Perlindungan Hukum Korban Binnary Option Latar Belakang
Pasar modal mempunyai peranan yang cukup penting dan strategis bagi perekonomian nasional, karena pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan merupakan wahana investasi bagi masyarakat. Perkembangan sektor pasar modal di Indonesia terutama ditandai dengan semakin banyaknya transaksi yang dilakukan setiap harinya. Namun seiring dengan perkembangan pasar modal yang didukung oleh kemajuan teknologi dan informasi, pasar modal sendiri menjadi semakin rentan terhadap praktik pencucian uang. Terutama karena sumber aliran dana yang digunakan pelaku usaha di pasar modal berasal dari atau merupakan hasil kejahatan, antara lain tindak pidana penipuan, penyebar berita bohong (hoax), penipuan, perjudian, dan sebagainya. Berdasarkan data Penilaian Risiko Nasional 2021 yang dirilis oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), sektor pasar modal merupakan salah satu area yang paling berisiko untuk dijadikan media pencucian uang. Selanjutnya berdasarkan jenis tindak pidana pasar modal diketahui bahwa manipulasi pasar juga memiliki resiko yang tinggi. Kerentanan pasar modal juga disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:1
1. jumlah pelaku yang terlibat dalam transaksi pasar modal;
2. sifat transaksi yang dapat dilakukan dari jarak jauh (remote trading) dan tanpa bertemu;
3. berbagai produk pasar modal dengan proses bisnis yang cukup kompleks; dan 4. nilai transaksi dan kapitalisasi pasar modal yang tinggi.
Binary Options Trading (perdagangan opsi biner) atau dikenal dengan Binomo adalah platform perdagangan yang dapat menghasilkan uang melalui kenaikan atau penurunan kurs valuta asing (forex), harga saham, cryptocurrency, dan komoditas.2 Yang dimaksud dengan option adalah cara ikut serta dalam perdagangan jasa keuangan tanpa memiliki aset portofolio riil (transaksi derivatif), yaitu dengan menebak perubahan harga aset portofolio. Sedangkan perdagangan opsi biner atau binary option trading adalah perdagangan opsi dengan menebak hanya 2 (dua) kemungkinan yang ada, yaitu antara portofolio aset akan naik atau turun (proposisi ya atau tidak). Oleh karena itu, investasi ini disebut "biner", yang dikenal sebagai sistem bilangan biner atau basis dua bilangan. Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan
1 Corruption Eradication Commission, Guidelines for Handling Money Laundering and Asset Recovery in the Capital Market, National Library of the Republic of Indonesia, Published in Cooperation: Corruption Eradication Commission (KPK), Australia Department of Home Affairs, Center for Law and Policy Studies (PSHK), Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ), 2018, hlm. 6.
2 Haidar, Muhammad Bagas, and Emillia Rusdiana. "KATEGORI BINARY OPTION TRADING SEBAGAI PERJUDIAN BERBASIS DALAM JARINGAN (ONLINE)." NOVUM: JURNAL HUKUM (2022), hlm. 162-163
(Kabaharkam) Polri Komjen Arief Sulistyanto menjelaskan dugaan modus penipuan Robot Dagang Binomo memanfaatkan jasa "affiliator" atau agen di Indonesia yang merupakan seorang influencer untuk menarik investor, sedangkan server berada di luar negeri. Skema yang digunakan di Binomo juga ditengarai menggunakan skema Ponzi atau sistem pemberian keuntungan secara berjenjang bagi anggotanya (member). Dengan demikian akan terjadi peredaran uang yang kemudian dilakukan oleh pelaku penipuan dengan mengembalikan uang tersebut melalui perekrutan investor baru. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan analisis terkait perlindungan hukum bagi korban binary option di Indonesia.
Rumusan Masalah
Bagaimana perlindungan korban atas putusan pengadilan dalam perkara “Binary Option”?
Pembahasan
Indra Kenz alias Indra Kesuma yang merupakan afiliasi Binomo di Indonesia diduga melakukan tindak pidana perjudian online dan/atau menyebarkan berita bohong melalui media elektronik dan/atau penipuan, tindakan penipuan dan/atau Pencucian Uang (TPPU).
Indra Kenz dijerat Pasal 45 ayat 2 jo pasal 27 ayat 2 dan/atau Pasal 45 ayat 1 jo pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik (ITE). Subsider Pasal 3 dan/atau Pasal 5 dan/atau Pasal 10 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Kemudian, Pasal 378 KUHP jo Pasal 55 KUHP.
Dalam kasus penipuan Binomo ini, diketahui bahwa aliran dana ada di luar negeri.
