• Tidak ada hasil yang ditemukan

persepsi mahasiswa pai 2016 terhadap radikalisme

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "persepsi mahasiswa pai 2016 terhadap radikalisme"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Identifikasi Masalah

Pembatasan Masalah

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Sistematika Penulisan

LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN

Persepsi

Mahasiswa

Menurut Stant, sebagaimana dikemukakan dalam buku Perilaku Konsumen yang ditulis oleh Nugroho: “Persepsi dapat diartikan sebagai makna yang melekat pada pengalaman masa lalu dan rangsangan (rangsangan) yang diterima melalui panca indera (penglihatan, pendengaran, pengecapan)20. Persepsi sebenarnya adalah terbagi menjadi dua yaitu persepsi objek (lingkungan fisik) dan persepsi orang atau masyarakat. Oleh karena itu, persepsi orang dapat berubah dari waktu ke waktu, lebih cepat dari persepsi objek, lanjut Mulyana.

Ada juga hal-hal lain yang menyebabkan objek yang sama dipersepsi berbeda oleh dua (atau lebih) orang yang berbeda. Ini adalah beberapa hal lain yang menyebabkan objek yang sama dipersepsi berbeda oleh dua (atau lebih) orang yang berbeda. Tipologi ini merupakan sikap umum mahasiswa saat ini, baik ditingkat SD hingga perguruan tinggi, memiliki tujuan yang jelas, namun belum memiliki manajemen pembelajaran yang mapan (strategis).

Senang: awalnya, layanan kehidupan mahasiswa/mahasiswa difokuskan untuk membantu mahasiswa baru menyesuaikan diri dengan kehidupan kampus. Dengan demikian, profesional kehidupan mahasiswa adalah penyelidik yang memfasilitasi pemerolehan mahasiswa dan tujuan perguruan tinggi/universitas.

Gambar 2.1 Terbentuknya persepsi
Gambar 2.1 Terbentuknya persepsi

Radikalisme Berbasis Agama

Di dalam Al-Qur'an hanya terdapat kata kerja dalam dua ayat, yaitu Q.S an-Nisa dan Q.S al-Ma'idah. Hanafi, “Konsep al-Wasathiyyah dalam Islam”, dalam Harmoni: Jurnal Multikultural dan Multireligius (Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehidupan Keagamaan dan Departemen Pendidikan dan Pelatihan Republik Indonesia, 2009), Volume VIII, Nomor 32 Oktober-Desember 2009, Hon. Oleh karena itu, jika bahasa Arab modern menggunakan kata al-irhab untuk kata teror, menurut penulis, itu merupakan perluasan makna kata dan tidak berdasarkan al-Qur'an.

Sementara itu, istilah tasyaddud dalam bentuknya yang menunjukkan radikalisme tidak ditemukan dalam al-Qur'an. Dalam tradisi Barat, istilah fundamentalisme dalam Islam sering ditukar dengan istilah lain, seperti: “Islamic extremism” seperti yang dilakukan oleh Gilles Kepel atau “Radical Islam” menurut Emmanuel Sivan, dan ada juga istilah “integrisme”, “kebangkitan kembali”. " atau " Islamisme ". Istilah-istilah ini digunakan untuk menunjukkan fenomena “kebangkitan Islam” yang diikuti dengan militansi dan fanatisme yang terkadang sangat ekstrem. Radikalisme Islam di masa lalu dilatarbelakangi oleh lemahnya umat Islam baik dalam bidang aqidah, syari'at dan akhlak, sehingga radikalisme Islam merupakan ungkapan tajdid (pembaharuan), islah (perbaikan) dan jihad (perang) yang dimaksudkan. untuk mengembalikan umat Islam pada semangat Islam yang sebenarnya.64 Namun akar radikalisme Islam di zaman modern sangat kompleks.

