• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS PENSIUN ATAS

N/A
N/A
IMANOTUP 23-24

Academic year: 2023

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS PENSIUN ATAS"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS PENSIUN ATAS AKTA YANG DIBUATNYA

USULAN PROPOSAL TESIS

Oleh:

INDRA ALFIANSYAH 5621221009

PROGRAM STUDI KENOTARIATAN PROGRAM MAGISTER

UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA

2023

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...3

A.Latar Belakang Penelitian...3

B.Rumusan Masalah...5

C.Tujuan Penelitian...5

D.Manfaat Penelitian...6

BAB II TINJAUAN UMUM ...7

A.Kebaharuan...7

B.Kajian Pustaka...7

C.Kerangka Konseptual...10

D.Landasan Teori...11

BAB III METODE PENELITIAN...16

A.Sifat dan Jenis Penelitian...16

B.Metode Pendekatan Masalah...16

C.Teknik Pengumpulan Data...17

D.Teknik Penyajian Data...18

E. Teknik Analisis Data...18

BAB IV SISTEMATIKA PENULISAN...19 DAFTAR PUSTAKA

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Jabatan Notaris adalah jabatan penting dan mulia dalam lalu lintas hukum di Indonesia. karena Notaris diberikan sebagian kewenangan oleh negara untuk membuat akta otentik yang memiliki sifat pembuktian yang sempurna olehkarenanya akta yang dibuat oleh Notaris memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi orang yang membuatnya. Kewenangan Notaris tergambar didalam pengertian akta otentik yang terdapat pada pasal 1868 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata yaitu : “Suatu Akta Otentik adalah suatu akta yang bentuknya ditentukan oleh Undang – Undang, yang dibuat oleh atau dihadapan pegawai – pegawai umum yang berkuasa untuk di tempat dimana akta itu dibuat”.

Notaris adalah orang yang karena profesinya dan keilmuannya dipercaya untuk melakukan pelayanan yang optimal serta penyuluhan hukum dengan harapan terciptanya ketertiban hukum bagi masyarakat. Dalam rangka melaksanakan tugas dan jabatan Notaris maka melekatlah sebuah tanggung jawab yang berkenaan dengan alat bukti yang dapat menentukan dengan jelas hak dan kewajiban seseorang sebagai subjek hukum.

Tanggung jawab yang melekat pada Notaris tertuang dalam pasal 65 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris yang berbunyi :”Notaris, Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat

(4)

Sementara Notaris bertanggungjawab atas meskipun protokol Notaris telah diserahkan atau dipindahkan kepada pihak penyimpan Protokol Notaris”.

Dari pasal tersebut dapat dilihat bahwa tanggung jawab notaris terhadap akta yang dibuatnya tidak terbatas pada saat masih menjadi Notaris aktif namun ketika sudah memasuki masa pensiun, sejauh ini memang belum ada aturan mengenai daluarsa tanggung jawab Notaris, selama ini yang digunakan sebagai dasar daluarsa tanggung jawab Notaris adalah daluarsa gugatan baik pidana ataupun perdata yang diakibatkan oleh akta yang pernah dibuatnya, yang artinya jika gugatan tersebut sudah kadaluarsa maka Notaris baru dapat terlepas dari tanggung jawabnya, olehkarenanya dapat dikatakan bahwa tanggung jawab Notaris atas akta yang dibuatnya adalah seumur hidup.

Meskipun demikian Notaris dalam menjalankan tanggung berikan perlindungan hukum, hal ini tertuang dalam pasal 66 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris, dimana didalam proses peradilan, penyidik, penuntut umum atau hakim harus meminta persetujuan kepada majelis kehormatan untuk memeriksa seorang Notaris, meskipun jangka waktu pemberian persetujuan dibatasi hanya 30 hari sejak permintaan persetujuan diajukan namun hal ini sudah cukup memberikan perlindungan hukum yang dibutuhkan oleh Notaris dalam proses verifikasi dan validasi terhadap gugatan yang dipersangkakan kepadanya.

Jika melihat dari tanggung jawabnya antara Notaris Aktif dan Notaris yang sudah pensiun adalah sama yaitu bertanggungjawab atas akta yang dibuatkan adalah

(5)

seumur hidup namun Undang-Undang hanya memberikan perlindungan hukum kepada Notaris yang masih aktif lalu bagaimana dengan Notaris yang sudah pensiun?

