• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI "

Copied!
88
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Fokus dan Subfokus Penelitian

Perumusan Masalah

Kegunaan penelitian

Sistematika Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA

Persepsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah penerimaan langsung berupa tanggapan atau proses yang dirasakan seseorang dengan berbagai cara melalui panca indera. 5 Sedangkan untuk pengertian yang lain, persepsi adalah kegiatan pemilihan, pengorganisasian dan penafsiran yang melibatkan pemaknaan terhadap suatu objek. Persepsi pandangan Young adalah kegiatan mengevaluasi objek fisik dan sosial yang bersumber dari rasa, integrasi yang ada di lingkungan dan akan diproses bersama dengan hal-hal yang dipelajari sebelumnya berupa harapan, nilai, sikap, ingatan dan lain-lain. Menurut Jalaludin Rahmat, persepsi adalah pengalaman seseorang terhadap objek suatu peristiwa, yang diperolehnya dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan suatu pesan.

Sedangkan Bimo Welgito, persepsi adalah dimana seseorang mengamati dunia luar dengan menggunakan indranya atau bisa dikatakan proses rangsangan melalui reseptor individu. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah informasi yang diterima melalui panca indera, seperti indera penglihatan, indra pendengaran, indera peraba, indera perasa dan indera penciuman. yang pada akhirnya akan menimbulkan sesuatu dalam pikirannya berupa tanggapan, interpretasi dan pengelolaan segala sesuatu yang akan terjadi di lingkungan itu. Persepsi positif adalah gambaran dari semua pengetahuan dan tanggapan yang akan disampaikan dengan upaya untuk menggunakannya dan akan menghasilkan penerimaan dan dukungan terhadap objek yang dipersepsikan.

Dan munculnya persepsi positif atau persepsi negatif semua tergantung pada bagaimana individu menggambarkan semua pengetahuannya tentang suatu objek yang dipersepsi. Alat indera merupakan alat yang berfungsi untuk menerima reseptor dan selain itu juga terdapat saraf sensorik yang berguna dalam menyalurkan rangsangan yang diterima oleh reseptor ke pusat sistem saraf yaitu otak sebagai pusat sistem saraf.

Pernikahan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pernikahan dini di Desa Cisait Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang Provinsi Banten. Sebaran Responden pada Pernyataan Pernikahan dini merupakan pilihan orang tua karena anak perempuannya takut menjadi bujangan No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase. Sebaran Responden terhadap pernyataan bahwa pernikahan dini tidak melanggar perintah agama. No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase.

Bahwa salah satu tujuan dari pernikahan dini adalah untuk menjaga silaturahmi antara kedua orang tua calon mempelai (hubungan besan) No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase. Dari hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa responden terkadang menilai bahwa pernikahan dini merupakan pilihan orang tua karena anak perempuannya takut menjadi lajang. Selain itu, responden selalu memahami bahwa pernikahan dini tidak direkomendasikan oleh undang-undang, tetapi dimungkinkan.

Dan responden terkadang mengakui bahwa salah satu tujuan pernikahan dini adalah untuk memantapkan hubungan antara orang tua kedua mempelai (hubungan besan). Dengan demikian, responden terkadang beralasan bahwa pernikahan dini merupakan kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun. Kemudian para responden selalu mengakui bahwa pernikahan dini memiliki dampak negatif, antara lain ketidaksiapan fisik dan mental pelakunya.

Oleh karena itu, responden sering mengetahui bahwa pernikahan dini berdampak pada kesenjangan komunikasi antara suami dan istri.

Pernikahan Usia Dini

Hasil Penelitian yang Relevan

Maka metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan kondisi objektif mengenai persepsi masyarakat terhadap pernikahan dini. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat Cisait Muncang tentang pernikahan dini masih diperbolehkan karena tidak melanggar perintah agama. Semua pihak harus bekerjasama dalam mengawasi pelaksanaan undang-undang tersebut agar masyarakat lebih mengetahui dampak negatif dari pernikahan dini.

Rafidah dkk, 2009, Faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, Jurnal Berita Kedokteran Komunitas, Vol.25, No.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Latar Penelitian

Selain itu, penulis memiliki waktu dan sumber daya yang relatif cukup untuk melakukan penelitian di Desa Cisait.