Meskipun faktor munculnya radikalisme agama sangat kompleks dan beragam, sebagaimana diungkapkan oleh John L. Esposito, bahwa perang dan kekerasan dalam agama selalu bermula dari faktor keimanan manusia.65 Menurut Yusuf al-Qaradawi, faktor utama munculnya radikalisme agama. munculnya radikalisme dalam agama, kurangnya pemahaman yang benar dan mendalam tentang esensi ajaran Islam itu sendiri dan pemahaman literal teks-teks agama 66 Menurut Arkoun, Alquran telah digunakan oleh umat Islam untuk melegitimasi perilaku, membenarkan tindakan. perang, mendasari pengakuan yang berbeda, mempertahankan harapan yang berbeda dan memperkuat identitas. kolektif. 67. Kekerasan kaum fundamentalis Islam terkait dengan frustasi akibat modernisasi, yang secara tidak langsung menempatkan umat Islam pada posisi kelas pekerja yang lebih rendah. Hegemoni politik, ekonomi, dan budaya Barat (non-Islam) terhadap umat Islam yang dianggap merugikan Islam dan umat Islam.

Ancok, "Radikalisme dalam Agama: Suatu Analisis Berdasarkan Teori Keadilan dalam Pendekatan Psikologis" dalam Mu'tasim (ed.). Perbedaan antara apa yang dia yakini dengan kenyataan yang dia hadapi dapat dilihat dalam Islam sendiri dengan iman melalui ayat-ayat Al-Qur'an yang menyatakan bahwa umat Islam adalah umat terbaik padahal kenyataannya, terutama di dunia modern saat ini, fakta yang menunjukkan bahwa Muslim jauh dari apa yang diharapkan. Imam Muttaqin (Yogyakarta: Perpustakaan Pelajar, 2008) menyalahkan kekuatan di luar Islam karena merasa umat Islam diperlakukan tidak adil, bahkan tertindas dan terpinggirkan.

Realitas sejarah ini tentu mempengaruhi pembentukan hukum Islam yang dimulai pada abad ke-2 atau ke-8 Masehi, dimana banyak ahli hukum (fuqaha) memasukkan berbagai logika realitas sosial, politik dan ekonomi pada masanya ke dalam interpretasi mereka terhadap Al-Qur'an. dan al-Hadits. . Tak heran, banyak argumentasi hukum yang berdasarkan Alquran, namun cenderung keras di beberapa negara, terutama pada masa ekspansi negara-negara Islam. Faktor ini dipengaruhi oleh pihak luar umat Islam yang sangat mendukung penerapan syariat Islam dalam segala aspek kehidupan.

Kerangka Berfikir

Maraknya Radikalisme Agama (Islam Radikal) di Indonesia ditunjukkan oleh dua faktor, antara lain: 1) Faktor internal. Melalui berbagai kajian tentang agama, apa yang mereka pelajari hanya dilihat dari satu sudut pandang dan tidak dilihat dari sudut pandang yang lain. Sehingga tindakan yang mereka lakukan harus mengacu pada perilaku nabi secara tekstual atau melalui kitab literal.

Siswa yang memiliki pengetahuan agama yang minim mungkin memiliki pandangan yang salah tentang gerakan berbasis agama yang radikal.

Hipotesis

METODELOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Metode Penelitian

Variabel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta tahun 2016 yang berjumlah 94 mahasiswa aktif. Berdasarkan hasil pendapat responden mengenai masalah pengetahuan umum tentang radikalisme, penulis menyimpulkan bahwa seharusnya siswa memiliki pengetahuan tentang radikalisme secara umum, karena tidak semua siswa peduli dan memahami radikalisme agama. Perlunya pemahaman ini agar dapat diketahui oleh banyak pihak agar tidak salah dalam berpikir dan bertindak, berdakwah dengan dasar Al-Qur'an dan As-Sunnah yang benar, serta konsep dasar Islam sebagai rahmatan lil alamin yang tidak pernah membiarkan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.

Landasan kehidupan yang tidak dapat dipisahkan dari Al-Qur'an dan Al-Hadits mampu menghadirkan kehidupan yang anggun dan tentram bagi pengamalan ilmu yang dimiliki. Berdasarkan hasil pendapat responden terhadap hasil pertanyaan tentang persepsi mahasiswa tentang radikalisme, penulis menyimpulkan bahwa dari setiap pernyataan responden memandang radikalisme berbasis agama dalam dua pandangan yaitu positif dan negatif. Dilihat dari ketidaksesuaian atau pertentangannya dengan ajaran Islam yang berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sehingga dapat membawa kerugian bagi orang-orang yang tidak menjunjungnya dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Beberapa responden yang menjawab positif mereka berpendapat bahwa radikalisme itu positif karna dari segi pemikiran yang mana radikalisme ini memiliki arti akar yang berarti seseorang itu memiliki keyakinan secara mendasar yaitu berdasarkan anjuran yang telah ada dalam Al-Qur‘an dan Sunnah, karna setiap agama itu pasti mengajarkan tentang nilai-nilai yang baik. Dengannya seorang muslim akan mampu bertindak dengan bijak dan selalu termotivasi untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan yang berdasarkan Al-Qur‘an dan Sunnah. Paham Radikal menjelaskan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa pada gerakan radikalisme berbasis agama adalah tingkat pengetahuan agama, Mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan yang minim akan pengetahuan agamanya dapat memberikan pandangan yang salah terhadap gerakan radikalisme berbasis agama tersebut, pengetahuan dan pemahaman agama yang rendah akan mengakibatkan pandangan yang sempit terhadap ajaran agama.

