PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESTA NOMOR 70 TAHUN 2023
TENTANG
PENGALOKASIAN LAHAN BAGI PENATAAN II{VESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang a.
bahwa untuk
peningkatanefektivitas dan
efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya yangditujukan
bagi pemerataan investasidan
peningkatan kesejahteraan masyarakat,diperlukan
penataan penggunaan lahan secara berkeadilan;bahwa
untuk
mewujudkan penataan penggunaan danpemanfaatan lahan bagr pemerataan
investasi sebagaimana dimaksud dalamhuruf a, perlu
diatur penataanperizinan
berusahauntuk
pertambangan, perkebunan, dan pemanfaatan hutan bagi badan usahamilik
desa, badan usahamilik
daerah, badan usahayang
berbadanhukum
yangdimiliki oleh
organisasi kemasyarakatan,koperasi, dan badan usaha
yang dimiliki oleh usaha kecil dan menenBah;bahwa penataan penggunaan
dan
pemanfaatan lahanbagi
pemerataaninvestasi
sebagaimana dimaksud dalam hunrf a danhurrf
b hams didukung oleh usaha yang berkesinambungan ;bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalamhurlf a, hun.f b,
danhuruf c
perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Pengalokasian Lahan Bagi Penataan Investasi;Mengingat Pasal
4 ayat
(1) Undang-UndangDasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;MEMUTUSI(AN:
Menetapkan :
PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGALOKASIAN L,AHAN BAGI PENATAAN INVESTASI.b
c
d
BABI...
REPUBLIK INDONESIA
-2-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden
ini
yang dimaksud dengan:1. Satuan T\rgas Penataan Penggunaan Lahan
dan Penataan Investasiyang selanjutnya disebut
SatuanT\rgas adalah satuan tugas yang dibentuk oleh Presiden
dalam rangka penataan penggunaan lahan
secaraberkeadilan, penataan perizinan berusaha
untuk
sektor pertambangan,perkebunan dan
pemanfaatan hutan,serta dalam rangka meningkatkan efektivitas
dan efisiensiuntuk
optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam.2.
Pelaku Usaha adalah orang perseorangan, badan usaha,kantor perwakilan, dan badan usaha dalam
negeridan/atau luar
negeri yang melakukan kegiatan usahadan/atau
kegiatan pada bidang tertentu.3. Lahan adalah wilayah daratan yang ditetapkan
bagi peruntukan kegiatan usaha pertambangan dan konsesi penggunaan kawasan hutan atau perkebunan.4. Perizinan Berusaha adalah legalitas yang
diberikan kepada Pelaku Usahauntuk
memulai dan menjalankan usahadan/atau
kegiatannya.5.
Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP adalah izinuntuk
melaksanakan Usaha Pertambangan.6. Wilayah lzin Usaha
Pertambanganyang
selanjutnyadisebut
WIUPadalah wilayah yang diberikan
kepadapemegang IUP.
7. Organisasi
Kemasyarakatanadalah organisasi
yangdidirikan
dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dantujuan untuk
berpartisipasi dalam pembangunandemi
tercapainyatujuan
NegaraKesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasiladan
Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun
1945.8. Hak
REPUBLIK TNDONESIA
-3-
8.
Hak Atas Tanah yang selanjutnya disingkat HAT adalahhak yang diperoleh dari hubungan hukum
antara pemeganghak
dengantanah, termasuk ruang di
atastanah, dan/atau ruang di bawah tanah untuk
menguasai, memiliki, menggunakan,
danmemanfaatkan, serta memelihara tanah, ruang
di
atas tanah,dan/atau
ruang di bawah tanah.9. Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi
SecaraElektronik
(Online Single Submissfonl yang selanjutnyadisebut Sistem OSS adalah sistem
elektronikterintegrasi yang dikelola dan
diselenggarakan olehlembaga OSS untuk penyelenggaraan
Perizinan Berusaha berbasis risiko.10.
