• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PERPUSTAKAAN DALAM MEREDUKSI PROBLEM MASYARAKAT INFORMASI MELALUI LITERASI DIGITAL PDF

irfan

Academic year: 2023

Membagikan "PERAN PERPUSTAKAAN DALAM MEREDUKSI PROBLEM MASYARAKAT INFORMASI MELALUI LITERASI DIGITAL PDF"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PERPUSTAKAAN DALAM MEREDUKSI PROBLEM MASYARAKAT INFORMASI MELALUI LITERASI DIGITAL

Irfan Suhendra

Pendahuluan

Penggunaan internet di Indonesia dalam 2 tahun terakhir mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Data Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2021 menunjukkan bahwa pengguna internet tahun 2021 di Indonesia meningkat 11% dari 175,4 juta menjadi 202,6 juta pengguna (Agustini 2021). Pesatnya peningkatan penggunaan internet di Indonesia merupakan dampak yang ditimbulkan oleh pendemi COVID-19. Pandemi membuat pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang pembatasan sosial skala besar yang berisi regulasi pembatasan kegiatan sosial di tempat umum meliputi penutupan sementara tempat kerja, sekolah, tempat ibadah dan fasilitas umum. Peraturan tersebut mengharuskan semua aktivitas orang dilakukan dari rumah antara lain kerja online dari rumah dan pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh. Dua aktivitas yang dilakukan di rumah ini yang meningkatkan penggunaan internet di masa pandemi COVID-19.

Penggunaan internet yang meningkat signifikan selain dampak pandemi juga akibat perkembangan smartphone yang pesat. Pada tahun 2021 pengguna smartphone di Indonesia mencapai 167 juta orang atau 89% dari total penduduk (Hanum 2021). Penggunaan ponsel pintar yang cukup banyak disebabkan penggunaan internet untuk pembelajaran online. Jumlah penggunaan internet dan smartphone yang meningkat tiap tahun mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia tidak asing lagi dengan layanan dan fasilitas sarana internet. Bahkan penggunaan internet tidak hanya dalam pekerja dan pedidikan selainkan merambah kehidupan sosial. Kini masyarakat sudah tidak asing lagi dengan berbelanja online, melakukan pemesanan tiket secara online, berkomunikasi melalui aplikasi pesan instans, email, maupun media sosial.

Kondisi penggunaan internet saat ini sudah merasuk di segala lini kehidupan masyarakat, jika tidak dimaanfaatkan secara bijak maka akan menimbulkan dampak yang tidak baik.

Munculnya teknologi internet memudahkan orang mengirim dan menerima informasi kapan saja dan di mana bahkan hanya hitungan detik. Mudahnya penyebarluasan informasi akan menjadikan informasi yang diterima akan membajiri dan membludak. Tidak hanya informasi

(2)

yang membludak, teknologi yang berkembang dengan sangat cepat jika tidak digunakan dengan tepat maka akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kehidupan baik individu maupun sosial. Perpustakaan sebagai pusat informasi dapat memberikan edukasi dalam penyaringan infomasi yang datang melalui literasi digital.

Pembahasan

Saat ini literasi digital menjadi kebutuhan yang mendesak bagi masyarakat, sebab kemajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan kecerdasan dalam menggunakan teknologi modern bisa menyembabkan dampak buruk bagi peradaban manusia. Literasi digital merupakan kemampuan menangani beraneka macam informasi, menafsirkan pesan dan berkomunikasi secara efektif serta menciptakan, mengolaborasi, memahami kapan dan bagaimana menggunakan teknologi secara efektif (Restianty 2018). Menurut Monggilo et al. (2021) literasi digital adalah kecakapan menggunakan internet dan media digital serta kecakapan penguasaan teknologi dan kemampuan bermedia digital dengan penuh tanggung jawab. Spires & Bartlett (2012) berpendapat bahwa praktik literasi digital dibagi menjadi tiga proses yaitu (a) menemukan dan mengkonsumsi konten digital sehingga membuat navigasi di website menjadi lebih mudah bagi penggunanya, (b) membuat konten digital melalui berbagai media dan berbagai alat pada web 2.0, dan (c) mengkomunikasikan konten digital secara efektif agar menjadi media pendidikan yang bermanfaat. Dari berbagai pengertian diatas maka literasi digital tidak hanya menggunakan dan memanfaatkan media digital namun juga berkomunikasi secara efektif dengan tetap menerapkan etika, menciptakan konten digital dan kolaborasi berbagai pihak.