Kemudian, PPATK bersama Financial Intelligence Units (FIU) menelusuri di mana aliran dana praktek investasi ilegal dengan menggunakan aplikasi Binomo itu ditemukan indikasi aliran uang yang mengalir ke rekening bank yang berlokasi di Belarus, Kazakhstan, dan Swiss kemudian diduga mengalir ke pemiliknya. Binomo. Pencarian berlanjut ke Kepulauan Karibia dan Kepulauan Virgin Britania Raya. Hasil penggeledahan PPATK selanjutnya akan diserahkan kepada Polri untuk dilakukan penyidikan terhadap kasus terkait.
Sejalan dengan penetapan sebagai tersangka untuk penelusuran aset, uang korban Binomo harus dikembalikan, yakni melalui penyidikan tindak pidana pencucian uang. Namun pengembalian dana akan bergantung pada kemampuan pihak berwajib untuk melacak aset yang dimiliki tersangka, dengan langkah yang tepat dan cepat karena aset tersebut mudah dipindahkan dan diubah. Oleh karena itu, jika pemberantasan tindak pidana pencucian uang hanya mengutamakan pemidanaan terhadap pelakunya tanpa mengembalikan harta kekayaan korban yang dirugikan, maka penegakan hukum akan semakin jauh dari esensi tujuan
keadilan, khususnya bagi korban tindak pidana sehingga untuk menelusuri kemana aliran uang tersebut (asset tracing) dengan tujuan mengembalikannya kepada korban. yang kurang mampu secara ekonomi.3
Kerugian yang diderita oleh korban tindak pidana dapat dimintakan ganti rugi sebagai salah satu hak korban tindak pidana. tindakan criminal.4 Ganti rugi oleh pelaku kepada korban merupakan tujuan dari proses peradilan. Pemulihan tersebut dapat mencakup (1) pengembalian barang yang dicuri, (2) pembayaran uang untuk kehilangan, kerusakan, cedera pribadi dan trauma psikologis, (3) pembayaran untuk penderitaan, dan (4) pelayanan kepada korban. Perbaikan harus didorong oleh proses pemasyarakatan.5
Selanjutnya dalam hukum nasional Republik Indonesia, telah diatur ganti rugi, dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), dimana orang yang menderita kerugian karena perbuatan orang lain melawan hukum berhak menuntut ganti kerugian. Apabila seseorang menderita kerugian (korban) akibat suatu tindak pidana, maka untuk memfasilitasi korban tersebut, negara harus memberikan jalan keluar untuk memperoleh ganti kerugian tanpa harus melalui proses gugatan perdata biasa, maka dilakukan dengan menggabungkan gugatan ganti rugi atas perkara pidana sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Dalam kasus ini merupakan kejahatan transnasional, sehingga perlu digunakan rezim anti pencucian uang internasional.
Dalam rezim internasional Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT), terdapat badan antar pemerintah yaitu Financial Action Task Force (FATF).
FATF bertujuan untuk menetapkan standar dan mempromosikan implementasi peraturan dan operasi yang efektif, serta tindakan hukum untuk memerangi Kejahatan Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme (TPPU dan TF) dan ancaman lain yang berdampak pada integritas sistem keuangan internasional.
Perkembangan pasar modal di kancah perdagangan dunia saat ini tampaknya rentan terhadap berbagai bentuk kejahatan yang dapat berdampak negatif terhadap perekonomian dan stabilitas nasional bahkan internasional. Hal ini didukung seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi di era globalisasi saat ini yang semakin memudahkan pengguna dalam melakukan transaksi di pasar modal. Instrumen pasar modal merupakan salah satu
3 Satriawan Sulaksono, Widodo Tresno Novianto, and Supanto, Legal Protection in Asset Recovery for Victims of the Crime of Money Laundering Mixed with Perpetrators' Assets, Postgraduate Journal of Law UNS Volume VII Number 1 January - June 2019, 2019, hlm 108.
4 Fauzy Marasabessy, Restitution for Victims of Crime: An Offering New Mechanism, 45th Year Journal of Law and Development No.1 January-March 2015, 2015, hlm. 54.
5 Muladi, Human Rights, Politics and the Criminal Justice System, Semarang: Diponegoro University Publishing Agency, 2002, hlm. 177.
jenis perdagangan yang berbentuk investasi. Perdagangan bermotivasi pencucian uang adalah upaya kriminal untuk menyamarkan hasil kejahatan dan mendorong nilai melalui penggunaan transaksi perdagangan dalam upaya untuk melegitimasi asal-usul ilegal mereka. Dalam Gugus Tugas Aksi Keuangan, “Trade Based Money Laundering”, disebutkan bahwa:6
“pencucian uang berbasis perdagangan didefinisikan sebagai proses menyamarkan hasil kejahatan dan memindahkan nilai melalui penggunaan transaksi perdagangan dalam upaya untuk melegitimasi asal usulnya yang tidak sah”.
