Kawasan hutan non produktif hasil konversi yang selanjutnya disebut Kawasan HPK-TP adalah: 21 Mekanisme dan penetapan TORA kawasan hutan sebagaimana diatur pada ayat (1) huruf b dan c. dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penatausahaan hutan. Perusahaan perkebunan yang memegang keputusan persetujuan pelepasan kawasan hutan wajib membagi 20% (dua puluh persen) dari luas perjanjian pelepasan kawasan hutan.
Lahan dari peruntukan 20% (dua puluh persen) dari total luas Perjanjian Pembebasan Kawasan Hutan untuk perkebunan. Pasal 6 memberikan data dan peta pelepasan Kawasan Hutan untuk perkebunan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kehutanan. Hutan untuk sumber TORA dengan menentukan lokasi seluas 2Oo/o (dua puluh persen) dari total areal persetujuan pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan sebagai sumber TORA dengan mekanisme perusahaan perkebunan yang memegang keputusan pelepasan barang yang disetujui . daerah.
41 Dalam hal terdapat sisa lahan akibat pelepasan kawasan hutan yang tidak dapat diusahakan, maka lahan sisa yang bersangkutan. Tanah negara menjadi dan pengelolaannya menjadi kewenangan kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan. 21 Subyek yang mendapat alokasi sebesar 2Oo/o (dua puluh persen) dari total luas kawasan Hutan yang dibebaskan untuk perkebunan ditetapkan oleh bupati/walikota berdasarkan pertimbangan Satgas Reforma Agraria kabupaten/kota setempat.
21 TORA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan di bidang pertanahan setelah berkoordinasi dengan tim. 21 Peta indikatif TORA kawasan non hutan ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan setelah berkoordinasi dengan tim.
21 Dalam hal redistribusi tanah akibat penyelesaian konflik agraria di lokasi transmigrasi, pelaksanaannya dilakukan dengan mengutamakan hak-hak transmigran sebagai subyek reforma agraria. Subyek reforma agraria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 adalah menggunakan, mengolah, dan mengusahakan tanah milik sendiri; menaati ketentuan penggunaan dan pemanfaatan tanah menurut sifat dan tujuan hak serta rencana induknya. menjaga kesuburan dan produktivitas tanah;. melindungi dan melestarikan sumber daya terestrial;. Pergunakanlah tanah tersebut sesuai dengan kemampuan negara.
PENATAAN ASET
Penetapan objek redistribusi tanah dari kawasan bukan hutan menurut Pasal 14 dilakukan oleh menteri. yang melakukan pekerjaan pemerintah di lapangan. Konflik agraria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dilaksanakan oleh menteri yang menyelenggarakan pekerjaan pemerintahan di bidang pertanahan berdasarkan catatan penyelesaian konflik agraria. 21 Pelaksanaan Redistribusi Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: sosialisasi dan penyuluhan oleh kantor wilayah kantor pertanahan/badan pertanahan. nasional di lokasi fasilitas Redistribusi Tanah; inventarisasi dan identifikasi subjek dan objek.
41 Hasil kajian bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf b) menjadi dasar rekomendasi tim inventarisasi dan verifikasi penyelesaian pengelolaan lahan dalam rangka penataan kawasan Hutan kepada Menteri yang bertanggung jawab di bidang pemerintahan. di bidang kehutanan untuk menetapkan pola legalisasi aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b terdiri atas: sertifikasi tanah milik masyarakat, sertifikasi hak atas tanah untuk transmigrasi, dan pengelolaan tanah ulayat kesatuan masyarakat adat dan tanah bersama. peruntukan tanah milik masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
21 Tanah tempat tinggal dan tanah usaha sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b ayat (1), mendapat hak atas tanah berupa hak milik. 3) Tanah untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial. 21 Hasil pengukuran dan pemetaan bidang tanah biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam nomor identifikasi bidang tanah tersebut. (3) Nomor identifikasi bidang tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (21) dicantumkan dalam daftar tanah.
BAB V
21 Penyelesaian konflik agraria pada lahan transmigrasi dilakukan terhadap:. tanah transmigrasi yang belum mempunyai hak pengelolaan dan pengelolaan tanah, telah dialihkan kepada pemerintah daerah, yang keputusannya menjadi kewenangan pemerintah daerah setempat; lahan transmigrasi yang telah mempunyai hak pengelolaan lahan, keputusan tersebut merupakan kewenangan kementerian yang menyelenggarakan unsur pemerintahan di bidang transmigrasi dengan melibatkan pemerintah daerah. Penyelesaian sengketa pertanian atas aset tanah pada unit usaha. barang milik negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 dilaksanakan atas konflik-konflik yang timbul sebelum Keputusan Presiden ini ditetapkan. 21 Konflik agraria perebutan aset tanah daerah. diselesaikan oleh pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan barang milik daerah.