Untuk memahami literasi digital, perlu mengetahui komponen-komponen dalam literasi digital. Komponen literasi digital sendiri merupakan keahlian apa saja yang harus dikuasai dalm menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Menurut Wheeler (2013) terdapat 9 komponen literasi digital antara lain:

a. Jejaring sosial

Keahlian memanfaatkan layanan jejaring sosial secara efektif seperti memilih media sosial yang tepat dalam berkomunikasi. Keahlian ini tidak hanya memanfaatkan jejaring sosial saja namun juga penerapan etika dalam berjejaring sosial.

b. Transliterasi

(3)

Kemampuan untuk dapat membuat, mengatur, dan berbagi konten, serta berkomunikasi melalui berbagai media sosial, grup diskusi, perangkat seluler, dan fasilitas online yang ada.

c. Menjaga privasi

Keahlian menjaga dan melindungi privasi dalam kehidupan online. Masih banyak orang yang ceroboh tentang cara menangani data pribadi saat online misalnya memposting detail kehidupan pribadi mereka setiap hari termasuk detail kontak, foto pribadi dan tanggal lahir, alamat rumah dan nomor telepon Anda, serta menambahkan ke timeline bahwa akan berlibur minggu depan atau memposting keberadaannya saat ini dimana.

Informasi-informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh orang yang bertanggungjawab untuk melakukan kejahatan. Maka harus berhati-hati dengan apa yang diposting secara online yang mungkin memiliki informasi pribadi di dalamnya.

d. Mengelola identitas digital

Keahlian ini berhubungan dengan bagaimana prosedur memakai tanda pengenal yang sesuai di beberapa situs media sosial dan platformnya yang lain. Orang-orang mendeskripsikan diri mereka sendiri secara berbeda tergantung pada platform media sosial yang mereka gunakan.

e. Membuat konten

Keterampilan tentang bagaimana caranya membuat konten di berbagai aplikasi online dan platform. Literasi digital membantu memahami prosedur pembuatan konten di berbagai fasilitas aplikasi online.

f. Mengatur dan sharing konten

Keahlian mengelola dan mendistribusikan konten yang dibuat agar lebih mudah dibagikan dan ditemukan oleh khalayak luas.

g. Mengubah konten

Kemampuan untuk menggunakan kembali kembali konten yang ada dan memproduksi kembali menjadi konten yang baru yang sesuai dengan kebutuhan kita. Beberapa konten sudah tersedia di web, kita dapat menfaatkan konten yang sudah ada tersebut dapat digunakan kembali dan disesuaikan atau diubah agar sesuai dengan kebutuhan kita.

Contohnya slide presentasi banyak tersedia secara bebas di situs Slideshare, ketersediaan

(4)

slide presentasi tersebut secara online memungkinkan orang lain untuk mengunduh dan menggunakannya kembali.

h. Memfilter dan memilih konten

Keahlian menelusur, memilah dan menyaring berita secara tepat sesuai dengan hal-hal yang diinginkan dan dibutuhkan, seperti melalui beberapa alamat URL di situs internet.

i. Self Broadcasting

Keahlian dalam mendistribusikan gagasan-gagasan yang baru atau ide personal dan isi multimedia sebagai partisipasi di dunia maya.

Literasi digital di Indonesia sudah menjadi program nasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang telah meluncurkan program Literasi Digital Nasional. Program ini berupaya membangun budaya literasi digital di Indonesia.

Perpustakaan publik dapat mendukung program literasi digital nasional dengan memberikan sosialiasai kepada masyarakat informasi. Dengan adanya literasi digital akan menciptaan masyarakat informasi yang melek teknologi, berfikir kritis, kreatif dan etis sehingga masnyarakat informasi tidak mudah percaya terhadap berita-berita atau informasi hoaks yang tersebar luas di sosial media, isu-isu provokatif yang memancing kerusuhan, bahkan akan terhidar dari penipuan yang berbasis digital. Untuk mencapai hal tersebut masyarakat informasi perlu memahami 4 pilar literasi digital (Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2021) yaitu: Digital skill, Digital culture, Digital ethics, dan Digital safety. Digital skill merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta operasional digital dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan ini ditujukan untuk meningkatkan kecakapan masnyarakat dalam memanfaatkan teknologi yang sudah ada disekitar kita.

Masyarakat diharapkan mampu menggunakan teknologi yang sesuai dan tepat dan terhindar penyalahgunaan teknologi. Pilar literasi digital kedua digital culture adalah kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan ini diharapkan untuk memananamkan nilai-nilai kebangsaan dalam kegiatan di dunia digital. Digital ethics adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat informasi dalam berkehidupan sehari-hari perlu menerapkan etika dalam kehidupan nyata maupun kehidupan maya. Dalam dunia digital

(5)

memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain tidak bertatap muka secara langsung. Walaupun demikian, tetap harus memperhatikan perilaku dalam berkomunikasi digital.