Yang kemudian dimaknai perdagangan berdasarkan pencucian uang adalah proses penyamaran hasil tindak pidana dan pemindahan nilai melalui penggunaan transaksi perdagangan dalam upaya melegitimasi kekayaan asal usulnya yang tidak sah.7 Definisi tersebut kemudian direvisi menjadi, proses menyamarkan hasil kejahatan dan memindahkan nilai melalui penggunaan transaksi perdagangan dalam upaya untuk melegitimasi asal-usul ilegal mereka atau untuk membiayai kegiatan mereka. Dengan demikian, istilah “menyamar”
dalam praktik perdagangan berbasis pencucian uang adalah salah satu perbuatan menyamarkan kekayaan yang berasal dari hasil kejahatan menjadi harta kekayaan yang sah.
Pada mulanya istilah money laundering sudah dikenal sejak 1930 di Amerika Serikat.8 Saat itu organisasi kejahatan mafia telah membeli perusahaan laundry sebagai tempat pencucian uang yang dihasilkan dari bisnis ilegal, antara lain prostitusi, perjudian, dan minuman keras. Pencucian uang telah menjadi kelompok kejahatan terorganisir, yang menyita perhatian dunia dengan organisasinya yang luas dan tidak tersentuh. Sedangkan Indonesia baru mengkriminalkan tindak pidana pencucian uang ini pada tahun 2002 dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang,9 kemudian pada tanggal 17 April 2002 diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 kemudian dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Pencucian uang dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, prosesnya dapat dilakukan dengan cara yang sederhana maupun dengan cara yang canggih. Oleh karena itu, tindak pidana pencucian uang dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk kejahatan lintas negara yang terorganisir. Kejahatan lintas batas atau kejahatan internasional ini tentunya
6 Muhammad Rusdi, Money Laundering in Trade Transactions, IUS Journal | Vol IV | Number 2 | August 2016, 2016, hlm. 74
7 Tjung, Y. F. R. “Kasus L/C Fiktif Bni: Penyalahgunaan Letter Of Credit Dalam Perdagangan Ekspor Impor Dalam Perspektif Tindak Pidana Pencucian Uang.” JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan), 6 No.3 (2022) 8 Ansori, Gatot Subroto, “Peran PPATK Dalam Mencegah Dan Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang” Unira Law Journal Vol.1 No. 1 (2022):37
9 Iwan Kurniawan, The Development of Money Laundering and Its Impact on the Economic and Business Sector, Journal of Legal Studies, Volume 3 No. 1, hlm. 1.
membutuhkan banyak pihak untuk dapat bekerja sama menangani dan memberantas kejahatan ini. Kerja sama internasional yang melibatkan beberapa lembaga negara merupakan langkah efektif untuk dapat menyelesaikan masalah kejahatan tersebut. Istilah kejahatan transnasional mulai dikenal sejak tahun 2000 ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan The UN Convention Against Transnational Organized Crime, menurut MCFarlane10 pada dokumen ini, istilah transnasional dalam konteks kejahatan menunjukkan empat hal:
a. bahwa kejahatan itu dilakukan tidak hanya di satu negara;
b. kejahatan dilakukan di satu negara tetapi sebagian besar perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya dilakukan di negara lain;
c. kejahatan dilakukan di satu negara tetapi melibatkan kelompok kriminal yang melakukan kegiatan kriminal di lebih dari satu negara;
d. kejahatan tersebut dilakukan di satu negara tetapi berdampak besar di negara lain.
Ciri-ciri dalam istilah “transnasional” menggambarkan adanya suatu jaringan yang melintasi batas-batas negara. Tindak pidana pencucian uang yang selanjutnya disingkat TPU telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PPTPPU),11 sebagai pengganti Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 Dalam UU PPTPPU telah dirumuskan beberapa hal mengenai pengalihan harta kekayaan dengan maksud menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana pencucian uang.
Dalam tindak pidana pencucian uang, setidaknya ada dua bentuk tindak pidana yang saling berkaitan. Yang pertama berupa tindak pidana yang menghasilkan uang haram, yang kedua adalah tindak pidana pencucian uang itu sendiri.12 UU PPTPPU juga menyatakan dengan tegas menganut asas double criminality, yaitu dimana suatu perbuatan dilakukan di luar wilayah negara Republik Indonesia, sepanjang dapat dikualifikasikan sebagai kejahatan menurut hukum di negara yang bersangkutan, dan menurut hukum Indonesia juga , dianggap sebagai kejahatan. termasuk dalam kategori tindak pidana asal sebagaimana dirinci dalam UU PPTPPU.