Pembina Sektor adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber dayamineral, menteri yang menyelenggarakan
urusanpemerintahan di bidang lingkungan hidup
dankehutanan, menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahandi
bidang perkebunan, dartf atau menteriyang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agrarialpertanahan dan tata ruang.11. Pengawasan adalah upaya untuk
memastikan pelaksanaankegiatan usaha sesuai dengan
standar pelaksanaankegiatan usaha yang dilakukan
melalui pendekatan berbasisrisiko dan
kewajiban yang harus dipenuhi Pelaku Usaha.t2. Badan
Usahaadalah badan usaha berbentuk
badanhukum atau tidak berbentuk badan hukum
yangdidirikan di wilayah Negara Kesatuan
RepublikIndonesia dan melakukan usaha dan/atau
kegiatan pada bidang tertentu.13.
Badan Usaha MiUk Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnyadimiliki
oleh daerah.14.
Badan UsahaMilik
Desa yang selanjutnya disebut BUM Desaadalah badan hukum yang didirikan oleh
desadan/atau
bersama desa-desaguna
mengelola usaha,memanfaatkan aset,
mengembangkaninvestasi
danproduktivitas,
menyediakanjasa
pelayanan,dan/atau menyediakan jenis usaha lainnya untuk
sebesar- besarnya kesejahteraan masyarakat desa.15.
Koperasi.
. .REPUBUK INDONESIA
-4-
15. Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorangatau badan hukum Koperasi
denganmelandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
Koperasi sekaligus
sebagaigerakan ekonomi
ralryat yang berdasar atas asas kekeluargaan.16.
Peta Arahan Kawasan Hutan adalah peta yang memuatarahan
pemanfaatandan
penggunaan kawasanhutan yang berasal dari hasil evaluasi
pengurangan atau pencabutan izin konsesi di kawasan hutan.BAB II
SATUAN TUGAS DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA
Pasal 2
(U
Satuan T\-rgas sebagaimanadimaksud dalam Pasal
1 angka 1 mempunyai tugas:a. memetakan pemanfaatan Lahan bagr
kegiatanpertambangan, perkebunan, dan
pemanfaatanhutan
sebagaiakibat dari
perubahan/pencabutan PerizinanBerusaha dan izin konsesi di
kawasan hutan;b. memberikan
rekomendasikepada
menteri/kepalabadan yang menyelenggarakan
urusanpemerintahan di bidang
investasi/koordinasi penanamanmodal untuk melakukan
pencabutan Perizinan Berusaha sektor pertambangan dan sektor perkebunan, serta izin konsesidi
kawasan hutan;c. memberikan rekomendasi kepada menteri
yangmenyelenggarakan
urusan
pemerintahandi
bidangagrarialpertanahan dan tata ruang untuk
melakukan penghapusan HAT;d. menetapkan kebijakan pemanfaatan atas
Lahanyang perizinannya diubah/dicabut
sebagaimana dimaksud dalamhuruf
a;e. melakukan klasifikasi Lahan dan
menetapkanperuntukan
Lahan secara berkeadilan dalam upayamemberikan nilai manfaat bagi
kesejahteraan ralryat;f.memberikan...
REPUBLIK INDONESIA
-5-
f. memberikan fasilitasi dan kemudahan
PerizinanBerusaha bagi BUM Desa/BUMD,
OrganisasiKemasyarakatan, usaha kecil dan
menengahdi daerah, serta Koperasi untuk
mendapatkanperuntukan Lahan
sebagaimanadimaksud
dalamhuruf
d;g.
memberikan kesempatan kepada Pelaku Usaha baruunhrk mendapatkan peruntukan
Lahan sebagaimanadimaksud dalam huruf d
sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
h. melakukan koordinasi dan sinergi
dalam pemanfaatanLahan dan penataan investasi
bagi kesejahteraan ralryat.(21
Pelaksanaan penataan penggunaa.ndan
pemanfaatanLahan serta penataan investasi di
bidangpertambangan,
perkebunan, dan
pemanfaatanhutan
sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan arahan kebijakan teknis dari Pembina Sektor.Pasal 3
(U Pembina Sektor melakukan evaluasi kepada
PelakuUsaha atas Penzinan Berusaha di
bidangpertambangan,
izin
konsesidi kawasan hutan,
atauPerizinan Berusaha di bidang perkebunan
sesuai dengan perizinan yangdimiliki.
