PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
3 Bank Indonesia, “Jenis Pembayaran Menggunakan QRIS”, QRIS.id, diakses 5 Mei 2023, https://www.bi.go.id/QRIS/default.aspx#QRIS. 6 Bank Indonesia, "QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard) Satu kode QR untuk semua pembayaran." QRIS.id, diakses 17 November 2022.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Dari segi keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi atau kelengkapan dari segi literatur dan dapat memperkaya pemikiran tentang hukum perlindungan konsumen. Terutama mengenai hal-hal yang berkaitan langsung dengan kepastian hukum perlindungan apabila terjadi permasalahan dalam pelaksanaan transaksi QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).
Definisi Operasional
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum yang mengkaji peraturan perundang-undangan terkait perlindungan konsumen pengguna jasa Indonesian Quick Response Code Standard (QRIS), yang mengalami kerugian karena keterbatasan sistem. Sarjana menambahkan referensi yang relevan dengan bahan hukum primer yang terkait langsung dengan apa yang dibahas dalam penelitian ini.
Penelitian Terdahulu
Nadhira Shanda Ammarisa Sunjaya, (disertasi, 2023), Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, tentang “Perlindungan hukum konsumen dengan menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) untuk pembayaran nontunai dalam transaksi komersial”. Dalam kajian ini membahas tentang hubungan hukum antara konsumen QRIS dengan penjual dan para pihak (Bank Indonesia, Switching Agency, PJSP, Merchant Repository Manager Nasional dan Merchant Aggregator), serta bentuk dan proses perlindungan hukum bagi pengguna QRIS. Penelitian ini menggunakan metode hukum normatif. Cindy Caroline, (disertasi, 2022), Universitas Indonesia Jakarta, tentang “Analisis perlindungan hukum bagi konsumen dalam transaksi pembayaran melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai standar nasional sistem pembayaran berbasis kode QR”.
I Kadek Krisma Eka Suastrawan & Anak Agung Gede Agung Dharma Kusuma, (Jurnal, 2021), tentang “Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Transaksi Elektronik Dengan Sistem Pembayaran Berbasis QR CODE”. Perspektif perlindungan hukum bagi konsumen dengan menggunakan aplikasi transaksi berbasis QRIS (Indonesian Standard Quick Response Code). Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi Pembayaran Melalui Standar Indonesian Quick Response Code (QRIS) sebagai standar.
Sistematika Penulisan
Bab ini memaparkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang kemudian diolah untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Perlindungan Konsumen
Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki landasan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah. 25. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan perangkat hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan kedudukan yang sama, dan mereka juga dapat menggugat atau digugat jika ternyata memiliki hak.
Membangun sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses informasi; Tumbuhnya kesadaran pelaku usaha tentang pentingnya perlindungan konsumen bagi tumbuhnya hubungan yang adil dan bertanggung jawab dalam berusaha; Keenam tujuan tersebut di atas dapat dicapai secara keseluruhan dengan mendukung sistem perlindungan konsumen yang diatur dalam UUPK, dengan tidak mengabaikan daya dukung dan kondisi masyarakat.
Konsep Sistem Transaksi Elektronik
Sebelum mengeluarkan uang elektronik, penerbit terlebih dahulu mengisi nilai uang pada media elektronik yang akan digunakan untuk uang elektronik. Transaksi pembayaran uang elektronik pada prinsipnya dilakukan dengan menukarkan nilai uang dalam uang elektronik dengan barang atau jasa antara pemegang dan penjual sesuai dengan aturan yang berlaku sebelumnya. Transfer uang elektronik adalah sarana pemindahan nilai uang elektronik antar pemegang uang elektronik melalui suatu sistem yang dilengkapi dengan peralatan khusus oleh penerbit.