10 John McFarlane, Regional and international cooperation in tackling transnational crime, terrorism and the problems of disrupted states, Journal of Financial Crime, Vol. 12 Iss: 4, 2005, hlm. 301 – 309
11 Satrya, Alda, Bastianto Nugroho, and Supolo Supolo. "Tindak Pidana Pencucian Uang Terhadap Perjudian Online." AL-MANHAJ: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam 4.2 (2022): hlm. 289
12 Mas Ahmad Yani, Crime of Money Laundering (Review of Law Number 8 of 2010 concerning Prevention and Eradication of the Crime of Money Laundering), E-Journal WIDYA Yustisia Volume 1 Number 1 May- August 2013, hlm.25.
Berkaitan dengan kasus Binomo ini, secara umum terdapat 3 (tiga) jenis kejahatan di pasar modal yang sering terjadi, yaitu: manipulasi pasar, perdagangan orang dalam (insider transaction), dan front running. Trading Binomo menggunakan teknik manipulasi pasar yaitu dengan menciptakan aktivitas satu pihak atau lebih untuk menciptakan harga pasar artifisial.
Tujuan para penjahat ini mempermainkan harga saham tentu saja demi memperoleh keuntungan yang tinggi. Agar harga saham dapat dimanipulasi sesuai keinginan para penjahat ini, mereka harus menguasai sejumlah besar saham. Oleh karena itu, manipulasi saham seringkali terjadi pada perusahaan yang relatif kecil. Seringkali, penjahat yang memanipulasi saham bekerja sama dengan pengontrol perusahaan. Bisa juga, controllernya sendiri yang melakukannya. Salah satu jenis manipulasi stok yang sering terjadi adalah “pump and dump”.
Jenis perdagangan Binomo ini juga dapat dikategorikan sebagai penipuan investasi dan perjudian online.
Para pelaku kejahatan ini, selain menggunakan ruang lingkup bisnis keuangan, hasil kejahatan yang dianggap sah biasanya digunakan oleh pelaku dengan membelanjakan uangnya untuk produk-produk mahal, seperti properti, mobil, sepeda motor, dan lain-lain.
Tidak jarang pelaku juga menginvestasikan uangnya pada usaha di sektor riil, seperti membuka usaha industri atau membantu permodalan di perusahaan. Demikian pula yang disita polisi atas aset-aset milik Indra Kenz yang terdiri dari sejumlah aset yang disita, antara lain beberapa mobil super, seperti mobil Tesla model 3 (tiga) warna biru, Ferrari merah, sedan California AT, pembuatan model tahun 2012, uang tunai Rp1,1 miliar, sampai dengan 6 (enam) unit rumah dan gedung di Tangerang dan Sumatera Utara. Afiliasi Binomo itu saat ini ditahan di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan. dijerat Pasal 45 ayat 1 jo Pasal 28 Undang- Undang (UU) Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), Pasal 3, 5, 10 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Uang Pencucian (TPPU), Pasal 378 KUHP (Tentang Penipuan) dengan ancaman hukuman 20 (dua puluh) tahun penjara.
Pada hakikatnya keberadaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme, hingga anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme (APUPPT) menjadi tanggung jawab seluruh komponen, baik Pelapor, Lembaga Pengawas dan Pengatur, Lembaga Intelijen Keuangan, Lembaga Penegak Hukum, dan seluruh lembaga terkait lainnya. Meskipun Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) disebut sebagai focal point dalam bidang ini, namun komitmen dan kerja sama semua pihak sangat
diperlukan untuk memastikan kerja di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, tindak pidana pendanaan teroris.
Dalam kasus Indra Kenz, Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Tangerang menjatuhkan hukuman 10 tahun pidana penjara terhadap Indra Kesuma atau yang dikenal dengan Indra Kenz terdakwa kasus investasi bodong Binomo. Tak hanya pidana penjara, majelis hakim juga menghukum Indra Kenz untuk membayar denda sebesar Rp 5 miliar.
Adapun amar putusannya adalah:
1. Mengadili, menyatakan terdakwa Indra Kesuma, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dan transaksi elektronik dan pencucian uang.
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Indra Kesuma dengan pidana penjara selama 10 tahun penjara, dipotong masa tahanan dan menetapkan yang bersangkutan agar tetap ditahan. Menjatuhkan pidana tambahan berupa denda sebesar Rp 5 miliar, bilamana tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 10 bulan.
Majelis hakim menyatakan Indra Kenz terbukti bersalah melanggar Pasal 45A ayat (1) juncto Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) serta Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Putusan Majelis Hakim ini lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menuntut Indra Kenz dihukum 15 tahun penjara dengan denda Rp. 10 miliar.