(21
Pembina Sektor sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan
usahameliputi:
a.
realisasi pelaksanaan kegiatan usaha sesuai dengantujuan
Perizinan Berusaha;b.
penyampaian laporan kegiatan usaha;c. kelengkapan persyaratan dasar dan
perwinanlanjutan atas Perizinan Berusaha dan/atau izin
konsesi;
d. kesesuaian pelaksanaan kegiatan usaha
dengan peruntukan HAT;e. pemenuhan kewajiban pembayaran
penerimaan negara pajak dan bukan pajak;f. pemenuhan rencana kerja dan
anggaranperusahaan;
dan/atau
g. perbaikan atas
pengenaansanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(3)
Berdasarkan.
. .REPUBLIK INDONESIA
-6-
(3) Berdasarkan evaluasi
sebagaimanadimaksud
padaayat (2), Pembina Sektor menyampaikan
hasil
evaluasiuntuk dilakukan
perubahan Perizinan Berusahaterkait pengurangan luasan Lahan, pencabutan
PerizinanBerusaha, dan/atau pencabutan izin
konsesidi kawasan
hutan
kepada Satuan T\rgas.(4) Satuan Ttrgas
sebagaimanadimaksud pada ayat
(3)memberikan rekomendasi kepada
menteri/kepalabadan yang
menyelenggarakanurusan
pemerintahan di bidang investasi/koordinasi penanaman modaluntuk
melakukan:a.
perubahan Perizinan Berusaha terkait pengurangan luasan Lahan;b.
pencabutan Perizinan Berusaha;dan/atau
c.
pencabutan izin konsesi di kawasan hutan.(5) Satuan Tugas
sebagaimanadimaksud pada ayat
(3)memberikan rekomendasi kepada menteri
yangmenyelenggarakan
urusan pemerintahan di
bidangagraialpertanahan dan tata ruang untuk
melakukan penghapusan HAT.(6)
Atas rekomendasi Satuan Ttrgas
sebagaimanadimaksud pada ayat (4), menteri/kepala badan
yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di
bidanginvestasi/koordinasi penanaman modal
menerbitkan surat keputusan perubahan Perizinan Bemsahaterkait pengurangan luasan Lahan, pencabutan
PenzinanBerusaha, dan/atau pencabutan izin
konsesidi kawasan hutan.
Atas rekomendasi Satuan T\rgas
sebagaimanadimaksud pada ayat (5), menteri
yangmenyelenggarakan
urusan pemerintahan di
bidangagraria/pertanahan dan tata ruang
menghapus HATsesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan.
Atas penerbitan
surat
keputusan perubahan PerizinanBerusaha terkait pengurangan luasan
Lahan,pencabutan Perizinan Berusaha,
dan/atau
pencabutanizin
konsesidi
kawasanhutan
sebagaimana dimaksudpada ayat (6) dan penghapusan HAT
sebagaimanadimaksud pada ayat
(7l,,Satuan
T\.rgas melakukanpenataan kembali
penggunaanl,ahan dan
penataaninvestasi untuk optimalisasi sumber daya
alam berkelanjutan.BABTII
...
