PERSEPSI PEMBACA PADA BUKU “SEBUAH SENI UNTUK BERSIKAP BODO AMAT”
(STUDI KASUS PADA MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UNISKA)
Rafi’I Hamdi,Lieta Dwi Novianti
2,Laila Qadariah
3Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Email : [email protected]/085332400505
ABSTRAK
Tujuan
untuk mengetahui persepsi pada pembaca buku “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat“(Studi Kasus Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNISKA)”.
Hasil penelitian menunjukan persepsi yang hampir sama pembaca hampir tidak ada perbedaan akan persepsi yang mana buku “Sebuah Seni Untuk Brsikap Bodo Amat” Ini memiliki judul yang tidak biasa nyeleneh, terkesan toxic namun berbanding terbaik denagn isi dari buku tersebut untuk pendekatan yang waras demi menjalani hidup yang baik,dan pengaruh dari pemilihan warna cover pun menjadi salah satu yang menjadi faktor pembaca terbangun moodnya untuk membaca buku Mark Manson ini.
Kata kunci : Persepsi Pembaca Pada Buku “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat”
The aim is to find out the perceptions of the readers of the book "An Art to Be Bodo Amat" (Case Study of UNISKA Communication Studies Students) ". The results of the study show that the readers' perceptions are almost the same, there is almost no difference in the perception of which the book "An Art for Bodo Amat" This book has an unusual title, seems toxic but is best compared to the contents of the book for a sane approach to life. good, and the influence of choosing the cover color is one of the factors the readers wake up to in the mood to read this book by Mark Manson.
Keywords: Reader's Perception in the Book “The Subtle Art of Not Giving A F*ck”
LATAR BELAKANG
Proses komunikasi pada hakikatnya yaitu proses penyampaian pikiran juga perasaan odari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain lain muncul dari benaknya. Perasaan bisa merupakan keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dasar perasaan. (Effendy, 2011: 11).
Menurut jhon fiske (dalam Vera,2014:7), pada dasarnya studi komunikasi memantulkan dua aliran utama, yaitu alur pertama: transmisi pesan (proses) yang fokus pada bagaimana pengirim (sender) dan penerima (receiver) melakukan proses encoding dan decoding yang mana proses transmisi menggunakanchannel (media komunikasi). Aliran ini cenderung linier dan tidak begitu mementingkan makna (subjektif). Aliran yang kedua; produksi dan pertukaran makna yang fokus utamanya adalah bagaimana pesan-pesan atau teks-teks berhubungan dengan khalayak dalam memproduksi makna, yang perhatian utamanya pada peran teks dalam konteks budaya penerimanya. Perlu dicatat, bahwa
‘teks’, baik secara verbal maupun non verbal bisa eksis dalam media apapun. Istilah teks biasanya mengacu
pada pesan yang telah dibuat dalam beberapa cara (tulisan, rekaman audio, dan video) sehingga secara fisik, antara pengirim dan penerima tidak terikat satu sama lain. Teks adalah kumpulan tanda-tanda (seperti kata-kata, gambar, suara, dan atau gerakan) yang dikonstruksikan (dan diinterpretasikan) dengan mengacu pada konvensi yang terkait dengan genre dan media komunikasi tertentu (Vera, 2014: 7-8)
Analisis wacana terutama menyerap sumbangan dari studi linguistik, studi untuk menganalisa bahasa seperti pada aspek leksikal, gramatikal, sintaksis, semantik, dan sebagainya. Hanya tidak sama dengan analisis linguistik, analisis wacana tidak berhenti pada aspek tekstual, tetapi juga konteks dan proses produksi dan konsumsi dari suatu teks. Wacana merujuk pada pemakaian bahasa tertulis dan ucapan tidak hanya dari aspek kebahasaannya saja, tetapi juga bagaimana bahasa itu diproduksi dan ideologi dibaliknya. Memandang bahasa semacam ini berarti meletakkan bahasa sebagai bentuk praktik sosial. Analisis wacana termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media, dan pada akhirnya berita harus dipahami dalam keseluruhan proses produksi dan struktur sosial (Sobur, 2012: 72).