Berdasarkan putusan tersebut, dapat dikatakan bahwa korban dari Binomo itu sendiri telah mendapat perlindungan dari negara. Binnary Option merupakan jenis perdagangan di mana pembayaran sepenuhnya bergantung pada hasil proposisi ya atau tidak dan biasanya terkait dengan apakah harga aset tertentu akan naik atau turun di bawah jumlah yang ditentukan. Setelah opsi diperoleh, tidak ada keputusan lebih lanjut yang harus dibuat oleh pemegang opsi mengenai pelaksanaan opsi biner karena opsi dijalankan secara otomatis. Opsi Biner tidak memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual aset tertentu.
Ketika opsi biner kedaluwarsa, pemegang opsi menerima jumlah uang tunai yang telah ditentukan sebelumnya atau tidak sama sekali. Untuk dapat berdagang melalui opsi biner, pengguna harus mendaftar dan melakukan setoran tunai. Dari deposit tersebut, pengguna akan memasang nominal yang akan dipertaruhkan. Jika tebakan pengguna benar pada saat trading, maka pengguna akan mendapatkan keuntungan, dan jika tidak maka nominal
taruhannya akan hilang. Dengan demikian, binary option tidak dikategorikan sebagai produk investasi karena cara penggunaannya adalah melalui tebakan yang lebih identik dengan aktivitas perjudian.
Konsumen yang mengalami kerugian atau yang biasa kita sebut korban Binary Option saat menggunakan produk dari penyedia jasa Binary Option sudah selayaknya mendapatkan perlindungan hukum. Pengertian perlindungan hukum menurut Philipus M Hadjon yang menyatakan bahwa perlindungan hukum adalah perlindungan harkat dan martabat, serta pengakuan hak asasi manusia yang dimiliki oleh subjek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenang-wenangan. Perlindungan hukum diatur dalam Pasal 28D ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi: “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, kepastian hukum yang adil, dan perlakuan yang sama di hadapan hukum”
Perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada masyarakat terhadap kasus Binary Option pada dasarnya dapat berupa perlindungan preventif dan perlindungan represif, dimana perlindungan preventif adalah perlindungan yang diberikan untuk mencegah terjadinya sengketa, dan perlindungan represif adalah perlindungan yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi. Dalam hal proteksi preventif dapat dilakukan dengan memberikan informasi oleh pemerintah melalui media apapun, misalnya pemerintah mensosialisasikan kemungkinan kerugian yang akan terjadi jika masyarakat tetap menggunakan produk layanan Binary Option. Dan selanjutnya, perlindungan represif dapat dilakukan dengan menyelesaikan sengketa yang terjadi melalui tindak lanjut atas laporan atau permintaan ganti rugi yang dialami oleh korban kepada pihak penyedia layanan Binary Option.
Jika perlindungan preventif tidak dilakukan secara maksimal, maka perlindungan represif yang diberikan kepada masyarakat yang juga menjadi korban dalam kasus Binary Options harus ditindaklanjuti secara tegas. Perlindungan hukum represif yang dapat diberikan dapat melalui pemberian sanksi terhadap Partai Binary Option yaitu Sanksi Pidana berupa kurungan atau denda bagi pihak Binary Option, maupun sanksi perdata berupa ganti rugi baik materil maupun kerugian immaterial bagi korban pengguna layanan Binary Option.
Membahas terkait hukum yang berlaku terhadap keabsahan produk Binary Option di Indonesia, yang akan berkaitan dengan perlindungan hukum yang akan diberikan kepada korban pengguna layanan Binary Option itu sendiri. Pada dasarnya, praktik binary option dilarang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (UU 32/1997) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011. (UU 10/2011) yang mengatur tentang praktik perdagangan yang dilarang, khususnya
mempengaruhi pihak lain (dalam pengertian ini adalah masyarakat) untuk melakukan transaksi dengan membujuk atau memberikan harapan keuntungan yang di luar kewajaran.
Hal tersebut tertuang dalam Pasal 57 ayat (2) huruf d UU 10/2011 yang berbunyi sebagai berikut: “Setiap pihak dilarang (d) secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pihak lain untuk melakukan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau lainnya Transaksi Kontrak Derivatif dengan membujuk atau memberikan harapan keuntungan yang di luar kewajaran.”