{71
(8)
REPUBLIK INDONESIA
-7
-BAB III
PENATAAN PENGGUNAAN LAHAN
Bagian Kesatu
Klasifikasi Pemanfaatan dan Peruntukan Lahan Pasal 4
(1)
Atas penataan kembali penggunaan Lahan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 ayat (8), Satuan
T\rgasmelakukan klasifikasi
pemanfaatandan
peruntukan Lahan dengan kesesuaian kegiatan usaha.{21
Berdasarkanklasifikasi
pemanfaatandan
peruntukanLahan
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1), Satuan Ttrgas menetapkan kebijakan pemanfaatan Lahan.(3)
Kebijakan pemanfaatan Lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (21 dengan mempertimbangkan:a.
kesesuaian dengan rencana tata ruang;b,
pembangunan berkelanjutan yang menjadi prioritas pemerintah;c.
kelestarian lingkungan hidup;d. nilai manfaat bagi
masyarakatdan
keseimbangan pemanfaatan l.ahan secara berkeadilan;dan/atau
e.
kesinambungan usaha.(4)
Klasifikasi pemanfaatan Lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri
atas:a. potensi ekonomi atau kekayaan alam
yangterkandung di dalamnya;
b.
kesesuaian rnnasif tata ruang dengan bidang usaha;c.
luasan optimal pemanfaatan;d.
wilayah pemukiman dan hak masyarakat adat; dane.
dayadukung
Lahandan
perlindungan lingkungan hidup.(5)
Peruntukan Lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan kepada Pelaku Usaha meliputi:
a.
BUM Desa;b.
BUMD;c.Badan...
REPIJBLIK INDONESIA
-8-
c. Badan Usaha yang dimiliki oleh
Organisasi Kemasyarakatan;d.
Koperasi;e. Badan
Usahayang dimiliki oleh usaha kecil
dan menengah; ataut.
Badan Usaha dengan skala besar.(6) Organisasi Kemasyarakatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5)huruf
c harus memenuhi kriteria:a.
berbadan hukum;b. terdaftar dalam sistem informasi
OrganisasiKemasyarakatan yang diselenggarakan
olehpemerintah;
c. memiliki lingkup
kegiatan kemasyarakatan secaranasional sesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan mengenai
OrganisasiKemasyarakatan; dan
d. mengelola sumber daya ekonomi,
melestarikanlingkungan hidup serta
memeliharanorma,
nilai, etika, dan budaya yanghidup
dalam masyarakat.(71 Peruntukan Lahan bagi Badan Usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (5)huruf
a sampai denganhuruf
ediprioritaskan bagi Pelaku Usaha di sekitar lokasi Lahan yang akan dialokasikan.
(8) Peruntukan
Lahanuntuk
Badan Usaha dengan skalabesar
sebagaimanadimaksud pada ayat (5) huruf
f,hanya dapat diberikan kepada:
a. Badan Usaha yang bukan
pemegang PerizinanBerusaha di bidang pertambangan, izin
konsesidi
kawasanhutan,
perkebunandicabut/dibatalkan, dan/atau
sertipikat HAT yang dihapuskan;b. Badan
Usahayang tidak memiliki afiliasi
denganBadan Usaha pemegang Perizinan
Berusahadi
bidang pertambangan,izin
konsesidi
kawasanhutan, perkebunan dicabut/dibatalkan, dan/atau
sertipikat HAT yang dihapuskan; danc. Badan Usaha yang melaksanakan
kemitraandan/atau kolaborasi dengan Pelaku
Usahasebagaimana dimaksud pada ayat (71.