Masyarakat dilihat sebagai suatu sistem dominasi dan media adalah salah satu bagian dari sistem dominasi tersebut. Media adalah alat kelompok dominan untuk memanipulasi dan mengukuhkan kehadirannya sembari memarjinalkan kelompok yang tidak dominan.
(Eriyanto, 2001: 21-22)
Wacana, selain secara lisan dapat pula direalisasikan dalam bentuk karangan utuh (buku/novel, seri ensiklopedia, majalah, koran dsb), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat lengkap. Dengan kata lain media massa mengandung wacana baik lisan maupun tulisan dala bentuk cetak dan elektronik. Salah satu media massa yang memiliki peran penting dalampenyebaran ideologi yaitu novel/buku.
(Kridalaksana, 2001: 179)
Karya tulis ilmiah adalah tulisan atau laporan tertulis yang memaparkan hasil penelitian atau kajian suatu masalah oleh seseorang atau kelompok dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan. Juga, biasa disebut sebagai tulisan akademis (academic writing) karena biasa ditulis oleh kalangan kampus perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa. Karya Ilmiah (Sumber:
alfidy.com).
Mark Manson dalam buku berjudul “The Subtle Art Of Not Giving Aa F*ck, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia bertajuk “Sebuah seni Untuk Bersikap Bodoh Amat, Pendekatan yang Waras demi menjalani Hidup yang Baik, diterbitakan Grasindo, Februari 2018.
Buku pertama Manson ini mampu menyabet predikat sebagai buku terlaris versi New York Times dan Glbe and Mail. Bagi pembaca tanah air, penulis buku yang tingal di New York itu hendak mengkoreksi segala
mimpi yang meninabobokan bahkan
membanguntidurkan tidur panjang umumnya kita saat berziarah dalam kehidupan. Tidak semua orang bias menjadi luar biasa-ada para pemenang dan pecundang di masyarakat dan dia antaranya tidak adil dan bukan akibat dari kesalahan Anda,” begitu papar Mansor yang merangkum tiga seni bersikap masa bodo.
Dengan mengambill pernyataan negative, masa bodo bukan berati menjaddi acuh, melainkan mengambil posisi nyaman saat menjadi berbeda.
a. Seni pertama ini latas dipertajam dengan di bantu tiga pernyataan mendasar, yakni apa yang kita perdulikan? Apa yang kita pilih? Bagaimana cara agar kita bersikap masa bodoh menghadapi dan merespons segala hal yang memang tidak bermakna?.
b. Seni kedua, Anda ditantang berani mengatakan
“bodoh amat” ketika menghadapi segala macam kesulitan, lantas memprioritaskan segala sesuatu yang lebih penting dari kesulitan itu. Berdalih menantang kesulitan dari masalah hidup kemudian mencari untuk menemukan segala sesuatu yang memang penting. Jika anda tidak menemukan sesuatu yang penuh arti, maka perhatian Anda akan tercurah untuk hal-hal yang tanpa makna dan
sebrono,” tulis Manson yang hendak meninju anggapan keliru dari hidup serba positif tetapi membuat orang terlena dari hidup yang sarat tentangan baik suka maupun duka. Bersikaplah serealitis mungkin, ini seni ketiga. Disadari atau tidak, umumnya orang lebih memilih banyak hal untuk diperhatikan, padahal hidup berjalan apa adanya, sementara banyak hal sesungguhnya sudah cukup membahagiakan.
c. Berangkat dan berbekal tiga seni bersikap masa bodo itulah, Manson berselancar di ayunan turun naik ombak samudara kehidupan dengan mengguat cerita besar tentang kebahagiaan.