Penarikan tunai, yaitu penarikan uang sebesar nilai uang elektronik yang tercatat pada pembawa uang elektronik milik pengguna dan dapat dilakukan oleh pengguna setiap saat. Penebusan, yaitu penukaran kembali nilai uang elektronik kepada penerbitnya, baik yang terjadi pada saat nilai uang elektronik tersebut tidak dihabiskan atau tetap pada saat pemegangnya berhenti menggunakan uang elektronik tersebut, dan masa berlakunya media uang elektronik tersebut telah habis masa berlakunya. kedaluwarsa atau telah diselesaikan oleh dealer. Suatu sistem pembayaran dalam suatu masyarakat harus dapat menjamin pengiriman uang secara efisien dan aman sehingga masyarakat mendapatkan kenyamanan dan kemudahan dalam bertransaksi dengan penjual dan pembeli.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 Tentang Uang
Dalam penyelenggaraan uang elektronik, terdapat beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh penyelenggara, yaitu pertama menerapkan manajemen risiko secara efektif dan konsisten, kedua menerapkan standar keamanan sistem informasi, ketiga memenuhi kewajiban memproses transaksi uang elektronik di dalam negeri. , keempat, membawa . dari interkoneksi dan interoperabilitas. 33. Penerapan standar keamanan sistem informasi yang terkait dengan penerapan prinsip perlindungan konsumen sekurang-kurangnya berupa pemenuhan sertifikasi dan/atau standar keamanan dan keandalan sistem yang berlaku umum atau ditetapkan oleh Bank Indonesia atau lembaga otoritas terkait, Pemeliharaan dan peningkatan keamanan teknologi, evaluasi mandiri terhadap sistem informasi yang digunakan minimal 1 (satu) tahun sekali, melakukan audit sistem informasi oleh auditor keamanan independen secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali atau pada saat terjadi mengubah. 34 Paul Sutaryono, “Electronic Money Mitigation,” Investor.id, 19 Oktober 2017, diakses 3 Mei 2023, https://investor.id/archive/mitigas-risiko-uang-elektronik.
Standar keamanan sistem informasi merupakan salah satu dari berbagai implementasi yang harus dilakukan karena keamanan merupakan hal yang harus dipenuhi secara keseluruhan. Melalui informasi yang diperoleh tentang harapan pelanggan terhadap keamanan sistem uang elektronik, dapat ditentukan apakah tujuan pengembangan produk uang elektronik terkait keamanan sudah sesuai dengan harapan pelanggan. Bank Indonesia memiliki kewenangan penuh untuk mengatur dan mengawasi kegiatan lembaga keuangan bank di Indonesia berdasarkan Peraturan Bank Indonesia tentang Uang Elektronik, yang meliputi:36.
Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 21/18/PADG/2019 Tentang
Sesuai dengan peraturan anggota Dewan Gubernur no. 21/18/PADG/2019 tentang penerapan standar nasional kode respon cepat untuk pembayaran, jelas pelanggan dalam transaksi ini adalah QRIS: 38. Sedangkan mekanisme pembayaran sistem QRIS dalam transaksi digital juga diatur dalam peraturan anggota Dewan. 38 Ayat 1 Pasal 10 Peraturan Anggota Dewan Gubernur No. 21/18 Tahun 2019 tentang Penerapan Standar Nasional Rapid Response Code for Payments.
39 Pasal 20, ayat 1, dalam Peraturan Anggota Dewan Pengurus No. 21/18 Tahun 2019 tentang Penerapan Kode Standar Nasional Respon Cepat Pembayaran. QRIS yang ditetapkan berdasarkan manajemen risiko emiten 40 Standar Nasional QR Code diperlukan untuk mengantisipasi inovasi teknologi dan pengembangan kanal pembayaran menggunakan QR Code yang berpotensi menimbulkan fragmentasi baru dalam industri sistem pembayaran nontunai nasional secara cara yang lebih efisien. Dasar hukum QRIS adalah Peraturan Anggota Dewan Pengurus (PADG) No. 21 Tahun 2019 tentang Penerapan Standar Nasional Quick Response Code for Payments.
Akad Taqabudh
Menurut terminologi atau menurut pengertian syariat, jual beli adalah pertukaran harta (segala sesuatu yang dimiliki dan digunakan) berdasarkan kesepakatan bersama atau pemindahan harta (yang bukan merupakan hak kepemilikan) dengan cara dipertukarkan. (bukan hadiah atau hadiah) yang dapat dibenarkan (artinya tidak menjual, dilarang membeli). Menurut Hanafiah, pengertian jual beli atau (al-ba'i) final adalah pertukaran harta atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu yang sepadan dan bermanfaat dalam suatu cara. Sedangkan menurut Malikiyah, Syafi'iyah dan Hanabilah/Hambali, jual beli atau (al-ba'i) adalah pertukaran harta dengan harta berupa perpindahan harta dan kepemilikan.