21 Jika diperlukan perlakuan khusus, tim akan melakukannya. Percepatan reformasi pertanian nasional dapat mengidentifikasi lokasi prioritas penyelesaian konflik agraria. 21 Berdasarkan hasil identifikasi dan konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian konflik agraria dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: verifikasi dan validasi daftar subjek dan objek;
BAB VI
Pasal 58 ayat (21 huruf i dapat berupa sarana dan prasarana produksi pertanian serta sarana dan prasarana
BAB VII KELEMBAGAAN
- Menteri Perencanaan
- Menteri Keuangan;
- Menteri Dalam Negeri;
- Direktur Jenderal Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan,
- Direktur Jenderal Penataan Agraria, Kementerian Agraria dan
- Direktur Jenderal Planologi
- Direktur Jenderal Perhutanan
- Direktur Jenderal Pembangunan Desa dan Perdesaan, Kementerian
- Direktur Jenderal Pembangunan
- Direktur Jenderal Otonomi Daerah, Kementerian Dalam
- Direktur Jenderal Bina
- Direktur Jenderal Bina Keuangan
- Direktur Jenderal Kekayaan
- Direktur Jenderal Perikanan
- Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian;
- Direktur Jenderal Prasarana dan
- Deputi Bidang Perundang-
- Sekretaris Menteri Kementerian
- Deputi Bidang Perekonomian, Sekretariat Kabinet;
- Asisten Teritorial Panglima
- Kepala Badan Reserse Kriminal
21 Tim percepatan reformasi pertanian nasional menyelenggarakan rapat koordinasi internal minimal 2 (dua) kali dalam setahun. Untuk membantu menyelesaikan tugas tim. Percepatan Reforma Agraria Nasional dibentuk oleh Tim Pelaksana Percepatan Reforma Agraria dan Satgas Reforma Agraria Daerah. 21 Tim pelaksana percepatan reformasi pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 par. 4, mempunyai tugas sebagai berikut: koordinasi penyampaian TORA terkait Pengelolaan Aset di tingkat pusat; koordinasi penetapan objek redistribusi tanah sehubungan dengan Pengelolaan Aset;. implementasi dan penganggaran skema akses di tingkat pusat; mengoordinasikan integrasi pelaksanaan Penataan Aset dan Penataan Akses di tingkat pusat; menerima pengaduan/laporan Konflik Agraria dari masyarakat;. melakukan inventarisasi data konflik agraria yang berasal dari kementerian/lembaga; melakukan verifikasi, analisis data fisik dan data hukum atas pengaduan/pelaporan Konflik Agraria dari masyarakat dan hasil inventarisasi data Konflik Agraria yang berasal dari kementerian/lembaga; memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. konflik dan berita acara penyelesaian konflik Agraria; melakukan pengawasan, pemantauan, pengendalian dan penyelesaian hambatan dan hambatan; penyelesaian konflik pertanian, pengelolaan aset, dan pengelolaan akses dalam rangka pelaksanaan reforma agraria. melaksanakan tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Tim Percepatan Reforma Agraria Nasional; mengoordinasikan dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan reforma agraria kepada tim percepatan. memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Satgas Reforma Agraria daerah.
Ketentuan lebih lanjut mengenai keanggotaan dan tata kerja sekretariat kelompok pemaju pelaksanaan reforma agraria mulai alinea kelima diatur. Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme tim dan tata kelola. pelaksanaan percepatan reforma agraria diatur dengan peraturan menteri. 21 Gubernur dan Bupati/Walikota di bawah. wewenang untuk mengalokasikan pendapatan anggaran. belanja daerah untuk menunjang pelaksanaan tugas. gugus tugas reforma agraria provinsi dan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan tata kerja kelompok kerja reforma agraria provinsi dan kabupaten/kota diatur dengan peraturan menteri.
BAB VIII
PENDANAAN
BAB X
BAB XI
Hutan seperti yang dinyatakan dalam Perkara 11, subseksyen 1, yang telah diwajibkan sebelum tarikh kuat kuasa Peraturan Presiden ini, tetap menjadi kewajipan pengurus untuk melepaskan tanah hutan yang akan digunakan untuk sumber TORA.
BAB XII
E o'|H& &' *99
H E!fiE EpEs EE[En
- Badan usaha swasta