Dalam melakukan penelitian ini, penliti telah melakukan pra riset terhadap antusias dari fenomena buku “Sebuah Seni Untuk bersikap bodoh amat” melalui wawancara terhadap Mahasiswa Universitas Islam Kalimantan Arsyad Al-banjari yang sudah membaca buku ini. Salah satu pembaca buku ini yaitu Rosita Aulia ia tertarik membeli dan membaca buku ini dikarnakan buku ini sedang rami di kalangan pembaca dan ia sering melihat di instal story temanya yang pamerkan foto bersama buku Mark Manson ini, ujarnya.Sedangan Pembaca Arif ia mengukapan ketrtarkanya akan buku ini karna ia merasa judul yang ada pada buku ini tidak biasa, seakan ia merasa mesti baca buku dengan judul unik ini.dan pembaca buku lainya yaitu Hafiza ini buku keren dan bagus membuka pikiran orang-orang senang mepermasalahan hal sepele padahal ada yang lebih besar dari itu yang mesti diperhatikan.
Secara tidak langsung buku “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodoh Amat” berhasil menumbuhkan pandangan mengenai hidup, hal ini lah yang membuat peneliti berkinginan meneliti presepsi dari pembaca buku “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat”.Jadi bagaimanakah tanggapan mahasasiswa mengenai buku Mark Manson dalam penerapan di kehidupan sehari-hari.
METODE PENELITIAN
Peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena mempunyai tiga alasan yaitu pertama, lebih mudah mengadakan penyesuaian dengan kenyataaan yang berdimensi ganda. Kedua, lebih mudah menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan subjek penelitian. Ketiga, memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi.
Sedangkan menggunakan pendekatan deskriptif, karena tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan suatu gejala atau keadaan yang diteliti secara apa adanya serta diarahkan untuk memaparkan fakta-fakta, kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat. Jadi, melalui penelitian deskriptif ini agar peneliti mampu mendeskripsikan persepsi pembaca buku “Sebuah Seni Bersikap Bodo Amat”.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Persepsi Pembaca Pada Buku “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat” Pada Pembaca di Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari
Berbagai persepsi pembaca dalam wawancara, masing-masing pembca menggungkapkan beragam persepsi mengenai buku “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat”. Penelitian ini melibatkan enam orang informan dari pembaca
“Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat” yang dimintai penjelasan dan infomasi mendalam terkait tujuan penelitian yang dituangkan dalam bab satu penelitian ini. Tujuan tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi pembaca buku
“Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat.
1. Faktor Perhatian (attention) a. Gerakan
Dari berberapa wawancara yang menunjukan perhatianya kepada warna dari cover yang di miliki buku “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat”.
Gerakan apa yang dimaksud, yang di masksud gerak disini adalah adalah apa kah hal yang menujukan suatu hal yang menarik dari buku ini dari segi visual yaitu buku yang memiliki cover berwarna cerah yang mana menjadi faktor yang menarik perhatian sang pembaca.
Buku ini berwarna orange yang mana menurut enam dari pembaca menyatakan faktor dari warna ini mempengaruhi daya tarik dan juga dari enam pembaca tertarik dari buku yang bertajuk pembelajaran hidup, yang berjudul asli yaitu “The Subtile Art Not Giving A F*cnk” yang di terjermahan dalam bahasa Indonesia,“Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat” yang mana meenurut enam pembanya adalah suatu yang unik dan menarik mata dan makna tersebut lantas mereka salah paham atas judul dan isi buku tersebut.
b. Intesitas Sitimulus
Tidak adanya perbedaan persepsi dari enam informan mengenai hal yang menojol dari buku ,“Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat” informan yang menyatakan bahwa kelebihan dari buku ini iyalah buku yang memiliki cover buku berwarna orange yang sangat mencolok dari buku-buku motivasi yang lain dari semua informan, memberikan keterangannya bahwa buku ini memiliki warna yang mencolok yang mengugah mata para pembaca.
Warna oranye sendiri yang memiliki simbol, memberi kesan hangat dan bersemangat serta merupakan symbol dari petualangan, optimisme, percaya diri dan kemampuan dalam bersosialisasi, tentu saja ini tepat sekali
dengan tujuan dari buku “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat” untuk memberikan perihal seperti sibol yang di warna orenye itu sendiri, agar persepsi pembaca dan isi dari buku tersebut saling menopang satu sama lain, untuk menujang tujuan buku pendekatan yang waras demi menjalani hidup yang baik “kebahagiaan”.
c. Kebaruan
Kebaruan yang membuat berbeda dari yang lain di masudkan di sini yaitu suatu judul buku yang menurut salah satu pembaca absud atau konyol, sehingga tidak ada perbeddaan persepsi bahwa buku ini membuat pembaca gagal paham atas judul yang di anggkat sorang penulis ini yaitu “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat, yang menggatakan bahwa buku ini berjudul tidak biasa dan unik dari buku motovasi lainya.
