• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN MENOPAUSE SEBAGAI ALASAN CERAI TALAK DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN MENOPAUSE SEBAGAI ALASAN CERAI TALAK DALAM "

Copied!
127
0
0

Teks penuh

MENOPAUSE SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN DALAM SISTEM HUKUM HUKUM INDONESIA tidak akan terselesaikan dengan baik dan lancar. Lu'luul Mokarromah, 2023: Perlindungan Hukum Perempuan Menopause Sebagai Alasan Perceraian dan Perceraian dalam Sistem Hukum Perkawinan di Indonesia. Dan terakhir, mengetahui tentang perlindungan hukum terhadap perempuan menopause yang dijadikan alasan perceraian dan putusnya perkawinan dalam sistem hukum perkawinan di Indonesia.

Sejauh ini, sistem hukum perkawinan di Indonesia belum mengatur secara jelas mengenai perlindungan hukum yang diberikan kepada perempuan menopause. Menyimpang dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum Bagi Wanita Menopause Sebagai Alasan Perceraian dan Perceraian dalam Sistem Hukum Perkawinan Indonesia”. Penelitian ini diharapkan dapat membuka pintu perlindungan hukum terhadap perceraian dan perceraian pada wanita menopause.

Mengingat dalam hal ini dasar perlindungan hukumnya adalah hukum tertulis, maka diharapkan penelitian ini dapat mewujudkan hak atas keluarga yang baik melalui hukum tertulis. Berdasarkan penjelasan pengertian istilah-istilah di atas, maka dapat dipahami bahwa perlindungan hukum terhadap perempuan menopause sebagai alasan terjadinya perceraian dan perceraian dalam sistem hukum perkawinan di Indonesia adalah dengan adanya perlindungan hukum atau perlindungan terhadap perempuan yang berpisah karena menopause. (wanita yang tidak lagi mengalami fase menstruasi). Berikut ini juga dibahas tentang perlindungan hukum yang digunakan dalam penyelesaian perceraian bagi wanita menopause.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fokus Penelitian

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

  • Manfaat Teoritis
  • Manfaat Praktis

Definisi Istilah

Sistematika Pembahasan

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Kajian Terdahulu

Persamaan antara tesis ini dengan peneliti saat ini adalah perempuan mengalami fase penuaan yang dijadikan alasan perceraian di pengadilan. Sementara itu, peneliti saat ini sedang fokus pada perlindungan hukum yang terdapat dalam sistem hukum perkawinan di Indonesia terhadap apa yang terjadi pada perempuan yang bercerai dan berpisah karena menopause. Tesis ini mempunyai satu tujuan utama yaitu untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan kecemasan pada wanita menopause.

Dampak Menopause Terhadap Harga Diri Wanita Yang Mengalami Menopause Di Desa Trengguli Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar29. Jurnal ini memfokuskan penelitiannya mengenai dampak menopause terhadap konsep diri wanita menopause di Desa Trengguli, Wilayah Karanganyar. Dari sini dapat disimpulkan bahwa perempuan di Desa Trengguli dalam masa menopause mempunyai citra diri yang cukup positif.

Dwi Sulisetyawati, “Dampak Menopause Terhadap Harga Diri Wanita Yang Mengalami Menopause Di Desa Trengguli Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar,” Jurnal Kesehatan Masyarakat, no.