Dengan kemampuan digital ethics diharapkan masyarakat informasi menerapkan etika digital dalam kehidupan sehari-hari. Digital safety adalah kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang, meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamaan digital dalam kehidupan sehari-hari. Dunia digital yang sudah memasuki kehidupan sehari-hari memungkinkan sesorang menyalahgunaannya seperti pencurian data pribadi atau phishing. Banyak modus penipuan phising ini yaitu melalui telepon, email, media sosial, bahkan melalui aplikasi yang diintal di handphone. Untuk menghindari penipuan tersebut, masyarakat harus mawas diri dan tidak sembarangan posting dan share data-data pribadi di media sosial. Dengan kemampuan digital safety masyarakat diharapkan dapat mengetahui dan menganalisis apa media yang digunakan untuk pencurian data. Selain itu juga masyarakat informasi diharapkan kesadaranya untuk meningkatan pelindungan data pribadi

Kesimpulan

Era digital telah mengubah banyak kehidupan sosial seperti penggunaan media sosial dalam berkomunikasi sehari-hari. Namun dalam penggunaan media sosial perlu kita ketahui bahwa apa yang sudah di posting secara online tidak dapat dengan mudah ditarik kembali maka kemampuan untuk mengelola kehadiran online seseorang, membuat, mengatur, menggunakan kembali dan berbagi konten, mengelola identitas online dan melindungi data pribadi semuanya menjadi penting, akan tetapi transliterasi adalah salah satu yang paling penting, karena mewakili kemampuan untuk sama mahirnya di berbagai platform. Jika literasi digital tepat dipraktikkan maka manfaatnya jauh lebih terlihat daripada keterbatasan dan bahayanya.

Literasi digital diharapkan dapat ditanamkan sejak dini agar kecakapan dan kewaspadaan terhadap dunia digital terbangun dari kecil sehingga akan menjadi budaya nasional. Pengenalan literasi digital bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berfikir aktif, kreatif, kritis dan positif serta bertanggungjawab dalam menggunakaan teknologi digital.

Daftar Pustaka

Agustini, Pratiwi. 2021. “Warganet Meningkat, Indonesia Perlu Tingkatkan Nilai Budaya Di Internet.” Kementerian Komunikasi Dan Informatika. 2021.

(6)

https://aptika.kominfo.go.id/2021/09/warganet-meningkat-indonesia-perlu-tingkatkan-nilai- budaya-di-internet/.

Hanum, Zubaedah. 2021. “Kemenkominfo: 89% Penduduk Indonesia Gunakan Smartphone.”

Media Indonesia. 2021. https://mediaindonesia.com/humaniora/389057/kemenkominfo-89- penduduk-indonesia-gunakan-smartphone.

Kementerian Komunikasi dan Informatika. 2021. “Empat Pilar Literasi Untuk Dukung Transformasi Digital.” 2021. https://aptika.kominfo.go.id/2021/01/empat-pilar-literasi- untuk-dukung-transformasi-digital/.

Monggilo, Zainuddin Muda Z, Novi Kurnia, Yudha Wirawanda, Presiana Yolanda Desi, Ade Irma Sukamwati, Citra Rosalyn Anwar, Indah Wenerda, and Santi Indra Astuti. 2021.

Cakap Bermedia Digital. Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika.

http://literasidigital.id/books/modul-cakap-bermedia-digital/.

Mustofa, and B. Heni Budiwati. 2019. “Proses Literasi Digital Terhadap Anak: Tantangan Pendidikan Di Zaman Now.” Pustakaloka 11 (1): 114–30.

https://doi.org/https://doi.org/10.21154/pustakaloka.v11i1.1619.

Restianty, A. 2018. “Literasi Digital, Sebuah Tantangan Baru Dalam Literasi Media.” Jurnal Gunahumas 1 (1): 72–87. https://ejournal.upi.edu/index.php/gunahumas/article/view/28380.

Spires, Melissa, and Hiller Bartlett. 2012. “Digital Literacies and Learning : Designing a Path Forward.” Friday Institute White Paper Series No. 5 (June): 1–24.

www.fi.ncsu.edu/whitepapers.

Wheeler, Steve. 2013. “Digital Literacies for Engagement in Emerging Online Cultures.” ELC Researcj Paper Series, no. 5: 14–25.

Referensi

Dokumen terkait