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut dan menuangkan dalam penelitian hukum ini dengan judul, “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WERDA NOTARIS TERKAIT AKTA YANG DIBUATNYA”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka pada penelitian ini penulis mengemukakan beberapa masalah, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap Werda Notaris terkait dengan akta yang dibuatnya?

2. Bagaimanakah implikasi hukum terhadap Notaris penerima Protokol Werda Notaris yang digugat?;

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka pada penelitian ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Perlindungan Hukum terhadap Werda Notaris terkait dengan akta yang dibuatnya;

2. implikasi hukum terhadap Notaris penerima Protokol Werda Notaris yang digugat.

(6)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dengan adanya penelitian ini, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi disiplin ilmu hukum khususnya di bidang kenotariatan, serta sebagai referensi atau literatur bagi orang-orang yang ingin mengetahui tentang pertanggungjawaban notaris terhadap Perlindungan Hukum terhadap Werda Notaris terkait akta yang dibuatnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi masyarakat secara umum apa jabatan notaris itu sebenarnya dan mengapa notaris itu ada serta kaitan notaris dengan aktanya. Untuk notaris dan para calon notaris dapat dijadikan bahan referensi maupun pertimbangan, bahwa jabatan notaris merupakan profesi yang dapat berkesinambungan, yang memiliki peranan penting dalam terciptanya suatu keadilan dan kepastian hukum, untuk perkembangan kemajuan pengetahuan, dan sebagai sarana untuk menuangkan sebuah bentuk pemikiran tentang suatu tema dalam bentuk karya ilmiah berupa tesis

(7)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kebaharuan

Penelitian ini berfokus berdasarkan penelusuran kepustakaan mengenai penelitian tentang“Perlindungan Hukum Terhadap Werda Notaris Terkait Akta Yang Dibuatnya”, sepengetahuan peneliti, peneliti menemukan tulisan yang terkait sebagai perbandingan atas kajian sebelumnya yaitu:

- Rima Intani, Tesis Program Magister Kenotariatan Universitas Indonesia Tahun 2017, dengan “Judul Perlindungan Hukum Terhadap Werda Notaris Terkait Akta Yang dibuatnya”

Perbedaannya terletak pada rumusan masalah yang kedua yang bersangkutan mengangkat rumusan masalah tentang “Bagaimanakah Implikasi Hukum Terhadap Ahli Waris Werda.

B. Kajian Pustaka

Seorang Notaris, hakikatnya mengemban dua sisi hak dan kewajiban dalam dirinya, yaitu sisi hak dan kewajiban sebagai pemegang jabatan umum atau pejabat umum dan sebagai individu warga negara. Sebagai pejabat umum, Notaris mempunyai hak (dan kewajiban) sebagai wakil negara dalam sebagian urusan perdata berkaitan dengan pembuatan akta otentik, diantaranya hak untuk memperoleh perlindungan dan

(8)

jaminan dalam pelaksanaan jabatannya. Sedangkan sebagai individu warga negara, Notaris secara lahiriah adalah individu manusia ciptaan Tuhan, yang mempunyai hak kodrati yang disebut hak asasi manusia, diantaranya hak untuk memperoleh penghidupan yang layak, hak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya, hak untuk memperoleh keadilan dan perlindungan hukum dengan memperhatikan jabatan yang diembannya. Dalam kehidupan bernegara, selanjutnya hak kodrati manusia diformulasikan dalam bentuk hak-hak dasar warga negara, namun umumnya disebut sebagai hak asasi manusia. Dengan demikian, berdasarkan "Hakikat Notaris", keberadaan atau eksistensi seorang Notaris dalam dirinya mengemban dua kedudukan dan fungsi pada saat yang bersamaan dan tidak dapat terpisahkan, yaitu kedudukan dan fungsi sebagai jabatan dan sebagai individu warga negara.

1. Notaris Sebagai Jabatan

Notaris merupakan profesi dibidang hukum. Pendapat ini kiranya merujuk kepada pengertian profesi itu sendiri. Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), profesi diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi oleh pendidikan keahlian (ketrampilan, kejujuran dan sebagainya) tertentu. Orang yang dalam melakukan pekerjaannya dilandasi oleh keahlian tertentu dan mengharuskan adanya pembayaran atas pekerjaan tersebut biasanya disebut orang yang melakukan suatu profesi (pekerjaan profesional).

2. Notaris Sebagai Induvidu

Notaris merupakan satu-satunya pejabat umum yang di- angkat negara yang tidak menerima gaji dan pensiun layaknya abdi negara lainnya. Oleh karena itu sudah

(9)

selayaknya negara memberikan penghormatan dan menjunjung tinggi hak-hak ko- drati individu Notaris dengan memperhatikan jabatan yang telah diembannya beserta risiko-risikonya dalam rangka menjaga kesinambungan pelaksanaan jabatan.

