidup dan berkembang maju dalam Jika tribunal memutuskan sedemikian, maka akan kelihatan bahawa tiada perlindungan undang-undang bagi pekerja yang membuat perjanjian pekerjaan lisan.
214 Singgih Bramantio Arganta, “ Akibat Hukum Perjanjian Kerja Lisan Dalam Perspektif Hukum Ketenagakerjaan” (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2017), 38. Tidak ada perlindungan hukum bagi penggugat yang melakukan perjanjian kerja lisan dengan perusahaan. Sebagai suatu peristiwa hukum, ditetapkan bahwa putusan Mahkamah Agung nomor 761 K/Pdt.Sus-PHI/2018 mempunyai akibat hukum terhadap perlindungan pekerja yang terikat kontrak kerja lisan.
Sebab keputusan tersebut tidak dapat memberikan perlindungan hukum terhadap pekerja yang terikat kontrak kerja lisan dengan perusahaan tempatnya bekerja. Pemerintah hendaknya memberikan perhatian khusus dalam memberikan perlindungan hukum kepada pekerja di Indonesia yang terikat kontrak kerja lisan. Perlindungan Hukum Bagi Pegawai yang mempunyai Kontrak Kerja Tidak Tertulis pada Perusahaan Pemberi Kerja” Jurnal Tafsir Hukum, Vol.
Aspek Hukum dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Karyawan dan Perusahaan" Jurnal Lex Privatum, Vol.II (Agustus-Oktober. Penerapan Hukum Ketenagakerjaan dalam Kontrak Kerja Antara Perusahaan dan Karyawan pada Perseroan Terbatas (PT)" Jurnal Yuridis Vol.Hukum Akibat Kontrak Kerja Lisan Menurut Perspektif Hukum Ketenagakerjaan.” Skripsi, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2017.38.
Tentang Pekerja Manajer Pengembangan Sumber Daya Manusia (HRD) dengan Perjanjian Kerja Lisan (Peninjauan Kembali Putusan Mahkamah Agung Nomor 761 K/Pdt.Sus-PHI/2018).