Bagian
REPUBLIK INDONESIA
-9
-Bagian Kedua
Pengalokasian Lahan Kegiatan Pertambangan Pasal 5
(U Atas klasifikasi
pemanfaatandan peruntukan
Lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal4
ayat (1), Menteri Pembina Sektor mendelegasikan wewenang penetapan,penawaran, dan pemberian WIUP
kepadamenteri/kepala
badan yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang
investasi/koordinasi penanaman modal selaku ketua Satuan T\rgas.(21 Penetapan, penawaran, dan pemberian
WIUPsebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk
Lahan yang berasal dari pencabutan
PerizinanBerusaha oleh Satuan T\rgas sebelum
Peraturan Presidenini mulai
berlaku.(3) Berdasarkan WIUP sebagaimana dimaksud
padaayat
(21dan untuk pemerataan kesempatan
serta peningkatan kesejahteraan masyarakat,ketua
SatuanTtrgas melakukan penawaran dan pemberian
WIUP kepadaPelaku Usaha
sebagaimanadimaksud
dalam Pasal4
ayat (5)huruf
a sampai denganhuruf
e.(4)
Berdasarkan pemberian WIUP sebagaimana dimaksud padaayat
(3), Pelaku Usaha mengajukan IUP melalui Sistem OSS.(5)
Berdasarkan pengajuan IUP yang dilakukan oleh PelakuUsaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(4l-,menteri/kepala badan yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
investasi/koordinasi penanama.nmodal menerbitkan IUP sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Pasal 6
(U Berdasarkan prioritas pemanfaatan,
peningkatan efektivitasdan
efisiensi bagi optimalisasi pemanfaatansumber daya alam, menteri Pembina Sektor
dapatmenawarkan WIUP yang berasal dari
pencabutanPerizinan Berusaha oleh Satuan T\rgas
sebelumPeraturan
Presidenini mulai berlalar
kepada PelakuUsaha dengan skala besar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal4
ayat (5)huruf
f.(2)
Penawaran...
REPUBLIK INDONESIA
- 10-
l2l
Penawaran WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan melalui pelelangan WIUP sesuai
denganketentuan peraturan
perundang-undangandi
bidang pertambangan mineral dan batubara.(3)
Proses pelelangan WIUP sebagaimanadimaksud
pada ayat (2)dilakukan
pendampingan oleh Satuan T\rgas.(4) Dalam melakukan pendampingan
pelelangan sebagaimanadimaksud pada ayat (3), Satuan
T\rgas memperhatikan:a.
kemampuan permodalan;b.
penguasaan teknologi;c.
pengalaman dalam pengelolaan pertambangan;d. kesediaan bermitra dengan usaha kecil
dan menengahdi
sekitar lokasi usaha; dane.
pelaksanaanhilirisasi
dan pemenuhan rantai pasok dalam negeridanlatau
global.(5)
Bagi Pelaku Usaha dengan skala besar yang ditetapkan sebagai pemenang lelang, Pembina Sektor memberikan WIUP.(6) Atas pemberian WIUP
sebagaimanadimaksud
pada ayat (5), Pelaku Usaha mengajukan IUP melalui Sistem OSS.l7l
Atas pengajuan IUP yangdilakukan
oleh Pelaku Usaha sebagaimanadimaksud
padaayat
(6), menteri/kepalabadan yang
menyelenggarakanurusan
pemerintahandi bidang investasi/koordinasi penanaman
modalmenerbitkan IUP
sesuai denganketentuan
peraturan perrrndang-undangan.Bagian Ketiga
Pengalokasian l.ahan Izin Konsesi
di
Kawasan Hutan Pasal 7(U
Izin konsesi di kawasanhutan
meliputi:a.
Persetqjuan Penggunaan Kawasan Hutan;b.
Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan;c.
Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan;dan/atau
d.
Izin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam.(2) Menteri
REPUBLIK INDONESIA
- 11-
l2l Menteri Pembina Sektor
mendelegasikan wewenang penerbitan penetapan Peta Arahan Kawasan Hutan danpenataan investasi atas Lahan yang dilakukan pengurangan luasan Lahan atau pencabutan izin konsesi di kawasan hutan
sebagaimana dimaksuddalam
Pasal3 ayat
(8) kepadamenteri/kepala
badanyang menyelenggarakan urusan
pemerintahandi bidang investasi/koordinasi penanaman
modal selaku ketua Satuan T\rgas.(3) Berdasarkan Peta Arahan Kawasan Hutan
danpenataan investasi sebagaimana dimaksud
padaayat (2), Satuan T\.rgas melakukan
penawaranatas
ketersediaanLahan di bidang kehutanan
bagr PelakuUsaha
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 4 ayat (5).(4) Bagi Pelaku Usaha yang menyatakan minat
dalampenawaran atas ketersediaan Lahan di
bidangkehutanan
sebagaimanadimaksud pada ayat
(3),Satuan Tlrgas melakukan penilaian dari aspek:
a.