Syarat "kesinambungan" merupakan benang merah yang menghubungkan antara Notaris sebagai jabatan dengan Notaris sebagai individu warga negra yang mendapat amanah mengemban jabatan Notaris. Yang dimaksud dengan

"kesinambungan pelaksanaan jabatan" ada- lah kemampuan Notaris untuk menjaga dan mempertahankan keberlangsungan pelaksanaan jabatannya sampai dengan No- taris pensiun. Syarat tercapainya "kesinambungan pelaksanaan jabatan" adalah Notaris harus mampu secara paralel melaksanakan jabatannya, sekaligus harus mampu mempertahankan kehidupannya dengan cara memperoleh penghidupan yang layak bagi pribadi dan keluarganya dan memperoleh kesempatan serta manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejahtera lahir dan batin, serta memperoleh pengakuan, perlindungan, jaminan dan kepastian hukum yang adil, baik dalam pelaksanaan jabatannya maupun dalam pemenuhan hak-hak dasar dan atau hak asasi manusia berkaitan dengan eksistensinya sebagai individu warga negara. Dalam kesinambungan pelaksanaan jabatan terkandung makna terwujudnya hakikat Notaris sebagai jabatan dan terpenuhinya hak asasi manusia bagi individu warga negara yang mengemban jabatan Notaris.1

1 Bachrudin, Hukum Kenotariatan, Perlindungan Hukum dan Jaminan Bagi Notaris Sebagai Pejabat Umum dan Warga Negara,(Yogyakarta:Thema Publishing, hlm. 19.

(10)

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah gambaran antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dalam arti yang berkaitan, dengan istilah yang akan di teliti dan/atau diuraikan dalam karya ilmiah agar tercapai pemahaman yang sama antara peneliti dan pembaca terhadap terminologi suatu pengertian atau istilah, sehingga tidak terjadi salah pengertian, didalam penelitian ini peneliti memaparkan definisi - definisi operational menyangkut penelitian ini, yaitu :

1. Tanggung jawab di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya).

2. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini (pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan I Atas Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris).

3. Akta otentik, di dalam ketentuan pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, dijelaskan bahwa akta notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Sedangkan pengertian akta otentik dalam pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan suatu akta di dalam bentuk yang

(11)

ditentukan oleh Undang-Undang, yang dibuat oleh atau di hadapan pegawai- pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya

4. Protokol notaris, di dalam Pasal 1 ayat (13) UU Nomor 2 Tabun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan protokol notaris adalah kumpulan dokumen yang merupakan arsip Negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Werda Notaris

Werda Notaris adalah Notaris yang sudah memasuki masa pensiun, mengenai usia pensiun Notaris diatur didalam Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris pasal 8, namun istilah Werda Notaris tersebut tidak terdapat di Undang - Undang Tersebut namun pada Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I)

D. Landasan Teori

Melakukan sebuah penelitian diperlukan adanya landasan teoritis, sebagaimana dikemukan oleh M. Solly Lubis bahwa landasan teoritis merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, asas, maupun konsep yang relevan digunakan untuk mengupas suatu kasus ataupun permasalahan. Untuk meneliti mengenai suatu permasalahan hukum, maka pembahasan yang relevan adalah apabila dikaji mengunakan teori-teori hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum. Teori hukum dapat digunakan untuk menganalisis dan menerangkan pengertian hukum dan

(12)

konsep yuridis, yang relevan untuk menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian hukum.2 Landasan teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Teori Tanggung Jawab

Menurut hans kelsen, dalam teorinya tentang tanggung jawab hukum menyatakan bahwa: "seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek berarti dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan”.3

Hans Kelsen selanjutnya membagi mengenai tanggung jawab terdiri dari:

a. Pertanggungjawaban individu yaitu seorang individu bertanggung jawab terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri;

b. Pertanggungjawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggungjawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain;

c. Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab pelanggaran yang dilakukannya karena sengaja dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian;

d. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena tidak sengaja dan tidak diperkirakan.4

Hans Kelsen menyatakan bahwa tanggung jawab Notaris selaku pejabat umum yang berhubungan dengan kebenaran materiil, dibedakan menjadi 4 (empat) hal, yaitu:

2 Salim HS, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hlm. 54.

3 Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir, (Bandung:Refika Aditama), hlm. 11.