Pelaku praktik perdagangan yang dilarang dapat dikenakan sanksi. Menurut UU 32/1997, ada dua macam sanksi yang dapat dikenakan kepada pelaku praktik perdagangan yang dilarang, yaitu sanksi administratif dan sanksi pidana. Sanksi administratif tertuang dalam Pasal 69 UU 32/1997 yang berbunyi sebagai berikut:
(1) Bappebti berwenang menjatuhkan sanksi administratif atas pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya oleh setiap Pihak yang memperoleh izin usaha lisensi, izin, persetujuan, atau tanda daftar dari Bappebti.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Denda administrasi yaitu kewajiban membayar sejumlah uang tertentu;
c. Pembatasan kegiatan usaha d. Penangguhan bisnis;
e. Pencabutan izin usaha;
f. pencabutan izin;
g. Pembatalan persetujuan; dan/atau h. Pembatalan sertifikat pendaftaran.”
Sanksi pidana terhadap praktik perdagangan yang dilarang terdapat dalam Pasal 72 UU 32/1997, yaitu pidana penjara paling lama delapan tahun dan denda paling banyak sepuluh miliar rupiah, sebagaimana bunyi Pasal 72 UU 32/1997 sebagai berikut: “Setiap Pihak yang melakukan kegiatan yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 diancam dengan pidana penjara paling lama 8 tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”
Selain sanksi yang mengacu pada UU 32/1997, terdapat aturan yang mengatur penyedia jasa binary option sebagai pelaku usaha untuk tidak berpromosi secara tidak wajar, dan menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang tidak pasti, hal ini mengacu pada Pasal 9 ayat (1) huruf K dan ayat (2) UU Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (UUPK), yang berbunyi: “(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan barang dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah- olah: (k) menawarkan sesuatu yang mengandung unsur janji yang pasti melanggar ketentuan Pasal 9 UU PK yaitu salah satunya menawarkan atau mempromosikan suatu barang dan/atau jasa seolah-olah mengandung janji pasti akan mendapatkan keuntungan dalam binary option, diatur dalam Pasal 62 ayat (1 ) dan Pasal 63 UU PK yang berbunyi: (1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a , huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada Pasal 62 dapat digunakan sebagai pidana tambahan, berupa:
a. penyitaan barang tertentu;
b. Pengumuman keputusan hakim;
c. Pembayaran kompensasi;
d. Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menimbulkan kerugian konsumen;
e. kewajiban menarik barang dari peredaran; atau f. Pencabutan izin usaha
Perlindungan hukum represif adalah bentuk perlindungan hukum represif yang merupakan penyelesaian sengketa yang diberikan kepada pihak korban yang akan mengajukan gugatan secara perdata terhadap pelaku usaha binary option melalui Pengadilan, serta gugatan dalam perkara pidana melalui laporan ke kepolisian yang kemudian akan ditindaklanjuti melalui putusan pengadilan, berikut dalil-dalilnya berikut dalil-dalil yang dapat dimasukkan sebagai bentuk penyelesaian sengketa dalam perkara binary options yaitu:
1. Pidana a. Penipuan
Pelaku Binary Options yang menimbulkan korban terkait penawaran binary options dengan berkedok “perdagangan” dapat dikategorikan sebagai Penipuan, yang mengacu pada Pasal 378 KUHP yang berbunyi: “Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum. orang dengan menggunakan nama palsu atau harga diri palsu, dengan tipu muslihat, atau dengan rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu kepadanya, atau
memberikan hutang atau menghapuskan hutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun."
b. Pelanggaran Pasal 62 jo. Pasal Pasal 9 UU PK
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, Pasal 9 ayat (1) huruf K UU PK mengatur larangan promosi binary option, dimana terdapat sanksi yang dapat diterapkan jika terjadi pelanggaran Pasal 9 sebagaimana tercantum dalam Pasal 62 UU PK yang berbunyi: (1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).”
2. Perdata
a. Wanprestasi
Adanya kesepakatan antara pengguna opsi biner dan konsumen mengenai penggunaan Binomo yang menghasilkan kesepakatan, sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 1313 KUHPerdata: “Perjanjian adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri pada satu atau lebih orang lain.” Perjanjian itu harus diuji melalui syarat-syarat sahnya perjanjian, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang berbunyi sebagai berikut: “Agar dapat terjadinya suatu perjanjian yang sah diperlukan empat syarat ;
- ada kesepakatan bagi mereka yang mengikatkan diri;
- kemampuan para pihak untuk mengadakan perikatan;
- suatu hal tertentu;
- sebab yang halal”
Namun, kegiatan perdagangan melalui opsi biner pada dasarnya tidak diatur oleh hukum Indonesia, oleh karena itu kegiatan perdagangan tersebut adalah ilegal. Oleh karena itu, jika ada kesepakatan mengenai opsi biner, maka kesepakatan tersebut melanggar syarat-syarat sebab yang halal, dan dengan demikian kesepakatan tersebut menjadi batal demi hukum. Dengan pembatalan hukum perjanjian tentang opsi biner, default tidak dapat digunakan. Oleh karena itu, yang dapat digunakan adalah perbuatan melawan hukum.
b. Perbuatan melawan hukum
Perbuatan melawan hukum adalah gugatan perdata yang dapat dilakukan terhadap pelaku usaha yang melanggar hukum dan merugikan konsumen.