Metode dan Prosedur Penelitian

Data dan Sumber Data

Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian, yang dimaksud dengan observasi tidak hanya sekedar melihat, tetapi juga membutuhkan keaktifan untuk menyerap, mengamati, menikmati dan akhirnya mencatat. Dengan metode observasi, peneliti dapat langsung melihat, menelaah, mencatat data yang diperoleh di Desa Cisait Muncang, kemudian menyusunnya secara sistematis. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis oleh responden 42 Kuesioner adalah kumpulan pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang dirinya atau hal-hal yang dilakukannya.

Dalam hal ini peneliti akan memberikan kuesioner kepada masyarakat di Desa Cisait Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang Provinsi Banten.

Teknik Analisis Data

Padahal, analisis data kualitatif dilakukan dalam proses pengumpulan data dan bukan setelah pengumpulan data.47. Proses penelitian kualitatif setelah memasuki lapangan diawali dengan identifikasi key informan yang merupakan informan yang berwibawa dan diyakini mampu “membuka pintu” bagi peneliti untuk masuk ke objek penelitian. Setelah itu peneliti memperhatikan objek penelitian dan mulai mengajukan pertanyaan deskriptif dan dilanjutkan dengan analisis hasil wawancara.

Pengurangan adalah bentuk analisis umum data, dan kemudian kesimpulan khusus dicapai. Induktif adalah teknik analisis data yang berfokus pada teori pengetahuan tertentu dan kemudian membentuk kesimpulan umum.

Validitas Data

  • Kreadibilitas
  • Transferabilitas
  • Dependabilitas
  • Konfirmabilitas

Hal ini terlihat dari jawaban responden yang selalu menjawab sebanyak 3 orang (10%), yang sering menjawab sebanyak 13 orang (43.4%), yang kadang-kadang menjawab sebanyak 7 orang (23.3%), dan yang menjawab pernah 7 orang menjawab (23,3%). Masyarakat juga belum mengetahui akibat negatif dari pernikahan dini, sehingga masih banyak terjadi pernikahan dini di masyarakat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Temuan Penelitian

Hal ini terlihat dari jawaban responden yang selalu menjawab sebanyak 2 orang (6,7%), yang menjawab sering sebanyak 9 orang (30%), yang menjawab kadang-kadang. Hal ini terlihat dari jawaban responden yang selalu menjawab sebanyak 9 orang (30%), sering menjawab sebanyak 14 orang (46,7%), kadang-kadang menjawab sebanyak 6 orang (20%), dan tidak pernah menjawab. 1 orang (3,3%). Hal ini terlihat dari jawaban responden yang selalu menjawab sebanyak 5 orang (16,6%), yang sering menjawab sebanyak 8 orang (26,7%), yang menjawab kadang-kadang sebanyak 17 orang (56,7%), dan yang menjawab kadang-kadang. tidak pernah menjawab apapun (0%).

Hal ini terlihat dari jawaban responden yang selalu menjawab sebanyak 4 orang (13,3%), yang menjawab sering sebanyak 10 orang (33,4%), yang menjawab kadang-kadang sebanyak 12 orang (40%) dan yang tidak pernah menjawab. 4 orang (13,3%) menjawab tidak. Hal ini terlihat dari jawaban responden yang selalu menjawab sebanyak 1 orang (3,3%), yang menjawab sering sebanyak 6 orang (20%), yang menjawab kadang-kadang sebanyak 12 orang (40%) dan yang tidak pernah menjawab. menjawab 11 orang (36,7%). Hal ini terlihat dari jawaban responden yang selalu menjawab sebanyak 4 orang (13,3%), yang menjawab sering sebanyak 7 orang (23,3%), yang menjawab kadang-kadang sebanyak 14 orang (46,7%), dan yang menjawab kadang-kadang menjawab tidak pernah 5.

Hal ini terlihat dari jawaban responden yang selalu menjawab sebanyak 11 orang (36,7%), yang sering menjawab sebanyak 10 orang (33,3%), yang kadang-kadang menjawab sebanyak 3 orang (10%), dan yang tidak pernah menjawab 6 orang (20%). Hal ini terlihat dari jawaban responden yang selalu menjawab sebanyak 8 orang (26,7%), yang sering menjawab sebanyak 14 orang (46,7%), yang kadang-kadang menjawab sebanyak 4 orang (13,3%) menjawab, dan yang menjawab kadang-kadang tidak pernah menjawab 4 orang (13,3%). Hal ini terlihat dari jawaban responden yang selalu menjawab sebanyak 9 orang (30%), sering menjawab sebanyak 16 orang (53,4%), kadang-kadang menjawab sebanyak 4 orang (13,3%), dan siapa tidak pernah menjawab 1 orang (3,3%).