luasan Lahan yang potensial;b.
kelengkapan persyaratan administratif I manajemen;c.
aspek teknis dan pengelolaan lingkungan; dand.
dukungan finansial.(5) Bagi Pelaku Usaha yang memenuhi
penilaiansebagaimana
dimaksud pada ayat (4), Pelaku
Usaha dapat mengajukan permohonan izin konsesi di kawasanhutan
melalui Sistem OSS.(6) Atas pengajuan izin konsesi di kawasan hutan
sebagaimanadimaksud
padaayat
(5) yangdilakukan
oleh Pelaku Usaha, menteri/kepala badan
yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di
bidanginvestasi/koordinasi penanaman modal
menerbitkan izin konsesi di kawasan hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Bagian
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
_t2_
Bagian Keempat
Pengalokasian Lahan Kegiatan Perkebunan Pasal 8
(1) Atas klasifikasi
pemanfaatandan peruntukan
Lahan sebagaimanadimaksud dalam
Pasal4
ayat (1), ketuaSatuan Ttrgas menetapkan ketersediaan
Lahandi bidang perkebunan yang dapat dialokasikan
bagi Pelaku Usaha.(21
Satuan T\rgas melakukan penawaran atas ketersediaanLahan di bidang perkebunan kepada Pelaku
Usahasebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Bagi Pelaku Usaha yang menyatakan minat
dalampenawaran atas ketersediaan Lahan di
bidangperkebunan
sebagaimanadimaksud pada ayat
(21,Satuan T\rgas melakukan penilaian dari aspek:
a.
luasan Lahan yang potensial;b.
kelengkapan persyaratan administratif/manajemen;c.
aspek teknis dan pengelolaan lingkungan; dand.
dukungan finansial.(4) Bagi Pelaku Usaha yang memenuhi
penilaiansebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Pelaku
Usaha dapat mengajukan Perizinan Berusahamelalui
Sistem OSS.(5)
Atas pengajuan Perizinan Berusaha melalui Sistem OSS sebagaimanadimaksud pada ayat (4), menteri
yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di
bidangagranalpertanahan dan tata ruang
menerbitkan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang.(6) Bagr Pelaku Usaha yang sudah
menggunakan danmemanfaatkan tanah sesuai dengan
PenzinanBerusaha dapat mengajukan permohonan HAT kepada menteri yang menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang agranalpertanahan dan tata ruang.(7) Atas .
REPUBLIK INDONESIA
-13-
(71
Atas pengajuan Perizinan Bemsahayang dilakukan oleh PelakuUsaha
sebagaimanadimaksud pada ayat
(4),menteri/kepala
badan yang menyelenggarakan urus€rnpemerintahan di bidang
investasi/koordinasi pen€Lnamanmodal menerbitkan Perizinan
Berusahadi bidang perkebunan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.Bagian Kelima
Badan Usaha Daerah dan Organisasi Kemasyarakatan Pasal 9
(1)
BUM Desa, BUMD, Koperasi, serta Badan Usaha yangdimiliki oleh usaha kecil dan
menengahdi
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal4
ayat (5)huruf
a,huruf b, huruf d,
danhuruf
edibuktikan
dengan akte pendirian/pengesahanBadan Usaha dengan
tempatkedudukan di kabupaten/kota
pengalokasian Lahan yang bersangkutan.(21 Badan Usaha yang dimiliki oleh
OrganisasiKemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (5) huruf c dibuktikan dengan akte
pendirianBadan Usaha yang dimiliki oleh
OrganisasiKemasyarakatan.