4 Andi Hamzah, Kamus Hukum (Jakarta:Ghalia Indonesia,2005), hlm.28.

(13)

a. Tanggung jawab Notaris secara perdata terhadap kebenaran materil akta yang dibuatnya;

b. Tanggung jawab Notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil akta yang dibuatnya;

c. Tanggung jawab Notaris berdasarkan peraturan jabatan Notaris terhadap kebenaran materiil akta yang dibuatnya;

d. Tanggung jawab Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan Kode Etik Notaris.5

Prinsip tanggung jawab hukum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a. Liability based on fault, beban pembuktian yang memberatkan penderita. In baru memperoleh ganti kerugian apabila ia berhasil membuktikan adanya unsur kesalahan pada pihak tergugat, kesalahan merupakan unsur yang menentukan pertanggung jawaban, yang berarti bila tidak terbukti adanya kesalahan, tidak ada kewajiban memberi ganti kerugian. Pasal 1865 KUHPerdata yang menyatakan bahwa "barang siapa mengajukan peristiwa-peristiwa atas nama ia mendasarkan suatu hak, diwajibkan membuktikan peristiwa-peristiwa itu, sebaliknya barang siapa mengajukan peristiwa-peristiwa guna membantah hak orang lain, diwajibkan membuktikan peristiwa - peristiwa itu.

b. Strict liability (tanggung jawab mutlak) yakni imsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar pembayaran ganti kerugian.6

5 Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, (Yogyakarta:CDSBL,2003),hlm.250 6 Peter MahmudMarzuki, Pengantar Ilmu Hukum,(Jakarta:Prenada Media

Group,2009),hlm.158

(14)

2. Teori Kepastian Hukum

Teori kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu :

a. Adanya aturan yang bersifat umum yang membuat induvidu mengetahui perbuatan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.

b. Kepastian hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan

adanya aturan hukum yang bersifat umum maka individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa Pasal-Pasal, Undang-Undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim yang lainnya. untuk kasus yang serupa yag telah diputuskan.7

Menurut Soedikno Mertokusumo, mengartikan kepastian (hukum) itu sebagai

"perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalain keadaan tertentu.

8Pada dasarnya teori kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian, sebagaimana yang dituturkan oleh Utrecht, sebagai berikut :

a. Adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan;

b. Berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dialihkan oleh negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan

7 Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum,(Bandung:Alfabeta,2014),hlm.90 8 Soedikto Mertokusumo dalam Muhammad Erwin dan Amrullah Arpan, Mengenal Hukum Sebuah Pengantar,(Yogyakarta:Liberty,1999),hlm.145.

(15)

hanya berupa pasal-pasal dalam Undang-Undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah di putuskan.9

Hubungan antara teori kepastian hukum ini dengan permasalahan yang diangkat adalah adanya kepastian hukum terhadap akta yang dibuat oleh notaris, yang mana walaupun terdapat peralihan protokol notaris yang tidak diserahkan kepada Majelis Pengawas namun notaris tetap menjaga kepastian hukum pada akta yang telah dibuatnya selama menjabat sebagai seorang Notaris.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Sifat dan Jenis Penelitian

9 Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari :Memahami dan Memahami Hukum, (Yogyakarta:Laksbang Pressindo,2010),hlm.5.

(16)

Sifat penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanator. Penelitian yang bersifat menjelaskan, artinya melaksanakan penelitian berdasarkan bahan yang sudah ada. Dalam hal ini si peneliti sudah mempunyai pegangan teori dan sudah dapat membuat suatu hipotesis terhadap masalah yang akan ditelitinya. Adapun jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian normatif. Penelitian normatif merupakan penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data sekunder. Metode normatif dalam penulisan ini dilakukan dengan cara mengadakan analisis terhadap peraturan perundang- undangan dan bahan buku seperti artikel dan makalah yang berhubungan dengan penulisan ini.