Hal ini terlihat dari jawaban responden yang selalu menjawab sebanyak 5 orang (16,7%), sering menjawab sebanyak 17 orang (56,7%), kadang-kadang menjawab sebanyak 6 orang (20%), dan yang menjawab tidak pernah 2 orang (6,6%).

Tabel  di  atas  memberikan  gambaran  bahwa  responden  sering  beranggapan bahwa, pernikahn usia dini tidak melanggar perintah agama
Tabel di atas memberikan gambaran bahwa responden sering beranggapan bahwa, pernikahn usia dini tidak melanggar perintah agama

Pembahasan Temuan Penelitian

Mengingat bahwa undang-undang yang mengatur perkawinan adalah UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, ketentuan dalam undang-undang inilah yang harus dihormati oleh semua golongan masyarakat di Indonesia. Salah satu asas dari undang-undang ini adalah bahwa calon suami istri harus cukup matang lahir dan batinnya untuk dapat melangsungkan perkawinan guna mewujudkan perkawinan yang baik tanpa berakhirnya perceraian dan menghasilkan keturunan yang baik dan sehat. Untuk itu, undang-undang menetapkan batas usia menikah adalah 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan.

Namun ketentuan yang terdapat dalam UU Perkawinan mengenai syarat usia 16 tahun bagi perempuan sebenarnya tidak sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak. Dalam undang-undang ini, rumusan seseorang yang dikategorikan sebagai anak adalah seseorang yang tidak memilikinya. Undang-Undang Perlindungan Anak menyatakan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah perkawinan di usia muda.

Hasil Muktamar Nahdhatul Ulama ke-32 di Makassar, misalnya, membolehkan pernikahan di bawah umur, terutama dalam hal pernikahan yang tertunda, jika ada nilai kebaikan bagi kedua pasangan. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui UU No 1 Tahun 1974 yang mengatur tentang usia perkawinan. Sehubungan dengan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat disampaikan adalah bahwa ajaran Islam yang sangat mulia dan hukum positif harus dijadikan pedoman yang tegas tentang syarat dan ketentuan perkawinan.

Hadikusuma, Hilman, 2007, Hukum Perundang-undangan Indonesia (Hukum Umum dan Hukum Agama), Bandung: Mandar Maju. Rahman, Bakri dan Ahmad Sukarja, 1981, Hukum Perkawinan menurut Hukum Islam, Hukum Perkawinan dan Hukum Perdata Barat (BW), Jakarta: PT. Syarifuddin, Amir, 2007, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Hukum Perkawinan, Jakarta: Kencana.

Responden percaya bahwa pernikahan di bawah umur adalah pilihan orang tua karena anak perempuan mereka takut menjadi tua. Responden mengakui bahwa salah satu tujuan perkawinan di bawah umur adalah untuk menjaga hubungan orang tua kedua mempelai (hubungan besan). Para responden beralasan bahwa pernikahan di bawah umur merupakan tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Responden mengakui bahwa perkawinan anak menimbulkan dampak negatif, antara lain ketidaksiapan fisik dan mental pelakunya. Responden mengakui bahwa perkawinan anak menimbulkan dampak negatif, antara lain ketidaksiapan fisik dan mental pelakunya.

Foto Bersama Bapak Kades Cisait Muncang
Foto Bersama Bapak Kades Cisait Muncang

KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar

Tabel  di  atas  memberikan  gambaran  bahwa  responden  sering  beranggapan bahwa, pernikahn usia dini tidak melanggar perintah agama
Tabel  di  atas  memberikan  gambaran  bahwa  responden  kadang- kadang-kadang  memahami  bahwa,  pernikahan  usia  dini  tidak  dianjurkan  oleh  Undang-Undang,  tatapi  dimungkinkan
Tabel  di  atas  memberikan  gambaran  bahwa  responden  sering  berpendapat  bahwa, pernikahan usia dini karena terjadinya “kecelakaan”
Tabel  di  atas  memberikan  gambaran  bahwa  responden  kadang- kadang-kadang  mengakui  bahwa  salah  satu  tujuan  pernikahan  usia  dini  untuk  melanggengkan  hubungan  kedua  orang  tua  mempelai  (hubungan  besan)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berangkat dari fenemona dan problematika yang telah diuraikan tersebut peneliti kemudian tertarik untuk mengkaji lebih lanjut perihal persoalan penetapan wali nikah