Unsur-unsur perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang mengatur sebagai berikut: “Setiap perbuatan yang melanggar hukum dan menimbulkan kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian karena kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut. ” Perbuatan melawan hukum ini dapat dijadikan gugatan karena:
1) Penipuan
2) Pelanggaran Pasal 9 UU PK
Sehubungan dengan sengketa perdata atau pidana ini, sengketa ini dapat diselesaikan di:
1) Pengadilan Negeri, untuk perkara Pidana dan PMH
2) Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, sebagai alternatif penyelesaian sengketa untuk menyelesaikan sengketa konsumen , yaitu sengketa pelanggaran Pasal 9 UU PK. BPSK dapat digunakan karena pada dasarnya pengguna binary option dapat dikatakan sebagai pelaku usaha sehingga timbul hubungan antara pelaku usaha dengan konsumen.
Selain Penyedia Layanan Binary Option, ada pihak afiliasi yang lebih banyak diperankan oleh publik figur. Tokoh masyarakat tersebut merupakan pihak yang memiliki pengaruh terhadap masyarakat yang kemudian dikenal dengan afiliasi binary options, hal ini dikarenakan tokoh masyarakat tersebut merupakan pihak yang berafiliasi atau bekerja sama dengan pelaku usaha yang menjalankan binary option dengan mempromosikan aplikasi milik lembaga keuangan. badan usaha yang bergerak di sektor opsi biner. Dalam mempromosikan opsi biner, para afiliasi ini menjanjikan keuntungan dengan memamerkan aset yang diklaim diperoleh dari perdagangan melalui opsi biner.
Sanksi yang dapat dijatuhkan kepada Afiliasi Binary Option adalah:
1. Pidana:
Melakukan tindakan kerjasama dalam rangka penipuan sesuai dengan Pasal 378 KUHP juncto Pasal 55 KUHP.
2. Perdata
- Wanprestasi
Afiliasi dapat dikenakan wanprestasi karena pada dasarnya ada perjanjian terkait opsi biner, berupa perjanjian untuk mengajar, membantu, dan menjanjikan keuntungan, dengan hak bagi afiliasi untuk memiliki
keunikannya sendiri. kode dalam opsi biner yang digunakan oleh konsumen dan kewajiban untuk membantu konsumen dalam opsi biner, dan ada hak bagi konsumen untuk menerima bantuan dari opsi biner dan kewajiban untuk menggunakan kode unik. Akan tetapi karena pokok perjanjiannya yaitu opsi biner bersifat melawan hukum, maka menurut Pasal 1320 KUHPerdata, syarat sahnya berupa sebab yang halal tidak terpenuhi, sehingga perjanjian itu tidak sah, sehingga suatu bawaan tidak dapat digunakan. Konsumen dapat menggugat melalui PMH.
- Perbuatan melawan huku
Perbuatan melawan hukum dapat digugat dengan ikut serta dalam penipuan. Sehingga dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan oleh badan usaha sebagai pelaku binary options adalah tindakan melawan hukum atau tindakan yang melanggar hukum dalam hal ini melanggar Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UU PK), selain menawarkan binary options.
options Orang yang berkedok “perdagangan” dapat dikenakan Pasal Penipuan yang diatur dalam KUHP. Kasus-kasus tersebut dapat diajukan melalui gugatan perdata ke pengadilan dimana dalam hal ini korban dapat meminta ganti rugi, serta laporan ke polisi terkait penipuan dan tuntutan pidana terhadap pihak binary options. Selain itu, afiliasi opsi biner yang merupakan tokoh masyarakat yang bekerja sama dengan penyedia layanan opsi biner yang diuntungkan juga bisa menjadi pihak yang juga digugat di pengadilan dalam perkara perdata.
Maka dalam hal memberikan perlindungan hukum yang preventif sudah tidak relevan lagi karena telah menimbulkan korban, maka perlindungan hukum yang bersifat represif yaitu dalam hal ini penyelesaian sengketa antara korban dengan pihak penyedia jasa binary option harus dilakukan secara maksimal, hal ini dilakukan dengan 2 cara yaitu melaporkan kepada pihak ketiga. polisi bahwa telah terjadi tindak pidana penipuan, dimana pihak binary option menawarkan binary option dengan kedok “perdagangan”, serta melanggar Pasal 9 UU PK dimana pihak binary option menjamin keuntungan yang akan diperoleh jika korban menggunakan produk jasa dari binary option itu sendiri dan cara selanjutnya yang kedua adalah melalui gugatan perdata, berupa wanprestasi dan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pihak binary option, dengan mengajukan tuntutan ganti kerugian atas kerugian tersebut. diderita oleh korban opsi biner.