Konsep radikalisme memiliki arti yang baik karena memiliki arti yang mendasar dalam suatu hukum, seperti dalam Islam, dasar hukumnya adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah diajarkan oleh Nabi. Bagi Universitas Muhamadiyah Jakarta, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar yang dibutuhkan untuk penelitian lain dan dapat menambah sumber referensi mengenai gambaran persepsi mahasiswa terhadap radikalisasi berbasis agama. Disebabkan oleh adanya pemahaman atau pemikiran yang sempit terhadap suatu fenomena Pernahkah anda mendengar kelompok-kelompok Islam yang menggunakan cara-cara kekerasan.

2 Jika agama Anda dilanggar, apakah Anda bersedia membalas dengan kekerasan? 3 Jika agama Anda tersinggung, Anda setuju. 4 Apakah Anda setuju bahwa sebagai seorang Muslim Anda menghormati tata cara ibadah agama lain 4 Jika itu ada di lingkungan Anda. 5 Apakah Anda setuju jika penyerangan dilakukan selama bulan Ramadhan untuk menutup paksa warung makan?

6 Apakah anda setuju jika ada anjuran untuk tidak berteman/bergaul dengan non muslim 7 Apakah anda setuju jika diajak. Apakah Anda mengetahui tentang kelompok radikal dari kontak langsung dengan kelompok tersebut/pemuka agama/media massa (cetak/elektronik)/media sosial?

Tabel 3.1 Definisi Operasional  Variabel  Definisi
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi

Populasi dan Sempel Penelitian

Teknik Pengolahan Data

Pengukuran dan Pengamatan Variabel

Teknik Pengumpulan Data

  • Teknik Analisis

HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran-saran

Diharapkan peneliti selanjutnya menambah wawasan tentang apa itu paham radikal, sehingga masyarakat dapat mengetahui lebih banyak dan luas tentang radikal, sehingga tidak terpengaruh oleh ide-ide yang bertentangan dengan agama atau negara. Muis, Tamsil Muis Dyah Fajar Ebtanastiti, “Survei Pilihan Karir Mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Negeri Surabaya”, dalam Jurnal BK, Vol.04, No. 03, 2014. Setelah dilakukan uji validitas soal, dilanjutkan dengan uji normalitas untuk melihat nilai rata-rata variabel pengetahuan, yang akan digunakan untuk menyaring pengetahuan rendah dan tinggi serta sebagai acuan dalam definisi operasional.

Setelah dilakukan pengujian validitas pertanyaan, dilanjutkan dengan uji normalitas untuk melihat nilai rata-rata variabel persepsi yang akan digunakan untuk melihat negatif dan positif sebagai acuan dalam definisi operasional. Porwil Youth Jakarta Selatan 2014 Juara 3 Lomba Kelas C Putra Baracuda Cup SMA 66 Tahun 2014 Juara 1 Lomba Kelas B Putra 2017 Kejuaraan Yogyakarta Juara 2 Lomba Kelas B Putra Tingkat Paku Bumi Cup IV Tahun 2018. WUGAMES Universitas Indonesia 2016 Juara 3 Lomba 56 kg POMDA 2018 Juara 2 kelas B putra TADJIMALELA BUKA PROVINSI.

Gambar

Gambar 2.1 Terbentuknya persepsi
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
Tabel 3.1 Definisi Operasional  Variabel  Definisi

Referensi

Dokumen terkait

Konstruk endogen yang terdapat pada penelitian ini berisi perceived usefulness, perceived ease of use, costumer satisfaction, intention to continue use dan intention