B. Metode Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan Normatif Empiris. Penulis tidak saja mempelajari pasal-pasal perundang-undangan, pandangan pakar, tetapi menggunakan juga data dari lapangan yang disajikan dalam pembahasan yaitu dengan wawancara beberapa Notaris dan Dewan Kehormatan Notaris sebagai tambahan data dalam penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data yang berupa studi dokumen atau bahan Pustaka dan sebagai tambahan yaitu melakukan wawancara (interview) kepada Dewan Kehormatan Notaris, Studi dokumen atau bahan pustaka

(17)

berfungsi memberikan fakta-fakta yang secara tidak langsung memberi suatu pemahaman atas permasalahan yang sedang diteliti. Dengan demikian diharapkan dengan penggunaan studi dokumen atau bahan pustaka ini, peneliti mendapatkan pemahaman lebih jelas mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Werda Notaris Terkait Dengan Akta Yang Dibuatnya. Bahan-bahan hukum yang digunakan dalam penyusunan tesis ini adalah sebagai berikut :

1. Bahan Hukum Primer, adalah bahan-bahan hukum yang mengikat, meliputi peraturan perundang-undangan dan yurisprudensi. Bahan hukum primer yang dipakai dalam melakukan penelitian ini adalah ketentuan perundang-undangan mengenai Jabatan Notaris, dalam hal ini adalah Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris serta Peraturan - Peraturan lainnya yang berkaitan.

2. Bahan Hukum Sekunder, adalah bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer, yang isinya tidak mengikat. Bahan sekunder tersebut antara lain meliputi jurnal, majalah, artikel, surat kabar, buku, serta hasil karya ilmiah lainnya yang membahas mengenai Jabatan Notaris.

3. Bahan Hukum Tersier, adalah bahan yang menunjang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum tersier memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia dan lain-lain.

D. Teknik Penyajian Data

(18)

Teknik penyajian data sekunder dalam penelitian ini nantinya bersifat deskriptif analisis yang memberikan gambaran atau masalah yang terjadi dengan menguraikan data seteliti mungkin.

E. Teknik Analisis Data

Analisis merupakan penjelasan dari semua bahan maupun data yang sudah dikumpulkan dan dijelaskan sebelumnya secara sistematis, yang diuraikan secara logis menurut pemikiran penulis.

Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif, ialah metode analisis data dengan cara mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan kebenarannya kemudian disusun secara sistematis, yang selanjutnya dikaji dengan metode secara deduktif dengan teori-teori dari studi kepustakaan (data sekunder), selanjutnya dibuat kesimpulan yang berguna untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.10

BAB IV

SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah memahami penulisan hukum bagi pembaca, maka pada penulisan tesis ini akan disusun sistematika penulisan dan pembahasannya yang terbagi dalam 4 (empat) bab sebagai berikut :

10 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2004), hlm.50.

(19)

1. BAB I PENDAHULUAN

Membahas mengenai pendahuluan penulisan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Kebaharuan Penelitian.

2. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOTARIS, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP

Pada bab ini akan membahas tinjauan umum tentang notaris yang menguraikan pengertian notaris, sejarah notaris sebagai pejabat umum

3. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian. Dalam bab ini peneliti melakukan pembahasan mengenai Perlindungan Hukum Werda Notaris Terkait Dengan Akta yang dibuatnya dan Implikasi Hukum Terhadap Penerima Protokol Werda Notaris Yang Digugat

BAB IV PENUTUP

Merupakan penutup yang berisi kesimpulan-kesimpulan dan saransaran yang diberikan oleh penulis sehubungan dengan penelitian ini.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

A. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang - Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia B. Buku

Bachrudin, Hukum Kenotariatan, Perlindungan Hukum dan Jaminan Bagi Notaris Sebagai Pejabat Umum dan Warga Negara,(Yogyakarta:Thema Publishing)

Salim HS, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010) Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir,

(Bandung:Refika Aditama)

Hamzah, Andi, Kamus Hukum (Jakarta:Ghalia Indonesia,2005)

Marzuki, Peter Mahmud Pengantar Ilmu Hukum,(Jakarta:Prenada Media Group,2009)

Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum,(Bandung:Alfabeta,2014) Mertokusumo, Soedikto, dalam Muhammad Erwin dan Amrullah Arpan, Mengenal

Hukum Sebuah Pengantar,(Yogyakarta:Liberty,1999)

Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum,(Yogyakarta:CDSBL,2003) Rato, Dominikus, Filsafat Hukum Mencari :Memahami dan Memahami Hukum,

(Yogyakarta:Laksbang Pressindo,2010)

Muhammad, Abdulkadir Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2004)

Referensi

Dokumen terkait

3 mendapatkan putusan berbeda pada dua tingkat pengadilan, di mana putusan hakim pengadilan tinggi membatalkan putusan hakim pengadilan Tindak Pidana Korupsi Negeri

Namun praktiknya hukuman pengganti subsider kurang mendapat pertimbangan oleh hakim dalam menjatuhkan putusan, hakim menjatuhkan hukuman pengganti sebagaimana dalam pasal 148 UU No?.