Perlindungan hukum merupakan hak setiap orang, sehingga bentuk perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada korban binary option melalui pemberian sanksi, baik sanksi pidana berupa pidana kurungan dan denda, maupun pemutusan pihak binary option terhadap mengganti kerugian yang diderita oleh korban melalui putusan pengadilan merupakan langkah yang harus ditempuh. Hal ini dilakukan untuk memberikan kepastian hukum bagi masyarakat yang dalam hal ini adalah korban dari binary options itu sendiri.
Kesimpulan
Binnary Option merupakan jenis perdagangan di mana pembayaran sepenuhnya bergantung pada hasil proposisi ya atau tidak dan biasanya terkait dengan apakah harga aset tertentu akan naik atau turun di bawah jumlah yang ditentukan. Setelah opsi diperoleh, tidak ada keputusan lebih lanjut yang harus dibuat oleh pemegang opsi mengenai pelaksanaan opsi biner karena opsi dijalankan secara otomatis. Opsi Biner tidak memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual aset tertentu. Ketika opsi biner kedaluwarsa, pemegang opsi menerima jumlah uang tunai yang telah ditentukan sebelumnya atau tidak sama sekali. Perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada masyarakat terhadap kasus Binary Option pada dasarnya dapat berupa perlindungan preventif dan perlindungan represif, dimana perlindungan preventif adalah perlindungan yang diberikan untuk mencegah terjadinya sengketa, dan perlindungan represif adalah perlindungan yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi. Dalam hal proteksi preventif dapat dilakukan dengan memberikan informasi oleh pemerintah melalui media apapun, misalnya pemerintah mensosialisasikan kemungkinan kerugian yang akan terjadi jika masyarakat tetap menggunakan produk layanan Binary Option. Dan selanjutnya, perlindungan represif dapat dilakukan dengan menyelesaikan sengketa yang terjadi melalui tindak lanjut atas laporan atau permintaan ganti rugi yang dialami oleh korban kepada pihak penyedia layanan Binary Option.
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, Gatot Subroto, “Peran PPATK Dalam Mencegah Dan Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang” Unira Law Journal Vol.1 No. 1 (2022).
Corruption Eradication Commission, Guidelines for Handling Money Laundering and Asset Recovery in the Capital Market, National Library of the Republic of Indonesia, Published in Cooperation: Corruption Eradication Commission (KPK), Australia
Department of Home Affairs, Center for Law and Policy Studies (PSHK), Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ), 2018.
Fauzy Marasabessy, Restitution for Victims of Crime: An Offering New Mechanism, 45th Year Journal of Law and Development No.1 January-March 2015, 2015.
Haidar, Muhammad Bagas, and Emillia Rusdiana. "KATEGORI BINARY OPTION TRADING SEBAGAI PERJUDIAN BERBASIS DALAM JARINGAN (ONLINE)."
NOVUM: JURNAL HUKUM (2022).
Iwan Kurniawan, The Development of Money Laundering and Its Impact on the Economic and Business Sector, Journal of Legal Studies, Volume 3 No. 1.
John McFarlane, Regional and international cooperation in tackling transnational crime, terrorism and the problems of disrupted states, Journal of Financial Crime, Vol. 12 Iss: 4, 2005.
Mas Ahmad Yani, Crime of Money Laundering (Review of Law Number 8 of 2010 concerning Prevention and Eradication of the Crime of Money Laundering), E- Journal WIDYA Yustisia Volume 1 Number 1 May-August 2013.
Muhammad Rusdi, Money Laundering in Trade Transactions, IUS Journal | Vol IV | Number 2 | August 2016.
Muladi, Human Rights, Politics and the Criminal Justice System, Semarang: Diponegoro University Publishing Agency, 2002.
Satriawan Sulaksono, Widodo Tresno Novianto, and Supanto, Legal Protection in Asset Recovery for Victims of the Crime of Money Laundering Mixed with Perpetrators' Assets, Postgraduate Journal of Law UNS Volume VII Number 1 January - June 2019, 2019.
Satrya, Alda, Bastianto Nugroho, and Supolo Supolo. "Tindak Pidana Pencucian Uang Terhadap Perjudian Online." AL-MANHAJ: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam 4.2 (2022).
Tjung, Y. F. R. “Kasus L/C Fiktif Bni: Penyalahgunaan Letter Of Credit Dalam Perdagangan Ekspor Impor Dalam Perspektif Tindak Pidana Pencucian Uang.”
JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan), 6 No.3 (2022)