Kerangka Konseptual

  • Konsep Umum Perlindungan Hukum
  • Peran Perempuan di Dalam Keluarga
  • Konsep Tentang Perceraian
  • Konsep Tentang Menopause

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Pendekatan Penelitian

Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Sumber Data Dan Jenis Hukum

Analisis Bahan Hukum

Keabsahan Bahan Hukum

Tahap-Tahap Penelitian

PEMBAHASAN

Problematika Menopause Serta Implikasinya terhadap Hak dan

  • Problematika Menopause
  • Hak dan Kewajiban Istri terhadap Suami
  • Al-qur‟an
  • Menurut Kitab „Uqud Al-Lujjain
  • Menurut Sayyid Sabiq
  • Kompilasi Hukum Islam
  • Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

Menurut Kuncoro, seperti dikutip dalam buku Atikah Proverawati, meskipun setiap orang mengalami gejala yang berbeda-beda pada tahap pramenopause, namun gejala tersebut tetap merupakan gejala yang biasa disebut dengan sindrom pramenopause.79 Berikut gejala yang mungkin dialami wanita dalam masa menopause:80. Secara umum, wanita yang mengalami menopause pasti akan mengalami kekeringan pada vagina, itulah sebabnya hal ini terjadi. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi sinergi yang terjalin pada diri wanita, termasuk energinya untuk melakukan aktivitas seksual.

Selain karena berkurangnya tenaga, bisa juga disebabkan oleh kekeringan pada area vagina yang dapat menimbulkan rasa nyeri saat melakukan aktivitas seksual. Hal ini disebabkan vagina mengecil, menyempit, kehilangan elastisitas, epitel tipis dan mudah mengalami trauma akibat kurangnya pelumasan. Hal ini dapat dikontrol dengan baik dengan rutinitas senam Kegel, yaitu senam panggul untuk memperkuat otot dasar panggul.

Oleh karena itu, dukungan dan dorongan dari keluarga sekitar khususnya dukungan suami, apabila terjadi ketidakstabilan metabolisme pada istri yang mengalami perubahan pada kedua hormon yang mengatur bagian utama sistem reproduksinya, hal ini merupakan faktor terpenting bagi kelangsungan hidup istri. istri untuk selalu menjaga keseimbangan meskipun terjadi perubahan yang terjadi. Hal ini telah tertuang dalam ajaran Islam dengan tujuan untuk menyeimbangkan hak dan kewajiban antara keduanya. 84 Budi Suhartawan, “Hak dan Kewajiban Suami Istri Dalam Perspektif Al-Qur’an”, Tafakkur: Jurnal Ilmu dan Tafsir Al-Qur’an no.

88 Budi Suhartawan, “Hak dan Kewajiban”. 123. . diwujudkan sedangkan hak adalah segala sesuatu yang seharusnya diterima oleh setiap individu. Adapun ketaatan dan kepemimpinan laki-laki berkaitan dengan pendirian rumah tangga.94. Padahal, hal tersebut memang sangat berpengaruh dalam pelaksanaan hak dan kewajiban dalam pemenuhan hak batin seseorang sebagai perempuan.

Dalam menunaikan hak dan kewajiban yang berkaitan dengan pemenuhan hak batin, bukan hanya laki-laki, tetapi perempuan juga memiliki hak tersebut. Dalam maksud ayat di atas juga terdapat maksud “Bergaullah dengan mereka dengan cara yang sepatutnya” ia memberi ketegasan kepada seorang lelaki dalam memerhatikan hak-hak dalaman wanita ke atas lelaki, wanita itu mestilah dalam keadaan trafik yang sihat fizikal dan mental.

Menopause terhadap Perempuan sebagai Alasan Perceraian

  • Sebab-sebab Perceraian
  • Putusan Mahkamah Agung terhadap Perceraian Menopause
  • Analisis Menopause Terhadap Perempuan sebagai Alasan

Dalam hukum Islam ada lima alasan putusnya suatu perkawinan, antara lain khulu', zhihar, ila', li'an dan syikak. Sesuatu yang mengakibatkan putusnya perkawinan dengan istri memberikan harta ‘ivadh’ sebagai imbalan kepada suami agar terbebas dari ikatan perkawinan, menurut para ahli hukum, hal ini disebut khulu’. Hal ini bisa disebabkan oleh keadaan keluarga yang sedang mengalami krisis, salah satunya adalah perbedaan pendapat, perekonomian yang menurun dan juga emosi yang meningkat satu sama lain.