Dalam jual beli boleh dikatakan sah menurut Islam apabila rukun dan syarat jual beli itu dipenuhi. Daripada kajian di atas dapatlah ditafsirkan bahawa, kontrak jual beli yang sah akan memberi kesan pemindahan hak milik sesuatu barang daripada penjual kepada pembeli, hak milik itu berlalu kerananya. Diriwayatkan oleh Hakim bin Hizam, dia berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah saw apakah jual beli yang diharamkan dan apa yang dibolehkan?"
PEMBAHASAN
Kepastian Hukum Perlindungan Konsumen Apabila Terjadi Kendala
Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta menerima barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan syarat serta jaminan yang dijanjikan; Hak atas informasi yang akurat, jelas dan jujur mengenai syarat dan jaminan barang dan/atau jasa; Hak untuk menerima ganti rugi, ganti rugi dan/atau pengembalian uang, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai syarat dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau dipasarkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku. Memberikan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian yang diakibatkan oleh penggunaan, penggunaan dan penggunaan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
Tinjauan Hukum Islam pada Transaksi Quick Respon Code Indonesian
Istilah taqabudh atau transfer adalah proses lanjutan setelah selesainya kesepakatan antara penjual dan pembeli. Berkenaan dengan nasehat yang telah dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa transfer atau qabd yang sah mengikuti salah satu dari nasehat tersebut di atas. Namun pada kenyataannya transaksi QRIS tersebut tidak mengikuti dua pendapat yang ada, karena terdapat kendala sistem pada saat transaksi, sehingga salah satu pihak tidak melakukan penyerahan yaitu pihak penjual (penerbit) yang tidak melakukan penyerahan barang. (uang).
79 Syubbanul Muttaqien, “Menyerah dalam Transaksi,” Yayasan Hiwayah, 16 Februari 2016, diakses 4 Maret 2023, https://himayahfoundation.com/serah-accept-dalam-transaksi/. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa qabd haqiqi adalah serah terima yang harus dilakukan melalui pertemuan tatap muka dan serah terima langsung. Berdasarkan pengertian di atas, dapat kita artikan bahwa qabd hukmi adalah serah terima yang dilakukan secara simbolis atau sah, dimana kedua belah pihak tidak perlu bertemu untuk melakukan serah terima.
PENUTUP
Kesimpulan
Di Indonesia, belum ada peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur waktu pengembalian uang yang tepat ketika mengalami kesalahan sistem dalam bertransaksi dengan QRIS, sehingga tidak memberikan kepastian hukum bagi konsumen ketika terjadi gangguan sistem. Adapun rujukan konsumen dalam hal ini dapat menggunakan aturan hukum UU Perlindungan Konsumen yaitu melalui BPSK (pasal 45) atau mengajukan gugatan di pengadilan umum (pasal 47). Namun, tetap diperlukan undang-undang khusus terkait kasus QRIS dalam transaksi online, karena dapat melindungi hak-hak konsumen yang beritikad baik dalam melakukan transaksi online.
Namun karena transaksi QRIS mengalami masalah kesalahan sistem, qabd hukmi yang seharusnya sah menjadi tidak sah karena tidak sah. Jadi dalam hal ini bertentangan dalam Islam karena salah satu pihak dirugikan.
Saran
Fitriah, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Media Sosial,” Solusi, vol.18 no https://jurnal.unpal.ac.id/index.php/solusi/article/view/305/264. Perlindungan hukum nasabah atas penerapan e-payment berbasis QR code” Ejournal Warmadewa(2022):106 https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/kertawicaksana/article/view/4595/3768 . Bank Indonesia, “Jenis Pembayaran Menggunakan QRIS”, QRIS.id, diakses 5 Mei 2023, https://www.bi.go.id/QRIS/default.aspx#QRIS.
Bank Indonesia, “Proses langkah demi langkah mendapatkan QRIS”, QRIS.id, diakses 17 November 2022 https://QRIS.id/homepage/QRIS-hasil-langkah demi langkah Bank Indonesia, “QRIS (Kode respon cepat Standar Indonesia) ) A QR.Otoritas Jasa Keuangan, “Pengaturan dan Pengawasan Perbankan” OJK, diakses 7 Maret 2023, https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/ikhtisar- Widjanarko, Onny , “QRIS One QR Code For All Payments”, Bank Indonesia, 17 Agustus 2019, diakses 25 November 2022, https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news- .