(3) Badan Usaha
sebagaimanadimaksud pada ayat
(21harus menjamin kesinambungan usaha
gunamemberikan manfaat bagi anggota
Organisasi Kemasyarakatansesuai dengan ketentuan
anggaran dasar dan ketentuan peraturan perundang-undangan.Bagian Keenam
Tata Kelola Pemanfaatan Lahan Pasal 1O
Lahan yang berasal
dari
pelepasan kawasanhutan
dengankondisi tutupan hutan lebih
dan 7Oo/o(tujuh puluh
persen) atau memiliki potensi perlindungan lingkungan cukup tinggipada lokasi usaha harus dipertahankan dan
ditetapkansebagai kawasan hutan dan tidak
diperbolehkandimanfaatkan untuk kegiatan usaha di
bidangpertambangan dan perkebunan.
Pasal 11 . . .
REPUBLIK INDONESIA
-L4-
Pasal I 1
(1) Lahan yang berasal dari
pelepasankawasan hutan
dengan kondisitutupan hutan kurang
dari 7Oo/o(tujuh puluh
persen) atau tidak memiliki potensi perlindungan lingkungan, dikategorikan sebagai tanah telantar.(21 Satuan Trrgas merekomendasikan tanah
telantarsebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada
badan yang oleh pemerintah pusat diberi kewenangan khusus mengelolatanah untuk masuk ke dalam
pengelolaan Bank Tanah.Pasal 12
(1) Atas
pengalokasianl,ahan sesuai IUP
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 ayat (5), izin
konsesidi kawasan hutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal7 ayat
(61,dan
PerizinanBerusaha di
bidangperkebunan
sebagaimanadimaksud dalam Pasal
8 ayat (71, Pelaku Usaha sebagaimanadimaksud
dalam Pasal4
ayat (5)huruf
a sampai denganhuruf
e dilarangmemindahtangankan Lahan dan/atau
kepemilikan yang telah dialokasikan.(21 Hasil usaha atas
pengalokasianLahan
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus dimanfaatkan untuk kepentingan Badan Usaha dan/atau
OrganisasiKemasyarakatan.
(3)
Penggunaandan
pemanfaatan Lahan bagi pemerataaninvestasi harus dilaksanakan
secaraberkesinambungan oleh Pelaku Usaha.
(41
Tata kelola (gouernance) atas hasil usaha sebagaimanadimaksud pada ayat (2) wajib dilaporkan
kepadaPembina Sektor dan Satuan T\rgas sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-und.angan.BAB IV
REPUBLIK INDONE$IA
-15-
BAB IV PENGAWASAN
Pasal 13
(1) Pelaku Usaha yang telah mendapatkan
PerizinanBerusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5ayat (5), Pasal
6
ayat (7), Pasal7
ayat (6),dan
Pasal 8ayat
(71,harls memenuhi kewajiban
kegiatan usahasesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan.
(21 Pembina Sektor menjamin kesinambungan
usahamelalui pengendalian pelaksanaan
perizinan,pengalihan/pemindahan perizinan, dan
pengawasansesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan.
(3) Pembina Sektor menyampaikan hasil
pengawasansebagaimana
dimaksud pada ayat
(21 kepada SatuanT\rgas atas
pengalokasiandan pemanfaatan
Lahandi bidang pertambangan dan konsesi
penggunaan kawasanhutan
atau perkebunan.(4) Satuan T\rgas melaporkan hasil
pengawasansebagaimana
dimaksud
padaayat
(3) kepada Presidenpaling sedikit
1 (satu)kali
dalam6
(enam)bulan
atau sewaktu-waktu dalam hal diperlukan.BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.Agar
REPUBLIK INOONESIA
-16-
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkanpengundangan Peraturan Presiden ini
denganpenempatannya dalam lembaran Negara
Republik Indon'esia.Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Oktober 2023 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
JOKO WIDODO Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 Oktober 2023 MENTERI SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,
PRATIKNO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2023 NOMOR 138 Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERI,AN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA
dan Hukum,
ttd.
ttd.
Djaman