Penyakit atau cacat fisik dapat dijadikan alasan perceraian, namun bila salah satu dari keduanya sudah tidak mampu lagi mewujudkan hak dan kewajibannya sebagai suami istri. Misalnya, pasangan dalam kategori fisik tidak memiliki disabilitas, tetapi ia memiliki penyakit mental, yaitu tidak dapat mengendalikan salah satu emosinya. Pemohon meminta izin untuk mengabulkan perceraian Raj'i dengan alasan masih terjadi perselisihan dalam rumah tangganya.

Mengingat termohon tidak berkeberatan dengan permohonan pemohon, hal ini juga sesuai dengan ketentuan Pasal 174 HIR. Memberikan izin kepada pemohon untuk mengenakan Talaq Raj'i kepada tergugat di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Memberikan izin kepada pemohon untuk mengenakan Talaq Raj'i kepada tergugat di Pengadilan Agama Surabaya.

Analisa Menopause Bagi Wanita Sebagai Alasan Cerai Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Cerai Positif Dari perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif, perceraian yang didasari oleh adanya sifat alami tersebut (menopause) tidak termasuk dalam apa yang menjadi penyebabnya. perceraian bisa saja terjadi. Apabila salah satu pihak mempunyai cacat fisik sehingga tidak dapat memenuhi hak dan kewajibannya sebagai suami istri.” 107. Berbeda dengan disfungsi ereksi, disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan laki-laki untuk mempunyai daya tahan ereksi yang cukup pada pasangannya untuk mencapai tujuan. 108 Juga hanya sebagian laki-laki saja yang mengalami hal ini.

Begitu pula sebaliknya, ketika seorang hakim berada pada titik kepastian hukum, maka ia akan berangkat dari titik keadilan. 110. Walaupun putusan yang diberikan hakim lebih mendekati kepastian hukum, namun hal ini menunjukkan bahwa hakim ternyata tidak menghormati siklus perkembangan aspek kemanusiaan perempuan.

Perlindungan Hukum bagi Perempuan Menopause yang dicerai

  • Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum
  • Perlindungan Hukum Bagi Perempuan
  • Perempuan dalam Undang-Undang Perkawinan
  • Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Menopause

PENUTUP

Kesimpulan

Langkah terakhir dari penelitian ini adalah peneliti akan memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil analisa serta hasil penelitian yang sejalan dengan fokus penelitian di atas, mengenai perlindungan hukum bagi perempuan menopause sebagai alasan perceraian dan perceraian. dalam sistem hukum perkawinan di Indonesia. Maka dalam bab ini peneliti akan menguraikan beberapa kesimpulan dan beberapa saran yang dianggap perlu untuk kepentingan hukum di masa depan. Dalam pelaksanaan pemenuhan hak dan kewajiban seorang istri terhadap suaminya yang memasuki masa menopause kemungkinan besar perubahan yang terjadi tidak akan semaksimal sebelumnya, karena terdapat perubahan yang sangat signifikan yang dialami oleh wanita menopause khususnya. , perubahan di dunia batin.

Namun demikian, meskipun terjadi perubahan, hal tersebut tidak menghilangkan kemampuannya untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri terhadap suaminya. Pasalnya, wanita yang memasuki fase menopause masih bisa ditangani dengan bantuan yang perlu diberikan, salah satunya pelumas, terapi, dan pengobatan. Aturan hukum yang menentukan dasar-dasar apa yang membolehkan putusnya suatu perkawinan tertuang dalam hukum Islam dan hukum positif di Indonesia.

Namun, belum ada yang berpendapat bahwa wanita menopause bisa dijadikan alasan perceraian. Karena permasalahan menopause sebenarnya bukanlah suatu kecacatan atau suatu penyakit, melainkan suatu siklus hidup dimana setiap wanita cepat atau lambat akan mengalami perubahan dalam siklus tersebut. Sedangkan yang tercantum dalam hukum Islam, Pasal 116 KHI dan hukum positif lainnya adalah tidak ada aturan yang sah dan jelas yang dapat menjadikan perubahan siklus hidup sebagai dasar perceraian.