PENUTUP
1. Tahap Stimulation
4 dari 6 informan merasa senang, saat melihat kesamaan rasa pada buku “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat”. Adapun perasaan yang membuat pembaca untuk membagikan di sosial medianya, informan juga melihat kekuatan buku berasal dari segi cover serta pemilihan warna. Hal ini membuat pesan dari buku “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat”memiliki pesan dan kesan terhadap kehidupan para pembaca.
2. Tahapan Organization
Beberapa pembaca merasa bahwa buku memiliki kesamaan dan mewakili perasaannya, hal inilah yang membuat pembaca ada mempengaruhi mempengaruhi refkleks perilaku dan memandang buku “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat” sebagai media penyalur hal positif.
3. Tahap Interpretation-evaluation
Pada tahap ini informan menafsirkan pesan yang di terima oleh alat indera dan memiliki makna tersendiri mengenai pesan dan isi buku
“Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat”.
Pandangan dari setiap informan memiliki refleks yang hampir sama dan menjadikan landasan mereka untuk mengukur kemampuan diri agar tetap melanjutkan kehidupan seperti biasanya, setelah melakukan kesalahan di waktu yang lalu. Melalui makna yang didapat dari buku “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat” informan mendapatkan motivasi diri yang berguna dalam menghadapi sebuah masalah.
4. Tahap Memory
Pada tahapan ini, informan masih dapat dengan jelas mengingat bagaimana pengalamannya sebelum membaca buku dan
sesudah membaca buku. Informan yang sudah mencapai tahap ini akan menentukan tindakan yang berkaitan dengan hal yang pernah dialami oleh informan. Semua informan memiliki pengalaman yang positif setelah membaca buku, dan menerapkan motivasi diri yang akan membantu semua informan dalam menghadapi masalah.
5. Tahap Recall
Setiap informan memiliki pandangan yang positif tentang buku “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat” Informan memiliki rasa yang beragam tapi rata-rata informan sangat terwakili, terbantu dan kagum dengan isi buku serta si penulis “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat”. Meskipun tidak semua halaman membantu informan, akan tetapi buku tersebut sudah membangun motiviasi seseorang untuk menjadikan seseorang menjadi pribadi yang lebih baik, dan disini dapat diliat semua informan merekomendasikan buku tersebut kepada orang terdekatnya. Tujuan Mark Manson untuk menjalani hidup yang baik terbilang berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Alo, Liliweri. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana.
Bimo, Walgito. 1997. Pengantar Psikologi Umum.
Yogyakarta: Andi Offset.
Craswell, John W. 2014. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta: Pelajar.
Dalman, Keterampilan Membaca, Jakarta:
Rajawali Pers, 2014
Flippo, Edwin B. 1989. Personnel Manajement, MC. Graw-Hill Book Co.
Singapore.
Mark Menson. 2016. Sebuah seni bersikap bodoh amat.:New York. AS.
Moleong, LJ. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumber Skripsi
Wachidah, Nur. 2015. Persepsi Pembaca terhadap Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman EL Shirazy dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di Sekolah.
Tangerang, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Aji, Ingky Rendi Satrio 2012 Persepsi mahasiswa UNY tentang pembajakan buku. Yogyakarta.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Alaik Kamaluddin, Nilai-nilai Pendidikan Karakter Perspektif Pendidikan Islam Dalam Buku”The Subtle Art Of Not Giving A F*ck”
Karya Mark Menson Universitas Islam Negri Sunan Apmpel Surabaya.
Sumber Website www. alfidy.com https://uniska-bjm.ac.id
https://www.antaranews.com/berita/707092/mari bersikap-masa-bodo-bersama-mark-manson