Maka jelaslah bahwa pengadilan menganggap perempuan yang berada dalam fase menopause adalah sebuah ketidakadilan. Sebab ketidakadilan tersebut dapat dibuktikan dengan mengabulkan permohonan cerai suami terhadap istrinya karena menopause. Belum ada perlindungan hukum yang mengatur perempuan menopause yang dijadikan alasan perceraian.

Oleh karena itu, hakim dapat memutus dan mengabulkan permohonan cerai dengan alasan menopause sebagai alasan perceraian. Dan ketika permintaan tersebut dikabulkan, seringkali para suami dengan mudahnya mengajukan permintaan tersebut hanya karena istrinya sudah memasuki masa menopause.

Saran

Khayyal, Abdul, Hakim, Abdul, Muhammad dan Al-jauhari, Muhammad, Mahmud, Membangun Keluarga Qur'ani: Panduan Bagi Wanita Muslim, Jakarta: Amzah, 2005. Fauzi Yuslim, “Penyakit usia tua sebagai alasan perceraian, Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia”, Tesis PhD, Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2002. Priyangga Wira Rifqi, “Hubungan Menarche Dini dan Terlambat dengan Terjadinya Menopause, Tesis Universitas Muhammadiyah Makasar, 2017.

Swetry Rismasita Wenny, “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala Menopause Pada Wanita”, Skripsi Universitas Muhammadiyah Pontianak, 2018. Maki Mery, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Wanita Menghadapi Menopause Di Desa Sumarayar Kecamatan Langowan Timur”, Tesis De La Universitas Katolik Salle Manado, 2016 Hartinah Canda, “Hubungan Dukungan Suami Dengan Kecemasan Pada Wanita Mendekati Menopause, Skripsi UIN Yogyakarta, 2018.

Rusdi Namirah Putri Gita, “Gambaran Disfungsi Ereksi dan Libido Pada Penderita Pembesaran Prostat Jinak,” Skripsi Universitas Hasanuddin, 2019. Syayfi Sohib, “AURAT WANITA Saat Menopause: Studi Banding Al-Qur'an Terjemahan Kemenag RI dan Tafsiriyah Terjemahan Muhammad Talib”, Skripsi, Lembaga Perguruan Tinggi Al-Qur’an, 2021. Supriyadi Tedi, “Perempuan dalam Keseimbangan Al-Qur’an dan Sunnah: Wacana Perempuan dalam Perspektif Pendidikan Islam”, no. 1, Jurnal Sosiologi (Maret.

Melaniani Soenarnatalina dan P Mahayuni Dwi Istri AA, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Seksual pada Wanita Perimenopause”, Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia No. Shulton Habib, “Tinjauan Kritis Hak-Hak Perempuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan: Upaya Menjaga Keadilan dan Perlindungan hak asasi manusia dalam perspektif filsafat hukum Islam”, Fikri, no. Mufti Zaenal, “Konsep hak dan kewajiban suami istri menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani dan penerapannya oleh alumni Pondok Pesantren Darul Qur’an Batu ", TIDAK .

Somantri Dani Muhammad, Sofiawati Eva, Syaripuddin Lip Enceng dan Dahwadin, “Sifat Perceraian Berdasarkan Ketentuan Hukum Islam di Indonesia”, No. Sudono, “Sensitisasi Hakim dalam Tafsir Alasan Perceraian”, 15 Maret 2018, https://www.pa-blitar.go.id/information-pengadilan/161-sensitization-hakim-dalam-meninterpret-alasan- perceraian. html Lubis , Zulkarnain, “Paradigma Pemahaman Perceraian,” 11 Juli 2017,.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait